Anda di halaman 1dari 6

Nama: Nafilah Azmi Yaswar

NIM/ Kelas: 131811133073/ A2


KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II
RESUME TM 1
KONSEP TERAPI MODALITAS DAN TERAPI KELUARGA
Terapi modalitas adalah suatu proses terapi penyembuhan dan perawatan pada individu melalui
suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku maladatif menjadi adaptif. Terapi
modalitas dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Somato Terapi (farmako terapi, ECT, pembedahan)
a. Psikofarmaka dibagi menjadi 5 macam yaitu (antipsikotik, anti depresan, anti mania,
anti ansietas, anti Parkinson) Psikofarmaka bertujuan sebagai
- Mengumpulkan data sebelum pengobatan
- Mengkoordinasi ibat dengan terapi modalitas
- Pendidikan Kesehatan
- Menyesuaikan dengan terapi nonfarmakologi
Cara perawat dalam hal ini yaitu
- Meyakinkan klien bahwa obat tersebut bermanfaat
- Hindari sikap ragu-ragu
- Berkomunikasi jelas dan singkat
- Yakinkan pada klien bahwa obat harus benar-benar diminum dengan cara segera
b. ECT (Elektro Konvulsi Terapi) Terapi yang membuat kejut seseorang dengan
memakai alat konvulsator Alat ini digunakan pada saat klien depresi berat,
schizophrenia, pasien yang tidak responsive dengan farmako terapi. ECT membuat
efek samping seperti aritmia jantung, apnea berkepanjangan, reaksi toksik atau alergi
terhadap obat-obatan. Persiapan ECT harus sesuai dengan surat informed consent
mulai dari tempat tidur, alat ECT, kasa, alat pengganjal gigi, alat penghisap lender,
alat suntuk dan obat.
2. Psikoterapi (supportif, genetic dinamik)
a. Terapi Kognitif yaitu suatu terapi jangka pendek yang teratur dan memberikan dasar
berfikir untuk mengekspresikan perasaan negatifnya dan mampu memecahkan
masalah.
Tujuan dari terapi kognitif
- Mengubah pikiran maladatif menjadi adaptif
- Meningkatkan aktivitas
- Mengurangi perilaku yang tidak diinginkan
- Meningkatkan keterampilan social
Teknik yang digunakan dalam terapi
- Pikiran otomatis
- Distorsi kognitif
- Tanggapan rasional

b. Terapi Perilaku
Suatu terapi yang dapat membuat seseorang berperilaku sesuai dengan proses belajar
yang dilalui saat dia berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung. Terapi perilaku
seperti token economy, time out, systematic desensitization, flooding.
c. CBT
Terapi yang gabungan antara terapi kognitif dengan terapi perilaku
d. Terapi Kelompok
Terapi yang bertujuan mengubah perilaku klien dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Pembagian stimulasi dalam terapi kelompok
- Tak stimulasi sensori Aktivitas memberikan stimulasi pada sensori klien agar
memberi respon yang adekuat pada klien yang tidak mau berkomunikasi.
- Tak stimulasi realitas Mengorientasikan klien pada kenyataan yang ada pada
sekitarnyayaitu diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Terapi ini dilakukan pada
klien halusinasi, kebingungan dll.
- Tak sosialisasi Suatu kegiatan yang memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan social dengan klien yang memilik
gangguan hubungan social seperti menarik diri, kerusakan komunikasi verbal.
- Tak stimulasi persepsi Suatu kegiatan yang melatih klien untuk mempersepsikan
stimulus yang pernah dialami.
- Tak stimulasi persepsi aktivitas Terapi yang dilakukan dengan cara
mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari dan mempersepsikan stimulus nyata
yang menyebabkan harga diri rendah.
Pada terapi ini urutannya yaitu leader, co leader, fasilitator, observer
3. Manipulasi lingkungan dan sosio terapi
a. Terapi lingkungan dan soisal yang ditata agar dapat membantu penyembuhan dan atau
pemulihan klien. Tujuan dari terapi ini adalah mengembangakan ketrampilan
emosional dan social yang akan menguntungkan kehidupan setiap hari. Karakteristik
umum dari terapi lingkungan adalah komunikasi terbuka atau komunikasi dua arah
dimana kedua belah pihak saling mengerti pesan yang dimaksudkan tanpa adanya hal
yang disembunyikan dan akhirnya akan membuahkan hasil kesembuhan klien.
1. Lingkungan yang digunakan
- Ruang anak anak (mainan sesuai dengan usianya)
- Ruang remaja ( alat informasi (buku, film, majalah)
- Ruang lansia (terang, aman, dan sederhana)
2. Strategi dalam terapi lingkungan
- Aspek fisik (aman dan nyaman)
- Aspek intelektual (stimulus eksternal yang positif)
- Aspek sosial (mengembangkan komunikasi yang baik terhadap perawat dan
kliennya)
- Aspek emosional (sikap dasar yang hendaknya dibangun seperti sikap jujur,
hangat, empati, peka dalam perasaan)
- Aspek spiritual (memaksimalkan kebutuhan dasar manusia dari pengalaman
yang membuat perasaan damai dengan menyediakan tempat ibadah)
3. Peran perawat dalam terapi lingkungan
- Sebagai pengasuh dengan memberikan asuhan keperawatan
- Sebagai manager dengan mengatur dan mengorganisasi semua kegiatan untuk
klien dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaa, sampai evaluasi.
b. Terapi keluarga Terapi dengan cara menata kembali masalah hubungan antar manusia
dengan cara menggali masalah emosi yang timbul yang kemudian di selesaikan
bersama dengan anggota keluarga. Tujuan dari terapi keluarga yaitu membantu
mengembangkan harga diri semua anggota keluarga, meningkatkan komunikasi
terbuka, membuat aturan yang fleksibel, menciptakan jaringan sosial.
1. Intervensi Klinik Strategi Terapi Keluarga yaitu
- Penerapan teori komunikasi yaitu bahwa semua perilaku dapat dinilai secara
verbal dan non verbal
- Penerapan struktur terapi keluarga
- Intervensi pemecahan masalah
2. Intervensi Non Klinik Aktivitas
- Komponen didaktik (informasi tentang gangguan jiwa dan system kesehatan
jiwa)
- Komponen keterampilan (melatih komunikasi, melatih penyelesaian konflik
dan masalah)
- Komponen emosi (memberikan kesempatan untuk memvalidasi perasaan)
- Komponen proses keluarga (berfokus pada koping keluarga dengan gangguan
jiwa dan gejala sisa terhadap keluarga)
- Komponen sosial (meningkatkan dukungan jaringan formal dan informal untuk
klien)
3. Psiko edukasi Memberikan informasi tentang gangguan jiwa dan system keswa
dengan memberikan kesempatan untuk validasi perasaan dan bertukar pandangan.
c. Terapi Rehabilitasi dan Okupasi Rehabilitasi adalah suatu pengembalian kemampuan
seseorang seperti semula baik fisik maupun mental . tujuannya mencapai perbaikan
fisik sebesar-besarnya. Tahap terapi:
- Persiapan (seleksi, T. Okupasi, Latihan kerja)
- Penyaluran (bengkel kerja terlindung)
- Pengawasan (day care, after care, home visit)
Latihan Kerja Suatu kegiatan yang diberikan pada rehabilitasi secara berjenjang
sebagai bekal untuk persiapan pulang dan kembali ke masyaraat.
Tahapan latihan kerja
1. Percobaan
2. Pengarahan
3. Penyaluran
Penyaluran : BKT Suatu tempat atau bengkel kerja khusus bagi rehabilitasi yang
masih perlu dilindungi dari persaingan ditempat kerja bebas
- Pengawasan : Home Visit Pasien day care/after care yang tidak teratur
kehadirannya
- Pengawasan : Day Care Pasien yang sudah dipulangkan atau sudah pernah
berobat ke RS, tetapi masih memerlukan kegiatan rehabilitasi.
- Pengawasn : After Care Perawatan lanjutan bagi rehabilitant yang dilakukan
secara periodic agar tetap dapat menjaga kesehatannya.
SOAL
Apakah terapi modalitas keperawatan jiwa bisa dilakukan pada kelompok sehat (remaja, lansia,
ibu hamil) serta penyakit kronis?
Jawab:
Bisa, karena terapi modalitas adalah terapi pendekatan yang digunakan untuk mengubah perilaku
maladatif menjadi adaptif.
a. Bagi kelompok Sehat: Terapi modalitas adalah berbagai gabungan terapi yang bertujuan
mengubah perilaku menyimpang menjadi perilaku yang sesuai (sehat). Secara garis besar
bentuk terapinya yaitu dengan perawat mengedukasi,melakukan preventif dan promotif
sehingga kelompok sehat dapat terhindar dari gangguan yang dapat mneyebabkan gangguan
jiwa.
1. Remaja : Misal masa remaja yaitu masa dimana anak mengalami pubertas dan mengenal
lawan jenis, pergaulan bebas, risiko terkena pengaruh dari teman-teman seperti pengaruh
merokok, narkoba. Biasanya di masa remaja, remaja akan lebih dekat dengan teman
sebaya dibandingkan dengan keluarga. Maka dari itu agar tidak terjadi penyimpangan
dapat diterapkan terapi modalitas seperti kombinasi terapi aktivitas kelompok dan terapi
keluarga. Terapi tersebut dapat digunakan sebagai cara untuk mengedukasi anak,
membuat kelompok diskusi dengan teman sebaya maupun keluarga.
2. Lansia : Pada lansia akan ada rasa ketakutan, kecemasan akan kematian. Perawat dapat
memberikan terapi modalitas misalnya terapi aktivitas kelompok dan terapi lingkungan.
Di dalam aktivitas kelompok, , perawat memberikan edukasi mengenai siklus kehidupan
setiap manusia pada dasarnya akan mengalami yang namanya kematian, dan dapat
merasakan rasa senasib dan bertukar pikiran antar lansia. Begitu juga terapi lingkungan,
di masa lansia harus diperbanyak ibadah agar hatinya tenang mendekatkan dengan sang
pencipta. Terapi tersebut dapat mengurangi rasa cemas yang dialami lansia dan tidak
berakibat pada gangguan kejiwaannya.
3. Ibu hamil : Ibu hamil pastinya akan ada banyak perubahan fisik maupun psikologis.
Perutnya membesar, mual, muntah hingga proses melahirkan normal ataupun Caesar
pastinya menimbulkan kecemasan di setiap perubahannya. Apalagi bila timbul
kecemasan memikirkan proses melahirkan yang dapat menyebabkan kematian, pastinya
ibu hamil sangat ketakutan akan hal tersebut. Maka dari itu terapi modalitas bisa
digunakan agar kecemasan dan pemikiran negative dapat dihilangkan dengan cara
mengedukasi mengenai pengetahuan ibu hamil, berdiskusi kelompok khusus ibu hamil,
penggunakaan terapi nonfarmakologi, dll.
b. Bagi Penyakit Kronis : Penyakit yang tidak kunjung sembuh dan penyakit terminal pastilah
membuat fisik dan psikologis pasien berubah menjadi tidak adaptif. Pada pasien penyakit
kronis pasti timbul kecemasan mengenai pemikiran negative dan datangnya kematian.
Sehingga terapi modalitas sangat dibutuhkan pada klien dengan penyakit kronis agar dapat
menurunkan kecemasan dan dengan pendekatan spiritual dapat mendekatkan klien dengan
sang pencipta agar klien dapat lebih tenang.

Referensi
Ah. Yusuf, Risky Fitriyasari, dkk. (2016). Kompetensi Perawat Dalam Merawat Pasien
Gangguan Jiwa. Surabaya, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. (jurnal ners Vo.
11, No. 2 Oktober 2016: 230-239).
Feri Fernandes. Penerapan Terapi Kelompok Terapeutik Dalam Menstimulasi Perkembangan
Remaja Dengan Pendekatan Model Stress Adaptasi Stuart dan Model Promosi
Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai