Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
            Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses
kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di
dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta
perubahan melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang
lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu
dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah
laku dari hasil pemikiran yang panjang.

Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi


manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai
membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis
ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.

Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep
diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak
variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri
dan peran.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan


aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri
yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.

Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam


keperawatan yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya

1
terkandung  komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan
proses keperawatan dalam konsep diri.

2
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari konsep diri?
2.      Bagaimana perkembangan konsep diri?
3.      Apa saja jenis-jenis dari konsep diri?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5.      Apa saja komponen dari konsep diri?
6.      Apa saja dimensi konsep diri?
7.      Apa saja kepribadian yang harus dimiliki perawat?

1.3. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2.      Untuk mengetahui perkembangan konsep diri.
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis dari konsep diri.
4.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsep diri.
5.      Untuk mengetahui komponen dari konsep diri.
6.      Untuk mengetahui dimensi konsep diri.
7.      Untuk mengetahui kepribadian yang harus dimiliki perawat

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 2008). Hal ini temasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya.
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan
membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan
konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang
memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai 
bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan
pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang
berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau
stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri,
identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip
yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, mengagali sumber-
sumber diri, menetapkan tujuan yang realistik serta bertanggung jawab terhadap
tindakan (Suliswati, 2005).
Konsep diri adalah penentu terbesar dari perilaku, maka bisa tersirat
bahwa konsep diri perawat professional, yaitu bagaimana perawat merasa tentang
diri mereka sebagai perawat sangat penting dalam praktik keperawatan saat ini
dan masa depan. Perawat dengan konsep diri yang sehat cenderung akan
mempengaruhi caring ke pasien ke arah yang positif, dan begitu pula sebaliknya.
Perawat yang memiliki konsep diri yang sehat merasa baik tentang dirinya sendiri,
dan pada umumnya akan memandang positif orang lain.

4
Konsep diri menurut para ahli yang lain:
  Ø  Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai
“suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
  Ø  Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari konsep diri.
  Ø  Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran
diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan,
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.

2.2. Perkembangan Konsep Diri


Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara
diri dengan yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang
bisa membedakan antara dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8
bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mempu mengidentifiasikan dirinya
dalam berbagai dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin,
kepemilikan benda, warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport
( Sarason, 1972 ) dengan istilah early self. Kemudian individu mulai punya
kemampuan untuk memandang ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar
merespon orangtlain. Bisa dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu
dibandingkan konsep diri psikologis.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap
perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif. Tahap- tahap perkembangan konsep
diri :

1.  Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan
primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan
rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang
dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain,
dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang

5
adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh
dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh
mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar
untuk perkembangan citra tubuh.     

2.  Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-
anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan
diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri
dan melakukan tugas higien dasar.
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang
lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion,
toilet training, berbicara dan sosialisasi.
  
3.  Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan
sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang
orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi
penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak 
dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri
dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk
mengatasinya.

4.  Anak usia sekolah


Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain
keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap
dirinya. Tahap ini oleh Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan
tahapperkembangan diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa
mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.

6
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan
lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak
berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas
membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran,
perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini
karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.

5.  Masa remaja


Menurut Hollingworth ( dalam Jersild, 1965 ) masa remaja merupakan
masa terpenting bagi seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus
menemukan nilai-nilai yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamya.
Individu harus belajar untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa
depan dan khususnya mulai memilih pekerjaan yang akan digeluti seara rasioanal
( Allport dalam Sarason, 1972 : 39 ).
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang
maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam
diri. Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah
faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan
pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman
yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik
tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan
konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan
dengan mereka menetapkan rasa identitas.  
   
6.  Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus
terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah
periode untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam
pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan
citra tubuh menjadi relatif stabil.

7
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan
penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai
berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan
dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.

7.  Usia dewasa tengah


Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak,
kebotakan, rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai
akibat perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas
mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali
pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai
hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak
mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep
diri yang sehat.    

8.  Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan
fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa
lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu
dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang
diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda
dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah
meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses
langsung jadi, melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri
yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran,
dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang dikembangkan
dalam konsep diri.

8
2.3. Jenis – Jenis Konsep Diri
Menurut Calhoum  (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi
dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1.      Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu
dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif
yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-
macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi
positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep
diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan relatita, yaitu yang
memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan
didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

2.      Konsep Diri Negatif


Calhoun (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe,yaitu:
a.      Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
adanya kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu
siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
b.      Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa
terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga
menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari
seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah
sebagai berikut :
1.  Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan
anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

9
2.  Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
3.  Sumber eksternal dan internal
Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh
terhadap konsep diri.
4.  Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
5.  Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan
bahwa stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil
spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari
kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.

2.5. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari  5 komponen :

Ø  Identitas diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri
yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa
terlepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama
hidupnya di cerminkan oleh seperangkat opini orang lain.

Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan


kelemahannya, kekuatan karena dengan memahami keunikan itu kita tidak
tergoyahkan oleh penafsiran yang lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya
untuk mengukuhkan identitas tersebut.

10
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh
pandangan dan perlakuan lingkungan.

Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat:

a. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.

b. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan
berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.

c.  Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .

d. Mengakui jenis kelamin sendiri.

e. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.

Ø  Gambaran diri
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang
lain terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar (Stuart dan Sundeen, 1991)

a)  Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan
tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

b) Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri


tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah
dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.

c) Gambaran diri berhubungan erat  dengan kepribadian,cara individu memandang


diri berdampak penting pada apek pisikologinya,individu yang berpandangan
realistic terhadap diri,menerima,menyukai bagian tubuh akan memberi rasa
aman,terhindar dari rasa cemas,dan meningkatkan harga diri individu yang
stabil,realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan
yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.

11
Ø  Harga diri
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik
internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga
diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:
a.    Kualitas emosi

b.    Aktualisasi diri

c.    Kepercayaan diri

3.   Coopersmith (Stuart dan Sudeen, 1991)

Ø  Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang
akan dinilai oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku sesuai dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :

1. Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan,


sejumlah aspirasi, cita-cita,nilai yang ingin di capai.

2. Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan pribadi


berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.

3. Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang


penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja
ideal diri terbentuk melaui proses identifikasi/memperhatikan.

4.  Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan
diri.

5.  Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri :

    a)  Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.

    b)  Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.

    c)  Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic,
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

12
    d)  Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi
dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta
tidak frustasi.

Ø  Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya
baik di lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola
sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.

Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran


yang baik adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi
kebutuhan dan sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan
antara satu individu dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan
agama, karena pada dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri
yang berbeda (multiple selfes).

2.6. Dimensi Konsep Diri


Menurut caulboun (1990) konsep diri memiliki dimensi, yaiti :  pengetahuan
tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri.

1.      Pengetahuan tentang diri sendiri


Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita.
Biasanya hal ini menyakut hal-hal yang bersifat dasar seperti : usia, jenis kelamin,
kebangsaan, latar belakang etnis, profesi dan sebaginya. Jadi konsep diri seorang
dapat didasarkan pada factor dasar, misalnya sebagai berikut : usia 15 tahun,
wanita, warga Negara Indonesia, suku jawa, siswa.
Factor dasar ini akan menentukan seseorang dalam kelompok social tertentu.
Selain itu setiap orang juga akan mengidentifikasi dengan kelompok social lain
yang dapat menambah julukan dirinya dan memberikan sejumlah informasi lain
yang akan masuk dalam ppotret mental orang tersebut. Sebagai contoh, tentang

13
agama, keklompok menengah ke atas, anggota cendikiawan dan sebagainya.
Melalui perbandingan dengan orang lain ini, seseorang memberikan penilaian
kualitas dirinya. Seperti orang yang pandai atau yang bodoh, baik hati atau egois,
spontan atau hati-hati. Kualitas diri ini  tidak permanen tetapi bisa berbah. Bila
seseorang mengubah tingkah lakunya atau dapat mengubah kelompok
pembandingnya.

2.      Harapan terhadap diri sendiri


Ketika seseorang berfikir tentang siapakah dirinya, pada saat yang sama ia akan
berfikir akan menjadi apa dirinya di masa yang akan datang. Prinsipnya,
setiaporang memiliki harapan terhadap dirinya sendiri. Harapan akan diri sendiri
ini merupakan diri idel.
Diri ideal sangat bereda untuk setiap individu. Seseorang mungkin melihat masa
depan dirinya akan sangat bagus bila ia menjadi seorang dokter, sedangkan orang
lain merasa masa depan mereka bagus bila ia menjadi peneliti. Apapun harapan
dan tujuan seseorang akan membangkitkan kekuatan yang mendorongnya menuju
masa depan dan memandu kegiatannya dalam seumur hidupnya.

3.      Evaluasi diri sendiri


      Setiap hari setiap orang berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri,
mengukur apakah ia bertentangan dengan (1) “saya dapat menjadi apa” yaitu
pengharapan seseorang terhada dirinya dan (2) “saya seharusnya menjadi apa”
tentang siapakah dirinya, yaitu standar seseorang menjadi dirinya sendir. Evaluasi
terhadap diri sendiri ini disebut harga diri, yang mana akan menentukan seberapa
jauh seseorang akan menyukai dirinya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran
tentang siapa dirinya dengan gambaran seseorang tentang seharusnya ia menjadi,
maka akan menyebabkan hara diri yang rendah. Sebaliknya bila seseorang berada
dalam standard dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang menyukai
siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan tujuannya maka ia akan memiliki harga diri
yang tinggi.

14
      Dalam hal ini, tida menjadi soal apakah standar ini masuk akal atau
pengharapan itu realistis. Misalnya jika standar seseorang mahasiswa nilainya A
semua, makan nilai rata-rata B+ (yang untuk mahasiwa lain mungkin menjadi
sumber dari rasa harga diri yang tinggi) akan menyebabkan rasa harga diri yang
rendah. Jelaslah bahwa evaluasi tentang diri sendiri merupakan kompponen
konsep diri yang sangat kuat

2.7. Kepribadian Perawat


Seorang perawat profesional harus memiliki kepribadian yang baik. berikut
beberapa kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat (wordpress.
2014) :
1.      Keadaan fisik
Sabagai seorang perawat, kita harus bisa menjaga dan merawat kesehatan tubuh
kita sendiri sebelum merawat orang lain
2.      Penampilan yang menarik
Di depan pasien kita harus berpenampilan yang rapi, agar pasien percaya pada kita
yang akan merawatnya. Pasien pasti akan berpersepsi, bagaimana perawat itu
merawat kita,sedangkan perawat itu saja tidak bisa merawat diri dia sendiri.
3.      Kejujuran
Perawat harus mengatakan apa adanya tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan pasien, tidak boleh ada yang di tutup-tutupi.
4.      Keriangan
Perawat harus menunjukkan sikap riang, bahagia.jangan tunjukkan sikap jutek di
depan pasien, agar pasien tidak takut pada kita.
5.      Berjiwa sportif
Perawat harus menjalankan tugasnya dengan benar, apabila mengalami kesalahan,
perawat harus mengevaluasinya lagi dan introspeksi diri.
6.      Rendah hati dan Murah hati
Apabila perawat bertemu dengan pasien, perawat harus menunjukkan sikap ramah
dan bantu pasien apabila ada yang memerlukan bantuan.
7.      Dapat dipercaya

15
Perawat harus bisa menjaga privasi pasien. jangan suka mengumbar kekurangan
pasien sekalipun dengan teman sejawat.
8.      Loyalitas
Sesama perawat harus bisa bekerja sama dan saling membantu.
9.      Pandai menimbang perasaan
Perawat dalam menyampaikan suatu pernyataannya terhadap pasien harus
memiliki sikap ini supaya tidak menambah beban pikiran pasien.
10.  Pandai bergaul
Salah satu contohnya : perawat menyapa pasien apabila bertemu
11.  Keramahan,simpati,dan kerja sama
Perawat harus bisa menunjukkan sikap ramah dan simpatinya terhadap Pasien, hal
ini di harapkan supaya pasien merasa nyaman dengan kita  dan akhirnya si pasien
mudah di ajak kerja sama dengan kita.
12.  Rasa humor
Selain itu, kita juga harus memiliki rasa humor, setidaknya dengan memberikan
sedikit humor kepada pasien mampu mengurangi beban pikirannya.
13.  Sopan santun
Sebagai seorang perawat, kita harus menghormati yang lebih tua dari kita
sekalipun itu pasien. tidak hanya dengan yang lebih tua dengan teman sejawat
atau yang umurnya di bawah kitapun,kita juga harus tunjukkan sikap ini.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan menjaga
mutu pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat (care), suatu gabungan
humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik,
komunikasi, dan ilmu sosial. Sehingga perlu dikembangkan usaha untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai aspek. Salah satunya
adalah perilaku perawat terhadap pasien. Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian berbeda-beda
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Perbedaan
kualitas kepribadian perawat akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi
memberikan pelayanan, dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
Seorang perawat profesional harus memiliki kepribadian yang baik.
berikut beberapa kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat :

         Keadaan fisik          Loyalitas


         Penampilan yang menarik          Pandai menimbang perasaan
         Kejujuran          Pandai bergaul
         Keriangan          Keramahan,simpati,dan kerja sama
         Berjiwa sportif          Rasa humor
         Rendah hati dan Murah hati          Sopan santun
         Dapat dipercaya
3.2. Saran
Sebagai perawat yang memberikan pelayanan kepada pasien, maka kita harus
memiliki kepribadian yang baik yang kita harus tanamkan dalam diri kita sebagai
perawat.

DAFTAR PUSTAKA

17
A.Aziz alimul H. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
Dan Proses Keperawatan. Jakarta: salemba medika.
Calhoun,  J.F.  Acocella,  J.R.  1990.  Psychology  of  Adjustment  and  Human
Relationship. : McGraw-Hill : New York, Inc.
Mafira. https://mafira1996.wordpress.com/2014/11/11/kepribasdian-perawat/.
Diakses pada tanggal 15 November 2016.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart and Sundeen. 2008. Prinsip dan Praktik Keperawatan Psikiatri, Edisi 6.
Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2009.  Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta :
EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai