Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas kesenjangan antara teori dan kasus dengan masalah

utama gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran serta mengidentifikasi fakotr

penunjang yang ditemukan Selama melakukan asuhan keperawatan dimulai dari

pengkajian, diagnosa kaperawatan, rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. pengkajian

Setelah mambandingkan antara teori dan kasus maka penulis menemukan kesenjangan

antara lain pada factor genetic pada anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami

gangguan jiwa pada factor psikologis menurut teori adanya hubungan interpersonal yang

tidak harmonis, adanya peran ganda yang bertentangan yang mengakibatkan stress dan

kecemasan sedangkan pada kasus orang tua klien menerima apa adanya Pada faktor

presipitasi yaitu biologis pada kasus tidak ditemukan adanya abnormalitas atau

gangguan pada otak karena tidak ditemukan data yang menunjang pada respon

neurobiologis klien. Pada factor pemicu gejala menurut teori biasanya berhubunangan

dengan kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku sama halnya dengan yang terjadi pada

klien dimana klien mengalami tekanan batin dan faktor ekonomi keluarga yang tidak

mendukung.

Pada saat pengkajian penulis menemukan factor penghambat yaitu pada data status

kesehatan klien tidak ditemukan adanya pemeriksaan diagnostic biologi dan tidak

47
48

pernah bertemu anggota keluarga yang menjenguk klien sehingga kurangnya informasi

tentang klien sedangkan factor pendukungnya adalah klien yang kooperatif dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan dan informsi dari perawat ruangan.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada pengkajian diagnosa keperawatan gangguan sensori persepsi:halusinasi penglihatan yang ada
pada teori terdapat 4 dianosa keperawatan, sedangkan pada kasus terdapat 5 diagnosa
keperawatan, sedangkan 1 diagnosa keperawatan yang ada pada kasus tetapi tidak terdapat pada
teori antara lain: Diagnosa Defisit Perawatan Diri diagnosa ini diangkat karena klien mengatakan
malas mandi karena mandi hanya untuk badan yang sudah bau berhari-hari.

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan penulis tidak menemukan hambatan dan

faktor pendukungnya adalah klien yang kooperatif sehingga mendapatkan data yang

diperlukan dan juga dari perawat ruangan.

C. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan dalam kasus penulis mengacu pada perencanaan yang ada

pada teori dengan masalah prioritas masalah utama yaitu gangguan sensori persepsi:

halusinasi pendengaran dan penglihatan, akan tetapi terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus, dimana pada teori tidak ditemukan adanya batasan waktu sedangkan pada

kasus penulis menggunakan batasan waktu. Adapun faktor pendukung dalam membuat

perencanaan yaitu perencanaan pada teori sesuai dengan perencanaan pada kasus, hal ini

berdasarkan standar rencana keperawatan yang digunakan sedangkan penulis tidak

menemukan faktor penghambatnya karena klien yang kooperatif.


49

D.Pelaksanaan

Dalam pelaksanan keperawatan pada teori menjelaskan garis besar dan tindakan

keperawatan, sedangkan pada kasus pelaksanaan sesuai dengan rencana keperawatan

yang telah dibuat, yaitu berdasarkan SP ( strategi pelaksanaan ) dimana SP 1

dilaksanakan 1 kali pertemuan dimana dalam pelaksanaan keperawatan tujuan tercapai

dalam 1 kali pertemuan. SP 2 sampai dengan SP 4 masing — masing juga dilaksanakan

dalam 1 kali pertemuan sehingga dalam pelaksanaan keperawatan dan evaluasi tujuan

tercapai setiap 1 kali pertemuan, dikarenakan pada tiap interaksi pertama pada SP 2, SP

3, dan SP 4 klien mampu menunjukkan adanya perubahan. Faktor pendukung dalam

melaksanakan tindakan keperawatan yaitu klien yang kooperatif dalam tindakan yang

diberikan dan adanya kerjasama yang baik antara perawat dan penulis.

E. Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena pada

teori menggunakan evaluasi SOAP sama halnya dengan evaluasi pada kasus. Dalam

tahap evaluasi pada kasus yang terdiri dari 4 SP, dimana SP1 tujuan tercapai pada 1kali

pertemuan. Untuk SP2, SP3 dan SP4 juga tercapai setiap 1 kali pertemuan, sedangkan

SP1 keluarga sampai dengan SP4 keluarga tujuan belum tercapai hal ini dikarenakan

penulis tidak bertemu dengan keluarga klien selama penulis melakukan Asuhan

Keperawatan untuk itu penulis mengevaluasi pada perawat ruangan. Dalam melakukan

evaluasi tidak ada faktor penghambat dan factor pendukungnya adalah klien kooperatif

dan kerja sama yang baik antara penulis dan perawat ruangan.
50

Anda mungkin juga menyukai