Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus

yang ada dengan cara membandingkan dan mengemukakan alasannya. Adapun

langkah-langlah pembahasan ini sesuai dengan proses keperawatan keluarga yaitu

dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, penapisan masalah, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian sesuai teori data yang perlu dikaji adalah yang menunjang tiga

masalah kesehatan keluarga yaitu ancaman, keadaan sakit dan krisis. Selain tiga

masalah kesehatan dalam pengkajian, juga perlu dikaji tentang data yang

berhubungan dengan lima tugas keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memelihara keadaan lingkungan

sehat, memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Menurut teori pada pasien yang mengalami TB Paru akan mengalami tanda dan

gejala seperti batuk berdahak sampai batuk darah, demam meriang. Sedangkan pada

kasus yang penulis temukan pada Tn.J hanya mengeluh terkadang masih sering sesak

saat menarik napas dan nafsu makan masih menurun. Hal tersebut dikarenakan Tn. J

sudah mendapat pengobatan TB Paru selama satu bulan sehingga gejala yang

ditasakan sudah diminimalisir oleh Obat Anti TB/OAT.

71
72

Pada kasus terdapat kesenjangan untuk data tentang tahap perkembangan keluarga,

dimana pada tahap perkembangan anak usia remaja salah satunya adalah

mengembangkan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, tetapi pada kasus

komunikasi terbuka kurang karena suami Ny. I sudah meninggal sehingga anak

kurang mendapat figur ayah dan kurang terbuka tentang mengekspresikan

perasaannya.

Pada kasus terdapat kesenjangan untuk data yang didapatkan yang berhubungan

dengan lima tugas keluarga yaitu tugas pertama mengenal masalah pada kasus

kemampuan keluarga untuk mengenal masalah masih sangat kurang, tugas kedua

mengambil keputusan keluarga masih belum mengetahui akibat dari TB Paru dan

tugas ketiga keluarga belum dapat merawat keluarga dengan TB Paru dengan cara

yang tepat serta tugas ke empat memodifikasi lingkungan yang sehat dan bersih

untuk penderita TB Paru.

Dalam melakukan pengkajian ke keluarga Ny. I penulis mendapatkan hambatan

karena Tn. J bersikap malu saat menjawab pertanyaan tetapi keluarga sangat

kooperatif dan mau bekerja sama dengan baik, sehingga pada saat dilakukan

pengkajian dapat berlangsung dengan baik dan data yang diperoleh akurat sesuai

dengan kondisi dan keadaan saat ini.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan secara teori terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),

dan symptom (S), sedangkan pada kasus penulis merumuskan diagnosa keperawatan

tunggal tanpa etiologi (E), Diagnosa keperawatan secara teori berdasarkan tipologi
73

keperawatan keluarga yaitu diagnosa keperawatan aktual, risiko (ancaman) dan

potensial (wellness), Pada kasus dari hasil pengkajian pada keluarga Ny. I terdapat

dua tipologi diagnosa keperawatan yaitu aktual dan risiko. Pada saat pengkajian yang

ditemukan dalam 2 diagnosa adalah aktual yaitu ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan pada Tn. J dan risiko yaitu risiko hambatan pemeliharaan rumah.

Sedangkan penulis tidak menemukan diagnosa potensial karena keluarga Ny. I belum

dapat mengatasi masalah dengan baik dikarenakan keluarga belum dapat mandiri

dalam melakukan lima tugas keluarga,

Pada kasus diagnosa pertama yaitu ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada

Tn. J, diagnosa ini diangkat karena pada saat penulis mengkaji keluarga Ny. I

khusunya Tn. J sedang mengalami TB Paru dimana keluarga belum mengerti

perawatan dan pemeliharan kesehatan khususnya Tn. J. Diagnosa kedua yaitu risiko

hambatan pemeliharaan rumah diagnosa tersebut diangkat karena pada saat penulis

mengkaji keluarga Ny. I keadaan lingkungan rumah kotor berdebu dan pencahayaan

kurang sehingga sinar matahari tidak dapat masuk kedalam rumah, serta keluarga

kurang menyadari pentingnya melakukan pemeliharaan rumah yang sehat dan bersih.

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga tidak menemukan hambatan,

sedangkan faktor pendukungnya adalah kerja sama yang sangat baik dengan keluarga

Ny. I

C. Penapisan Masalah

Dalam menyusun prioritas masalah berdasarkan teori menggunakan empat kriteria

yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah dapat
74

dicegah, menonjolnya masalah. Pada teori penapisan masalah penulis menggunakan

kriteria sifat masalah : Aktual (3), Resiko (2), dan Potensial (1) dengan bobot 1.

Kemungkinan masalah dapat diubah: Mudah (2), sebagian (1), dan tidak dapat

diubah (0) degan bobot 2. Potensial masalah untuk dicegah: Tinggi (3), Cukup (2),

dan Rendah (1) dengan bobot 1. Menonjolnya masalah: Masalah dirasakan dan harus

segera ditangani (2), Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani (1), dan Masalah tidak

dirasakan (0) dengan bobot 1. Sedangkan pada kasus sesuai dengan teori yang di

kutip oleh Bakri (2017), namun skor disesuaikan dengan kondisi keluarga Ny. I.

Pada perhitungan skor yang disesuaikan dengan kondisi keluarga didapat diagnosa

keperawatan dengan prioritas pertama yaitu Ketidakefektifan Pemeliharaan

Kesehatan skor : 4 2/3. Sedangkan menjadi prioritas kedua yaitu Risiko hambatan

pemeliharaan rumah, skor : 2 1/3. Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan,

penulis tidak menemukan hambatan, sedangkan faktor pendukung adalah adanya

kerja sama yang baik antara penulis dengan keluarga Ny. I.

Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan, penulis tidak menemukan hambatan

sedangkan faktor pendukung adalah adanya kerja sama yang baik antara penulis

dengan keluarga Ny. I.

D. Perencanaan

Pada tahap penyusunan rencana tindakan keperawatan keluarga secara teori adalah

menyusun tujuan umum, tujuan khusus, kriteria hasil dan standar perencanaan

keperawatan. Pada tujuan khusus dalam penyusunannya harus berdasarkan lima tugas

keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan, memberikan


75

perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan dan

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan sekitar rumah. Dalam

menyusun rencana tindakan dibuat bersama-sama keluarga dengan memperhatikan

sumber daya yang ada pada keluarga.

Pada kasus perencanaan dibuat mengacu pada teori tetapi tidak semua dapat

dilaksanakan sesuai teori diantaranya perumusan tujuan khusus yang berorientasi

pada klien. Tujuan jangka panjang yaitu tujuan umum yang merupakan tujuan umum

yang merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh keluaga melalui

semua usaha ditentukan oleh penulis bersama dengan keluarga berhubungan dengan

diagnosa keperawatan keluarga. Tujuan jangka pendek merupakan pernyataan

spesifik tentang hasil tindakan keperawatan yang bersifat spesifik, dapat diukur,

dapat dicapai, realistic serta ada batasan waktu. Pada kasus tidak berbeda dengan

teori melibatkan peran serta keluarga dalam memberikan perawatan pada anggota

keluarga. Dalam menyusun rencana melibatkan keluarga sehingga keluarga merasa

dihargai karena masih dapat berbuat sesuatu untuk berusaha memecahkan masalah

kesehatan di keluarga. Untuk intervensi sesuai dengan pada tahap penyusunan

rencana tindakan keperawatan keluarga secara teori adalah berdasarkan sifat masalah

keluarga dan sumber-sumber yang ada baik pada keluarga, perawat maupun sumber

daya pada masyarakat untuk menyelesaikan masalah.

Menurut teori ada tiga tingkatan fungsi intervensi keperawatan yaitu kognitif, afektif

dan perilaku. Pada kasus perencanaan mengacu pada teori, tetapi tidak direncanakan

sesuai teori. Untuk intervensi sesuai dengan tindakan fungsi perawat hanya dapat

merencanakan untuk meningkatkan fungsi kognitif dengan memberikan informasi


76

kepada keluarga terkait masalah yang dihadapi keluarga yaitu TB Paru dan fungsi

perilaku dengan memberikan demonstrasi batuk efektif dan etika batuk serta cuci

tangan enam langkah. Sedangkan untuk afektif tidak direncanakan, karena dalam

waktu enam hari asuhan, kemampuan tersebut tidak dapat dicapai karena

membutuhkan intervensi yang terus menerus dan berkesinambungan. Menurut teori

ada tiga klasifikasi perencanaan keperawatan yaitu supplemental, fasilitasi dan

perkembangan, tetapi tidak bisa direncanakan sesuai teori. Perawat hanya bisa

merencanakan supplemental dan perkembangan yaitu perawat berlaku sebagai

pemberi pelayanan langsung kepada keluarga sebagai sasaran dan mengarahkan

keluarga agar bisa melakukan perawatan secara mandiri. Sedangkan untuk fasilitasi

tidak direncanakan karena, pada fasilitas perawat hanya memotivasi keluarga untuk

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan keluarga seperti

puskesmas/rumah sakit. Dalam penyusunan perencanaan penulis juga merencanakan

kunjungan yang tidak direncanakan untuk melihat upaya keluarga dalam melakukan

perawatan kepada anggota keluarga sesuai yang sudah diberikan.

Faktor pendukung dalam menyusun perencanaan yaitu karena keluarga sangat

kooperatif dalam menyusun perencanaan. Pada perencanaan tidak ditemukan

hambatan karena apa yang direncanakan disesuaikan dengan kondisi keluarga dan

kemampuan keluarga.

D. Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan penulis bekerja sama dengan keluarga dalam mencapai

tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut upaya yang dilakukan

adalah memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang dihadapi keluarga,


77

memberikan motivasi untuk menghadapi masalah serta memberi petunjuk atau

alternatif penyelesaian masalah.

Dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan sumber daya yang ada pada

keluarga agar tidak mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan yang ditemukan

bersama maka pelaksanan pada kasus memperhatikan prinsip-prinsip pelaksanaan

pada teori. Untuk membantu keluarga Ny. I dalam melaksanakan fungsi

keperawatan untuk mengatasi masalah TB Paru dan Lingkungan yang kurang sehat

yang dihadapi keluarga. Tindakan yang dilakukan adalah mendiskusikan tindakan

yang telah didiskusikan, dan mendemonstrasikan tindakan keperawatan dengan batuk

efektif dan etika batuk yang dilakukan oleh keluarga Ny. I khusunya Tn. J dan

mendemonstrasikan cuci tangan 6 langkah dilakukan oleh keluarga Ny. I, penulis

memberikan penghargaan terhadap upaya yang dilakukan keluarga.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis tidak menemukan hambatan

karena keluarga sangat kooperatif. Faktor pendukung dalam pemberian asuhan

keperawatan keluarga yaitu tersedianya sarana dan prasarana baik dikeluarga

maupun dari pemberi asuhan itu sendiri sehingga menunjang dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan yang diberikan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan keluarga dalam

menentukan sejauh mana tujuan keperawatan telah tercapai. Pada umumnya evaluasi

yaitu evaluasi kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kuantitatif adalah kuantitas atau

jumlah kegiatan yang telah dilakukan, sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi
78

yang difokuskan pada tiga dimensi struktur atau sumber, evaluasi proses, dan evalusi

hasil. Terkait dengan evaluasi struktur atau sumber difokuskan kepada tenaga

manusia atau bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi proses

terkait dengan kegiatann yang dilakukan untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi

hasil yang terkait dengan bertambahnya kesanggupan keluarga melaksanakan tugas-

tugas keluarga. Dari ketiga dimensi ini untuk melihat keberhasilan tindakan yang

dilakukan dapat dilihat dari bagian yang terakhir yaitu dimensi hasil.

Pada tahap akhir proses keperawatan yaitu penulis melakukan evaluasi terhadap

tindakan yang sudah dilakukan pada keluarga. Pada kasus evaluasi yang digunakan

adalah evaluasi proses dan hasil, untuk mengukur tingkat kemampuan keluarga

dalam melaksanakan lima tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan. Metode

yang digunakan adalah dengan cara observasi langsung, wawancara untuk

mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi dan latihan

stimulasi untuk melatih keterampilan keluarga dalam mengatasi masalah yang

dihadapi.

Berdasarkan hasil pelaksanaan yang telah dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan TUK 1, 2, 3, 4 tercapai, TUK 5 tercapai sebagian.dalam tiga

kali kunjungan. Untuk diagnosa keeperawatan risiko hambatan pemeliharan rumah

TUK 1 dan 2 tercapai, Sedangkan TUK 4 tercapai sebagian dalam dua kali

kunjungan.

Adapun faktor pendukung dalam melaksanakan tindakan yaitu keluarga sangat

kooperatif karena Tn. J memiliki motivasi untuk mengatasi masalah yang dialami
79

olehnya dan didukung anggota keluarga Ny. I lainnya. Tidak ada faktor penghambat

yang ditemukan oleh penulis.

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga semua kegiatan yang telah

dilakukan didokumentasikan oleh penulis. Asuhan keperawatan yang diberikan pada

keluarga didokumentasikan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai