Anda di halaman 1dari 14

Tugas MM NFT= kelompok

HOME CARE MASYARAKAT PESISIR


GIGITAN ATAU SENGATAN ULAR LAUT ( HYDROPHIDAE)

OLEH:
KELOMPOK 3

NAMA NIM
AFISAH MULYA RAHMA S.0017.P.001
ANANG SASTIANA S.0017.P.003
ANGGI AGRAENI S.0017.P.005
ASTUTI DJAFAR S.0017.P.008
SITTI MARIANA S.0017.P.034
SAMSUL S.0017.P.032
TINI WAHIYUNI S.0017.P.038

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI
TAHUN 2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan atau sengatan ular laut atau Hydrophidae dapat disebabkan ular berbisa
dan ular tidak berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai
dari luka yang sederhana sampai dengan ancamannyawa dan menyebabkan kematian
(BC&TLS, 2008).
WHO (World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta orang setiap
tahun digigit ular berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta orang keracunan,
sedikitnya 100.000 orang meninggal, dan sebanyak tiga kali lipat amputasi serta cacat
permanen lain (Bataviase, 2010).
Gigitan ular laut lebih umum terjadi di wilayah perairan dan di daerah dimana
pekerjaan utamanya adalah nelayan . Orang-orang yang digigit ular karena sedang
beraktifitas di daera pesisir atau bahkan menyerang ular tersebut dapat menyebebkan
kejadian yang fatal seperti serangngan balik dari ular
Studi nasional di negara tersebut melaporkan angka perbandingan antara laki-laki
dan perempuan adalah 9:1, dengan 50% korban berada pada rentang usia 18-28 tahun.
96% gigitan berlokasi pada ekstremitas, dengan 56% pada lengan
(Andimarlinasyam,2009).
Data tentang kejadian gigitan ular berbisa di Indonesia belum diketahui secara
pasti, tetapi pernah dilaporkan dari pulau Komodo di Nusa Tenggara terdapat angka
kematian 20 orang per tahun yang disebabkan gigitan ular berbisa (Gunawan, 2009).
Di bagian Emergensi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dalam kurun waktu 1996-
1998 dilaporkan sejumlah 180 kasus gigitan ular berbisa. Sementara di RSUD dr. Saiful
Anwar Malang pada tahun 2004 dilaporkan sejumlah 36 kasus gigitan ular berbisa.
Estimasi global menunjukkan sekitar 30.000-40.000 kematian akibat gigitan ular
(Sudoyo, 2010).
Berdasarkan data Rekam Medik di RSUD Pacitan, selama kurun waktu 2009-
2011 tercatat 88 kasus gigitan ular, 17 kasus dilakukan insisi pada luka dan 71 kasus
tidak dilakukan insisi dan sebagian besar disebabkan gigitan ular erabu atau laticauda
yang merupakan salah satu jenis ular laut . Ular berbisa yang menggigit melakukan
envenomasi (gigitan yang menginjeksikan bisa atau racun), bisa ular melewati kelenjar
bisa melalui sebuah duktus menuju taring ular, dan akhirnya menuju mangsanya. Bisa
ular tersebut mengandung berbagai enzim seperti hialuronidase, fosfolipase A, dan
berbagai proteinase yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Bisa ular menyebar
dalam tubuh melalui saluran kapiler dan limfatik superfisial (Sartono, 2002).
gigitan ular laut berkekuatan 60 kali bisa ular kobra (bahkan ada ular laut yang
kekuatan bisanya mencapai 700 kali ular kobra) dan mengandung enzim-enzim perusak
seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae pembengkakan yang cepat dan nyeri (Sudoyo,
2010).
Korban yang terkena gigitan ular berbisa harus segeramendapatkan pertolongan.
Prinsip pertolongan pertama terhadap gigitan ular adalah menghindarkan penyebaran bisa
dan yang kedua adalah mencegah erjadinya infeksi pada bagian yang digigit. Dulu pernah
dikenal cara perawatan ala John Wayne yaitu “iris, isap, dan muntahkan” (slice, suck and
spit) atau tindakan insisi, penghisapan dengan mulut dan dimuntahkan sebagai upaya
untuk mengeluarkan bisa dan mencegah penyebaran bisa ke seluruh tubuh (Networkbali,
2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari racun ular laut (Hydrophidae)?
2. Bagaimana anatomi fisiologi pada kasus gigitan ular laut (Hydrophidae)?
3. Apa etiologi keracunan bisa ular laut (Hydrophidae)?
4. Apa saja manifestasi klinik gigitan ular laut (Hydrophidae)?
5. Bagaimana patofisiologi kasus gigitan ular laut (Hydrophidae)?
6. Apa komplikasi gigitan ular laut (Hydrophidae)?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang / diagnostik laut (Hydrophidae)?
8. Bagaimana penatalaksanaan medik pada gigitan ular laut (Hydrophidae)?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus gigitan ular laut (Hydrophidae)?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pembahasan lengkap tentang masalah gigitan ular laut
(Hydrophidae).
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mampu:
a. Melakukan pengkajian kepada pasien dengan masalah gigitan ular laut
(Hydrophidae).
b. Menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah gigitan ular laut
(Hydrophidae).
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah gigitan ular laut
(Hydrophidae).
d. Melaksanakan rencana tindakan yang sesuai dengan masalah gigitan ular laut
(Hydrophidae).
e. Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan yang telah dilakukan masalah gigitan
ular laut (Hydrophidae)

BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFINIS
Ular laut biasanya hanya hidup di lautan tropis, utamanya di Samudra India bagian
tengah dan utara serta bagian barat Samudra Pasifik. Mayoritas jenis dan populasi
terbanyak terdapat di wilayah Benggala, seluruh perairan di Indonesia dan Filipina,
perairan Australia utara dan timur, dan perairan Oseania (Indo-Australia), khususnya di
wilayah Laut Koral yang memiliki terumbu karang terbesar dan terpanjang di dunia. Satu
jenis ular laut, yaitu ular laut berperut kuning (Pelamis platurus), wilayah hidupnya
bahkan mencapai hampir seluruh wilayah Samudra Pasifik hingga ke perairan Selandia
Baru, perairan Hawaii dan perairan di sepanjang pantai barat Amerika mulai dari perairan
sebelah barat Santiago, Chile, lalu ke utara hingga Semenanjung California. Sedangkan
jenis-jenis seperti ular zaitun (Aipysurus sp.), ular setu (Parahydrophis mertoni), dan ular
erabu (Laticauda sp.) lebih banyak hidup di karang-karang dan/atau di perairan teritorial,
khususnya wilayah Indo-Australia.
Bisa ular laut sangat kuat karena memiliki kekuatan 60 kali bisa ular kobra (bahkan
ada ular laut yang kekuatan bisanya mencapai 700 kali ular kobra) dan mengandung
enzim-enzim perusak seperti layaknya jenis-jenis ular elapidae. Meskipun memiliki racun
sangat sangat kuat, ular laut jarang menggigit manusia dikarenakan mulutnya yang sangat
kecil dibandingkan dengan jenis ular lainnya. Biasanya manusia akan tergigit ular laut di
daerah ujung jari. Ular ini tidak dapat menggigit manusia di lengan, kaki, atau bagian
tubuh lainnya karena mulutnya yang kecil tersebut. Meskipun demikian, ular laut tetap
merupakan ancaman bagi para nelayan dan penyelam karena racunnya yang sangat kuat.
Pada beberapa kasus gigitan ular laut pada seorang penyelam, penyelam yang berusaha
memegang dan tergigit oleh ular laut dapat mengalami kegagalan fungsi jantung dan
meninggal sebelum sempat mencapai permukaan air. Walaupun sebenarnya kita tidak
perlu takut berlebihan terhadap ular laut, akan tetapi kita perlu tetap waspada pada saat
berada di pantai, memancing, atau menyelam.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 -1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur, dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus, dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu, dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari
ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. (Ganong, 2008).

C. ETIOLOGI
Bisa ular laut dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan.
Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan
yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan
dalam waktu 8 jam .  Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :
1. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang
menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan
menghancurkan stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah
menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh
darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
2. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel
saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut
mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan
jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan ular,rasa
terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bila timbul parestesi,
gatal, dan mati rasa perioral, atau fasikulasi otot fasial, berarti envenomasi yang
bermakna sudah terjadi. Bahaya gigitan ular racun pelarut darah adakalanya timbul
setelah satu atau dua hari, yaitu timbulnya gejala-gejala hemorrhage (pendarahan) pada
selaput tipis atau lender pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir hidung,
tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh. Pendarahan alat dalam
tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine) atau hematuria, yaitu pendarahan melalui
saluran kencing. Pendarahan pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung
dapat keluar melalui pelepasan (anus). Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan
pusing-pusing kepala, menggigil, banyak keluar keringat, rasa haus,badan terasa
lemah,denyut nadi kecil dan lemah, pernapasan pendek, dan akhirnya mati.

E. PATOFISIOLOGI
Bisa ular terdiri dari campuran beberapa polipeptida, enzim dan protein. Jumlah
bisa, efek
letal dan komposisinya bervariasi tergantung dari spesies dan usia ular. Bisa ular
bersifat stabil dan resisten terhadap perubahan temperatur. Secara mikroskop elektron
dapat terlihat bahwa bisa ular merupakan protein yang dapat menimbulkan kerusakan
pada sel-sel endotel dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan kerusakan
membran plasma. Komponen peptida bisa ular dapat berikatan dengan reseptor-reseptor
yang ada pada tubuh korban. Bradikinin, serotonin dan histamin adalah sebagian hasil
reaksi yang terjadi akibat bisa ular. Enzim yang terdapat pada bisa ular misalnya L-
arginine esterase menyebabkan pelepasan bradikinin.

F. KOMPLIKASI
a. Syok hipovolemik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel darah
lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan kadar gula darah, BUN,
dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel
darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit.
Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya tindakan
dilapangan adalah immobilisasi pasien dan pengiriman secepatnya. Jika penanganan
lebih dari 3-4 jam dan jika envenomasi sudah pasti, melakukan pemasangan torniket
limfatik dengan segera dan insisi dan penghisapan dalam 30 menit sesudah gigitan,
immobilisasi, dan pengiriman secepatnya, lebih baik pada suatu usungan, merupakan
tindakan yang paling berguna. Bila memungkinkan, pertahankan posisi ekstremitas
setinggi jantung. Jika dapat dikerjakan dengan aman, bunuhlah ular tersebut untuk
identifikasi.
b. Lakukan evaluasi klinis lengkap dan pesanlah untuk pemeriksaan laboratorium dasar,
hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protombin,
waktu tromboplastin parsial, hitung trombosit, urinalisis, dan penentuan gadar gula
darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan
fibrinogen, fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.
c. Derajat envenomasi harus dinilai dan observasi 6 jam untuk menghindari penilaian
keliru dan envenomasi yang berat.
d. Mulai larutan salin IV pada semua pasien; berikan oksigen, dan tangani syok jika ada.
e. Pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung; turniket di lepas hanya bila  syok
sudah diatasi dan anti bisa diberikan.
f. Beberapa sumber menganjurkan eksplorsi bedah dini untuk menentukan kedalaman
dan jumlah jaringan yang rusak, sesuai dengan jenis ular yang menggigit apakah
berbisa atau tidak.
BAB III
KONSEP ASKEP

1. Pengkajian
Gejala tak segera muncul tetapi 15 menit sampai 2 jam kemudian setelah korban
digigit ular. Kondisi korban setelah digigit :
a. Reaksi emosi yang kuat, penglihatan kembar, mengantuk
b. Sakit kepala, pusing, dan pingsan
c. Mual atau muntah dan diare, gigitan biasanya pada tungkai atau kaki
d. Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar
e. Sukar bernapas dan berkeringat banyak

2. Diagnosa Keperawatan
a.Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan reaksi endotoksin 
b.Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
c.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan reaksi endotoksin
Tujuan: Pertukaran gas kembali efektif
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas
- Pantau frekuensi pernapasan
- Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
- Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
- Observasi warna kulit dan adanya sianosis
- Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
- Batasi pengunjung klien
- Pantau seri GDA
- Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
- Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)

b.Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus


Tujuan: Hipertermia dapat teratasi
Intervensi :
- Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
- Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
- Beri kompres mandi hangat
- Beri antipiretik
- Berikan selimut pendingin

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Tujuan: Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
- Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
- Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
-Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
- Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
- Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
- Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka  atau   antisipasi dari
kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
- Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
- Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
- Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilaksanakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan
tindakan keperawatan merupakan reaksi yang telah ditetapkan dalam perencanaan
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap ini merupakan kunci keberhasilan dalam proses keperawatan yang
diharapkan pada keadaan gawat darurat gigitan ular.
a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas
vesikuler
b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis
c. Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
e. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang masuk
ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu. Salah satu penyebab
keracunan adalah gigitan ular. Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas
gigitan ular,rasa terbakar, nyeri ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bisa ular
bersifat stabil dan resisten terhadap perubahan temperatur, sementara komplikasi yang
dapat timbul, yaitu: syok hipovolemik, edema paru, gagal napas, bahkan kematian. Untuk
mengatasi hal tersebut maka untuk pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman
kerumah sakit, lakukan evaluasi klinis lengkap, derajat envenomasi harus dinilai dan
observasi 6 jam, pertahankan posisi ekstremitas setinggi jantung, serta bila perlu
eksplorsi bedah dini sesuai dengan jenis gigitan apakah jenis ular berbisa atau tidak.
Kecepatan pertolongan sangat mempengaruhi keselamatan jiwa klien, maka dari
itu sebagai tenaga kesehatan kita hendaklah bersikap cepat tanggap terhadap kasus-kasus
kegawatdaruratan.

B. Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Keracunan Gigitan Ular
laut..Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui
dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Keracunan Gigitan
Ular laut.
DAFTAR PUSTAKA

Hafid, Abdul, dkk.2006.Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC : Jakarta
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/index.php/Int/article/view/39 diakses pada Sabtu, 16 Mei 2015
pukul 14.00 WIB
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5-3-1.pdf diakses pada Sabtu, 16 Mei 2015 pukul 14.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai