Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian diagnosis
Dalam bimbingan dan konseling diagnosa (Blocher, D. H) adalah proses dimana ahli
konseling memahami klien, dunia klien, dan memahami interaksi klien dengan dunia
yang dihadapinya. Sedangkan istilah diagnosis (Daruma, R) yang digunakan dalam studi
kasus adalah melakukan analisis masalah untuk menetapkan factor-faktor penyebabnya
berdasarkan hasil identifikasi masalah.
Namun sebenarnya, diagnosa dalam kesehatan dan konseling sebenarnya berbeda. Bagi
dokter, proses diagnosa bertujuan untuk menemukan satu kesatuan menyeluruh
gambaran penyakit tertentu, misalnya yang memungkinkan dokter tersebut
menerapkan terapi yang berbeda-beda. Diagnosa dalam pengertian ini melibatkan
penyelidikan gejala-gejala penyakit, melaksanakan pengujian laboratorium untuk
mengetahui agen-agen penyebab penyakit tersebut, dan sebagainya. Diagnoisa dengan
demikian mendahului tahap perawatan dan dilaksanakan dengan beberapa tahapan
secara menyeluruh.
Bahkan ditinjau dari konteks kesehatan, upaya untuk menerapkan proses dalam
memecahkan masalah perilaku manusia yang disebut “penyakit jiwa” terbukti berhasil.
Ciri satu kesatuan menyeluruh penyakit yang disebut sebagai penyakit fungsional tidak
terbukti sama dengan diagnosa tipe-tipe penyebab penyakit yang menjadi dasar positif
menetapkan diagnosa.
Bukti terhadap realibilitas (keabsahan) yang rendah pada diagnosa penyakit psikologis
yang dilakukan secara terpisah dalam menentukan diagnosa penyakit seperti neurosis,
psikosis, depresi, dan kelelahan dan sebagainya, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Eysenck bahwa satu kesatuan menyeluruh gambaran penyakit pada bidang
abnormalitas kejiwaan ternyata tidak sepenuhnya diketahui atau luput dari analisa.
Menninger juga mengemukakan bahwa metode tradisional diagnosa berdasarkan pada
ilusi satu kesatuan menyeluruh penyakit yang dialihkan menjadi apa yang disebutnya
sebagai sistem diagnosa “menyeluruh”.
Bagi ahli konseling, masalah memperoleh satu kesatuan gambaran menyeluruh penyakit
psikologis tidak memiliki faktor pembatas yang sama yang ditangani oleh psikiater.
Namun, berbagai upaya telah ditempuh dalam bidang konseling untuk merumuskan
sistem konsep (konstruk) diagnosa yang benar-benar dapat dipercaya dan mantap.
Beberapa sistem tersebut pada level khusus terbukti belum berguna dalam praktek
konseling karena beberapa alasan (faktor) yang sama karena konsep telaah satu
kesatuan gambaran menyeluruh penyakit belum sepenuhnya membantu dalam dunai
psikiatri. Patut disesalkan, klien acapkali tidak menunjukkan kerjasama yang baik untuk
menyesuaikan diri mereka dengan konsep diagnosa yang berlingkup sempit. Perilaku
manusia acapkali terlampau rumit (kompleks) diselami dan pengaruh interaksi di antara
berbagai faktor-faktor yang menentukan perilaku terlampau rumit untuk menarik dan
menetapkan diagnosa yang sederhana yang berkait dengan faktor-faktor penyebab yang
dianggap memadai dan mapan.
B. Keuntungan Penggunaan Diagnosis
Terdapat empat keuntungan dari ada digunakannya diagnosis menurut Wiramihardja, S
sebagai berikut:
1. Fungsi utama diagnosis adalah komunikasi. Misalnya di Indonesia, pemerintah telah
menetapkan PPDGJ III sebagai pegangan diagnostic untuk gangguan kejiawaan bagi
mereka yang bekerja dalam kalangan rumah sakit jiwa, sehingga untuk seseorang
pasien terdapat persamaan pandangan di antara pihak-pihak yang menanganinya
(karena bisa jadi seorang pasien ditangani oleh lebih dari satu pihak saja).
2. Penggunaan diagnosis dapat membangun riset psikopatalogi. Klinikus, misalnya,
dapat membandingkan pasien dengan diagnosis tertentu dengan kelompok lain yang
memperlihatkan gejala yang sama tetapi lain diagnosisnya.
3. Gejala-gejala yang berbeda tipis, riset untuk etiologi, atau penyebab-penyebab,
mengenai perilaku abnormal akan hamper tidak mungkin untuk dilakukan tanpa
system diagnostic yang baku.
4. Untuk gangguan tertentu dapat dipilih terapi mana yang kiranya dapat efektif
digunakan.
C. Kelemahan Diagnosis
1. Kesulitan untuk memperbaiki data yang lebih akurat
2. Terkadang diagnosis tidak akurat karna hasil tes tidak akurat atau karna saalah tafsir
informasi.
D. Metode Pengumpulan Data Diagnosis
1. Interview
2. Wawancara
3. Angket
4. Observasi
5. Sosiometri
6. Pemeriksaan dan kesehatan
7. Tes psikologi
E. Prinsip Diagnosis
1. Prinsip Prarcimony
Menentukan diagnosa berdasar efisensi dua keluwesan, tetapi tetap menerangkan
data yang ada dan mampu dipertanggungjawabkan.
2. Prinsip Hierarki
Menentukan diagnosa berdasar tingkat keparahan / stadium simtom.
F. Macam-Macam Diagnosis
1. Diagnosis Klinis. Dibuat berdasarkan simtom aktual (gejala sesungguhnya).
2. Diagnosis Diferensial. Gejala yang terdapat pada penderita dibandingkan dan
didebakan dengan penyakit yang lain.
3. Diagnosis Tentatif. Diagnosis yang ditetapkan untuk sementara berdasarkan fakta
dan keadaan yang ditampilkan dan berdasarkan pengamatan.
G. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Diagnosis
1. Tidak ada cara yang sama atau baku yang ditetapkan untuk semua orang.
2. Penentuan dalam melakukan pendekatan diagnosis yang tepat untuk klien adalah
umpan balik yang ditunjukkan klien saat interview.

Anda mungkin juga menyukai