Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan membahas kesesuaian antara teori di BAB

II dan gambaran kasus di BAB III serta hambatan yang ditemukan saat melaksanakan

Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Lihat Pada Skizofrenia Di Ruang Perkutut RS.Jiwa Provinsi Jawa Barat.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,

psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat

dikelompokan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap

sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien.

Pengkajian yang penulis lakukan dengan menggunakan komunikasi

terapeutik yang terdiri dari 4 tahap yaitu fase pra interaksi, orientasi, kerja, dan

terminasi. Pada fase pra interaksi penulis melakukan analisa diri yang bertujuan

untuk menyiapkan kesiapan mental penulis sebelum menghadapi klien, selanjutnya

penulis menetapkan tahapan hubungan dengan tujuan untuk menentukan kontrak

pertama dan tujuan pertemuan dengan klien dilanjutkan dengan membuat rencana

interaksi yang bertujuan untuk menyiapkan rencana secara tertulis.

Metode pengkajian yang dilakukan adalah metode wawancara dan

menelaah status klien. Selama wawancara penulis mengidentifiksi lima sikap atau

cara untuk menghadirkan diri secara fisik yaitu berhadapan artinya menghadap klien

dengan jujur dan terbuka, mempertahankan kontak mata artinya penulis mendengar

dan memperhatikan klien, membungkuk ke arah klien artinya keinginan untuk

mengatakan dan mendengar sesuatu, mempertahankan sikap terbuka artinya

menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi dan tetap rileks artinya untuk

38
mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam berespon

terhadap klien.

Pengkajian faktor predisposisi pada Tn E, meliputi riwayat kesehatan

penyakit jiwa klien yang pernah dialami, pengobatan, pengalaman tidak

menyenangkan dan kemungkinaan adanya faktor keturunan. Dalam pengkajian

faktor predisposisi penulis menemui hambatan karena tidak dapat bertemu langsung

dengan keluarga klien, akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan melihat status rekam

medic di Rumah Sakit.

Pada Kasus Tn E ditemukan faktor predisposisi yaitu klien pernah menjadi

korban aniaya fisik dan kekerasan dalam keluarga serta orang terdekat klien yaitu

ibunya meninggal sejak tahun 2003 merupakan faktor penyebab klien mengalami

gangguan jiwa, hal ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa seseorang

dapat mengalami gangguan jiwa salah satunya disebabkan oleh koping mekanisme

terhadap stressor yang diterima oleh seorang individu tidak adekuat seperti trauma

terhadap penganiayaan dan ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau

posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi

Pemeriksaan fisik secara head to toe pada klien tidak dapat dilakukan

karena klien tidak bersedia, untuk itu penulis hanya melakukan pemeriksaan fisik

secara inspeksi dan mengobservasi Tanda-tanda vital.

Pada pengkajian psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri,

hubungan sosial dan spiritual didapatkan masalah keperawatan, gangguan konsep

diri harga diri rendah didasarkan pada data subjektif dan objektif klien.

Berdasarkan pengkajian pada status mental ekspresi wajah klien tampak

sedih dan marah jika mengingat keadaannya saat ini. Hal ini sejalan dengan salah

satu tanda dan gejala pada gangguan konsep diri Harga diri rendah.

Pada pengkajian kebutuhan persiapan pulang klien, didapatkan data kurang

perawatan diri, karena dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene klien harus di

motivasi, hal ini didukung oleh penampilan klien tidak rapih, badan kotor dan makan

39
berantakan. Selain itu klien membutuhkan system pendukung yang lebih mampu

memotivasi klien dalam hal pengobatan.

Kemampuan mekanisme koping klien yaitu menyimpan dalam hati masalah

yang dihadapi, koping ini merupakan koping yang maladaptive, hal ini merupakan

faktor presipitasi gangguan kejiwaan yang dialami klien.

Hambatan yang penulis temui dalam melakukan pengkajian pada Tn. E

adalah penulis tidak bertemu secara langsung dengan keluarga klien sehingga, data

tentang faktor predisposisi dan presipitasi hanya bisa klien dapat dari pernyataan

dan status klien, untuk riwayat kesehatan keluarga penulis hanya mendapat

informasi dari klien sehingga tidak terkaji riwayat adanya anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama.

B. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian penulis dapat mengambil kesimpulan yang

menghasilkan suatu diagnosis keperawatan, diagnosis yang penulis dapatkan dari

kasus Tn. E sesuai dengan teori yang ada sehingga penulis tidak menemukan

adanya hambatan dalam pembuatan diagnosis keperawatan.

Prioritas masalah pada diagnosa keperawatan ditentukan berdasarkan pada

masalah yang paling aktual, beresiko dan mendominasi masalah keperawatan yang

ditemukan pada klien. Berdasarkan hasil pengkajian maka diagnosa keperawatan

berdasarkan prioritas masalah adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah keperawatan

actual yaitu :

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Masalah keperawatan ini didukung dengan pernyataan malu yang

diungkapkan klien,. kontak mata kurang saat wawancara, penurunan aktivitas,

isolasi sosial akibat harga diri rendah, namun saat pengkajian isolasi sosialnya

sudah teratasi ini ditandai dengan klien tampak sudah bersosialisasi dengan

teman sekamarnya

40
2. Kurang perawatan diri,

Diagnosa ini didukung oleh data subjektif klien mengatakan malas

mandi karena dingin sedangkan data obyektif seperti badan, kuku dan rambut

tampak kotor, serta dalam memenuhi personal hygiene klien harus di motivasi.

Selain ditunjang dengan kemampuan dalam merumuskan diagnosis

keperawatan, kemampuan lain yang harus dimiliki oleh seorang perawat, yaitu

kemampuan pengambilan keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan

adaptif atau ukuran normal, kemampuan memberi pembenaran atau jastifikasi serta

kepekaan sosial budaya.

C. Perencanaan

Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan, kriteria

evaluasi dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan berfokus pada penyelesaian

permasalahan dari suatu diagnosis. Tujuan dapat dicapai jika kriteria evaluasi telah

dicapai. Pada kasus ini, penulis membuat tujuan yang mengacu pada tiga aspek

perubahan perilaku, yaitu kemampuan kognitif, yang diperlukan untuk

menyelesaikan etilogi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang

diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki

agar klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah. Selain tiga aspek

perubahan perilaku, dalam perumusan tujuan, penulis juga menggunakan dan

mengacu pada kriteria evaluasi yaitu tujuan yang diterapkan harus spesifik dan tidak

menimbulkan arti ganda, tujuan juga harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku

klien, tujuan juga harus dapat dicapai, dapat dipertanggungjawabkan secara ilimiah

dan harus dapat diukur oleh waktu atau ada batasan waktunya.

D. Implementasi

Pada tahap ini, implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan, yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar,

pendidikna kesehatan, terapi aktifitas kelompok. Pada situasi nyata, impementasi

41
kadang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan semua rencana yang telah

direncanakan tetapi ada juga rencana yang tidak dapat dilaksanakan berhubungan

dengan situasi dan keadaan klien. Pada kasus Tn.E ini penulis berusaha

melaksanakan implementasi sesuai dengan yang telah direncanakan.

Impementasi kebutuhan dasar manusia yang penulis lakukan berdasarkan

pada kebutuhan klien secara psikologis dan fisik, meliputi membina hubungan

terapeutik, membantu memecahkan masalah yang klien hadapi, memenuhi

kebutuhan personal hygiene klien

Setiap tindakan yang penulis lakukan sebelumnya penulis membuat kontrak

terlebih dahulu dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan

peran serta yang diharapkan dari klien. Setelah semua tindakan yang penulis

lakukan sesuai fase kerja pada tahapan komunikasi terapeutik, penulis

mendokumentasikan sesuai dengan respon klien.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari tindakan keperawatan yang telah

diberikan terhadap perkembangan kesehatan klien. Dalam penilaian evaluasi ini

didasarkan pada kriteria evaluasi yang ingin dicapai. Evaluasi yang digunakan

adalah evaluasi formatif yaitu perawat melihat respon klien secara langsung setelah

dilakukan implementasi keperawatan atau tahap terminasi komunikasi terapeutik.

Evaluasi keperawatan dilaksanakan dengan melihat respon subjektif dan objektif

klien, melakukan analisis kriteria evaluasi yang diharapkan dan membuat rencana

sesuai dengan hasil analisis.

42

Anda mungkin juga menyukai