PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas kesenjangan antara teori dan kasus dengan masalah
A. pengkajian
Setelah mambandingkan antara teori dan kasus maka penulis menemukan kesenjangan
antara lain pada factor genetic pada anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa pada factor psikologis menurut teori adanya hubungan interpersonal yang
tidak harmonis, adanya peran ganda yang bertentangan yang mengakibatkan stress dan
kecemasan sedangkan pada kasus orang tua klien menerima apa adanya Pada faktor
presipitasi yaitu biologis pada kasus tidak ditemukan adanya abnormalitas atau
gangguan pada otak karena tidak ditemukan data yang menunjang pada respon
neurobiologis klien. Pada factor pemicu gejala menurut teori biasanya berhubunangan
dengan kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku sama halnya dengan yang terjadi pada
klien dimana klien mengalami tekanan batin dan faktor ekonomi keluarga yang tidak
mendukung.
Pada saat pengkajian penulis menemukan factor penghambat yaitu pada data status
kesehatan klien tidak ditemukan adanya pemeriksaan diagnostic biologi dan tidak
47
48
pernah bertemu anggota keluarga yang menjenguk klien sehingga kurangnya informasi
tentang klien sedangkan factor pendukungnya adalah klien yang kooperatif dalam
B. Diagnosa Keperawatan
Pada pengkajian diagnosa keperawatan gangguan sensori persepsi:halusinasi penglihatan yang ada
pada teori terdapat 4 dianosa keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat 5 diagnosa
keperawatan, sedangkan 1 diagnosa keperawatan yang ada pada kasus tetapi tidak terdapat pada
teori antara lain: Diagnosa Defisit Perawatan Diri diagnosa ini diangkat karena klien mengatakan
malas mandi karena mandi hanya untuk badan yang sudah bau berhari-hari.
faktor pendukungnya adalah klien yang kooperatif sehingga mendapatkan data yang
C. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan dalam kasus penulis mengacu pada perencanaan yang ada
pada teori dengan masalah prioritas masalah utama yaitu gangguan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran dan penglihatan, akan tetapi terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus, dimana pada teori tidak ditemukan adanya batasan waktu sedangkan pada
kasus penulis menggunakan batasan waktu. Adapun faktor pendukung dalam membuat
perencanaan yaitu perencanaan pada teori sesuai dengan perencanaan pada kasus, hal ini
D.Pelaksanaan
Dalam pelaksanan keperawatan pada teori menjelaskan garis besar dan tindakan
dalam 1 kali pertemuan sehingga dalam pelaksanaan keperawatan dan evaluasi tujuan
tercapai setiap 1 kali pertemuan, dikarenakan pada tiap interaksi pertama pada SP 2, SP
melaksanakan tindakan keperawatan yaitu klien yang kooperatif dalam tindakan yang
diberikan dan adanya kerjasama yang baik antara perawat dan penulis.
E. Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada
teori menggunakan evaluasi SOAP sama halnya dengan evaluasi pada kasus. Dalam
tahap evaluasi pada kasus yang terdiri dari 4 SP, dimana SP1 tujuan tercapai pada 1kali
pertemuan. Untuk SP2, SP3 dan SP4 juga tercapai setiap 1 kali pertemuan, sedangkan
SP1 keluarga sampai dengan SP4 keluarga tujuan belum tercapai hal ini dikarenakan
penulis tidak bertemu dengan keluarga klien selama penulis melakukan Asuhan
Keperawatan untuk itu penulis mengevaluasi pada perawat ruangan. Dalam melakukan
evaluasi tidak ada faktor penghambat dan factor pendukungnya adalah klien kooperatif
dan kerja sama yang baik antara penulis dan perawat ruangan.
50