Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

L DENGAN KANKER SERVIKS STADIUM


III B POST OP NEFROSTOMI DI RUANG PERAWATAN LANTAI II
PAVILIUN IMAN SUDJUDI RSPAD GATOT SOEBROT0 JAKARTA

DISUSUN OLEH :
SUKARNO
17113
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker serviks adalah kanker paling sering pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus
baru pada tahun 2018 yang mewakili 6,6% dari semua kanker wanita serta menjadi
angka kematian keempat terbanyak. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi
di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2018). Sedangkan di
Indonesia, terjadi 21.000 kasus kanker serviks tiap tahunnya, sehingga menempati
nomor dua tertinggi di dunia.  

Menurut Kemenkes RI, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90- 100
kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.
Kejadian Kanker Serviks ini tidak hanya berdampak bagi hidup penderitanya, tetapi
keluarga dan juga Pemerintah

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS
BAB II
TINJAUAN TEORI

PENGERTIAN
kanker serviks merupakan keganasan
yang tumbuh dari sel-sel serviks
dimana serviks merupakan sepertiga
bagian bawah uterus, berbentuk
silindris, menonjol dan berhubungan
dengan vagina melalui ostium uteri
eksternum.
ETIOLOGI MANIFESTASI KLINIS KOMPLIKASI

Virus HPV (Human • Keputihan yang abnormal


Papilloma Virus) & tidak sembuh sembuh
tipe 16 dan 18 • Nyeri pada perut bawah
• Pendarahan sesudah
penyempitan vagina,
Faktor Risiko melakukan hubungan intim menaupose dini, rasa
Aktivitas seksual di usia • Sakit ketika melakukan
sakit karena kanker
muda, mempunyai anak hubungan seks menyebar, gagal
banyak, berhubungan seks • Pendarahan sesudah
ginjal, perdarahan
dengan multi partner, menopause berlebih
Penderita PMS, merokok, • Hilang nafsu makan
pemakaian pil KB, • Turun BB
konsumsi obat immuno- • Nyeri Panggul, Kaki
Supresi, riwayat keluarga Bengkak
STADIUM KANKER
SERVIKS

STADIUM 0 STADIUM I STADIUM II STADIUM III STADIUM IV

Stadium IA
Stadium IAI Stadium IIA Stadium IIIA Stadium IVA
Stadium IA2 Stadium IIB Stadium IIIB Stadium IVB
Stadium IB
Stadium IBI
Stadium IB2
PENATALAKSAN
1. Krioterapi AAN
2. Vaporasi Laser
Medis 3. Konisasi KEPERAWATAN
Memberikan Pendidikan
4. Histerektomi kesehatan tentang
5. Eksenterasi Panggul prosedur pengobatan
6. Pemotongan
Manajemen nyeri latihan
Kelenjar Getah relaksasi nafas dalam
Bening Panggul
7. Radiasi (Radioterapi) Motivasi klien dan keluarga
8. Kemoterapi
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN

Klien masuk pada hari selasa, 16 Februari 2019 dengan nomer register 917184
tanggal pengkajian hari senin, 21 Februari 2019 dengan diagnosa medis kanker
serviks post op nefrostomi di ruang perawatan Lantai II Paviliun Iman Sudjudi kamar
206.
1. Identitas Klien
Klien bernama Ny. L, usia 60 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga,
suku bangsa Tionghoa, agama Katolik  , alamat di Jl. B lagoa blok 2C no 26 RT 13/
RW001 Tebet Jakarta Selatan, Status perkawinan menikah. Lama perkawinan 34
tahun dan kawin 2 kali.
 
RESUME
Klien bernama Ny. L umur 60 tahun klien datang dari Poli Obgyn RSPAD Gatot Soebroto
dengan diagnosa medis Ca Serviks stadium III B dengan  keluhan ada benjolan di
pinggang terasa sakit selama satu bulan, klien sudah dilakukan tindakan pengukuran
TTV dengan hasil TD 115/70 mmhg, N: 88 x/ menit, RR:21 x/ menit, S: 36,1 C.
Pemeriksaan Radiologi ditemukan kesan Hidronefrosis grade II dan nefrolitiasis sinistra
tak tampak kelainan/ metastase pada organ –organ intra abdomen lainnya.
Pemeriksaan Laboratorum Hb : 12,2 gr/dL, Selanjutnya klien dijadwalkan operasi
nefrostomi pada tanggal 16 Februari 2019. Klien masuk ke ruang perawatan lantai II
Paviliun Iman Sudjudi pada tanggal 15 Februari 2019 dengan diagnosa ca servix
  stadium III B untuk persiapan operasi nefrostomi. Selanjutnya, klien dipindahkan ke
ruang operasi pukul 18.30, operasi selesai pukul 22.40. Klien tiba di ruang perawatan
lantai II Paviliun Iman Sudjudi pukul 23.30. dengan keluhan nyeri post op nefrostomi,
pusing dan lemas, Pemeriksaan laboratorium tanggal tanggal 16 Februari 2019 Hb :
10,3g/dl (12.0 – 16.0 g/dl), Ht : 36% (37-47%), Eritrosit : 4,1 juta/µL (4.3 – 6.0 juta/µL),
Leukosit: 13820/µL (4.800 – 10.800/µL), Trombosit: 270.000/µL (150.000 –
400.000/µL), MCV : 87 fl (80 – 96 fl), Kimia klinik: ureum: 65(20-50mg/dl), kreatinin 1,8
(0,5-1,5 mg/dl). Na: 136 (135-147 mmol/L). K: 3,9(3,5-5,0 mmol/L).
RESUME
Hasil pemeriksaan USG Abdomen tanggal 16 Februari 2019. Kesan: Tip kateter
nefrostomi kiri masih berada di intrapelvis ginjal kiri, tip kateter nefrostomi kanan
masih berada di kalliks ginjal kanan. dengan keluhan nyeri post op nefrostomi, pusing
dan lemas, klien sudah dilakukan tindakan pengukuran TTV dengan hasil TD 110/70
mmhg, N: 90 x/ menit, RR:20 x/ menit, S: 38,1 C, terdapat luka post op nefrostomi
terpasang tip kateter nefrostomi di kanan dan kiri HB : 7.9 gr/dL, Leukosit : 20590. dari
data diatas ditemukan diagnosa keperawatan nyeri, gangguan perfusi jaringan dan
risiko infeksi .Tindakan yang telah dilakukan adalah mengukur TTV, menganjurkan
minum air hangat, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, memonitor pemberian
infus RL 500 ml 15 tpm /8 jam, memberian paracetamol drip 250 ml, memberikan
injeksi obat ketorolac 30 mg IV, memberikan injeksi obat cefotaxime 2 gr IV, memonitor
pemberian transfusi darah 2 kantong PRC 211 ml/ kantong, gangguan perfusi jaringan
tujuan tercapai masalah teratasi. nyeri dan risiko infeksi tujuan tidak tercapai masalah
belum teratasi.Dari tindakan tersebut, masalah keperawatan belum tercapai sehingga
tindakan keperawatan dilanjutkan.
 
ANALISA DATA
NO. DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS :
S: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi nefrostomi dan
perut kwadran bawah skala nyeri 5. Nyeri Akut Agen Pencidera
P: Klien mengatakan nyeri pada luka post op nefrostomi timbul Fisik
saat tiduran lama dan merubah posisi, berkurang saat istirahat.
Q: nyeri seperti ditusuk – tusuk.
R: kedua pinggang dan perut kwadran bawah.
S: Skala nyeri 5.
T: nyeri hilang timbul kurang lebih 3

DO:
Klien tampak meringis kesakitan bila selang digerakkan dan saat
mengubah posisi.
TTV : 100/70 mmhg, RR 21 x/menit, S 37,7 ºC. N 99 x/menit skala
nyeri 5.
Terdapat luka post op nefrostomi diameter 1 cm hari ke 5.
Tampak terpasang selang nefrostomi kanan dan kiri hasil PA
karsinoma sel kecil infitrat serviks
ANALISA DATA
NO. DATA PROBLEM ETIOLOGI
2. DS:
Klien mengatakan sedikit gatal disekitar perban selang nefrostomi.
Klien mengatakan belum diganti perban selama 2 hari, klien
mengatakan merasa gatal diselangkangan. Risiko Infeksi Masuknya
  mikroorganisme
 
DO : sekunder
TTV : 100/70 mmhg, RR 21 x/menit, S 37,7 ºC. N 99 x/menit. terhadap
Terdapat luka post op nefrostomi diameter 1 cm hari ke 5.
Tampak terpasang selang nefrostomi kanan dan kiri. tindakan invasif
Vulva tampak kotor dan berbau tidak sedap terdapat pus berwarna nefrostomi.
kekuningan.
Hasil lab:
Hemoglobin 10,6 dl (12.0 – 16.0 g/dl)
Ht: 35%(37-47%).
Leukosit 14830 µL (4.800 – 10.800/µL).
Hasil pemeriksaan USG:
Abdomen kesan: Tip kateter nefrostomi kiri masih berada di
intrapeluis ginjal kiri, tip kateter nefrostomi kanan masih berada di
kalliks ginjal kanan.
ANALISA DATA
NO. DATA PROBLEM ETIOLOGI
3. DS :
- Klien mengatakan mual, klien mengatakan kurang Ketidakseimbangan
nafsu makan. nutrisi kurang dari Intake yang
kebutuhan
tidak adekuat
DO :
TTV : 100/70 mmhg, RR 21 x/menit, S: 37,7 ºC. N 99
x/menit
Porsi makan yang dihabiskan klien hanya ½ porsi.
BB sebelum sakit 63 kg BB saat ini 58 kg IMT : 22,3.
Klien terlihat lemas, klien tampak pucat, konjungtiva
anemis, mukosa bibir kering.
Hasil lab:
Albumin 2,9 ( 3,5 – 5,0 mg/dl)
Hemoglobin 10,6 (12.0 – 16.0 g/dl)
 
ANALISA DATA
NO. DATA PROBLEM ETIOLOGI
4. DS :
Klien mengatakan sulit bergerak dan beraktivitas, klien
mengatakan pusing.
DO : Intoleransi Imobilisasi.
TTV: 100/70 mmhg, RR 21 x/menit, S: 37,7 ºC. N 99 Aktivitas
x/menit klien tampak bedrest.
Klien tampak lemah.
ADL klien dibantu sebagian.
Aktivitas pergerakan otot terbatas
kekuatan otot  
4444 4444
3333 3333
Klien terlihat lemas.
Kesakitan dan sulit membolak balikkan posisi tubuh
 
 
ANALISA DATA
NO. DATA PROBLEM ETIOLOGI
5. DS :
Klien mengatakan gatal di selangkangan. Defisit
Klien mengatakan punggung terasa lengket. perawatan diri
(mandi, vulva Kelemahan fisik
DO : hygiene)
TTV: 100/70 mmhg, RR 21 x/menit, S 37,7 ºC. N 99
x/menit
Klien tampak bedrest, kulit klien teraba lengket.
Keadaan tekstur rambut klien baik.
Kebersihan rambut kurang.
Keadaan vulva klien kotor berbau tidak sedap terdapat
pus berwarna bening kekuningan.
Klien terpasang selang nefrostomi dibagian kanan dan
kiri.
Aktivitas klien dibantu sebagian oleh perawat dan
keluarga.
 
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencidera fisik. 
2. Risiko tinggi Infeksi berhubungan dengan Masuknya
mikroorganisme sekunder terhadap tindakan invasif
nefrostomi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan Intake yang tidak adekuat.
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Imobilisasi.
5. Defisit perawatan diri (mandi, vulva hygiene)
berhubungan dengan Kelemahan fisik.
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
EVALUASI
Dx 1 Prioritas : Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencidera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang/hilang.
Kriteria Hasil: adanya penurunan intensitas nyeri, Klien mampu mengontrol nyeri
dengan cara atau tekhnik nonfarmakologi, melaporkan rasa nyaman, tanda tanda
vital dalam batas normal (TD: 110/ 70 – 120/ 80 mmHg, Nadi: 60 – 100x / menit, S:
36 – 37 C, RR: 16 – 20 x/menit).
Intervensi:
1. Kaji TTV tiap shift
2. Kaji skala nyeri dan intensitas nyeri
3. Anjurkan klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam
4. Posisikan klien semi fowler atau miring kanan miring kiri
5. Berikan Injeksi Obat IV ketorolac30 mg per 8 jam (3 x 30 mg)  sesuai program.
6.  Sesuai program
Implementasi:
Tanggal 21 Februari 2019
Pk 09.00 mengukur TTV hasil TD: 100/70 mmhg, RR 21 x/menit, S 37,7 ºC. N 99 x/menit. Pk 11.45
menganjurkan klien untuk menarik nafas dalam untuk mengurangi nyeri hasil: klien mampu
mengikutinya, klien tampak lebih rileks, skala nyeri menjadi 4. Pk 12.10 memberikan injeksi IV obat
ketorolac 30  mg sesuai program, hasil obat berhasil masuk tidak bengkak dan tidak alergi. Pk 14.30
mengatur posisi klien miring kanan miring kiri, hasil: posisi klien berubah, klien perlahan dapat
mengubah posisi sendiri, nyeri berkurang, skala nyeri 3 klien tampak lebih nyaman, klien terlihat lebih
lega saat bernafas RR: 23x/menit.Pk 15.00 mengukur TTV TD: 90/70 mmHg, N : 85x/menit, RR :
22x/menit, S : 36,5 C
 
 
Tanggal 22 Februari 2019
Pk 14.00 mengukur TTV hasil : TD: 110/60 mmHg, N:90 x/mnt, S:36,9°C, RR;22x/mnt. Pk16.00 mengkaji
skala nyeri hasil: skala nyeri klien 4 nyeri hilang timbul 2 menit lamanya. Pk 17.45 menganjurkan  klien
untuk menarik nafas dalam untuk mengurangi nyeri hasil: klien mampu mengikutinya, klien tampak lebih
rileks, skala nyeri menjadi 4. Pk 18.30 mengatur posisi klien miring kanan miring kiri, hasil: posisi klien
berubah, klien perlahan dapat mengubah posisi sendiri, nyeri berkurang, skala nyeri 3 klien tampak lebih
nyaman. Pk 19.50 mengukur TTV TD: 110/70 mmHg, N: 88x/menit, RR: 21x/menit, S: 36,5°C. Pk 20.10
memberikan injeksi IV obat ketorolac 30 mg sesuai program hasil obat berhasil masuk tidak bengkak dan
alergi.
Tanggal 23 Februari 2019
Pk 08.00 mengukur TTV hasil : TD: 100/80 mmHg, N:81 x/mnt, S:36,9°C, RR;22x/mnt. Pk10.00 mengkaji skala nyeri
hasil: skala nyeri klien 4 nyeri hilang timbul 1 menit lamanya. Pk 10.45 menganjurkan  klien untuk menarik nafas
dalam untuk mengurangi nyeri hasil: klien mampu mengikutinya, klien tampak lebih rileks, skala nyeri menjadi 3.
Pk 12.10 memberikan injeksi IV obat ketorolac 30 mg sesuai program hasil: obat berhasil masuk tidak ada bengkak
dan alergi. Pk 14.30 mengatur posisi klien miring kanan miring kiri hasil : Posisi klien berubah, klien perlahan dapat
mengubah posisi sendiri, nyeri berkurang, skala nyeri 3 klien tampak lebih nyaman, Pk 15.00 mengukur TTV TD :
120/70 mmHg, N : 87x/menit, RR : 22x/menit, S : 36,4 C skala nyeri 2.
 
Evaluasi:
Tanggal 24 Februari 2019
S : Klien mengatakan sudah tidak terlalu nyeri jika tidak diam / berbaring saja.
P: nyeri timbul saat terlalu lama berbaring.
Q: nyeri seperti ditusuk – tusuk.
R: Luka post op nefrostomi dan perut bagian bawah.
S: Skala nyeri 3.
T: nyeri hilang timbul kurang lebih 2 menit.
O :Keadaan umum baik, klien tampak rileks dan tenang, wajah klien tampak berkurang meringis , hasil TTV : TD :
120/70 mmHg, N: 83 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36,2°C. Skala nyeri berkurang menjadi 3, nyeri terlihat berkurang
saat klien menarik napas dalam dan istirahat.
A:Tujuan tercapai sebagian , masalah belum teratasi. 
P :Tindakan keperawatan dilanjutkan no. 3 dan 5 (didelegasikan kepada perawat ruangan)
BAB IV
PEMBAHAS
PENGKAJIAN AN
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada:

Penyebab Tanda dan Pemeriksaan


Gejala penunjang

Pada teori infeksi


Pada kasus Tidak ada
virus HPV ,
bengkak, nyeri saat PAP SMEAR, USG
Sedangkan kasus
haid Abdomen, PA,
tidak ada,
LABORATORIUM
berhubungan seks
DARAH LENGKAP
dibawah usia 17
tahun, peminum
alkohol
PEMBAHAS
Diagnosa keperawatan pada teori ditemukan 7 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus ditemukan 5
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang ditemukan di teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus
adalah sebagai berikut: AN
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan, hal ini tidak diangkat
karena klien tidak merasa cemas dan klien sudah mengetahui tentang prosedur pengobatan dan
memahaminya.
2. Risiko syok hipovolemia berhubungan dengan perdarahan pervaginam, hal ini tidak diangkat karena
pada kasus klien tidak mengalami perdarahan, tekanan darah klien 100/70, akral hangat, tidak ada
sianosis.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek dari prosedur pengobatan, hal ini tidak
diangkat karena keadaan integritas klien baik, turgor kulir elastis, tidak ada tromboflebitis karena
kemoterapi,tidak ada lesi yang besar, hanya ada lesi dengan diameter 1 cm luka tampak kering.
4. Gangguan citra tubuh (body image) berhubungan dengan kekhawatiran ketidakmampuan memiliki
anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan social, hal ini tidak diangkat
karena klien menerima dengan baik perubahan bentuk tubuh yang dialaminya dan menerima
kondisinya saat ini sebagai ujian dari Tuhan, klien memiliki mekanisme koping yang positif dengan
dukungan dari keluarga.
PEMBAHAS
Sedangkan, diagnosa keperawatan yang ditemukan di kasus tetapi tidak ditemukan dalam teori
sebagai berikut :
AN
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Imobilisasi, diagnose ini diangkat karena klien
mengeluh sulit bergerak karena terpasang selang nefrostomi dan lemas melakukan
aktivitas, serta didapatkan hasil penurunan Hb yang mengakibatkan kurangnya oksigen
dalam darah sehingga energi klien kurang untuk melakukan aktvitas.
2. Defisit perawatan diri (mandi, vulva hygiene) berhubungan dengan Kelemahan fisik,
diagnose ini diangkat karena klien membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan
ADL klien dalam hal hygiene karena klien dalam keadaan bedrest.
  PERENCANA PELAKSANAA
EVALUASI
AN N
Tidak semua
Tidak ada batasan Dari 5 diagnose,
tindakan dilakukan
waktu pada teori, hanya satu diagnose
penulis, tindakan
pada kasus waktu yang tercapai
yang penulis lakukan
disesuaikan
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
DIAGNOSA
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Data yang penulis temukan tidak semuanya sesuai dengan Diagnosa keperawatan yang
teori baik etiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik
ditentukan untuk memberikan
serta penatalaksanaan yang dilakukan karena data yang ada
pada kasus disesuaikan dengan respon yang ditimbulkan pada
asuhan keperawatan diangkat
klien tergantung dari kondisi klien serta tingkat keparahan berdasarkan kebutuhan dasar
penyakitnya, daya tahan tubuhnya. yang dibutuhkan klien.

PERENCA PELAKSA EVALUA


Saran
NAAN NAAN SI
1. Untuk klien dan keluarga
Tidak ada Tidak semua Dari 5 2. Untuk perawat ruangan
batasan tindakan diagnose, 3. Untuk mahasiswa
waktu pada dilakukan hanya satu 4. Untuk institusi
teori, pada penulis, diagnosa yang
kasus waktu tindakan yang tercapai
disesuaikan penulis lakukan
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan NOC. Jakarta: Trans
Info Media.
Februanti, S. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Serviks Terintegrasi dengan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), dan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI. Yogyakarta: Deepublish.
Handayani, L., & dkk. (2012). Menaklukan Kanker Serviks dan Kanker Payudara dengan 3 Terapi Alami.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks. Jakarta:
Kemenkes RI.
Nelwan, J. E. (2019). Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Deepublish.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Nurwijaya , H., Andrijono, & Suheimi. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elek Media
Komputerindo.
Riksani, R. (2015). Kenali Kanker Serviks Sejak Dini. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Willy, T. (2018, Agustus 31). Kanker Serviks. Dipetik April 9, 2020, dari Alo dokter:
https://alodokter.com/kanker-serviks/komplikasi
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai