Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan sangat
memprihatinkan. Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang
paling membingungkan dan melumpuhkan. Sampai saat ini, gangguan jiwa atau
skizofrenia masih menjadi kasus yang paling sering dijumpai di beberapa rumah
sakit jiwa. Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk
Amerika Serikat angka tersebut mengambarkan bahwa hampir tiga juta penduduk
yang sedang, telah, atau akan terkena skizofrenia. Insiden dan pravalensi rata-rata
45% pasien yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia dan
sebagian besar pasien skizofrenia memerlukan perawatan (rawat inap dan rawat
jalan) yang lama (Videbeck & L, 2008).
Menurut data WHO (2016) prevalensi penderita skizofrenia yaitu 21 juta
terkena skizofrenia (World Health Organization, 2016). Prevalensi isolasi sosial
menurut London Borough of Havering 2014 mengatakan sekitar 46.200 jiwa
mengalami gangguan isolasi sosial (London Borough of Havering, 2014). Angka
prevalensi skizofrenia di Indonesia 25 tahun yang lalu sebanyak 1% dari 1000
penduduk dan akan diperkirakan 25 tahun (2034) mendatang akan mencapai 3%
dari 1000 penduduk mungkin akan mengalami skizofrenia (Hawari, 2013). Hasil
dari Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2013 prevalensi penyakit
gangguan jiwa berat atau skizofrenia di Indonesia sudah mencapai 0,3% sampai
dengan 1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga
yang usia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia.
Sedangkan data rekam medis pasien rawat inap di RS Dr. Ernaldi Bahar
Palembang tahun 2014 sebanyak 2083 pasien, tahun 2015 sebanyak 1180 pasien,
tahun 2016 sebanyak 1158 dan tahun 2017 dari bulan januari sampai juni
sebanyak 889 pasien menderita skizofrenia (RS Dr. Ernaldi Bahar Palembang,
2017)

1
Kasus pasien gangguan jiwa yang mengalami gejala isolasi sosial: menarik
diri sendiri tergolong tinggi yaitu 72%, Maramis mengatakan bahwa klien yang
mengalami isolasi sosial : menarik diri sebesar 72% dari keseluruhan jumlah
kasus skizofrenia. Jadi dapat disimpulkan bahwa gejala terbanyak dari pasien
skizofrenia adalah isolasi sosial: menarik diri sebagai akibat kerusakan afektif
kognitif klien. Menurut WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa 2
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Dermawan,2012). Skizofrenia
( Schizophrenia ) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut Nancy
Andreasen (2008), bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan Skizofrenia
( Schizophrenia ) merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor.
Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia
otak, dan faktor genetik (Yosep, 2010).
Isolasi sosial merupakan upaya pasien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan
orang lain. Perilaku yang sering ditampilkan klien isolasi sosial adalah
menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba menyendiri, asyik dengan
pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, sedih, afek tumpul, perilaku
bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak, kesulitan membina hubungan
dilingkungannya, menghindari orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak
dimengerti orang lain (NANDA, 2012)
Dari permasalahan gejala isolasi sosial tersebut dibutuhkan rehabilitative
yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi fisik, membantu menyesuaikan diri,
meningkatkan toleransi, dan meningkatkan kemampuan pasien berisolasi (Elisia,
2014). Untuk meminimalkan dampak dari isolasi sosial dibutuhkan pendekatan
dan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi gejala pasien dengan isolasi
sosial. Peran perawat dalam menangani masalah pasien dengan isolasi sosial
antara lain, menerapkan standar asuhan keperawatan, melakukan terapi aktivitas
kelompok (TAK), memberikan terapi modalitas dan melatih keluarga untuk
merawat pasien dengan isolasi sosial (Keliat, 2012).

2
Adapun peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan isolasi sosial, yaitu : mengobservasi perubahan, baik perubahan
kecil atau menatap yang terjadi pada klien, memahami pasien dan mempromosikn
ketertarikan pasien dan berpartisipasi dalam interaksi (Yosep, 2011). Dalam hal
ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri dalam meningkatkan
derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan menarik diri adalah meningkatkan
percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang lain,
misalnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan pasien lain, memberikan
pengertian tentang kerugian menyendiri dan keuntungan dari berinteraksi dengan
orang lain sehingga diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi sosial pasien.
Dari penjelasan diatas maka pada makalah ini akan dijelaskan mengenai
asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memaparkan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial:
Menarik diri yang berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif pada Tn. A
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui gambaran umum klien pada Tn. A dengan isolasi sosial:
Menarik diri.
b. Mengetahui gambaran masalah keperawatan yang terjadi pada klien
Tn. A dengan isolasi sosial: menarik diri.
c. Menyimpulkan dan merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan pada Tn. A hasil analisis data yang ditemukan dan
menetapkan prioritas masalah.
d. Merancang intervensi keperawatan yang sesuai dengan masalah
klien pada Tn. A baik tindakan mandiri maupun kolaboratif.
e. Melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan pada klien Tn.
A isolasi sosial: menarik diri.
C. Proses Pembuatan Makalah
a) Metode Penulisan
Metode penulisan dalam asuhan keperawatan ini adalah pendekatan yang
digunakan dalam menghimpun data/informasi dan sebagai cara memperoleh
data/informasi.

3
1. Metode deskriptif
Makalah ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah dan mengetahui asuhan keperawatan pada Tn. A dengan
isolasi sosial: menarik diri di ruang Arimbi RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Teknik pengumpulan data
- Wawancara
- Observasi
- Rekam medis
- Pemeriksaan fisik
3. Sumber dan jenis data :
a. Sumber data primer dan sekunder
b. Jenis data : objekif dan subjektif .
b) Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan unuk memudahkan penulis memahami
karya tulis ini, penulis memberikan gambaran umum mengenai intisari
setiap BAB yaitu sebagai berikut :
BAB 1 Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan terdiri dari
tujuan umum dan khusus, dan proses pembuatan makalah, terdiri darai
metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB 2 Tinjauan teori
Menjelaskan tentang proses terjadinya masalah dan tindakan keperawatan
pada klien dengan masalah isolasi sosial .
BAB 3 Gambaran Kasus
Menjelaskan tentang pengkajian pada klien dengan isolasi sosial, masalah
keperawatan dan pohon masalah .
BAB 4 Pelaksanaan Tindakan
Menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan
masalah isolasi sosial
BAB 5 Pembahasan
Menjelaskan tentang hubungan antara teori dan kasus dilapangan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
4
BAB 6 Penutup
Menjelaskan mengenai isi makalah dari BAB-BAB yang telah ditulis
termasuk pembahasannya dan memberikan rekomendasi pada pihak terkait
yang terlibat dalan pembuatan asuhan keperawatan ini.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak terima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Isolasi sosial
merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunukasi dengan orang
lain. (Deden dan Rusdi, 2013).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang
lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup berbagi pengalaman. Keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau
dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar dan hidup dalam khayalan
sendiri yang tidak realistis (Erlinafsiah,2010)
Setelah individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial,
pada berbagai tingkat hubungan yaitu hubungan intim yang biasa hingga
ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu
dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan
dengan lingkungan sosial.
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi penyebab isolasi sosial meliputi faktor perkembangan,
faktor biologis dan faktor sosiokultural. Berikut ini merupakan penjelasan
dari faktor predisposisi :
1) Faktor perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dalam orang lain adalah keluarga. Kurangnya
6
stimulasi maupun kasih sayang dari ibu atau pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak nyaman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya diri.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan alam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

3) Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya norma-norma yang
salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota yang tidak produktif
yang diasingkan dari lingkungan sosialnya. Selain itu, norma yang
tidak mendukung pendekatan terhadap oranng lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif
4) Faktor biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia, misalnya ditemukan pada keluarga dengan riwayat anggota
keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu, kelainan pada struktur otak
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunaan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor presipitasi
1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya

7
(Direja,2011).
3) Perilaku
Perilaku pada klien gangguan sosial menarik diri yaitu : kurang sopan,
apatis, sedih, afek tumpul, kurang perawatan diri, komunikasi verbal
turun, menyendiri, kurang peka terhadap lingkungan, kurang energi,
harga diri rendah dan sikap tidur seperti janin saat tidur. Sedangkan
perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi : tidak mempercayai
orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dari lingkungan, harga
diri rendah, dan sangat tergantung pada orang lain (Riyadi,2009).
4) rentang respon
Rentang respon menurut prabowo, 2014 pada klien dengan isolasi
sosial berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Implusif

kebersamaa Ketergantunga Narsisme


n n
Independe
n

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respons individu menyelesaikan suatu hal
dengan cara yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat.
Respon ini meliputi:
1) Menyendiri (Solitude)
Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang
telah terjadi atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk
kemudian menentukan rencana- rencana.
2.) otonomi
Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide,
8
pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu
menetapkan diri untuk interpenden dan pengaturan diri.
3) Kebersamaan (Mutualisme)
Kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
4) Saling ketergantung (Interdependen)
Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b) Respon Maladaptif
Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma agama dan
masyarakat. Respon maladaptif tersebut antara lain :
1) Manipulasi
Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan
sebagai objek, dimana hubungan terpusat pada pengendalian
masalah orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri. Sikap mengontrol digunakan sebagai pertahanan
terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat digunakan sebagai
alat berkuasa atas orang lain.
2. Impuls
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan
tidak dapat melakukan penilaian secara objektif.
3. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tigkah laku
egosentris, harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan
dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
3. Proses Terjadinya Masalah
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya isolasi sosial
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami oleh
klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak berharga
mernyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan

9
dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam
perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat
lanjut halusinasi.
3. Tanda dan Gejala
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan di temukan
data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar
dari orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi
kurang, klien tampak tidak bercakap- cakap dengan klien lain atau perawat,
tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang, klien lebih sering
menunduk, berdiam diri di kamar. Menolak berhubungan dengan orang lain,
tidak melakukan kegitan sehari-hari.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting(memisah), dan
isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yag tidak mampu ditoleransi dan klien
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting
adalah kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai
baik buruk. sementara itu, isolasi merupakan perilaku mengasingkan diri dari
orang lain maupun lingkungan. (Sutejo, 2013).
5. Sumber koping
Sumber koping berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi
keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman, nerhubungan
dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan
stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan. (Dalami dkk,
2009)
6. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan menurut Yosep (2014). Pada klien dengan isolasi
sosial adalah sebagai berikut :
1) Isolasi sosial
2) Harga diri rendah
1
0
3) Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4) Koping individu tidak efektif
5) Koping keluarga tidak efektif
6) Intoleransi aktivitas
7) Defisit perawatan diri
8) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
9) Resiko perilaku kekerasan
7. Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
A. Pengkajian Keperawatan
Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat di kelompokan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, sumber koping dan kemampuan koping yang
dimiliki klien (Stuart,2013). Adapun isi dari pengkajian meliputi : identitas
klien, keluhan utama atau alasan masuk, faktor predisposisi, aspek fisik atau
biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping dan aspek medik. Data dalam pengkajian dikelompokan
dalam dua macam meliputi data subjektif dan data objektif.
Isi pengkajian
1) Identitas pengkajian
Ditulis identitas lengkap seperti nama, usia dalam tahun, jenis kelamin, nomor
rekam medik an diagnosa medisnya. Hal ini dapat dilihat dari rekam medis atau
wawancara langsung dengan klien bila memungkinkan
2) alasan masuk
Alasan saat masuk atau keluhan utama dapat ditanyakan langsung pada
klien. Pada pasien dengan isolasi sosial: menarik diri biasanya ditemukan
klien mengatakan bahwa dirinya malas bergaul dan berbicara dengan
orang lain dan tidak mau berkomunikasi.
3) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sendiri adalah konflik emosional yang terjadi diantara
faktor psikologis, faktor sosial budaya dan fakktor biologis (Stuart, 2013).
Kepatuhan dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang
menaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga
medis seperti, dokter, perawat dan apoteker. Mengenai segala sesuatu yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya
adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini adalah syarat utama

1
1
tercapainya keberhasilan tujuan pengobatan yang dilakukan.
4) Faktor Presitipasi
terjadi ganguan hubungan sosial menurut ade surya herman (2011). Juga
dapat ditimbulkan oelh faktor internal dan faktor eksternal dari seseorang.
Faktor stressor presitipasi dapat dikelompoan sebagai berikut:
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditibulkan
oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. Stressor sosial budaya dapat
menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan
orang lain.
2) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu strees yang terjadi akibat
kecemasan atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya.
5) Pemeriksaan atau keadaan fisik
Pengkajian atau pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi
organ tubuh. Pada paien dengan isolasi sosial : menarik diri ditemukan
kondisi fisik pada saat tidur menyerupai bentuk fetus atau janin.
6) Aspek psikososial
Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram,
konsep diri, hubungan sosial klien dan aspek spiritual klien.
B. Perencanaan Keperawatan
Setelah mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan isolasi sosial,
langkah selanjutnya yaitu menyusun perencanaan tindakan keperawatan.
untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosil perlu
waktu yang tidak sebentar. perawat harus konsisten bersikap terapeutik pada
klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan penuhi kebutuhan
dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukan (Trimelia, 2011).

1
2
1
3
Rencana Keperawatan Dengan Isolasi Sosial

Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan keperawatan Rasional
1 Isolasi sosialsp 1 pasien 1. Setelah dilakukan 1. Observasi tingkah laku klien 1. Dengan mengetahui penyebab
tindakan keperawatan terkait dengan menarik diri isolasi sosial, siapa yang tinggal
TUK : selama 1 kali pertemuan  Berikan salam terapeutik serumah, siapa yang dekat dan
1. Klien dapat klien dapat  Bimbing klien mengenal apa sebabnya, dapat ditemukan
Menyebutkan mengindentifkasi isolasi siapa saja yang tinggal mekanisme koping klien dalam
penyebab isolasi sosia : siap yang tidak serumah berinteraksi sosial, serta strategi
sosial : siapa yang dekat dan apa sebabnya.  Tanyakan klien siapa orang apa yang akan di terapkan kepada
dejat, siapa yang yang dekat dan tidak dekat klien
tidak dekat dan apa  Dorong klien untuk
sebabnya. menyebutkan penyebab
isolasi sosial
 Beri pujian jika klien dapat
menyebutkan
TUK: Setelah dilakukan Diskusikan bersama klien Dengan mengetahui keuntungan
2. klien dapat tindakan keperawatan keuntungan mempunyai punya teman dan bercakap-cakap
menyebutkan selama 1 kali pertemuan teman dan bercakap-cakap serta kerugian tidak berinteraksi
keuntungan klien dapat dan kerugian tidak dengan orang lain. maka klien
mempunyai teman menyebutkan berinteraksi dengan orang akan termotivasi untuk
dan kerugian tidak keuntungan mempunyai lain. berinteraksi dengan orang lain
berinteraksi dengan teman dan bercakap-  Bimbing klien
orang lain. cakap dan kerugian mengindentifikasi
tidak berinteraksi keuntungan mempunyai
dengan orang lain. teman dan bercakap-cakap
dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
lain.
 Beri kesempatan klien
bertanya
4. melatih cara Setelah dilakukan tindakan Latih klien berkenalan dengan Melibatkan klien dalam interaksi
berkenalan dengan keperawatan selama 1 pasien lain , perawat atau sosial akan mendorong klien
pasien , perawat kali pertemuan klien tamu untuk melihat dan memaksakan
atau tamu. dapat  Jelaskan manfaat berkenalan secara langsung keuntungan dari
mendemonstrasikan dengan orang lain pada klien berinteraksi sosial serta
cara berkenalan dengan  Demonstrasikan cara meingkatkan konsep diri klien
orang lain berkenalan dengan orang
lain
 Lakukan cara berkenalan
bersama klien
 Minta klien mengulangi cara
berkenalan dengan orang
lain
5. membimbing klien Setelah dilakukan tindakan Susun jadwal latihan berkenalan Melibatkan klien dalam interaksi
memasukan pada keperawatan selama 1 sosial akan mendorong klien
jadwal kegiatan kali pertemuan klien untuk melihat dan memaksakan
untuk latihan dapat menyusun jadwal secara langsung keuntungan dari
berkenalan kegiatan berkenalan berinteraksi sosial.
Sp 2
Mengevaluasi kegiatan Setelah dilakukan tindakan Evaluasi kegiatan berkenalan. Evaluasi sebagai upaya untuk
berkenalan keperawatan selama 1  Minta klien untuk merencanakan kegiatan
kali pertemuan klien memperagakan kembali cara selanjutnya
dapat mempraktikan berkenalan dengan orang
cara berkenalan seperti lain.
yang sudah di ajarkan.  Observasi kemampuan klien
 Beri pujian
Melatih cara berbicara Setelah dilakukan tindakan Latih klien cara berbicara saat Melibatkan klien dalam kegiatan
melakukan kegiatan keperawatan selama 1 melakukan kegiatan harian. harian akan mendorong klien
harian ( latih 2 kali pertemuan klien  Bimbing klien memilih 2 untuk mencoba berbicara dan
kegiatan) dapat berbicara dengan kegiaran yang akan merasakan secara langsung
orang lain dalam dilakukan keuntungan berinteraksi sosial
kegiatan harian  Demonstrasikan cara
berbicara dengan orang lain
ketika melakukan kegiatan
harian.
 Lakukan berkenalan dengan
klien
Bimbing klien Setelah dilakukan tindakan Susun jadwal berkenalan dengan Memasukan kegiatan untuk latihan
memasukan ke dalam keperawatan selama 1 2-3 orang berkenal 2-3 orang pasien.
jadwal kegiatan harian kali pertemuan klien  Bantu klien membuat jadwal Membantu pasien mencapai
dapat berbicara dengan kegiatan harian berkenalan interaksi sosial
orang lain 2-3 kali 2-3 orang.
dalam kegiatan harian.  Motivasi klien menyusun
jadwal kegiatan harian
Sp 3
Mengevaluasi Setelah dilakukan tindakan Evaluasi kegiatan latihan Evaluasi sebagai upaya untuk
kegiatan latihan keperawatan selama 1 berkenalan dengan beberapa merencanakan kegiatan
berkenalan dengan kali pertemuan klien orang dan bicara saat selanjutnya apakah klien bisa
beberapa orang dan mampu mempraktekan melakukan 2 kegiatan melakukan berkenalan lebih dari
bicara saat berbicara dengan orang harian. 2 orang
melakukan 2 lain 2-3 kali dalam  Minta klien untuk
kegiatan harian kegiatan harian. melakukan kegiatan
berkenalan dengan beberapa
orang dan berbicara saat
melakukan 2 kegiatan harian
Melatih berbicara Setelah dilakukan tindakan Latih cara berbicara saat Melibatkan klien dalam 2 kegiatan
saat melakukan keperawatan selama 1 melakukan kegiatan harian harian baru akan mendorong
kegiatan harian kali pertemuan klien ( latih 2 kegiatan harian) klien untuk berlatih cara bicara
( latih 2 kegiatan mampu  Bimbing klien memilih 2 dan merasakan secara langsung
harian baru) mendemonstrasikan kegiatan baru yang akan keuntungan berinteraksi sosial
cara berbicara saat dilakukan
melakukan kegiatan  Demonstrasikan cara
harian ( latig 2 kegiatan berbicara saat melakukan 2
harian) kegiatan harian baru
 Lakukan cara berbicara saat
melakukan 2 kegiatan baru
bersama klien
Membimbing klien Setelah dilakukan tindakan Susun jadwal untuk berkenalan Memasukan kegiatan berkenalan dan
memasukan dalam keperawatan selama 1 dengan 4-5 orang bicara saat melakukan kegiatan
kegiatan jadwal untuk kali pertemuan klien  Bantu klien membuat jadwal harian ke dalam kegiatan harian
latihan berkenalan mampu menyusun kegiatan harian berkenalan membantu klien mencapai
dengan 4-5 orang jadwal kegiatan dengan 4-5 orang, dan interaksi sosial
berkenaln dengan 4-5 berbicara saat melakukan 4
orang saat melakukan 4 kegiatan harian.
kegiatn harian  Motivasi klien menyusun
jadwal kegiatan harian
 Beri pujian
Sp 4
Mengevaluasi Setelah dilakukan tindakan Evaluasi latihan berkenalan Evaluasi sebagai upaya untuk
kegiatan latihan keperawatan selama 1 bicara sat melakukan 4 merencanakan kegiatan
berkenalan berbicara kali pertemuan klien kegiatan harian selanjutnya apakah klien bisa
saat melakukan 4 mampu melakukan  Minta klien berkenalan melakukan kegiatan harian
kegiatan harian kegiatan berkenalan dengan 4-5 orang dan berkenalan dan melakukan empat
dengan orang dan berbicara dengan orang saat kegiatan harian.
berbicara saat melakukan 4 kegiatan
melakukan 4 kegiatan  Observasi kemampuan klien
harian melakukan kegiatan
 Beri pujian
Melatih berbicara sosial Setelah dilakukan tindakan Latih cara berbicara sosial Melibatkan klien dalam interaksi
: keperawatan selama 1  Bimbing klien mempelajari sosial akan mendorong klien
Meminta sesuatu dan kali pertemuan klien cara meminta sesuatu dan untuk melihat dan merasakan
menjawab pertanyaan mampu menjawab dengan benar secara langsung keuntungan dari
mendemonstrasikan  Demonstrasikan cara bicara berinteraksi sosial serta
cara bicara sosial : sosial : meminta dan meningkatkan konsep diri klien
meminta sesuatu dan menjawab dengan benar
menjawab  Lakukan cara biacara sosial
dengan klien
 Minta klien memperagakan
ulang
 Beri pujian
Bimbing klien Setelah dilakukan tindakan Susun jadwal kegiatan Memasukan kegiatan latihan
memasukan dalam keperawatan selama 1 berkenalan lebih dari 5 berkenalan lebih dari 5 orang
jadwal berkenalan kali pertemuan klien orang , berbicara saat membantu klien mencapai
dengan orang lain mampu menyusun melakukan kegiatan harian interaksi sosial secara bertahap
lebih dari5 orang , jadwal berkenalan lebih dan sosialisasi bantu klien
berbicara saat dari 5 orang saat memasukan pada jadwal
melakukan kegiatan melakukan kegiatan harian
harian dan sosialisasi harian  Motivasi klien menyusun
jadwal kegiatan harian
 Beri pujian
Sp 5
Mengevaluasi kegiatan Setelah dilakukan tindakan Mengevaluasi latihan Evaluasi sebagai upaya untuk
latihan berkenalan, keperawatan selama 1 berkenalan, berbicara saat merencanakan kegiatan
berbicara saat kali pertemuan klien melakukan kegiatan harian selanjutnya. Apakah klien
melakukan kegiatan mampu dan bersosialisasi mampu melakukan kegiatan
harian dan mendemonstrasikan  Minta klien melakukan latihan berkenalan, berbicara saat
bersosialisasi kegiatan latihan kegiatan berkenalan melakukan kegiatan harian
berkenalan berbicara berbicara saat melakukan
saat melakukan kegiatan harian dan
kegiatan harian dan bersosialisasi
bersosialisasi  Observasi kemampuan klien
 Beri pujian
Melatih kegiatan harian Setelah dilakukan tindakan Latih kegiatan harian Dengan melatih kegiatan harian,
keperawatan selama 1  Bimbing klien memilih klien mampu meningkatkan
kali pertemuan klien kegiatan harian yang akan kemampuan dalam berkenalan,
mampu melakukan dilakukan berbicara saat melakukan
kegiatan harian  Demosntrasikan kegiatan kegiatan harian dan sosial
harian dan cara
berkomunikasi
 Lakukan kegiatan harian
bersama klien
 Minta klien memperagakan
kembali
 Beri pujian
Menilai kemampuan Setelah dilakukan tindakan Nilai kemampuan yang telah Untuk mengetahui kemampuan apa
yang telah mandiri keperawatan selama 1 mandiri saja yang dapat dilakukan klien
kali pertemuan klien  Catat dan nilai perubahan secara mandiri
mampu melakukan yang terjadi
kegiatan berkenalan,
 Catat kemajuan klien
berbicara saat kegiatan
harian dan sosialisasi
Menilai apakah isolasi Setelah dilakukan tindakan Menilai apakah isolasi sosial Mengetahui sejauh mana
sosial teratasi keperawatan selama 1 teratasi kemampuan klien untuk
kali pertemuan isolasi  Nilai sejauh mana melakukan kegiatan dan
sosial dapat terkontrol kemampuan klien dalam berinteraksi dengan orang lain
melakukan kegiatan dan
berinteraksi
C. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan
masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Damaiyanti, 2012).
Selain itu, salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan adalah teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini dapat digunakan
dengan verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain teknik verbal, perawat juga
harus menggunakan teknik non verbal seperti; kontak mata, mendekati kearah
klien, tersenyum, berjabatan tangan, dan sebagainya. Kehadiran psikologis
perawat dalam komunikasi terapeutik terdiri dari keikhlasan, menghargai, empati
dan konkrit (Yusuf, 2019).
D. Evaluasi Keperawatan
Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga
perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung yang penting. Ada beberapa
hal yang perlu dievaluasi pada Klien dengan isolasi sosial yaitu:
a. Apakah klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
b. Apakah klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

c. Apakah klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,


Klien-perawat-perawat lain, klien-perawat-klien lain, klien-kelompok, dan klien-
keluarga.
d. Apakahklien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
e. Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukungnya atau keluarga nya
untuk memfasilitasi hubungan sosialnya.
f. Apakah klien dapat mematuhi minum obat

2
0
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Suku / bangsa : Sunda, Jawa barat Indonesia
Status : Lajang
Tanggal Masuk Rs : 27-01-2022
Tanggal Pengkajian : 31-01-2022
No RM : 0396767
Diagnosa Medis : Schizofrenia paranoid
Informan : Klien dan Rekam Medis
II. ALASAN MASUK RS
Klien masuk ke rs dikarenakan suka menyendiri saat dirumah, suka melamun,
tidak banyak berbicara, jarang berinteraksi dengan keluarga atau temannya, tiba-
tiba suka menangis, keluarga mengatakan klien suka mengurung diri dikamar.
Saat sedang melamun pasien suka mendengar suka halusinasi berupa suara
kentongan, sehingga membuatnya suka mondar-mandir, ngacak-ngacak tempat
orang lain, marah-marah . Klien sudah 4 kali melakukan rencana bunuh
diri/rencana melukai diri .
III. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu, klien tidak ada
pengobatan jiwa sebelumnya, klien tidak pernah mengalami kekerasan dalam
keluarga, tapi klien mengatakan mendapatkan perlakuan berbeda dengan adik-
adiknya.
Tahun 2019 klien mengatakan pernah mendapatkan dorongan/bisikan untuk
melukai tangannya dengan pisau . Klien tidak menyadari apa yang dilakukan, hal
tersebut dicegah keluarga. Tidak hanya sekali klien mengalami nya tetapi hingga
4 kali. Selain itu klien mengatakan pernah menonjok teman dan orang sekitar
ketika sedang marah/emosi. Klien mengatakan selalu memendam dan

2
1
menyimpan perasaanya sendiri, klien tidak mampu bercerita dengan orang lain,
klien lebih suka menyendiri dan jauh dari keramaian . Kien mengatakan sering
direndahkan/ diremehkan dengan saudara dan temannya.
Masalah keperawatan :
1) Isolasi Sosial
2) Resiko Perilaku kekerasan
3) Halusinasi
4) Harga diri rendah kronis
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1) Tanda Vital :
 TD : 110/70 mmHg
 N : 88 x/menit
 S : 36,2
 P : 16 X/Menit
2) Ukuran Tubuh
TB : 46 Kg
BB : 160 cm
3) Keluhan Fisik
Saat pengkajian klien mengatakan lemas badannya.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

2
2
Penjelasan : klien tinggal bersama ayah, ibu dan adik-adiknya. Klien belum
menikah sehingga yang mengambil keputusan adalah ayah. Komunikasi dalam
keluarga dilakukan dengan kurang efektif. klien mengatakan jarang berbicara
dan mengungkapkan perasaanya kepada keluarga. Klien tidak berani berbicara
tentang masalah yang dihadapinya .
Masalah keperawatan : Penurunan koping keluarga.
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan ia menyukai seluruh tubuhnya, klien bersyukur atas
tubuhnya.
b. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan identitasnya, misalnya : nama, usia, hobi dan
alamat. Klien juga mengatakan bahwa ia senang menjadi laki-laki.
c. Peran
Klien dalam keluarga berperan sebagai anak dan kakak dari 3 adiknya. Klien
setiap hari bekerja menjadi mainan disekolah, untuk membantu
perekonomian keluarga.
d. Ideal diri
Harapan klien adalah klien ingin segera cepat sembuh dan pulang kerumah,
agar bisa berkumpul dengankeluarganya. Klien mengatakan bersalah dan
akan berubah dengan prang lain, dan suka dibeda-bedakan dengan adiknya.
Masalah keperawatan : harga diri rendah kronik
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah ayahnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat :
Klien mengatakan suka bermain futsal, pengajian saat di rumah. Ketika
di rs klien mengikuti senam, terapi aktivitas kelompok.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Klien mengatakan sulit untuk memulai interaksi dengan orang lain, klien
merasa malu, dan lebih suka menyendiri. Saat dilakukan pengajian klien
tampak sedang duduk sendiri, kontak mata kurang, suara lambat dan
pelan, serta berbicara jika ditanya. Masalah keperawatan : Isolasi sosial.

2
3
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beraga islam dan percaya kepada allah. Klien meyakini bahwa
tujuan dia disini adalah agar cepat sembuh dan dapat mengontrol
emosinya ketika nanti pulang ke rumah.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan saat dirumah sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian.
Saat di Rs klien mengatakan tidak melakukan sholat 5 waktu
dikarenakantidak ada sajadah dan tidak ada dorongan untuk ibadah
sholat.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
saat dilakukan pengkajian dan di observasi pakaian klien tampak rapi klien
menggunakan pakaian yang sesuai klien mengganti pakaian sehari sekali
rambut klien tampak rapi tidak gondrong
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan lambat pada saat interaksi kontak mata klien kurang
suara klien pelan dan klien tidak mampu memulai pembicaraan klien hanya
menjawab pertanyaan yang diberikan perawat
Masalah keperawatan : isolasi sosial
3. Aktivitas motorik
Pada saat pengkajian klien tampak tenang namun lesu klien mengatakan
lemas klien tampak sedikit gelisah karena merindukan keluarganya dan klien
mengatakan lebih senang sendiri atau menyendiri
Masalah keperawatan : isolasi sosial
4. Alam perasaan
klien mengatakan rindu keluarganya, klien tampak sedih klien juga
mengatakan takut dan lemas berada di cemas berada di tempat ini karena
klien baru pertama kali kesini klien tidak menyangka akan dirawat di RS ini.
Klien sangat sedih klien tanpa mengusap air mata
masalah keperawatan : ansietas
5. Afek

2
4
Afek klien tampak tumpul saat diberi stimulus sesekali pasti memberikan
respon yang lambat klien tampak suka bengong masalah keperawatan tidak
ada masalah
6. Interaksi selama wawancara
Klien saat melakukan pengkajian tanpa kooperatif namun kontak mata
kurang. masalah keperawatan : tidak ada masalah
7. persepsi
Saat dilakukan pengkajian klien tidak merasakan perilaku halusinasi ilusi
depersonalisasi-derealisasi .
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
8. Proses pikir
pada saat pengkajian klien mampu berpikir secara jelas logis dan mudah
diikuti selain dapat menjawab pertanyaan dengan sesuai dan tepat.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
9. Isi pikir
saat pengkajian klien tampak tenang dan tidak mengalami waham.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
Saat melakukan pengkajian tingkat kesadaran klien compos mentis klien
sadar bahwa dirinya ada di rumah sakit klien tidak mengalami disorientasi
waktu tempat dan orang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
11. Memori
klien tidak memiliki gangguan daya ingat panjang dan pendek klien dapat
menceritakan kejadian waktu kecil dan kejadian tahun 2019 klien juga dapat
mengingat nama-nama mahasiswa perawat Bani Saleh
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kliem mampu berkonsentrasi dengan baik terhadap pertanyaan perawat lain
mampu berhitung sederhana contoh 15 - 9 = 4
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
Kliem mampu mengambil keputusan dan menilai sesuatu dengan baik
kelahiran menilai bahwa bermain badminton membuat sehat dan segar

2
5
14. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan harus tetap semangat agar
cepat sembuh dan dapat pulang
masalah keperawatan : tidak ada masalah
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mengatakan sehari makan sebanyak 3 kali dan cemilan 1 kali .
Klien dapat makan dengan mandiri, klien makan dengan rapi .
2. BAB/BAK
klien mampu BAB atau BAK secara mandiri, klien dapat membersihkan
sendiri saat BAB dan BAK
masalah keperawatan : tidak ada masalah
3. Mandi
Klien mandi sehari dua kali, klien dapat mandi dengan sendiri dan klien
mengetahui waktu untuk mandi.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
4. Berpakaian atau berhias
klien tampak rapi dalam berpakaian tidak berbau kering dan bersih. Klien
mengganti pakaian 1 hari sekali.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak memiliki kesulitan dalam istirahat dan tidur.
Klien tidur sendiri pukul 13.00-16.00 dan tidur malam pukul 23.00
sampai jam 05.20 tidur klien juga nyenyak.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan minum obat 2 kali dalam sehari pukul 07.00 dan
19.00. Klien meminum obat dengan mandiri dan langsung ditelan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
7. Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan kegiatan di dalam rumah yang dilakukan yaitu
menonton TV bermain HP.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
8. Kegiatan diluar rumah

2
6
Klien mengatakan Ia melakukan kegiatan berdagang mainan di sekolah
masalah keperawatan : tidak ada masalah

VIII. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan sulit berbicara dengan orang lain ketika ada masalah lain tidak
mampu menyelesaikan masalah segala sesuatunya dipendam dan dipikirkan
sendiri lain suka menyendiri.
Masalah keperawatan : Mekanisme koping maladaptif
IX. MASALAH SIKAP SOSIAL DAN LINGKUNGAN.
Klien mengatakan kurangnya suport dari keluarga teman dan lingkungan
terkadang suka ada saudara dan teman yang meremehkannya saya juga memiliki
masalah dalam pekerjaannya. Klien suka kehabisan modal dalam berdagang
namun tidak mampu untuk mengatakan kepada keluarga. Selain itu ekonomi
keluarga suka juga memiliki masalah sehingga kalian harus membantu menjadi
tulang punggung keluarga
X. PENGETAHUAN
klien menanyakan tentang penyakitnya, kurang mengetahui tentang penyakitnya,
penyebab dan obat-obatan yang dikonsumsi
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan.
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Schizofrenia Paranoid
Terapi Medik
- Risperidon 2 mg/12 jam
- Trihexyphenidyl 2 mg/ 12 jam
- Olanzapine 10 mg/ 12 jam
XII. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)
3. Halusinasi
4. Harga diri rendah kronis.

2
7
XIII. Pohon masalah

Risiko perilaku kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial

HDRK

2
8
B. Analisa Data
Inisial klien : Tn. A
Ruangan : R. Arimbi
RM no : 0396767
No Data Masalah
1 Ds :
- Klien mengatakan sulit untuk memulai
pembicaraan dengan orang lain. Isolasi Sosial

- Klien mengatakan malu untuk bergaul


dengan orang lain
- Klien mengatakan lebih suka menyendiri
- Klien mengatakan saat dirumahs suka
bengong dan melamun
DO
- Klien tampak tidak ikut bergabung dengan
yang lain saat bermain dilapangan.
- Klien terlihat suka duduk sendiri
- Klien tampak menuduk dan kontak mata
kurang saat berbicara
- Suara klien lambat dan pelan
- Klien tampak melamun dan pandangan
kosong.
2 Ds :
- Pasien mengatakan saat dirumah suka Halusinasi
mendengar suara halusinasi berupa suara
kentongan.
- Pasien mengatakan suara kentongan
tersebut membuat terganggu.
- Pasien mengatakan suara tersebut

2
9
membuat ia mondar-mandir, ngacak-
ngacak tempat orang lain.
- Keluarga mengatakan pasien tampak suka
berbicara sendiri.

Do :
- Pasien tampak tenang,
3 Ds :
- Klien mengatakan bahwa ia dibawa ke rs Risiko Perilaku Kekerasan
karena sulit mengontrol emosi, suka (RPK)
marah-marah tidak jelas, teriak, dan
menangis
- Klien mengatakan saat marah melepar-
lempar barang .
- Klien juga mengatakan pernah menonjok
teman saat marah .
DO :
- Pasien sudah terlihat tenang
- Data rekam medis, pasien masuk Rs sejak
27/01/2022 karena suka marah-marah.
4 Ds :
- Klien mengatakan bahwa semuanya salah Harga diri rendah kronis
dia.
- Klien mengatakan saudara dan temannya
suka meremehkannya.
- Klien mengatakan ucapan ibu tirinya suka
menyakiti hatinya
- Klien mengatakan orang tuanya sering
membedakan dirinya dengan adik-adiknya.
- Klien mengatakan terkadang sulit untuk
menyelesaikan masalahnya, karena tidak
berani bercerita dengan keluarga.
DO :
- Pasien tampak menunjukan sifat tertutup

3
0
dan tidak percaya diri.
- Pasien berbicara dengan menunduk ,
kurangnya kontak mata
- Klien terlihat menyalahkan dirinya.

BAB 4
PELAKSAAN TINDAKAN
Inisial klien : Tn. A
Ruangan : R. Arimbi
RM no : 0396767
Waktu Diagnos implementasi Evaluasi Paraf
a
Rabu Isolasi Strategi pelaksanaan S : Hanni
02/02/22 sosial isolasi sosial dengan : - Klien mengatakan alfiany &
Pukul 10.00 1. Membina “penyebab sulit berinteraksi indah rada
hubungan dengan orang karena saya ulfami
saling percaya tidak bisa memulai
2. Membantu pembicaraan dengan orang
klien lain jika tidak ditanya,
mengenal malu”.
penyebab - Klien mengatakan
isolasi sosial “keuntungan berteman
3. Membantu adalah jadi punya tempat
klien bercerita dan kerugian tidak
mengenal berintraksi dengan orang
keuntungan lain adalah terasa sepi
berhubungan
dengan orang O :
lain dan - Kontak mata klien masih
kerugian tidak kurang
berinteraksi - Klien berbicara dengan
dengan orang posisi tubuh menunduk
lain. - Klien mampu menyebutkan
4. Mengajarkan penyebab isos
klien - Klien mampu menyebutkan
berkenalan keuntungan dan kerugian
dengan 1 tidak berhubungan dengan
orang secara orang lain
bertahap - Klien dapat mengerti cara
berkenalan dengan orang
lain

A:
Mengenal keuntungan berinteraksi

3
1
dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain tercapai
Isolasi sosial teratasi sebagian.

P:
Anjurkan klien untuk berlatih cara
berkenalan dengan orang lain .
lanjutkan intervensi strategi
pelaksanaan ISOS berkenalan
dengan perawat.

Kamis Isolasi Strategi pelaksanaan S: Hanni


03/02/2022 sosial Isolasi sosial : - klien mengatakan “saya alfiany &
Pukul 1. Mengevaluasi sudah kenalan dengan ilulu’ah
09.10 jadwal teman sekamar saya” lanadiayan
kegiatan - klien mengatakan “mau a
harian pada kenalan, Perkenalkan saya
pertemuan A usia 26 tahun asal
pertama. karawang, suster namanya
2. menganjurkan siapa?”
klien untuk
berinteraksi O:
secara - kontak mata sudah ada,
bertahap walau sebentar
(berkenalan - Klien mampu berkenalan
dengan dengan perawat dengan baik
perawat) - Klien mampu mengevaluasi
3. memasukan pertemuan sebelumnya,
kegiatan ini keuntungan dan kerugian
kedalam tidak berinteraksi .
jadwal harian
klien A:
Berkenalan dengan 1 orang
(perawat) secara bertahap tercapai.
Isolasi sosial teratasi sebagian.

P:
Anjurkan klien untuk berlatih
berkenalan dengan teman yang
lainnya.
Lanjutkan intervensi strategi
pelaksanaan berkenalan dengan 2-
3 orang.
Kamis HDRK Strategi pelaksanaan S: Hanni
03/02/2022 (harga HDRK pertemuan 1 : - Klien mengatakan “saat alfiany &
Pukul 10.00 diri 1. Mendiskusika dirumah Saya berdagang, asma
rendah n kemampuan suka main futsal,suka zuinoviani
kronis) dan aspek bermain badminton, saat
positif yang dirumah sakit saya suka

3
2
memiliki merapihkan tempat tidur
klien saya.”
2. Membuat - Klien mengatakan “iya saya
daftar tentang mau bermain badminton
aspek positif sus, saya pernah loba
dan badminton”
kemampuan
yang dimiliki O:
bersama klien - Klien tampak menulis hal-
3. Membantu hal apa saja yang dapat
klien memilih dilakukan,
salah satu - klien mampu bermain
kegiatan yang badminton
dapat - klien dapat menilai
dilakukan saat kemampuan positif yang
ini untuk dimilikinya
melatih
(bermain A:
badminton) Strategi pelaksanaan HDRK
4. Melatih klien membuat daftar tentang aspek
cara bermain positif yang dimiliki klien dan
badminton memilih 1 kegiatan yang akan
bersama dilakukan tercapai .
5. Mamasukkan Harga diri rendah kronis sebagian
dalam jadwal teratasi.
kegiatan
harian untuk P:
latihan 1 hari Optimalkan kegiatan sebelumnya
sekali dan mengajarkan klien untuk
melakukan kegiatan ini 1 hari sekali
Lanjutkan sp 2 HDR
Jumat Isolasi Strategi pelakasaan S: Hanni
04/02/2022 sosial isolasi sosial - Klien mengatakan “Mau alfiany &
Pukul 08.45 ( pertemuan ke 3) berkenalan dengan teman ega ogiyan
1. Mengevaluai yang lainnya”
kegiatan - Klien mengatakan “tadi
latihan namanya R asal dari bogor ,
berkenalan dan itu namnya F asal dari
2. Melatih klien bogor juga, itu namanya S.”
untuk
berkenalan O:
dengan 2-3 - Klien tampak koperatif
orang. - Klien mampu berkenalan
3. Memasukkan dengan 3 klien lainnya
pada jadwal - Klien tampak berjabat
untuk latihan tangan dan melakukan
berkenalan perkenalan dengan baik
dengan 2-3
orang klien A:
lainnya Berkenalan dengan 2-3 orang di
diruangan ruangan tercapai.

3
3
Isolasi sosial mulai teratasi.

P:
Anjurkan klien untuk melakukan
berkenalan dengan klien yang lain
dan anjurkan klien untuk
berintraksi dengan klien lain
Lanjutkan intervensi strategi
pelaksanaan dengan bercakap-
cakap.
Jumat Harga Strategi pelaksaan S: Hanni
04/02/2022 diri hdrk pertemuan ke 2 - Klien mengatakan “kemarin alfiany &
Pukul 10.00 rendah 1. Mengevaluasi sudah memilih bermain rina
kronik kegiatan 1 badminton, sekarang mau rosdiana
(HDRK) yang telah merapikan tempat tidur saja
dilatih dan sus”
berikan pujian - Pasien mengatakan “tempat
(bermain tidur dirapihkan agar
badminton) nyaman nanti tidurnya dan
2. Memilih bersih”
kegiatan ke 2
yaitu O:
merapikan - Klien tampak mampu
tempat tidur merapikan tempat tidur
3. Membantu - Kontak mata klien sudah
klien untuk ada
menilai
kegiatan yang A:
dipilih Melatih kegiatan ke dua yaitu
4. Memasukkan merapikan tempat tidur dan menilai
pada jadwal kegiatan tersebut tercapai.
kegiatan HDRK mulai teratasi.
untuk klien P:
Anjurkan klien untuk melakukan
kegiataan sebelumnya (bermain
bulu tangkis) dan (merapikan
tempat tidur secara rutin) dan
mempersiapkan kegiatan apalagi
yang akan di pilih.
Lanjutkan intervensi strategi
HDRK dengan melatih kegiatan ke
3 yang akan dipilih klien.
Sabtu Isolasi Strategi pelaksanaan S: Hanni
05/02/2022 sosial isos pertemuan ke 4 : - Klien mengatakan “kemarin alfiany &
Pukul 08.30 1. mengevaluasi sempet ngobrol sedikit- dede yusuf
kegiatan sedikit sama S”
sebelumnya - Klien mengatakan “mau
berkenalan ngobrol, Cuma bingung
dengan 2-3 mau ngobrolin apa”
orang O:
2. Menganjurkan - Kontak mata klien sudah

3
4
klien untuk ada
bercakap- - Klien mampu bertanya dan
cakap atau menjawab lawan bicaranya.
mengobrol - Klien sudah mulai
dengan klien kooperatif.
lainnya. A : berlatih bercakap-cakap dengan
3. Memasukan orang lain tercapai.
kegiatan ini Isolasi sosial mulai teratasi.
kedalam
jadwal harian P : Anjurkan klien untuk berlatih
klien. bercakap-cakap dengan yang
lainnya.
Lanjutkan intervensi strategi
pelaksanaan isos libatkan klien
dalamkegiatan kelompok.
Sabtu Isolasi Strategi pelaksanaan S: Hanni
05/02/2022 sosial isos pertemuan ke 4 - Klien mengatakan alfiany &
Pukul 09.50 1. mengevaluasi “pertemuan tadi tentang muhamad
jadwal bercakap-cakap” rizki
kegiatan - Klienmengatakan “tidak
harian yang keberatan kalau mengikuti
sebelumnya TAK”
2. melatih klien - Klien mengatakan “setiap
terlibat dalam pagi senam”
kegiatan
kelompok O:
seperi terapi - Klien mampu mengevaluasi
aktifitas kegiatan sebelumnya
kelompok - klien tampak mengikuti
3. menganjurkan kegiatan TAK
klien untuk - Klien terlihat mengikuti
bersosialisasi senam.
dengan orang
lain A:
Starategi pelaksanaan terlibat dalam
kegiatan kelompok tercapai.
Isolasi sosial teratasi .

P:
Optimalkan kegiatan sebelumnya
dan lanjutkan kegiatan sosialisasi
lainnya
Senin Risiko Strategi perlaksanaan S : Hanni
07/02/2022 perilaku rpk dengan cara - Klien mengatakan alfiany &
Pukul 08.30 kekerasa 1. Membina “marahnya disebabkan oleh rafa
an hubungan saling ibu tirinya omongannya sugiarto
percaya suka menyakitkan”
2. Mengidentifikasi - Klien mengatakan “kalau
penyebab marah, lagi marah kepala pusing,
tanda dan gejala, nafas sesak, perilaku
pelikaku kekerasan yang dilakukan

3
5
kekerasaan yang waktu dirumah itu banting-
dilakukan banting barang, karena sulit
3. Mengarkan cara mengontrol emosi.”
mengendalikan O:
perilaku - Klien tampak berbicara
kekerasan menunduk\
dengan cara tarik - klien dapat mempraktikan
nafas dalam tarik nafas dalam dengan
baik
- Jadwal kegiataan tarik nafas
dalam di jam 9.0 dan di jam
11.00

A:
Strategi pelaksanan pengendalian
emosi dengan tarik nafas dalam
tercapai.
Resiko perilaku kekerasan mulai
teratasi.

P:
- Anjurkan klien untuk
melakukan teknik tarik
nafas dalam ini sesuai
dengan jadwal harian yang
telah ditetapkan atau sampai
terasa tenang.
- Lanjutkan intervensi strategi
pelaksaan RPK pukul bantal
dan kasur dalam
mengungkapkan amarah.
Selasa Risiko Strategi pelaksanaan S: Hanni
08/02/2022 perilaku RPK pertemuan ke - Klien mengatakan “cara alfiany &
Pukul 10.15 kekerasa 2 : mengungkapkan marah indah rada
n 1. Mengevaluasi sebelumnya dengan tarik ulfami
kegiatan pada nafas dalam.”
pertemuan - Klien mengatakan “iya saya
sebelumnya tarik juga pernah sesekali kalo
nafas dalam. marah nonjok kasur sampai
2. Mengajarkan kapuknya keluar waktu
klien untuk dirumah”
mengungkapkan O:
marah dengan - Klien mampu mengevaluasi
pukul bantal atau kegiatan sebelumnya, tarik
kasar untuk nafas dalam.
mencegah - Klien mampu
perilaku mempratikkan cara
kekerasan. mengungkan marah dengan
3. Melatih klien pukul bantal dan kasur.
untuk A:
mempraktikan - Strategi pelaksanaan RPK

3
6
cara memukul pukul bantal dan kasur
bantal dan kasur. tercapai.
4. Memasukan - RPK mulai teratasi.
kedalam jadwal P :
harian klien. - Anjurkan klien untuk
memasukankegiatan
tersebut kedalam jadwal
hariannya.
- Lanjutkan intervensi
mengungkapkan amarah
dengan cara selanjutnya.
Rabu Halusina Strategi pelaksanaan S; Hanni
09/02/2022 si halusinasi pertemuan - Klien mengatakan “suara alfiany &
Pukul 09.50 ke 1 : yang sering saya dengar di raissy
1. Mengenal jenis, rumah itu suara kentongan, amalya
isi, fekuensi - klien mengatakan “suara
halusinasi yang kentongan tersebut
dirasakan klien . membuat terganggu, suara
2. Melatih klien tersebut membuat ia
cara menghardik mondar-mandir, ngacak-
halusinasi, jika ngacak tempat orang lain”
halusinasinya - klien mengatakan “baik
muncul . kalau sesewaktu say
3. Memasukan amendengar suara itu lagi
kedalam jadwal saya harus mengusirnya,
harian klien. dengan cara “pergi-pergi itu
suara palsu!”
O:
- klien mampu mengenal
jenis, isi dan frekuensi
halusinasinya.
- Klien mampu
mempratikkan cara
menghardik halusinasi

A : Strategi pelaksanaan
menghardik halusinasi tercapai.
Halusinasi mulai teratasi.

P:
- Menganjurkan klien untuk
menghardik halusinasinya,
jika suara itu datang dan
menggangu.
- Lanjutkan intervensi latih
klien untuk bercakap-cakap.
Rabu Halusina Strategi pelaksaan S: Hanni
09/02/2022 si halusinai strategi - Klien mengatakan alfiany &
Pukul 10.30 pertemuan ke 2 : “pertemuan sebelumnya raissy
1. Mengevaluasi cara mengusir halusinasi” amalya

3
7
kegiatan - Klien mengatakan “iya baik
sebelumnya cara sus, jadi kalau ngobrol suara
menghardik itu ga muncul yah “
halusinasi . O:
2. Menganjurkan - Klien mampu mengevaluasi
klien untuk cara menghardik halusinasi
melakukan pada pertemuan 1
kegiatan bercaka- - Klien tampak memahami
cakap dengan cara mengontrol halusinasi
orang lain dengan bercakap-cakap.
3. Memasukan A:
kegiatan ini - Strategi pelaksanaan
kedalam jadwal mengontrol halusinasi
kegiatan harian dengan bercakap-cakap
klien. tercapai.
- Halusinasi mulai teratasi

P:
- Menganjurkan klien untuk
memasukan cara
mengontrol halusinasi
kedalam jadwal hariannya.
Dan latih klien untuk
bercakap-cakap dengan
orang lain
- Lanjutkan intervensi strategi
pelaksanaan mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
pada pertemuan ke 3.

Kamis Halusina Strategi pelaksanaan S: Hanni


10/02/2022 si halusinasi pertemuan - Klien mengatakan “kemarin alfiany &
Pukul 08.45 ke 3 : mengontrol halusinasi lulu’a
1. Mengevaluasi dengan ngobrol sus” lanahdiaya
kegiatan - Klien mengatakan “kegiatan na
sebelumnya. dirumah berdagang, main
2. Menganjurkan hape, nonton tv, terkadang
klien bermain bola. Kalau di rs ya
mengontrol senam, TAK, nonton tv,
halusinasi rapihin tempat tidur”
dengan O:
melakukan - Klien tampak mampu
kegiatan . mengevaluasi kegiatan
3. Memasukan sebleumnya.
kedalam - Klien memasukan kegiatan
jadwal harian kedalam jadwal hariannya.
klien. A : Strategi pelaksanaan
mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan tercapai.
Halusinasi mulai teratasi.

3
8
P:
- Menganjurkan klien untuk
banyak melakukan kegiatan,
jangan banyak bengong agar
halusinasinya tidak datang.
- Lanjutkan intervensi strategi
pelaksanaan mengontrol
halusinasi dengan obat.

Jumat Halusina Strategi pelaksaan S : Hanni


11/02/2022 si halusinasi pertemuan 1. Klien mengatakan “tadi alfiany &
Pukul 09.50 ke 4 : membahas kalo bisa banyak rafa
1. Mengevaluasi melakukan kegiatan, supaya sugiarto
kegiatan halusinasinya ga muncul”
sebelumnya. 2. Klien mengatakan “iya sus
2. Melatih cara paham, jadi kalau minum
mengontrol obat halusinasinya ga
halusinasi dengan muncul ya, kalo ga teratur
obat. mnum obatnya
3. Menjelaskan halusinasinya bisa balik
pentingnya lagi.”
penggunaan obat 3. Klien mengatakan “iya nanti
pada pasien. kalau sudah pulang saya
4. Menjelaskan juga akan rutin minum
akibat jika obat obatnya , saya kapok
tidak diminum dibawa kesini sus”
sesuai program. O:
5. Menjelaskan - Klien mampu mengevaluasi
akibat putus obat kegiatan sebelumnya.
dan cara berobat. - Klien mampu menjelaskan
6. Memasukan ulang keuntungan minum
kegiatan ini ke obat dan kerugian tidak
dalam jadwal minum obat.
harian klien. A : Strategi pelaksanaan
mengontrol halusinasi dengan obat
tercapai.
Halusinasi teratasi.

P : Menganjurkan klien untuk


selalu rutin minum obat dan jnagan
puus obat jika sudah pulang.
Pantau kepatuhan minum obat klien
selama di rs.

3
9
BAB 5
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Nama Tn. A umur 26 tahun, jenis kelamin laki-laki, dengan diagnosa Schizofrenia
Paranoid. Dengan alasan masuk dikarenakan suka menyendiri saat di rumah, suka
melamun, tidak banyak berbicara, jarang berinteraksi dengan keluarga atau temannya,
tiba-tiba suka menangis, keluarga mengatakan klien suka mengurung diri di kamar.
Dalam tinjauan kasus, penulis menemukan bahwa klien baru pertama kali dirawat di
RSMM tahun 2022.
Klien dengan isolasi sosial yang perlu ditangani segera adalah faktor pencetus timbulnya
rasa kurang percaya diri karena klien merasa bahwa semuanya salah dirinya, saudara
dan temannya suka meremehkan dia, ibu dan ayahnya suka membeda-bedakan dirinya
dengan adiknya, klien terkadang sulit untuk menyelesaikan masalahnya karena tidak
berani bercerita dengan keluarganya.
Kondisi Tn. A saat pengkajian di ruangan Arimbi dengan isolasi sosial. Klien tampak
tidak percaya diri, berjalan menunduk dan mengobrol dengan menunduk, dan tangan
klien tampak menunjukkan sikap tertutup.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, mengfokuskan dan mengatasi
kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual, resiko tinggi ataupun
potensial.
Dalam tinjauan kasus muncul masalah keperawatan dengan isolasi sosial, Harga Diri
Rendah Kronis (HDRK), Resiko perilaku Kekerasan (RPK), dan Halusinasi.

4
0
Berdasarkan diagnosa di atas, penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus nyata. Dalam kasus nyata diagnosa yang muncul sama dengan teori. Tidak ada
penambahan ataupun pengurangan jumlah dan jenis diagnosa yang ada.
C. Rencana Tindakan
Dalam perencanaan, ditetapkan sasaran, tujuan, waktu yang spesifik, dan terukur
disertai tindakan keperawatan dan evaluasi yang terdiri dari tujuan kriteria, intervensi,
perencanaan yang disusun dibuat berdasarkan masalah keperawatan yang muncul,
tertulis, dan realistis.
Pada tinjauan kasus rencana yang akan dilakukan yaitu dengan klien dapat
meningkatkan rasa percaya diri yang dialaminya, dengan klien dapat membina
hubungan saling percaya, mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap, berkenalan
dengan dua orang, dan klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Secara teoritis
perencanaan keperawatan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan untuk tindakan
keperawatan, namun pada perencanaan keperawatan dengan keluarga klien tidak
dilaksanakan dikarenakan adanya pandemi sehingga tidak diberlakukannya jam besuk.
Berdasarkan rencana di atas penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara
tinjauan kasus dan teori. Hal ini terjadi karena intervensi direncanakan sesuai
berdasarkan dengan masalah pasien sehingga intervensi tersebut dapat mengatasi
masalah yang dialami oleh klien.
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya dimulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Setelah terbinanya hubungan
saling percaya, intervensi keperawatan selanjutnya adalah membantu klien berkenalan
dengan temannya. Klien dilatih bagaimana cara yang biasa terbukti efektif dalam
berkenalan adalah:
1. Membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
2. Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama
→ seorang perawat
3. Berbincang-bincang dengan 2 orang
4. Jelaskan tentang obat yang diberikan dan menganjurkan klien melakukan kegiatan
bersosialisasi dengan orang lain/keluarga

4
1
Dalam mengendalikan isolasi sosial klien dianjurkan untuk berkenalan dengan
temannya minimal teman sekamarnya. Klien diberikan jadwal kegiatan harian untuk
bersosialisasi dengan teman yang lain.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah umpan balik untuk menilai keberhasilan keperawatan yang telah
diberikan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang elah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pegaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil
yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Setelah penulis menlakukan tindakan
keperawatan selama 8 hari, maka penulis melakukan evaluasi. Evaluasi ini penulis
menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP (subyektif, Obyektif, Asessment,
Planning).
Evaluasi penulis lakukan sejak tanggal 02-10 Februari 2022 dengan hasil evaluasi pada
diagnose isolasi sosial, yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 8x3 jam diperoleh
asil yaitu klien mampu membina saling percaya, klien mampu berinteraksi secara
bertahap berenalan dengan orang pertama (perawat), klien mampu berkenalan dengan 2
orang, klien mampu menjelaskan tentang obat yang diberikan dank lien mampu
bersosialisasi dengan orng lain atau keluarga.

4
2
BAB 6
PENUTUP

Isolasi sosial adalah


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A penulis menyimpulkan bahwa:
1. Hasil pengkajian pada Tn. A didapatkan data subjektif klien mengatakan sulit untuk
memulai pembicaraan dengan orang lain, klien mengatakan malu untuk bergaul dengan
orang lain, klien mengatakan lebih suka menyendiri, klien mengatakan saat dirumah suka
bengong dan melamun. Data objektif didapatkan klien tampak tidak ikut bergabung dengan
yang lain saat bermain dilapangan, klien terlihat suka duduk sendiri, klien tampak menunduk
dan kontak mata kurang saat berbicara, suara klien lambat dan pelan, dan klien tampak
melamun, dan pandangan kosong.
2. Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian adalah
1. Isolasi sosial.
2. Halusinasi.
3. Resiko Perilaku Kekerasan.
4. Harga Diri Rendah.
5. Ansietas.
3. Intervensi keperawatan dari masalah isolasi sosial adalah membantu klien mengenal
keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, mengajarkan
klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang pertama → seorang perawat
berbincang-bincang dengan 2 orang jelaskan tentang obat yang diberikan dan menganjurkan
klien melakukan kegiatan bersosialisasi dengan orang lain/keluarga. Intervensi keperawatan

4
3
dari masalah halusinasi pendengaran adalah bina hubungan saling percaya dengan klien,
identifikasi penyebab halusinasi, identifikasi tanda-tanda halusinasi, identifikasin perulaku
yang bisa dilakukan, identifikasi akibat halusinasi, ajarkan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik, berbincang-bincang dengan orang lain, membuat jadwal dan melakukan
kegiatan yang disukai, dan minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar.
Intervensi keperawatan dari masalah resiko perilaku kekerasan, bina hubungan saling
percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang
dilakukan, cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik Tarik nafas dalam,
mengontrol perilaku kekersan secara latihan fisik ke 2 ( memukul Kasur dan bantal) latih
mengungkapkan rasa marah secara verbal (menolak dengan baik, meminta latihan sholat
atau berdoa, latih klien minum obat secara teratur (5 benar).
Intervensi keperawatan dari masalahharga diri rendah kronis adalah identifikasi dari aspek
positif dari klien, bantu klien menilai dengan kemampuan yang masih dapat digunakan,
bantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien, latih klien
dengan kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
4. Tindakan untuk mengatasi masalah isolasi sosial adalah penulis mengajarkan klien
berkenalan dengan orang lain secara bertahap, masalah halusinasi pendengaran penulis
mengindentifikasi penyebab halusinasi, tanda-tanda halusinasi, mengidentifikasi tindakan
yang bisa dilakukan, mengidentifikasi akibat halusinasi, mengajarkan menghardik,
berbincang-bincang dengan orang lain, melakukan kegiatan yang disukai dan minum obat
secara teratur. Masalah harga diri rendah kronis penulis mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif ynag dimiliki, membantu klien menggali kemampuan yang masih bisa
dilakukan selama di rumah sakit, melatih klien melakukan aktifitas yang bisa dilakukan di
rumah sakit seperti menyapu, dan menata tempat tidur.
5. Evaluasi yang diperoleh untuk diagnosa isolasi sosial yaitu klien mampu berkenalan dengan
satu orang secara bertahap, klien mampu berkenalan dengan orang pertama yaitu perawat,
klien mampu mengobrol dengan dua orang temannya, dan meminum obat secara teratur.
Penulis berkesimpulan bahwa diagnosa yang pertama teratasi sebagian karena klien mampu
mempraktekkan semua kegiatan yang dilatih dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari, klien mampu menunjukkan sikap terbuka terhadap orang lain. Evaluasi yang diperoleh
dari diagnosa kedua masalah halusinasi dengan melihat data subjektif dan objektif
didapatkan klien mampu mempraktekkan cara menghardik, berbincang-bincang dengan
orang lain, melakukan kegiatan yang disukai, dan meminum obat secara teratur. Evaluasi
yang diperoleh dari diagnosa kedua masalah resiko perilaku kekerasan adalah dengan

4
4
melihat implementasi yang dilakukan serta memperhatikan respon subjektif dan objektif
yang muncul didapatkan klien mampu mengontrol emosi dengan tarik napas dalam,
memukul kasur atau bantal. Klien mampu mengungkapkan rasa marah secara verbal
(menolak dengan baik, meminta dengan baik, serta mengungkapkan perasaan dengan baik).
Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual (salat dan berdoa), dan
meminum obat secara teratur. Evaluasi yang didapatkan dari diagnosa keempat masalah
harga diri rendah kronik adalah dengan melihat implementasi yang dilakukan serta
memperhatikan respon subjektif dan objektif yang muncul didapatkan klien memiliki aspek
positif yang dimiliki.
5.1 Saran
A. Bagi Rumah sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor
1. Bagi Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor
Tetap melayani dan menangani klien dengan masalah keperawatan jiwa secara
optimal dan professional. Lebih ditingkatkan kembali komunikasi terapeutik terhadap
klien sehingga terjalin kepercayaan dan sikap terbuka antara klien dan perawat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran dengan
asuhan kepearawatn pada klien gangguan jiwa.
3. Bagi Mahasiswa
Ditingkatkan kembali komunikasi terapeutik kepada klie serta pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara optimal dan komprehensif.
6.

4
5
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Gangguan Jiwa. Jogjakart: Trans
Info Media.
Elisia, Laela, dkk.(2014). Pengaruh Terapi Okupasi T erhadap Kemampuan Berinteraksi Pada
Pasien Isolasi Sosial Di RSID DR. Amino Gondohutomo Semarang. Jumal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan.
Videbeck, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Zakiyah., Yani., A., & Susanti., H. (2018). Penerapan Terapi Generalis, Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi, dan Social Skill Training pada Pasien Isolasi Sosial. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Indonesia. 2(1), 19-32.

4
6
7
8

Anda mungkin juga menyukai