PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses
kehidupannya, mulai dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di
dalam diri setiap individu terdapat berbagai macam cara identifikasi serta
perubahan melalui proses yang berbeda pula dan diharapkan menuju arah yang
lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu individu
dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah
laku dari hasil pemikiran yang panjang.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep
diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak
variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri
dan peran.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama
lain. Klien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatka konsep diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri
yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
1
terkandung komponen-komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan
proses keperawatan dalam konsep diri.
2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari konsep diri?
2. Bagaimana perkembangan konsep diri?
3. Apa saja jenis-jenis dari konsep diri?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5. Apa saja komponen dari konsep diri?
6. Apa saja dimensi konsep diri?
7. Apa saja kepribadian yang harus dimiliki perawat?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui perkembangan konsep diri.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari konsep diri.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsep diri.
5. Untuk mengetahui komponen dari konsep diri.
6. Untuk mengetahui dimensi konsep diri.
7. Untuk mengetahui kepribadian yang harus dimiliki perawat
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 2008). Hal ini temasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya.
Konsep diri juga merupakan ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan
membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan
konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang
memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai
bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan
pengalaman dengan orang lain. Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang
berkualitas perawat dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau
stesor dari berbagai komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri,
identitas dan peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip
yang harus diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, mengagali sumber-
sumber diri, menetapkan tujuan yang realistik serta bertanggung jawab terhadap
tindakan (Suliswati, 2005).
Konsep diri adalah penentu terbesar dari perilaku, maka bisa tersirat
bahwa konsep diri perawat professional, yaitu bagaimana perawat merasa tentang
diri mereka sebagai perawat sangat penting dalam praktik keperawatan saat ini
dan masa depan. Perawat dengan konsep diri yang sehat cenderung akan
mempengaruhi caring ke pasien ke arah yang positif, dan begitu pula sebaliknya.
Perawat yang memiliki konsep diri yang sehat merasa baik tentang dirinya sendiri,
dan pada umumnya akan memandang positif orang lain.
4
Konsep diri menurut para ahli yang lain:
Ø Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai
“suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
Ø Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari konsep diri.
Ø Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran
diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan,
dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan
primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan
rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang
dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain,
dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang
5
adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh
dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh
mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar
untuk perkembangan citra tubuh.
2. Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-
anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan
diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri
dan melakukan tugas higien dasar.
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang
lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion,
toilet training, berbicara dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan
sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang
orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi
penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak
dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri
dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk
mengatasinya.
6
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan
lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak
berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas
membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran,
perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini
karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
7
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan
penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai
berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan
dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
8. Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan
fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa
lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu
dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang
diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda
dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan telah
meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses
langsung jadi, melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri
yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran,
dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang dikembangkan
dalam konsep diri.
8
2.3. Jenis – Jenis Konsep Diri
Menurut Calhoum (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi
dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan bahwa adanya penerimaaan diri dimana individu
dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervarisi. Individu yang memiliki konsep diri positif
yang dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-
macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi
positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep
diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan relatita, yaitu yang
memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan
didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.
9
2. Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
3. Sumber eksternal dan internal
Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh
terhadap konsep diri.
4. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri
demikian pula sebaliknya.
5. Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan
bahwa stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil
spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari
kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.
Ø Identitas diri
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri
yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bisa
terlepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama
hidupnya di cerminkan oleh seperangkat opini orang lain.
10
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh
pandangan dan perlakuan lingkungan.
a. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
b. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan
berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.
c. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .
Ø Gambaran diri
Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang
lain terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar (Stuart dan Sundeen, 1991)
a) Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan
tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.
11
Ø Harga diri
Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik
internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga
diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:
a. Kualitas emosi
Ø Ideal diri
Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang
akan dinilai oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berprilaku sesuai dengan standart pribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :
4. Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan
diri.
a) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
b) Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
c) Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic,
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
12
d) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi
dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta
tidak frustasi.
Ø Peran
Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya
baik di lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola
sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
13
agama, keklompok menengah ke atas, anggota cendikiawan dan sebagainya.
Melalui perbandingan dengan orang lain ini, seseorang memberikan penilaian
kualitas dirinya. Seperti orang yang pandai atau yang bodoh, baik hati atau egois,
spontan atau hati-hati. Kualitas diri ini tidak permanen tetapi bisa berbah. Bila
seseorang mengubah tingkah lakunya atau dapat mengubah kelompok
pembandingnya.
14
Dalam hal ini, tida menjadi soal apakah standar ini masuk akal atau
pengharapan itu realistis. Misalnya jika standar seseorang mahasiswa nilainya A
semua, makan nilai rata-rata B+ (yang untuk mahasiwa lain mungkin menjadi
sumber dari rasa harga diri yang tinggi) akan menyebabkan rasa harga diri yang
rendah. Jelaslah bahwa evaluasi tentang diri sendiri merupakan kompponen
konsep diri yang sangat kuat
15
Perawat harus bisa menjaga privasi pasien. jangan suka mengumbar kekurangan
pasien sekalipun dengan teman sejawat.
8. Loyalitas
Sesama perawat harus bisa bekerja sama dan saling membantu.
9. Pandai menimbang perasaan
Perawat dalam menyampaikan suatu pernyataannya terhadap pasien harus
memiliki sikap ini supaya tidak menambah beban pikiran pasien.
10. Pandai bergaul
Salah satu contohnya : perawat menyapa pasien apabila bertemu
11. Keramahan,simpati,dan kerja sama
Perawat harus bisa menunjukkan sikap ramah dan simpatinya terhadap Pasien, hal
ini di harapkan supaya pasien merasa nyaman dengan kita dan akhirnya si pasien
mudah di ajak kerja sama dengan kita.
12. Rasa humor
Selain itu, kita juga harus memiliki rasa humor, setidaknya dengan memberikan
sedikit humor kepada pasien mampu mengurangi beban pikirannya.
13. Sopan santun
Sebagai seorang perawat, kita harus menghormati yang lebih tua dari kita
sekalipun itu pasien. tidak hanya dengan yang lebih tua dengan teman sejawat
atau yang umurnya di bawah kitapun,kita juga harus tunjukkan sikap ini.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan menjaga
mutu pelayanan kesehatan adalah keperawatan. Pelayanan keperawatan adalah
gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat (care), suatu gabungan
humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik,
komunikasi, dan ilmu sosial. Sehingga perlu dikembangkan usaha untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diberbagai aspek. Salah satunya
adalah perilaku perawat terhadap pasien. Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit tentunya mempunyai kualitas kepribadian berbeda-beda
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Perbedaan
kualitas kepribadian perawat akan mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi
memberikan pelayanan, dimana akan berdampak pada tingkat kepuasan pasien.
Seorang perawat profesional harus memiliki kepribadian yang baik.
berikut beberapa kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang perawat :
DAFTAR PUSTAKA
17
A.Aziz alimul H. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep
Dan Proses Keperawatan. Jakarta: salemba medika.
Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjustment and Human
Relationship. : McGraw-Hill : New York, Inc.
Mafira. https://mafira1996.wordpress.com/2014/11/11/kepribasdian-perawat/.
Diakses pada tanggal 15 November 2016.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Stuart and Sundeen. 2008. Prinsip dan Praktik Keperawatan Psikiatri, Edisi 6.
Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta :
EGC.
18