A DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG CEMPAKA
RSJ PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM
PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2015
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
ELFITA MARIA
15.02.05.061
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan pada praktek belajar
lapangan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara untuk memenuhi salah satu
syarat praktek dan mata kuliah keperawatan jiwa dalam menyelesaikan Profesi Ners.
Adapun
laporan yang telah disepakati dan telah disusun oleh penulis dengan judul
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami
dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki di masa yang akan
datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan,
September 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan
oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain,
tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan
berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan
Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Prevalensi gangguan jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini
merupakan kondisi yang sangat serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO.
Prevalensi penderita di Indonesia adalah 0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45
tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita gangguan jiwa.
Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta
mengalami skizofrenia. Tingginya angka gangguan kesehatan jiwa tersebut penyebabnya
multifaktorial bisa diakibatkan masalah sosial, ekonomi, maupun gizi yang kurang
dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah penderita skizofrenia (Yosep,
2007).
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan makalah ini dibatasi pada satu kasus saja yaitu asuhan
keperawatan pada Ny. A dengan resiko perilaku kekerasan di RSJ PROF. Dr.
MUHAMMAD ILDREM PROVINSI SUMATERA UTARA mulai tanggal 1 September
sampai dengan tanggal 11 September 2015.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa
Skizofrenia paranoid episode berulang resiko perilaku kekerasansesuai dengan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
BAB II
BAB III
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010).
Suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. (Marlindawani Jenny, dkk, 2010).Suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
ataupun marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2006).
Menurut Yosep (2009), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
campuran perasaan frustasi dan benci atau marah, yang diproyeksikan ke lingkungan,
kedalam diri secara dektruktif. Perilaku ini dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim
dari marah atau ketakutan (panik).
Hirarki (2009) mendefinisikan perilaku kekerasan sebagai suatu bentuk ekspresi
kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan- tindakan yang dapat
membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan
yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa
diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber
kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.
pengalaman
yang
dialami
tiap
orang
yang
merupakan
faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut dialami oleh individu seperti :
a. Psikologis,
kegagalan
yang
dialami
dapat
menimbulkan
frustasi
yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak -kanak yang tidak
menyenangkan
yaitu
perasaan
ditolak,
dihina,
dianiaya
atau
sanksi
penganiayaan.
b. Perilaku,
reinforcement
yang
diterima
pada
saat
melakukan
kekerasan,
kontrol
sosial
yang
tidak
pasti
terhadap
perilaku
kekerasan
akan
presipitasi
dengan
orang
keputusasaan,
lain.
dapat
bersumber
Kondisi
ketidakberdayaan,
klien
dari
klien,
seperti
percaya
lingkungan
kelemahan
diri
yang
atau
interaksi
fisik
(penyakit
kurang
dapat
fisik),
menjadi
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai
cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan maraknya demonstrasi, film-film
kekerasan, mistik, tahayul dan perdukunan dalam tayangan telivisi. Emosi marah sering
merangsang kemarahan dari orang lain, dan menimbulkan penolakan dari orang lain.
Sebagian klien menyalurkan kemarahan dengan nilai dan mengkritik tingkah laku orang
lain, sehingga orang lain merasa sakit hati. Proses tersebut dapat mengasingkan individu
sendiri menjauhkan diri dari orang lain.
4. Faktor Spiritual
Dalam tinjauan spiritual, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan
setan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal (Devil Support). Semua
bentuk kekerasan adalah bisikan setan melalui pembuluh darah ke jantung, otak, dan organ
vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan
dirinya terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma
agama (super ego).
C. Tanda dan Gejala
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan sosial.
D. Rentang Respon
Respon Adaptif
Asertif
Respon Maladaftif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
Keterangan:
1. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alternative.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control.
E. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien
untuk
mengembangkan
koping
yang
konstruktif
dalam
mengekpresikan
BAB III
TINJAUAN KASUS
RUANG RAWAT
: Cempaka
: Tn.F
: 22 tahun
: Islam
: SMA
: Batak
: 03.51.97
: 2 Agustus 2015
: 8 September 2015
: Pasien dan status pasien
II.ALASAN MASUK
Klien masuk ke RSJ karena klien suka mengamuk, sering marah-marah, mudah
tersinggung, merobek pakaian dan menghancurkan barang-barang.
III.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Ya
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
3. Trauma
Pelaku/UsiaKorban/Usia Saksi/Usia
Aniaya Fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalamkeluarga
Tindakan kriminal :
Tidak Berhasil
Jelaskan
Penjelasan
: Dalam keluarga hanya klien yang mengalami gangguan
jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien merasa kehilangan karena
di tinggal oleh 2 teman dekatnya yaitu teman SMP yang kerja dan teman SMA yang
kuliah di Bogor. Sehingga klien merasa sedih karena di tinggal sendirian.
Masalah keperawatan : Koping individu inefektif
II.
FISIK
1 Tanda vital : TD: 120/80 mmHg HR :90x/i
Temp : 370c RR : 22x/i
2 Ukur
: TB : 155 cm
BB : 45 kg
3 Keluhan fisik
Ya
Tidak
Jelaskan
: Klien tidak memiliki keluhan tentang fisiknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Klien
: Perempuan Meninggal
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
Jelaskan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Tuhan Yang maha Esa
b. Kegiatan ibadah
dalam ruangan
Masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat
Lambat
Keras
Membisu
Gagap
Inkoheren
Apatis
Tidak mampu mulai pembicaraan
Jelaskan
Masalah Keperawatan
dapat dimengerti.
: Tidak ada masalah
3. Aktivitas Motorik
Lesu
Tik
Jelaskan
Tegang
Gelisah
Agitasi
Grimasen
Tremor
Kompulsif
:Klien dapat beraktivitas dengan baik
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira
: Klien terlihat sedih karena berada di RSJ merasa terasing
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak
Jelaskan
Masalah keperawatan
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Jelaskan
7. Persepsi
Pendengaran
Penglihatan
Pengecapan
Penghidup
Jelaskan
Perabaan
Tangensial
Perabaan
Flight of idea
Blocking
Pengulangan pembicaraan
Jelaskan
9. Isi pikir
Obsesi
Depersonalisasi
Fobia
Hipokondria
Ide yg terkait
Pikiran magis
Waham
Agama
Somatic
Kebesaran
Nihilisti
Sisip pikir
Kontrol pikir
Curiga
Jelaskan
Masalah keperawatan
Sedasi
Sedasi
Tempat
Orang
Masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan
: Klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan
sekarang (saat dibawa ke rumah sakit dan diantar oleh
keluarga dan klien dapat mengingat nama mahasiswa saat
berkenalan).
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan
: Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara
sederhana
Masalah keperawatan
: Tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Jelaskan
dan buruk
Masalah keperawatan
Gangguan bermakna
: Klien mampu mengambil keputusan yang mana baik
: Tidak ada masalah
Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan
3. Mandi
Bantuan minimal
Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan Minimal
Bantuan total
: 2 jam
Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan
8. Kegiatan didalam rumah
Mempersiapkan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakaian
Pengaturan keuangan
9. Kegiatan diluar rumah
Belanja
Menjaga kerapian rumah
Lain-lain
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Minum alkohol
Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi
Bekerja berlebih
Aktivitas konstruksi
Menghindar
Olahraga
Mencederai diri
Lainnya
Lainnya
III.
V.
Penyakit jiwa
Koping
Lainnya
Sistem pendukung
Faktor predisposisi
Penyakit fisik
Obat-obatan
ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Skizofrenia paranoid berulang
Therapy Medik
: Steroid i ampl
Clozapine 1x1
Trihexypenidil 2mg 2x1
Resperidon 2mg 2x1
VI.
ANALISA DATA
No
1
VII.
2
3
4
Analisa Data
DS: Klien melakukan merobek pakaian
dan memecahkan barang-barang.
DO: Emosi
sering
berubah-ubah,
pandangan mata tajam
DS : Klien tidak dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri
DO : Klien diberhentikan dari pekerjaannya
DS : Klien kurang perhatian terhadap
perawatan dan pengobatan dari keluarga
DO : Klien tampak sedih
DS : Klien merasa tidak berarti dikeluarga
dan di lingkungan, kehadiran klien tidak
diterima di lingkungan
DO : Klien tampak sedih
DO : Klien jarang minum obat
DS : Klien tidak pernah dibawa kontrol
ulang
Masalah
Resiko tinggi perilaku kekerasan
A
Koping individu inefektif
POHON MASALAH
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasn
Perilaku Kekerasan
F
T
MASALAH KEPERAWATAN
1 Resiko Perilaku Kekerasan
2 Koping individu inefektif
3 Koping keluarga inefektif
4 Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
5 Regiment terapeutik inefektif
VIII.
A
R
ASUHAN KEPERAWATAN
WAKTU
Rabu
9-9-2015
Pukul
10.00 WIB
Kamis
IMPLEMENTASI
1. Data
a. Marah tanpa sebab
b. Merusak barang-barang
c. Merobek pakaian
d. Mengamuk
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Intervensi Keperawatan
SP 1
a. Mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang dilakukan
d. Mengidentifikasi
akibat
perilaku
kekerasan
e. Menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan
f. Membantu klien mempraktekkan latihan
tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yaitu jika kemauan klien tidak
dituruti
b. Mengidentifikasi
tanda dan gejala
perilaku kekerasan yaitu klien marah,
mengamuk tanpa jelas, merusak barangbarang dan cenderung melukai orang lain
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang dilakukan adalah mengamuk dan
merusak barang-barang
d. Mengidentifikasi
akibat
perilaku
kekerasan yaitu orang-orang sekitar
menjauhi dirinya
e. Menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan adalah dengan tarik nafas
dalam, pukul kasur bantal, verbal,
spiritual dan obat
f. Membantu klien latihan tarik nafas dalam
dan pukul kasur bantal
5. RTL (Rencana Tindak Lanjut) : SP 2
(mengontrol perilaku kekerawan dengan
verbal)
1. Data
EVALUASI
S : Senang, emosi tidak ada
O : Klien mampu melakukan
latihan tarik nafas dalam dan
pukul kasur bantal
A : Resiko perilaku kekerasan
(+)
P : Latihan tarik nafas dalam 3
x 1, latihan pukul kasur bantal 2
x1
10-9-2015
Pukul
10.30 WIB
Jumat
11-9-2015
Pukul
11.00 WIB
mulai
terkendali,
klien
melakukan latihan tarik nafas
dalam dan pukul kasur bantal
1. Data
a. Marah tanpa sebab
b. Merusak barang-barang
c. Merobek pakaian
d. Mengamuk
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Intervensi Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
b. Melatih klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spiritual
c. menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien yairu klien tetap melakukan latihan
nafas dalam, pukul kasur bantal dan
latihan verbal)
b. Melatih klien mengontrol halusinasi
dengan spiritual yaitu dengan saat emosi
muncul
klien
dianjurkan
untuk
melakukan shalat
5.
Sabtu
12-9-2015
Pukul
12.00 WIB
1.
2.
3.
4.
5.
WAKTU
KASUS
S : Senang,
terkendali
emosi
dapat
EVALUASI
Rabu, 1. Data :
S : Klien kelihatan senang saat
9-9-2015
Klien merasa hidupnya tidak
berinteraksi
Pukul 11.30
berarti lagi di keluarga dan
WIB
dapat
melatih
lingkungan semenjak klien O : Klien
kemampuan yang dapat
dirawat di rumah sakit
dikerjakan
Klien terlihat sedih karena
berada di RSJ merasa terasing
dari keluarga dan terpisah A : Harga Diri Rendah (+)
dengan keluarga
P : Latihan kemampuan yang
dimiliki 1x sehari
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Implementasi:
Sp 1 :
Identifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
klien
Latih klien sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
Mengidentifikasi kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
klien
Melatih klien sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Menganjurkan
klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut : Sp 2
(melatih
kemampuan
yang
dimiliki klien)
1. Data :
Klien merasa hidupnya tidak
berarti lagi di keluarga dan
lingkungan semenjak klien
dirawat di rumah sakit
Klien terlihat sedih karena
berada di RSJ merasa terasing
dari keluarga dan terpisah
dengan keluarga
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Implementasi:
Sp 2 :
Evaluasi jadwal kegiatan
harian
Latih
kemampuan
klien
(membersihkan dan merapikan
ruangan)
Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal keghiatan harian
4. Tindakan Keperawatan:
Evaluasi jadwal kegiatan
harian
:
Latih
kemampuan
membersihkan
dan
merapikan ruangan setiap
hari
Latih
kemampuan
klien
(membersihkan dan merapikan
ruangan)
Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal keghiatan harian
Rencana Tindak Lanjut : Sp 3
(membantu
klien
memilih
kemampuan yang akan dilatih )
1. Data :
Klien merasa hidupnya tidak
berarti lagi di keluarga dan
lingkungan semenjak klien
dirawat di rumah sakit
Klien terlihat sedih karena
berada di RSJ merasa terasing
dari keluarga dan terpisah
dengan keluarga
2. Diagnosa Keperawatan:
Harga Diri Rendah
3. Implementasi:
Sp 3:
Evaluasi jadwal kegiatan
harian
Latih
kemampuan
klien
(memperbeden dan nyuci
piring
Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Sp 4 :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian
Melatih kemampuan klien
(memperbeden dan nyuci
piring
Menganjurkan
klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Ny. A dengan resiko perilaku
kekerasan di ruang Singgalang Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi
Sumatera Utara Medan, maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan antara
teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien
dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah sakit
jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi teraupetik
yang lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
sobservasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar
klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
3. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status, melihat buku rawatan dan
bertanya kepada pegawai ruangan Cempaka.
Dalam pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama
seperti: diteori: Resiko perilaku kekerasan ditandai dengan marah-marah atau emosi yang
tidak terkontrol, pandangan tajam, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau
memukul benda/ orang lain, dan jalan mondar-mandir, sedangkan dikasus: Klien marahmarah yang tidak terkontrol, memecahkan barang-barang, merobek baju dan mengamuk.
B. Tahap diagnosa keperawatan
Dalam tinjauan teoritis ditemukan diagnosa keperawatan : resiko perilaku kekerasan,
sedangkan pada tinjauan kasus diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
1.
2.
C. Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu : resiko perilaku
kekerasan.
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan sehingga
penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan
tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan petunjuk dari
petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada penulis.
Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu :
1. Resiko Perilaku Kekerasan
a. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
e. Membantu pasien mempraktekan latiahn cara mengontrol fisik dengan tarik
nafas dalam dan pukul bantal/kasur
f. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Ny. A penulis melanjutkan asuhan
keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan di ruangan Cempaka Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. Maka penulis
mengambil kesimpulan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang telah ada:
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus resiko perilaku
kekerasan dilakukan meliputi aspek psikososial, spiritual dan melibatkan keluarga
didalamnya.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan maka antar perawat dan klien harus membina
hubungan saling percaya.
3. Bagi mahasiswa/mahasiswi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan khususnya
tentang keperawatan resiko perilaku kekerasan.
4. Bagi klien agar mengenal dan mengontrol perilaku kekerasan serta klien mengikuti
pengobatan secara optimal sampai berhasil agar tidak terulang kembali.
5. Peran serta keluarga sangat penting dalam penyembuhan klien karena dengan
dukungan keluarga penyembuhan klien dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
B. Saran
Diharapkan pada keluarga agar sering mengunjungi klien selama perawatan karena
dengan seringnya keluarga berkunjung, maka klien merasa berarti dan dibutuhkan dan
juga setelah pulang keluarga harus memperhatikan obat yang dikonsumsi serta membawa
klien kontrol secara teratur ke pelayanan kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Aedil, dkk (2013).Perilaku Petugas Kesehatan Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa
Skizoprenia Di Rumah Sakit Khusus daerah Sulawesi Selatan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Direja Ade (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta. Nuha Medika
Nasution, dkk( 2008). Asuhan Keperawatan pada klien Dengan masalah Psikososial Dan
gangguan Jiwa.Edisi kedua. USU.
Purba dkk (2013).Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial Dan
Gangguan Jiwa. Edisi kedua. USU