Anda di halaman 1dari 16

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL

MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM A ANGKATAN 2018 SEMESTER IV
Jl. Sutorejo kampus C Unair Surabaya. Tlp (031) 5913257
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Mata Ajar : KEPERAWATAN JIWA I


Hari/Tanggal : 23 Maret 2020
Pengumpulan : 27 Maret 2020 ( 12.00 WIB)

PETUNJUK PENGERJAAN SOAL : ( Open book )

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas !


2. Mahasiswa mengerjakan di rumah dan dikumpulkan soft file dan diemailkan melalui
PJMA ke hanik-e-n@fkp.unair.ac.id
3. Mahasiswa mengerjakan soal dan hasil LJU di serahkan ke PJMA mahasiswa berikut
diserahkan via email ke PJMA dosen dengan judul NIM_NamaMahasiswa_kelasA?

Soal :

1. Jelaskan apa yang saat ini menjadi Trend serta issue global dalam keperawatan jiwa ?
Menurut saudara bagaimana sebagai perawat jiwa kita bisa mentatalaksanainya?

2. A. Jelaskan dengan memberi contoh pelayanan keperawatan profesional jiwa mulai dari
prevensi primer, sekunder dan tersier ?

B. Jelaskan secara lengkap psikodinamika gangguan jiwa pada individu ?

3. Apakah setiap klien yang menderita gangguan jiwa memerlukan pemeriksaan status Mental?
Jelaskan pemeriksaan status mental dana pa sajakan yang termasuk pemeriksaan status
mental?

4. A. Bagaimana menurut saudara pandemi COVID-19 ini, sejauh mana kondisi dan dampak
bagi psikologis di masyarakat ?

B. Sebagai perawat jiwa peran dan fungsi yang bisa kita lakukan pada pandemic covid-19
ini?

5. Susunlah asuhan keperawatan jiwa terkait kasus gangguan jiwa pada pasalah yang terkait
dengan masalah :
A. Ansietas
B. Gangguan konsep diri
C. Keputusasaan
D. Distress spiritual
========SELAMAT MENGERJAKAN ======

JAWABAN

1. Trend dan issue global saat ini adalah penyebaran Corona Virus Disease atau COVID-19
yang terjadi di seluruh dunia. Akibatnya psikologis masyarakat dunia pun iku terkena
dampaknya, karena pemberitaan setiap hari mengenai jumlah dari pasien COVID-19
yang terus meningkat mengakibatkan masyarakat tertekan, cemas hingga stres. Dampak
dari kekhawatiran ini bisa menyebabkan masyarakat mengalami gejala obsesif compulsif
yaitu gangguan mental yang menyebabkan penderita merasa harus melakukan suatu
tindakan secara berulang-ulang. Jika tidak segera ditangani maka akan berdampak
semakin buruk bagi psikilogis masyarakat.
Sebagai perawat jiwa kita bisa melakukan Penatalaksanaan pasien obsesif kompulsif
dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, kombinasi antara golongan SRI
(Serotonin Reuptake Inhibitor) dan terapi kognitif memerlukan farmakoterapi dan
psikoterapi. Dalam menentukan strategi penatalaksanan obsesif kompulsif harus
memperhatikan keparahan penyakit, usia dan faktor laeffic meliputi efficacy, speed,
durability, tolerability dan acceptability. Dengan perilaku merupakan pilihan pertama.
2. A. PREVENSI PRIMER
 Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, & pendidikan
 Memberikanpendidikankesehatan
 Melakukan rujukan yang sesuai dengan sebelum gangguan jiwa terjadi
 Membantu klien di RSU untuk menghindari masalah psikiatri dimasa mendatang
 Bersama-sama keluarga memberi dukungan pada anggota keluarga & meningkatkan
fungsi kelompok
 Aktif dalam kegiatan masyarakat & politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
PREVENSI SEKUNDER
 Melakukan skrining & pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
 Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan
 Memberikan konsultasi
 Melaksanakan intervensi krisis
 Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat usia
 Memberikan intervensi pada komunitas & organisasi yang telah teridentifikasi masalah
yang dialaminyananganan dirumah
 4. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
 5. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
 Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan
 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri

PREVENSI TERSIER
 Melaksanakan latihan vokasional & rehabilitasi
 Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas kesehatan jiwa
untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas
 Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat siang) pada klien

B. Psikodinamika gangguan jiwa pada individu


- Faktor presdisposisi merupakan
faktor resiko yg mempengaruhi jenisdan jumlah sumber yang digunakan individu
untuk mengatasi stress Terdiri dari1. Faktor Biologis 2. Faktor Psikologi
3. Faktor Sosial Budaya
- Stressor presipitasi merupakan stimulus yang di terima seseorang yang
dipersepsikan sebagai tantangan, ancaman yang mengakibatkan ketegangan dan
butuh energi ekstra untuk mengatasi.
- Penilaian terhadap stressor merupakan evaluasi tentang makna stressor bagi
kesejahteraan seseorang. Meliputi penilaian koginitif, afektif, perilaku, dan
fisiologis.
- Sumber koping merupakan evaluasi pemiliham koping dan strategi koping.
- Mekanisme koping merupakan upaya yang diarahkan untuk mengatasi stress.
- Rentang respon Penyesuaian merupakan kisaran respon manusia yang adiktif ke
maladaptif.
- Respon adaptif mendukung fungsi integrasi
sebagai respon sehat dan berfungsi sebagai respon belajar untuk mencapai tujuan.
- Respon Maladaptif akan menghambat fungsi integrasi.
3. Setiap klien yang mengalami pemeriksaan mental, pengkajian awal dilakukan dengan
menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-
tanda menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan
dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan
mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial, dan
pengkajian status mental. Pemeriksaan status mental adalah gambaran penampilan
pasien, cara berbicara, tindakan, dan pikiran selama wawancara. Pemeriksaan status
mental meliputi penilaian status mental, penilaian kesadaran, penilaian aktivitas
psikomotorik, penilaian orientasi, penilaian persepsi, penilaian bentuk dan isi pikir,
penilaian mood dan afek, penilaian pengendalian impuls, penilaian menilai realitas,
penilaian kemampuan tilikan (insight), penilaian kemampuan fungsional.
4. A. Sampai saat ini pandemi COVID- 19 masih sangat meresahkan semua masyarakat
dunia, di Indonesia sendiri kasus terkait COVID-19 semakin bertambah setiap harinya,
dan pemberitaan di televisi serta media sosial juga ramai membicarakan tentang COVID-
19 ini akibatnya tidak sedikit dari masyarakat yang akhirnya psikologis nya tertekan
akibat kekhawatiran dan ketakutan akan tertular COVID-19 tersebut. Masyarakat
cenderung bertindak melebihi yang seharusnya tidak mereka lakukan, contohnya seperti
memborong masker, hand sanitizer, hand scoon, bahkan alkohol swab. Tindakan yang
berlebih tersebut dilakukan karna masyarakat merasa takut akan terjangkit virus COVID-
19.
B. Sebagai perawat jiwa kita bisa memberikan edukasi terlebih dahulu kepada
masyarakat untuk tetap tenang namun juga harus waspada, namun jika perilaku sudah
sampai pada gejala obsesif kompulsif maka kita sebagai perawat jiwa bisa melakukan
terapi kognitif yang memerlukan farmakoterapi serta psikoterapi.
5. Asuhan keperawatan pada:
A. Ansietas
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat Penyakit:
- Riwayat penyakit dulu
- Riwayat sekarang
3. Perilaku.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan koping individu yang tidak efektif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan :
• Menurunkan tingkat ansietas
• Pengendalian diri terhadap ansietas
• meningkatkan kemampuan koping
Kriteria hasil:
• Ansietas berkurang
• Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas
• Mampu mengidentifikasi gejala ansietas
Intervensi:
• Kaji tingkat kecemasan pasien
• Buat rencana penyuluhan dengan tujuan yang realistis
• Informasikan tentang gejala ansietas
• Ajarkan keluarga membedakan antara serangan panik dan gejala penyakit fisik
• Ajarkan pasien teknik relaksasi
• Berikan obat untuk menurunkan ansietas jika perlu
• Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal pikiran dan perasaan
yang sedang dialaminya
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Dampingi pasien untuk mengurangi rasa takut atau memberikan keamanan.

B. Gangguan konsep diri


1.Pengkajian

Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah presepsi diri atau pola konsep diri,
pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya nilai
keyakinan dan tanda tanda ke arah perubahan fisik, seperti kecemasan, ketakutan, rasa
marah, rasa bersalah, dan lain lain.
1. Citra tubuh
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap
tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
persepsi dan pengalaman yang baru. Yang perlu dikembangkan dalam citra tubuh pasien
sebagai berikut :
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Bentuk tubuh
d. Tanda-tanda pertumbuhan sekunder

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Yang perlu
dikembangkan dalam ideal diri pasien sebagai berikut :
a. cita cita pasien

b. harapan pasien

c. identifikasi pada orang tua

d. Aspirasi pasien

e. Nilai-nilai yang ingin dicapai

3. Harga diri

Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Yang perlu dikembangkan
dalam harga diri pasien sebagai berikut :
a. percaya diri

b. penghargaan dari orang lain

4. Peran

Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Yang perlu
dikembangkan dalam peran sebagai berikut :

a. Minat dan bakat

b. Aktualisasi diri

5. Identitas

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab


terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten dan keunikan individu. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi
merupakan tugas utama pada masa remaja. Yang perlu dikembangkan dalam identitas
diri:

a. Nama pasien

b. Usia pasien

c. Agama pasien

d. Jenis kelamin pasien


e. Status pasien

2. Diagnosis keperawatan gangguan konsep diri :


1. Diagnosa : ketidak efektifan Koping berhubungan dengan gangguan konsep ( Harga
diri rendah) diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan
yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak dan ketidakmampuan untuk
menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan harga diri yang realistis


Tujuan Khusus : Klien dapat menunjukkan penyelesaian masalah yang ia hadapi
Kriteria Evaluasi :
1. Menunjukkan koping yang efektif
2. Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress
3. Menggunakan strategi koping yang paling efektif
4. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari hari
5. Mengungkapakan secara verbal tentang rencana penerimaan atau mengubah
situasi
Intervensi :
1. Peningkatan koping
Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor, perubahan atau
ancaman yang menggangu pemenuhan tuntutan dan peran hidup
2. Konseling
Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien dan orang terdekatuntuk meningkatkan atau mendukung
koping, penyelesaian masalah, dan berhubungan interpersonal.
3. Bantuan emosi
Memberikan penenangan, penerimaan dan dorongan selama periode stress
4. Peningkatan peran
Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk
memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan menambahkan perilaku peran
tertentu
5. Peningkatan harga diri
Membantu pasien untuk meningkatkan personal terhadap harga dirinya

Rasional :
1. Kebiasaan dan psikologis respon terhadap stress dapat berbeda beda dan
menunjukkan tingkatan ketidakefektifan koping.
2. Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian dari strategi koping yang
sesuai. Pasien yang memiliki status kesehatan yang berubah ubah bukan berarti
kesulitan koping yang dialami pasien menjadi satu satunya penyeban yang
berhubungan.
3. Keberhasilan penyesuaian disebabkan oleh koping yang dialami sebelumnya
berhasil.
4. Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping bisa membutuhkan sumber
tamabahan seperti ; kemampuan koping sebelumnya dapat mencukupi dalam
situasi yang ada.
5. Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah disiapkan seperti saat
perawatan dirumah sakit, sebelum pasien diizinkan pulang tanpa dukungan yang
cukup untuk keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan kesehatan dapat dilakukan
oleh orang orang yang perduli dengannya seperti perawat yang ada dirumah,
komunitas, dan konseling spiritual.
6. penyelesaian masalah yang sesuai memerlukan informasi yang akurat dan pilihan
yang sesuai. Pasien dengan ketidakefektifan koping yang tidak dapat mendengar
dan mengasimilasi informasi yang dibutuhkan
7. pasien dapat merasakan perawatan lebih baik dari pada mereka mengatasi sendiri
dan merasa sedikit lepas kendali dalam menyelesaikan masalah.
Aktifitas Kolaboratif
1. Awali dengan diskusi tentang perawatan pasien untuk meninjau mekanisme
koping pasien dan untuk menyusun rencana perawatan
2. Libatkan sumber sumber dirumah sakit dalam memberi dukungan emosional
untuk pasien dan keluarga
3. Perawat berperan sebagai penghubung antara pasien, penyedia layanan kesehatan
laindan sumber komunitas.
Implementasi
Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang telah di
rencanakan menurut kebutuhan intervensi pasien.

Evaluasi
A. Kemampuan yang diharapkan dari pasien :
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif dalam diri pasien.
b. Pasien dapat melakukan perawatan kebersihan mandiri.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan minatnya dan membuat rencana
kegiatan harian.
d. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
B. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga :
a. Keluarga tidak lagi menjauhi pasien.
b. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
c. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan
aktivitas.

C. Keputusasaan
Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposis pada klien dengan keputusasaan adalah faktor :
Biologis,adanya penyakit infeksi yang kronis.
Faktor psikologis antara lain perasaan terbuang, kehilangan kepercayaan pada kegiatan
spiritual. Faktor sosial dan budaya adalah pembatasan aktivitas jangka panjang .
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi secara biologis. Riwayat keluarga menderita depresi, status nutrisi,
ststus kesehatan secara umum, pembatasan aktivitas jangka panjang.
Faktor Psikologis. Stres jangka panjang, Retardasi mental, kemampuan komunikasi
verbal kurang, pengalaman masa lalu kurang menyenangkan dan konsep diri kurang baik.
Faktor sosial budaya
Adanya hambatan pelaksanaan interaksi sosial
Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
Kurang dukungan sosial
Putus sekolah dan pemutusan hubungan kerja
c. Tanda dan gejala
Data subyektif : persepsi klien yang tidak baik tentang dirinya orang lain dan
lingkungan , mengeluh pusing dan sakit kepala
Data obyektif : kurang terlibat dalam asuhan keperawatan, pasif, kurang
afsu makan, badan terlihat lesu penurunan berat badan atau peningkatan
berat badan
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang konstrukstif
Melakukan perubahan perilaku yang menurunkan keputusasaan
Beradaptasi dengan lingkungannya
Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis
Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart, 2011)
Fokus pada masalah
Mekanisme koping dektrukstif
Tujuan Tindakan keperawatan
Klien mampu :
Klien menunjukan keputusasaan akan berkurang yang ditandai dengan
konsisten dalam membuat keputusan, adanya harapan. Keseimbangan mood,
status gizi yang adekuat, asupan makanan dan minuman yang adekuat, tidur
yang adekuat, dan mengungkapkan kepuasan dalam kualitas hidup.
Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang ada:
1. Resiko bunuh diri
2. Keputusasaan.
3. Kehilangan
4. Harga diri rendah.
5. Isolasi sosial.
Rencana Intervensi
- Tujuan :
- Klien dapat menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan
konstruktif kepada orang lain.
- Klien dapat mengenang kehidupan yang posesif.
- Klien dapat memperimbangkan makna dan nilai-nilai hidupnya.
- Klien dapat berpartisipasi dalam peran yang bermakna.
Intervensi
1. Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan sedih atau
keputusasaan .
2. Tetapakan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya
dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien.
3. Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa.
4. Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukann untuk mengatasi masalah.
5. Dukung klien untuk menggunakan koping efektif.
6. Berikan alternatif penyelesaian masalah.
- Tujuan :
1. klien tidak mengalami putus asa yang berkepanjangan.
Intervensi.
1. Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya.
2. Dengarkan klien dengan seksama.
3. Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan, ketakutan
dan kekhawatirannya.
4. Bantu klienmengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan.
5. Bantu klien memahami bahwa ia pribadi yang mampu mengatasi aspek
keputusasaan dalam kehidupannya.
6. Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan.
7. Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
8. Bantu klien dalam mempelajari keterampilan koping yang efektif.
9. Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam rencana perawatan.
Implementasi
Mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan sesuai
dengan apa yang telah di rencanakan menurut kebutuhan intervensi pasien.
Evaluasi
- Kemampuan membuat keputusan
- Tingkah laku selama bekerja
- Kerjasama
- Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)
- Intensif dan tanggung jawab
- Kemempuan untuk diajak dan mengajak berunding
- Orientasi, tempat, wktu, situasi, orang lain
- Kerapian Bekerja
- Lambat atau cepat
- Menerima keritik dari atasan atau teman bekerja
- Wajar dalam penampilan
- Berkompetisi

D. Distress spiritual

A. Pengkajian

a. Identitas Pasien (nama, umur, tanggal pegkajian, nomor rekam medik, informan)

b. Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit.

c. Faktor Prediposisi

1. Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang


sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.

2. Faktor presdisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi,


posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

d. Faktor presipasi

1. Faktor biologis

Bila seorang mengalami gangguan fisik tertentu, atau pengobatan yang berlangsung lama akan
menyebabkan seseorang mengalami distress spiritual.

2. Faktor psikologis

Bila seseorang kehilangan kepercayaan diri akan menyebabkan kondisi putus asa.

3. Faktor sosial budaya.

Bila seseorang mengalami kehilangan fisiologisnya karena adanya bagian tubuh yang hilang
menyebabkan distress spiritual. Berdasarkan proses terjadinya masalah diatas , maka klien yang
mengalami distress spiritual akan menampilkan perasaan diri negative terhadap diri maupun
lingkungan sekitar yang diakibatkan karena adanya keyakinan akan ketidakmampuan diri dalam
menghadapi kehidupan dan resiko tinggi timbulnya ide bunuh diri.

e. Keadaan Fisik : hal yang berkaitan dengan tanda-tanda vital, keluhan dan keadaan secara fisik
pasien (biasanya merupakan hasil dari pemeriksaan fisik pasien dari ujung kepala sampai ujung
kaki, terutama kaji masalah hyginepasien).

f. Keadaan psikososial (berkaitan dengan genogram, komponen konsep diri, hubungan sosia, dan
spiritual)

g. Status mental (penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam perasaan, afek, persepsi, pola
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, konsentrasi, kemampuan penilaian dan daya tilik diri)

h. Perilaku

Perilaku yang berhubungan dengan diagnosis


Adapun tanda dan gejala menurut Keliat (2005) adalah :

- Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan merasa hampa

- Sering mengeluh dan murung

- Tampak kurang bicara atau tidak mau bicara sama sekali

- Menunjukkan kesedihan ,afekdasar atau tumpul

- Menarik diri dari lingkungan kontak mata kurang

- Mengangkat bahu ketika ditanya menandakan masa bodoh

- Tampak selalu murungataubluemood

- Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia,takipneu)

- Menurun atau tidak adanya nafsu makan

- Peningkatan waktu tidur

- Penurunan keterlibatan dalam perawatan

- Bersikap pasif dalam menerima perawatan

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa merupakan pendekatan sistematis terhadap pemahaman dan gambaran kondisi terkini
organisasi yang merinci pada hakekatpermasalaham dan identifikasi faktor penyebab yang
memberikan dasar untuk pilih strategi perubahan dan teknik yang paling tepat.

C. Rencana Intervensi

- Tujuan :

- Klien dapat menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif kepada
orang lain.

- Klien dapat mengenang kehidupan yang posesif.


- Klien dapat memperimbangkan makna dan nilai-nilai hidupnya.

- Klien dapat berpartisipasi dalam peran yang bermakna.

D. Implementasi, mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang


telah di rencanakan menurut kebutuhan intervensi pasien.

E. Evaluasi

- Kemampuan membuat keputusan

- Tingkah laku selama bekerja

- Kerjasama

- Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)

Anda mungkin juga menyukai