Anda di halaman 1dari 6

35

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis akan membandingkan antara teori dan dengan kasus
,penulis akan menganalisa sejauh mana faktor pendukung, faktor penghambat
dan solusi pemecahan masalah dalam memberikan “Asuhan Keperawatan
Pada TN. N Dengan Masalah Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta” yang dimulai pada tanggal 9 Agustus sampai
dengan 11 Agustus 2018. Pembahasan ini diuraikan berdasarkan proses
keperawatan, dimulai dari pengkajian, rencana tindakan, pelaksanaan dan
evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat
mengenai klien agar dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada
klien. Pengumpulan data yang didapat dengan cara wawancara dengan
klien, perawat ruangan, serta observasi langsung dengan klien, mempelajari
dokumentasi catatan perawat, catatan medis, yang ada di ruangan.

Pada tahap pengkajian penulis memfokuskan penguraian pengkajian


berdasarkan etiologi, faktor predisposisi, presipitasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis. Pada kasus TN. N
Isolasi Sosial diakibatkan oleh karena klien suka menyendiri dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain , hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
isolasi sosial diakibatkan karena seseorang merasa atau menilai dirinya
rendah, dan data yang ditemukan pada TN. N adalah klien mengatakan
sedih karena tidak bisa melanjutkan sekolahnya sehingga tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada teori tanda dan gejala yang ada ditemukan adalah klien banyak diam
dan tidak mau bicara, tidak mengikuti kegiatan, banyak berdiam dikamar.

35
36

Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat,
klien tampak sedih ekspresi datar dan dangkal, kontak mata kurang, kurang
spontan, apatis ( acuh terhadap lingkungan ), ekspresi wajah kurang berseri,
tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, mengisolasi
diri, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya, masukan
makanan dan minuman terganggu, retensi urin dan feses, aktifitas menurun,
kurang energi (tenaga), rendah diri, dan postur tubuh berubah misalnya
(sikap fetus) khususnya pada posisi tidur. Sedangkan pada kasus TN. N,
tanda dan gejala yang ditemukan adalah klien lebih banyak diam dan
mendiri tidak mau berinteraksi dengan orang lain, kontak mata kurang,
afek tumpul, pembicaraan lambat, alam perasaan sedih, sehingga pada
tanda dan gejala antara teori dan kasus tidak terdapat perbedaan.

Berdasarkan faktor predisposisi yang menyebabkan isolasi sosial adalah


faktor perkembangan, faktor biologis, faktor sosial kultural dan faktor dalam
keluarga. Sedangkan faktor yang ditemukan pada TN. N, dengan isolasi
sosial adalah Faktor sosiokultural klien mengatakan tidak punya peran
penting dalam kegiatan masyarakat dan tidak pernah mengikiti kegiatan
penulis, faktor dalam keluarga klien mengatakan sedih karena tidak
melanjutkan sekolahnya sampai kuliah. Sehingga pada faktor predisposisi
antara teori dan kasus yang penuilis dapatkan pada TN. N, dengan isolasi
sosial ada kesenjangan, yaitu tidak ditemukan faktor pendukung tentang
faktor perkembangan biologis karena pada pasien tidak pernah menggalami
kecelakaan yang mengakibatkan gangguan pada otak.

Pada faktor presipitasi diantaranya adalah stress sosiokultural dan stressor


psikologis, pada kasus TN. N, dengan isolasi sosial secara teori didapatkan
stress sosiokultural klien mengatakan sedih karena kurang mendapat
dukungan dari keluarga, dan stress psikologis klien mengatakan sedih
karena diputuskan pacarnya, sehingga penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dengan kasus pada faktor presipitasi.
37

Pada penatalaksanaan medis klien dengan isolasi sosial tidak mendapatkan


terapi medis, Karena isolasi sosial merupakan salah satu gejala skizoprenia
paranoid. Sehingga pada kasus klien isolasi sosial mendapatkan berupa:
Trihexphenidil 2x1 tablet dosis 2mg/oral, Risperidone 2x1 dosis 2mg/oral.

Pada pohon masalah yang didapat oleh penulis ditemukan perbedaan antara
teori dan kasus yaitu: pada teori pohon masalah terdapat 3 masalah
keperawatan, Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi, Isolasi Sosial,
Harga Diri Rendah. Sedangkan pada kasus terjadi pada TN. N, dengan
isolasi sosial adalah pengembangan masalah meliputi 3 masalah
keperawatan yaitu 3 masalah sesuai dengan teori, dan tidak ditemukan
masalah sesuai dengan teori. sehingga tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus pada pohon masalah.

Faktor Pendukung : penulis dapat mencocokkan data dari klien dengan


status dan perawat ruangan, waktu yang cukup panjang untuk melakukan
pengkajian

Faktor Penghambat : klien bicara saat ditanya dan menjawab seadanya.


Sehingga penulis harus sering untuk melakukan pendekatan pada klien.
Selain itu, penulis juga kesulitan mendapatkan data dari pihak keluarga
karena keluarga jarang menjenguk klien.

B. Diagnosa Keperawatan
Dalam teori diagnosa keperawatan yang di temukan ada 3 yaitu: Isolasi
Sosial, Harga Diri Rendah, dan Resiko Gangguan Sensori Persepsi:
Halusinasi. Diagnosa yang terdapat pada kasus TN. N, yaitu: Isolasi Sosial,
Harga Diri Rendah, dan Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi.

Faktor Pendukung : Adanya pedoman untuk membuat asuhan keperawatan


jiwa yang baku di seluruh tatanan layanan keperawatan jiwa. Faktor
Penghambat : Tidak ditemukan.
38

C. Perencanaan
Tahap perencanaan yang mencakup penetapan prioritas masalah, penentuan
tujuan dan penetapan kriteria hasil penulis pada konsep SMART (Spesifik,
Measurabe, Reliable Dan Tim) adapun perbedaan rencana yang terdapat pada
kasus dan teori adalah pada teori tidak ditetapkan waktu dalam penetapan
ketentuan tercapainya suatu tindakan keperawatan secara literature belum ada
ketetapan yang baku dalam penetapan pencapaian keberhasilan tindakan dan
melihat kondisi saat ini. Sehingga penulis berpendapat kesenjangan tersebut
bukan mertupakan faktor penghambat dalam merencanakan tindakan
khususnya pada TN. N, dengan Isolasi Sosial.

Faktor pendukung : adalah penulis dapat mengacu pada renpra yang sudah
baku sehingga mendukung pada tahap perencanaan dan adanya referensi
yang dijadikan sebagai acuan dalam rencana membuat tindakan perawat jiwa
khususnya diagnosa keperawatan pertama yaitu: Isolasi Sosial yang
mencakup pasien: identifikasi penyebab isolasi sosial: siapa yang serumah,
siapa yang dekat, yang tidak dekat dan apa sebabnya, keuntungan punya
teman dan bercakap-cakap, kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-
cakap, latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau tamu, masukkan
pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan. Pada keluarga diskusikan
pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
perilaku isolasi sosial. Sehingga tidak ditemukan hambatan dalam pembuatan
perencanaan pada kasus karena sudah sesuai pada teori.

Faktor Penghambat : Pada perencanaan keluarga, yaitu selama perawat


berdinas belum tentu bertemu dengan keluarga klien dan kondisi klien yang
banyak diam dan bosan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penulis mengacu pada intervensi
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya dan penulisannya melakukan
tindakan keperawatan yang utama yaitu isolasi sosial. Pada teori terdapat 3
39

pelaksanaan keperawatan untuk klien dan keluarga. Sedangkan pada kasus


hanya melakukan tindakan keperawatan kepada klien yaitu:
1. Pertemuan I:
Identifikasi penyebab isolasi sosial; siapa yang serumah, siapa yang
dekat, yang tidak dekat dan apa sebabnya, keuntungan punya teman dan
bercakap-cakap, kerugian tidak punya teman dan bercakap-cakap, latih
cara berkenalan dengan klien dan perawat atau tamu, masukkan pada
jadwal kagiatan untuk latihan berkenalan.
2. Pertemuan II:
Evaluasi kegiatan berkenalan dengan 1 orang perawat. Beri pujian, latih
cara berbicara saat melakukan kegiatan harian, masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan berkenalan dengan satu orang.
3. Pertemuan ke III :
Evaluasi kegiatan berkenalan dengan 1 orang, beri pujian kemampuan
yang ditunjukkan, latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih,
anjurkan memasukkan kegiatan yang dilakukan kedalam jadwal kegiatan
harian.
4. Pertemuan ke IV :
Evaluasi kegiatan berkenalan dengan 2 orang yang telah dilakukan,
berikan pujian terhadap kemampuan yang ditunjukkan, latih cara
berkenalan dengan tiga orang atau lebih, anjurkan untuk memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian.

Faktor Pendukung : Kerjasama yang baik antara Klien dan Penulis


Faktor Penghambat : Kondisi Klien yang kadang tidak kooperatif, Mudah
bosan saat perawat mengajukan pertanyaan pada klien, tidak adanya keluarga
klien yang berkunjung saat penulis berdinas. Maka solusi yang dilakukan
penulis adalah menggunakan komunikasi teurapetik serta mendelegasikan
kepada perawat yang lain.
40

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
menentukan apa tujuan dari setiap diagnosa keperawatan yang dibuat dengan
tahap perencanaan yang telah disusun dan diimplementasikan sudah sesuai
dengan apa yang diharapkan atau tidak. Dalam melakukan evaluasi penulis
melakukan evaluasi secara formatif dimana evaluasi dilakukan setiap selesai
interaksi dan evaluasi kembali pada pertemuan selanjutnya.

Pada diagnosa keperawatan utama isolasi sosial masalah sudah dapat tercapai
dimana.
1. Pertemuan 1:
Klien mampu membina hubungan saling percaya, klien mampu
menyebutkan keuntungan dan kerugian punya teman, klien mampu
menjelaskan penyebab isolasi sosial, klien belum mampu
mempraktekkan cara berkenalan seperti yang dilatih oleh perawat.
2. Pertemuan II:
Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang secara
mandiri dan memasukkan kegiatan yang dilakukan kedalam jadwal
kegiatan harian klien
3. Pertemuan III
Klien menunjukkan kemampuan dalam melakukan perkenalan dengan
dua orang atau lebih dan memasukkannya ke dalam jadwal kegiatan
harian klien.
4. Pertemuan IV
Klien menunjukkan kemampuan berkenalan dengan lebih dari tiga orang
dan memasukkannya ke dalam jadwal kegiatan harian klien.

Faktor Pendukung : Pasien cukup Kooperatif


Faktor Penghambat : Mudah bosan saat perawat mengajukan pertanyaan
pada klien, tidak adanya keluarga klien yang berkunjung saat penulis
berdinas. Maka solusi yang dilakukan penulis adalah menggunakan
komunikasi teurapetik serta mendelegasikan kepada perawat yang lain.

Anda mungkin juga menyukai