KEGAWAT DARURATAN
SPRAIN
Disusun oleh :
1 IKTA ADILITA
2 SISKA ANDRIANI
3 VIDI ZAHROTUL AISI
KELAS III-B
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong
dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera olahraga. Cedera terhadap
sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat
penggunaan berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet
profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat mengalami
cedera muskoluskletal, salah satunya adalah sprain.
Sprain atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja, tetapi
lebih mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan
kegiatan dengan resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon
mungkin rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita
sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat
sementara memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang
diregangkan atau robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu
bergerak.
Sprain biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila kekurangan
ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sprain?
2. Apa yang disebut dengan sprain?
3.Apa penyebab terjadinya sprain?
4.Apa tanda dan gejala sprain?
5.Menjelaskan klasifikasi sprain?
6.Menjelaskan patofisiologi sprain?
Tujuan Umum :
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma musculoskeletal khususnya
sprain
Tujuan Khusus :
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi,
komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang tentang sprain.
1.4
Manfaat Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT
2.1
Anatomi Fisiologi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung
tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
a.
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
b.
Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang
membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.
Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi pergerakan
atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi 4 hal 112).
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut
dapat bergerak satu sama lain (Noer S.,1996)
Sendi adalah hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan (Smeltzer,2002).
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang (Price,1995).
Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang memungkinkan.
Pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain (Lukman Nurna
Ningsih dalam askep musculoskeletal hal 5).
a.
Klasifikasi
1.
a)
Menurut permukaannya
Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hamper datar yang memungkinkan tulang saling
bergeser
b)
Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi
c)
Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan
permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel tapi bergerak dengan 2 bidang dan 4 arah
d)
e)
Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok dengan lekuk
Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.
g)
Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan yang dapat
2.
Menurut pergerakannya
a)
Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali.
b)
Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena komponen
sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi
sedikit.
c)
3.
Menurut tempatnya
Artikulasio tibia-fibula proksimal yaitu sendi yang terdapat antara fascies artikularis
kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies artikularis fibularis ossis pada kondilus
tibia, ikat sendi ligamentum tibia fibularis proksimal.
b)
Sindesmosis tibia fibularis yaitu persendian fascies artikularis tibia ossis fibulae dan
c)
Hubungan antara Krista interosea fibula dan trista interosea tibia, terbentang melalui
membrane interrosa kruris yang terbentang dari proksimalis dibawah kolum fibulae ke distal
sampai batas 1/3 distal os tibia dan fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris dari medial
atas ostibia kerateral bawah menuju os fibula.
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Pengertian
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas sendi,
akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam
bidang gerakan sendi.(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)
Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi.(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera struktural
ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga merupakan keadaan
ruptura total atau parsial pada ligamen.
2.2.2 Klasifikasi
( Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Hal 124. Jakarta :
Erlangga)
a.
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif,
menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau gangguan
fungsi.
b.
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar
dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak
stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
c.
Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak
yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif mungkin
kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-benar rusak).
Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk
mengembalikan fungsinya.
2.2.3 Etiologi
(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Penyebab sprain meliputi :
Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada
kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal
seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain.
2.2.4 Patofisiologi
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan
sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari
rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang
robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh
darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa
sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah
cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang
disebut dengan sprain.
b.
c.
Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
d.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
a.
Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurna
b.
Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan
tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat
sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara
berlebihan).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio,
tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
yang lebih detail.
2.2.8 Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan medis
1) Imobilisasi
1.
Penggunaan gips
2.
Elastis
2) Farmakologi
1.
Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat
analgetik :
Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau 3tablet
perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 sampai 3tablet perhari.
Bimastan :
Analsik :
Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri otot dan sendi ; Kontra
indikasi : hipersensitif ;
Efek samping : agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet, anak
3xsehari 1/2kaplet).
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)
4) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips lunak
atau bidai untuk imobilisasi sendi
5) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan, termasuk
Penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling merapat (pada sebagia altet).
b.
Penatalaksanaan keperawatan
2.2.9 Pencegahan
1.
saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti sepatu yang
sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas.
2.
Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWATDARURATAN SPRAIN
Contoh kasus :
Seorang wanita (guru SMP,45 thn)mengalami sprain angkle derajat 2 karena terjatuh saat
turun dari bus tadi pagi (3jam yang lalu).saat turun dari bus kaki kanannya terlebih dahulu
turun belum sepenuhnya keluar dari bus,bus berjalan.respirasi 20x/menit,nadi 80x/mnt
3.1.1 Pengkajian
Identitas pasien
Wanita
Usia 45 tahun
Guru SMP
Anamnesa :
Keluhan utama
Nyeri dan bengkak pada ankle Dextra,jalan pincang
Riwayat penyakit sekarang
Terjatuh saat turun dari bus tadi pagi (3jam yll).saat turun dari bus kaki kanannya
terlebih dahulu turun,belum sepenuhnya keluar dari bus,bus berjalan,pasien merasakan
nyeri hebat dan bengkak,nyeri seperti ditusuk-tusuk,nyeri pada ankle dekstra,dengan
skla nyeri 9 dan nyerii timbul saat sendi digerrakan
3.1.2
Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow Coma
Scale (GCS). Untuk klien dengan gangguan tension pneumothoraks, biasanya kesadaranya
menurun.
Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
1. A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
2. V = Verbal
Penderita nampak nyeri kesakitan
3. P = Pain
Penderita hanya meringis kesakitan pada sprain angkle dextra
4. U = Unrespon
Pasien respon pada penolong
3.1.3
Triage
Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.
3.1.4
Primary Survey
1. Airway
a. Assessment :
1) Perhatikan patensi airway.
Tidak ada masalah dengan jalan nafas,pasien bernafas spontan
2) Dengar suara napas.
Suara nafas vesikuler
3) Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
Pergerakkan dada simetris/normal
2. Breathing
a. Assesment
1) Periksa frekwensi napas
2) Perhatikan gerakan respirasi
3) Palpasi toraks
4) Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
b. Management:
1) Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
3. Circulation
Adanya edema karena perdarahan yang disebakan karena rusaknya ligamen
Adanya jejas
b. Management
1. Pemberian cryoterapi menggunakan ice pack pada daerah dan anterior ankle
dilakukan selama 30menit,2-3x/hari
2. Elevasi tungkai ketika duduk dan berbaring
3. NWB (memakai cruccth walking)
4. Pembebatan
3.1.5
Secondary Survey
: Allergies
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan
: Medications
Karena pasien mengalami nyeri hebat diberikan analgesik
Pengkajian Nyeri
:ankle dextra
:Skala. (9)
:Time.
nyeri timbul saat sendi digerakkan.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC
Kontrol Nyeri
1.
Nyeri akut
NIC
Manajemen Nyeri
Kaji
secara
berhubungan
dengan spasme otot,
ligamen atau tendon
Batasan
komphrehensif
..x
tentang
jam,
karakteristik, durasi,
sebagai berikut :
frekuensi,
faktor-faktor penyebab
nyeri,
faktor pencetus.
beratnya
frekuensi
dan
observasi
isyarat
nyeri.
ketidaknyamanan,
Klien
mampu
meliputi
dalam,
sosial.
berhati-hati
Terfokus pada diri
distraksi.
relaksasi
dan
melaporkan
sesuai
kesehatan.
anjuran. Pemberian
Klien
mampu
Ekspresi
wajah
Klien
tingkat
dengan
analgetik
harus
memperhatikan halklien
adanya
distraksi
Perubahan
Kolaborasi
rileks
6
hubungan
pemberian analgetik
mengontrol nyeri
5
ekspresi
non-
dan
dari
Klien
verbal
tindakan
pertolongan
verbal dan
non
menghindari nyeri
Tingkah
laku
sendiri
Gangguan tidur
Muka topeng
Perubahan dalam
isyarat-
melakukan
untuk
kualitas,
intensitas/beratnya
dari
lokasi,
nyeri,
melindungi
Posisi
antalgic
nyeri,
secara
observasi
Gerakan
diharapkan
meliputi:
24
karakteristik:
Laporkan
pemberian
melaporkan
penurunan
dalam
auatonomic dalam
tonus otot
nyeri:
pemberian,
hingga
nyeri
4
sampai
nyeri
6)
ringan
dan
benar dokumentasi)
Gunakan
komunikiasi
beristirahan
8
9
dengan
terapeutik
agar
nyaman
pasien
mengekspresikan
normal (80-100x/menit)
nyeri
Tekanan
dalam
darah
batas
klien
normal
klien
normal
pengalaman
tentang nyeri
pernafasan
dalam
(12
Kaji
(120/80 mmHG)
10 Frekuensi
dapat
batas
Evaluasi
tentang
keefektifan
20
dari
tindakan mengontrol
x/menit)
nyeri
yang
telah
digunakan
Berikan
dukungan
Berikan
informasi
tentang
nyeri,
seperti:
penyebab,
tindakan
pencegahan.
Ajarkan penggunaan
teknik
non-
farmakologi
(seperti:
relaksasi,
guided
imagery,
Modifikasi tindakan
mengontrol
nyeri
berdasarkan respon
pasien
Anjurkan
klien
untuk meningkatkan
tidur/istirahat
Anjurkan
untuk
klien
melaporkan
kepada
tenaga
kesehatan
jika
tindakan
tidak
2.
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri /
ketidakmampuan
Joint
:Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer
Movement Exercise
1
Monitoring
vital
sebelm/sesudah
sign
latihan
Klien
aktivitas fisik
Mengerti
tujuan
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
meningkat
perasaan
dalam 2
dari
alat
dengan
terapi
tentang
fisik
dengan kebutuhan
Bantu
klien
untuk
menggunakan
kekuatan
saat latihan
Konsultasikan
dalam
meningkatkan
penggunaan
ambulation
kriteria hasil:
therapy
tongkat
Bantu
untuk mobilisasi .
terhadap cedera
Ajarkan pasien
atau
tenaga
lain
kesehatan
dalam mobilisasi
Latih
pasien
dalam
pemenuhan
ADLs
secara
kebutuhan
mandiri
sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu
bantu
penuhi
Kurang
Knowledge disease
pengetahuan
process
Knownloadge :Health
berhubungan
dengan kurang
informasi, salah
interpretasi
informasi, tidak
tentang proses
behaviour
Kriteria hasil :
Berikan pengetahuan
penyakit
Jelaskan patofisologi
dari penyakit dan
mengenal sumber
Pasien dan
keluarga
informasi.
menyatakan
berhubungan
Gambarkan tanda
pemahaman
tentang
muncul pada
penyakit,kondisi,pr
penyakit dengan
Memverbalisasikan
ognosis,dan
adanya masalah
pengobatan
Pasien dan
Batasankarakteristik
:
ketidakakuratan
kemungkinan
penyebab dengan
keluarga mampu
mengikuti intruksi
melaksanakan
perilaku tidak
proseduryang
sesuai
dijelaskan secara
yang kosong
Diskusikan
benar
Pasien dan
perubahan gaya
keluarga mampu
diperlukan
menjelaskan
untukmencegah
komplikasi
dijelaskan
dimasayang akan
perawat/timmedis
lainnya
pengontrolan
7
penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
3.1.9 Implementasi
proses keperawatan
Memberikan penjelasan dan motifasi pada pasien tentang penyakitnya
Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
Mengobservasi TTV
Mengkaji pasien
3.1.10 Evaluasi
S
O
A
P
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda
tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek
akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran
mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan
gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
Saran
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti tentang
bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik dan tepat serta
menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan
lebih baik lagi dari sebelumnya.
DATAR PUSTAKA
Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawtan : diagnosis NANDA,
intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC