Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWAT DARURATAN
SPRAIN

Disusun oleh :
1 IKTA ADILITA
2 SISKA ANDRIANI
3 VIDI ZAHROTUL AISI

KELAS III-B
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG

2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat mendorong
dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera olahraga. Cedera terhadap
sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain, strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat
penggunaan berlebihan secara bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet
profesional juga rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat mengalami
cedera muskoluskletal, salah satunya adalah sprain.
Sprain atau keseleo merupakan cedera umum yang dapat menyerang siapa saja, tetapi
lebih mungkin terjadi pada individu yang terlibat dengan olahraga, aktivitas berulang, dan
kegiatan dengan resiko tinggi untuk kecelakaan. Ketika terluka ligamen, otot atau tendon
mungkin rusak, atau terkilir yang mengacu pada ligamen yang cedera, ligamen adalah pita
sedikit elastis jaringan yang menghubungkan tulang pada sendi, menjaga tulang ditempat
sementara memungkinkan gerakan. Dalam kondisi ini, satu atau lebih ligamen yang
diregangkan atau robek. Gejalanya meliputi nyeri, bengkak, memar, dan tidak mampu
bergerak.
Sprain biasanya terjadi pada jari-jari, pergelangan kaki, dan lutut. Bila kekurangan
ligamen mayor, sendi menjadi tidak stabil dan mungkin diperlukan perbaikan bedah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sprain?
2. Apa yang disebut dengan sprain?
3.Apa penyebab terjadinya sprain?
4.Apa tanda dan gejala sprain?
5.Menjelaskan klasifikasi sprain?
6.Menjelaskan patofisiologi sprain?

7.Menjelaskan manifestasi klinis sprain?


8.Menjelaskan pemeriksaan penunjang sprain?
9. Menjelaskan penatalaksanaan sprain?
10. Menjelaskan komplikasi sprain?
11. Menjelaskan pencegahan sprain?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma musculoskeletal khususnya
sprain

Tujuan Khusus :
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, klasifikasi,
komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan, dan pemeriksaan penunjang tentang sprain.

1.4

Manfaat Penulisan

1.

Mengetahui apa yang dimaksud dengan sprain

2.

Mengerti apa yang menyebabkan sprain

3.

Mengetahui proses dari sprain

4.

Mengetahui pemeriksaan yang harus dilakukan pada penyakit sprain

5.

Mengerti tentang cara pengobatan sprain

6.

Mengetahui patofisologi sprain

7.

Mengetahui manifestasi klinis sprain

8.

Mengetahui pemeriksaan penunjang sprain

9.

Mengetahui penatalaksanaan sprain

10.

Mengetahui komplikasi sprain

11.

Mengetahui pencegahan sprain

BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT
2.1

Anatomi Fisiologi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung

tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
a.

Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament

kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.

b.

Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang

membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.
Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi pergerakan
atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi 4 hal 112).

Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut
dapat bergerak satu sama lain (Noer S.,1996)

Sendi adalah hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan (Smeltzer,2002).
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang (Price,1995).
Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang memungkinkan.
Pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain (Lukman Nurna
Ningsih dalam askep musculoskeletal hal 5).

a.

Klasifikasi

1.
a)

Menurut permukaannya
Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hamper datar yang memungkinkan tulang saling

bergeser
b)

Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi

c)

Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan

permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel tapi bergerak dengan 2 bidang dan 4 arah
d)

Sendi ellipsoid. Permukaan sendi berbentuk konveks elips

e)

Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok dengan lekuk

sendi yang berbentuk seperti soket.


f)

Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.

g)

Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan yang dapat

memberikan banyak kebebasan untuk bergerak.

2.

Menurut pergerakannya

a)

Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali.

b)

Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena komponen

sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi
sedikit.
c)

Sendi diartrosis (sendi synovial) adalah sendi dengan pergerakan bebas.

3.

Menurut tempatnya

Persendian tungkai bawah. Persendian antara tibia dan fibula :


a)

Artikulasio tibia-fibula proksimal yaitu sendi yang terdapat antara fascies artikularis

kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies artikularis fibularis ossis pada kondilus
tibia, ikat sendi ligamentum tibia fibularis proksimal.

b)

Sindesmosis tibia fibularis yaitu persendian fascies artikularis tibia ossis fibulae dan

insisura fibularis ossis tibialis.

c)

Hubungan antara Krista interosea fibula dan trista interosea tibia, terbentang melalui

membrane interrosa kruris yang terbentang dari proksimalis dibawah kolum fibulae ke distal
sampai batas 1/3 distal os tibia dan fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris dari medial
atas ostibia kerateral bawah menuju os fibula.
2.2 Konsep Penyakit
2.2.1 Pengertian
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas sendi,
akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam
bidang gerakan sendi.(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)
Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi.(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera struktural
ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga merupakan keadaan
ruptura total atau parsial pada ligamen.

2.2.2 Klasifikasi
( Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Hal 124. Jakarta :

Erlangga)
a.

Sprain derajat I (kerusakan minimal)

Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif,
menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau gangguan
fungsi.

b.

Sprain derajat II (kerusakan sedang)

Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar
dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak
stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.

c.

Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)

Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak
yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif mungkin
kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-benar rusak).
Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk
mengembalikan fungsinya.
2.2.3 Etiologi
(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Penyebab sprain meliputi :
Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada
kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal
seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain.

2.2.4 Patofisiologi
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan
sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari
rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang
robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh
darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa

sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah
cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang
disebut dengan sprain.

2.2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala mungkin timbul karena sprain meliputi :
a.

Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)

b.

Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi

c.

Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)

d.

Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya.

2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
a.

Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurna

sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya (kadang-kadang).

b.

Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan

tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat
sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara
berlebihan).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1.

Foto rontgen/ radiologi.

yaitu pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa.


Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan pada ligamen dan sendi.

2.

MRI ( Magnetic Resonance Imaging)

Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio,
tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh
yang lebih detail.
2.2.8 Penatalaksanaan

a.

Penatalaksanaan medis

1) Imobilisasi
1.

Penggunaan gips

2.

Elastis

2) Farmakologi

1.

Analgetik

Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat
analgetik :

Aspirin:

Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau 3tablet
perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 sampai 3tablet perhari.

Bimastan :

Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi : nyeri


persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung, asma, dan ginjal ;
efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu
250mg tiap 6jam.

Analsik :

Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri otot dan sendi ; Kontra
indikasi : hipersensitif ;
Efek samping : agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet, anak
3xsehari 1/2kaplet).
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)
4) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips lunak
atau bidai untuk imobilisasi sendi
5) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan, termasuk
Penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling merapat (pada sebagia altet).

b.

Penatalaksanaan keperawatan

1) Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan


2) Elevasi sendi di atas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam (yang segera dilakukan
sesudah cedera)
3) Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan (pada keseleo pergelangan kaki)
4) Kompres es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam untuk mengendalikan
pembengkakan (letakkan handuk kecil diantara kantung es dan kulit untuk mencegah cedera
karena hawa dingin).

2.2.9 Pencegahan
1.

saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti sepatu yang

sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas.
2.

Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta

latihan yang tidak berlebihan.


3.

Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian

perlengkapan olahraga yang sesuai.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN SPRAIN
Contoh kasus :
Seorang wanita (guru SMP,45 thn)mengalami sprain angkle derajat 2 karena terjatuh saat
turun dari bus tadi pagi (3jam yang lalu).saat turun dari bus kaki kanannya terlebih dahulu
turun belum sepenuhnya keluar dari bus,bus berjalan.respirasi 20x/menit,nadi 80x/mnt
3.1.1 Pengkajian
Identitas pasien
Wanita
Usia 45 tahun
Guru SMP
Anamnesa :

Keluhan utama
Nyeri dan bengkak pada ankle Dextra,jalan pincang
Riwayat penyakit sekarang
Terjatuh saat turun dari bus tadi pagi (3jam yll).saat turun dari bus kaki kanannya
terlebih dahulu turun,belum sepenuhnya keluar dari bus,bus berjalan,pasien merasakan
nyeri hebat dan bengkak,nyeri seperti ditusuk-tusuk,nyeri pada ankle dekstra,dengan
skla nyeri 9 dan nyerii timbul saat sendi digerrakan

3.1.2

Pengkajian AVPU (Kesadaran)

Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow Coma
Scale (GCS). Untuk klien dengan gangguan tension pneumothoraks, biasanya kesadaranya
menurun.
Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
1. A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
2. V = Verbal
Penderita nampak nyeri kesakitan
3. P = Pain
Penderita hanya meringis kesakitan pada sprain angkle dextra
4. U = Unrespon
Pasien respon pada penolong
3.1.3

Triage

Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera.

Pasien dilakukan tindakan :


Pemberian cryoterapi menggunakan ice pack pada daerah dan anterior ankle
dilakukan selama 30menit,2-3x/hari
Elevasi tungkai ketika duduk dan berbaring
NWB (memakai cruccth walking)
Pembebatan

3.1.4

Primary Survey

1. Airway
a. Assessment :
1) Perhatikan patensi airway.
Tidak ada masalah dengan jalan nafas,pasien bernafas spontan
2) Dengar suara napas.
Suara nafas vesikuler
3) Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
Pergerakkan dada simetris/normal
2. Breathing
a. Assesment
1) Periksa frekwensi napas
2) Perhatikan gerakan respirasi
3) Palpasi toraks
4) Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
b. Management:
1) Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
3. Circulation
Adanya edema karena perdarahan yang disebakan karena rusaknya ligamen
Adanya jejas
b. Management
1. Pemberian cryoterapi menggunakan ice pack pada daerah dan anterior ankle
dilakukan selama 30menit,2-3x/hari
2. Elevasi tungkai ketika duduk dan berbaring
3. NWB (memakai cruccth walking)
4. Pembebatan

3.1.5

Secondary Survey

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai


berikut :
S

: Sign and Symptom.


a. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
c. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya.

: Allergies
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan

: Medications
Karena pasien mengalami nyeri hebat diberikan analgesik

:Previous medical/surgical history.


Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di RS Sebelumnya dan tidak pernah dilakukan
operasi

:Last meal (Time)


Pasien sarapan dan minum sebelum kecelakaan berlangsung

:Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened.


Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang kemudian
digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
adanya odem pada area ankle
c. Psikososial
Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan

Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri pada ankle dexstra


f. Pernapasan
normal/vesikuler
.
3.1.6

Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu sebagai berikut :


P

: nyeri sprain pada ankle

:seperti ditusuk tusuk

:ankle dextra

:Skala. (9)

:Time.
nyeri timbul saat sendi digerakkan.

3.1.7 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, ligamen atau tendon
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi
informasi, tidak mengenal sumber informasi.

3.1.8 Intervensi Keperawatan


N

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

NOC
Kontrol Nyeri

1.

Nyeri akut

Setelah dilakukan pemberian

NIC
Manajemen Nyeri

Kaji

secara

berhubungan
dengan spasme otot,
ligamen atau tendon
Batasan

komphrehensif

..x

tentang

jam,

karakteristik, durasi,

sebagai berikut :

frekuensi,

faktor-faktor penyebab

nyeri, dan faktor-

nyeri,

faktor pencetus.

beratnya
frekuensi

dan

observasi
isyarat

nyeri.

ketidaknyamanan,

Klien

mampu

meliputi

nasfu makan, aktitas

dalam,

sosial.

berhati-hati
Terfokus pada diri

distraksi.

nafsu makan dan


minum
Fokus menyempit
Respon autonom
Tingkah
laku

relaksasi

dan

melaporkan

sesuai

kesehatan.

anjuran. Pemberian

Klien

mampu

Ekspresi

wajah

Klien
tingkat

dengan

analgetik

harus

memperhatikan halklien

hal sebagai berikut :


prinsip

adanya

distraksi
Perubahan

Kolaborasi

gejala-gejala kepada tim

rileks
6

hubungan

pemberian analgetik

mengontrol nyeri
5

ekspresi

non-

dan

dari

wajah, pola tidur,

analgetik, seperti napas

Klien

verbal

tindakan

pertolongan

verbal dan

non

menghindari nyeri
Tingkah
laku

sendiri
Gangguan tidur
Muka topeng
Perubahan dalam

isyarat-

letak bagian tubuh yang

melakukan

untuk

kualitas,

intensitas/beratnya

ringannya nyeri, durasi

dari

lokasi,

Klien mampu mengenal

nyeri,

melindungi
Posisi
antalgic

nyeri,

terkontrol dengan kriteria hasil

secara

observasi
Gerakan

diharapkan

meliputi:

verbal atau non


verbal
Fakta

24

respon nyeri pasien dapat

karakteristik:
Laporkan

asuhan keperawatan selama

pemberian

melaporkan

obat 6 benar (benar

penurunan

nama, benar obat,

dalam

auatonomic dalam

benar dosis, benar

rentang sedang (skala

tonus otot

cara, benar waktu

nyeri:

pemberian,

hingga

nyeri
4

sampai
nyeri

6)

ringan

(skala nyeri : 1 sampai


3).
7

Klien melaporkan dapat

dan

benar dokumentasi)

Gunakan
komunikiasi

beristirahan
8
9

dengan

terapeutik

agar

nyaman

pasien

Nadi klien dalam batas

mengekspresikan

normal (80-100x/menit)

nyeri

Tekanan
dalam

darah
batas

klien

normal

klien
normal

pengalaman

tentang nyeri

pernafasan

dalam
(12

Kaji

masa lalu individu

(120/80 mmHG)
10 Frekuensi

dapat

batas

Evaluasi

tentang

keefektifan

20

dari

tindakan mengontrol

x/menit)

nyeri

yang

telah

digunakan

Berikan

dukungan

terhadap pasien dan


keluarga

Berikan

informasi

tentang

nyeri,

seperti:

penyebab,

berapa lama terjadi,


dan

tindakan

pencegahan.

Ajarkan penggunaan
teknik

non-

farmakologi
(seperti:

relaksasi,

guided

imagery,

terapi musik, dan


distraksi)

Modifikasi tindakan
mengontrol

nyeri

berdasarkan respon
pasien

Anjurkan

klien

untuk meningkatkan
tidur/istirahat

Anjurkan
untuk

klien

melaporkan

kepada

tenaga

kesehatan

jika

tindakan

tidak

berhasil atau terjadi


keluhan lain

2.

Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri /
ketidakmampuan

Joint

:Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer

Movement Exercise
1

Monitoring

vital

sebelm/sesudah

sign
latihan

dan lihat respon pasien

Klien

aktivitas fisik
Mengerti
tujuan

peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan

meningkat

perasaan

dalam 2
dari

alat

dengan

terapi

tentang

fisik

dengan kebutuhan
Bantu
klien
untuk
menggunakan

kekuatan

dan kemampuan berpindah


Memperagakan

saat latihan
Konsultasikan

rencana ambulasi sesuai

dalam

meningkatkan

penggunaan

ambulation

kriteria hasil:

therapy

tongkat

saat berjalan dan cegah


4

Bantu

untuk mobilisasi .

terhadap cedera
Ajarkan pasien

atau

tenaga

lain

kesehatan

tentang teknik ambulasi


Kaji kemampuan pasien

dalam mobilisasi
Latih
pasien
dalam
pemenuhan
ADLs

secara

kebutuhan
mandiri

sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu

pasien saat mobilisasi


dan
8

bantu

penuhi

kebutuhan ADLs ps.


Berikan alat Bantu jika
klien memerlukan.

Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3.

Kurang

Knowledge disease

pengetahuan

process
Knownloadge :Health

berhubungan
dengan kurang
informasi, salah
interpretasi
informasi, tidak

Teaching :disease process


1

tentang proses

behaviour
Kriteria hasil :

Berikan pengetahuan

penyakit
Jelaskan patofisologi
dari penyakit dan

mengenal sumber

Pasien dan

bagaimana hal ini

keluarga

informasi.

menyatakan

berhubungan
Gambarkan tanda

pemahaman

dan gejala yang bisa

tentang

muncul pada

penyakit,kondisi,pr

penyakit dengan

Memverbalisasikan

ognosis,dan

adanya masalah

pengobatan
Pasien dan

cara yang tepat


Identifikasi

Batasankarakteristik
:

ketidakakuratan

kemungkinan
penyebab dengan

keluarga mampu

mengikuti intruksi

melaksanakan

perilaku tidak

proseduryang

sesuai

dijelaskan secara

cara yang tepat


Hindari jaminan

yang kosong
Diskusikan

benar
Pasien dan

perubahan gaya

keluarga mampu

diperlukan

menjelaskan

untukmencegah

kembali apa yang

komplikasi

hidup yang mungkin

dijelaskan

dimasayang akan

perawat/timmedis

datang dan proses

lainnya

pengontrolan
7

penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan

3.1.9 Implementasi

Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah

proses keperawatan
Memberikan penjelasan dan motifasi pada pasien tentang penyakitnya
Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
Mengobservasi TTV
Mengkaji pasien

3.1.10 Evaluasi
S
O
A
P

: pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian


: Pemeriksaan TTV
: masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian
: planing selanjutnya

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda
tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek
akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran

mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan
gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.
Saran
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti tentang
bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik dan tepat serta
menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan
lebih baik lagi dari sebelumnya.

DATAR PUSTAKA
Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawtan : diagnosis NANDA,
intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC

MOSBY ELSEVIER. 2008, 2004, 2000, 1996, 1992. Nursing Interventions


classification(NIC),Fifth Edition. Affiliate of Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai