Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pendekatan

Dalam penulisan studi kasus ini penulis menggunakan metode


deskriptif, yaitu metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan teknik
pengumpulan data melalui wawancara terhadap pasien dan keluarga.
Observasi pasien secara langsung, mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Dengan penerapan metode SP 1-5
Isolasi Sosial.

3.2 Subjek

Subjek penelitian studi kasus ini adalah individu dengan kasus


Isolasi sosial yang akan dikelola secara rinci dan mendalam. Adapun
terdapat dua kriteria klien Isolasi sosial

1. Kriteria Inklusi

- Responden dengan diagnosa Isolasi Sosial

- Responden kooperatif

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria untuk menghilangkan atau


mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi, klien tidak
kooperatif, gelisah dan gaduh

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Studi kasus dilakukan diruang Gatotkaca RSJD dr. Arif Zainudin


Surakarta
2. Waktu

Studi kasus dilakukan dalam waktu 5 hari

3.4 prosedur penelitian

1. mencari klien dengan masalah isolasi sosial diruang yang akan diteliti

2. melakukan bina hubungan saling percaya

3. melakukan pengkajian padan klien

4. merumuskan diagnosa pada klien dengan masalah isolasi sosial

5. merumuskan intervensi dengan strategi pelaksanaan klien jiwa

6. melakukan implementasi strategi pelaksanaan klien jiwa dengan isolasi


sosial

7. melakukan evaluasi tindakan pada klien

8. melakukan dokumentasi tindakan

9.menyajikan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dalam penelitian

3.5 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan data

Metode yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:

1. wawancara : menanyakan identitas klien, menanyakan keluhan utama

2. observasi : mengamati saat interaksi dan aktivitas yang dilakukan klien

3. Pemeriksaan fisik

4. Penulis melakukan pengkajian pada klien dengan kasus isolasi sosial


5. Penulis merumuskan diagnosa pada klien

6. Penulis merumuskan intervensi keperawatan dengan strategi


pelaksanaan klien jiwa dengan isolasi sosial

7. Penulis melakukan implementasi strategi pelaksanaan klien jiwa dengan


isolasi sosial

8. Penulis melakukan evaluasi tindakan pada klien dengan kasus isolasi


sosial

2. Instrumen Pengumpulan data

Intrumen pengumpulan data adalah alat-alat yang digunakan untuk


pengumpulan data. Alat atau intrumen pengumpulan data dalam studi
kasus ini menggunakan format pengkajian asuhan keperawatan jiwa yang
terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, impelemntasi, evaluasi
dengan menerapkan strategi pelaksanaan klien jiwa dengan isolasi sosial.

3.6 Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif yaitu untuk


menganalisa data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul untuk
membuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo, 2010).

3.6.1 Pengkajian

Dari analisa data didapatkan hasil pengkajian tanggal 31 Agustus


2020 pukul 10.00, Nama Tn.D umur (43 tahun), dengan No.RM 002781,
pendidikan terakhir SMA, bekerja petani, TB 160 cm dan BB 57 kg,
tampak diam, menyendiri dikamar, pandangan mata kosong, terkadang
mendengar suara namun tidak tahu suara apa. Alamat Tn.D di kelurahan
Tanjungsari, Pacitan, Jawa Timur beragama islam, suku Flores, bahasa
yang digunakan sehari-hari bahasa jawa, Saat ditanyai mengenai alasan
masuk Rumah Sakit : klien hanya diam tidak menjawab.
Keluhan Utama saat pengkajian, klien sering menyendiri, tidak
mau bergaul dengan orang lain, berdiam diri di kamar tidak mau
berbicara. Klien tampak menyendiri, tidak bersemangat, malu-malu ketika
diajak berbicara, suara pelan hampir tidak terdengar, kontak mata kurang,
selalu menunduk, tidak berani memulai pembicaraan, Riwayat Penyakit,
klien mengatakan bahwa dirinya sering dikucilkan masyarakat dan orang-
orang disekitar rumah maupun saudara karena klien merasa dirinya tidak
bisa apa-apa, terkadang mendengar suara namun tidak tahu suara apa,
tidak lagi mengenal anggota keluarga maupun orang-orang disekitarnya,
klien rutin mengkonsumsi obat sampai pada tahun 2020. Pada bulan juni
2020 lalu, klien berhenti mengkonsumsi obat sehingga sakitnya kambuh
lagi, sering mengurung diri, tidak suka bergaul dengan orang-orang
disekitarnya.

Mengukur tanda-tanda vital TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/menit,


RR: 20 x/menit, S : 36 °C, BB : 57 Kg, TB: 160 cm. Keluhan fisik gatal-
gatal pada tangan. Pada penjelasan genogram, Klien Tn.D (43th)
merupakan anak kedua dari 3 bersaudara. Klien memiliki seorang kakak
laki-laki dan adik perempuan. Klien tinggal bersama kedua orangtua dan
adik perempuannya. Orang terdekat dengan klien adalah ibunya. Konsep
diri : klien hanya diam saat diberikan pertanyaan dan mengalihkan
pandangan, Identitas : klien juga kembali diam dan tidak menjawab
pertanyaan dari perawat. Klien sudah berusia 43 tahun, saat ditanya
pekerjaan klien hanya mampu melakukan pekerjaan mencangkul disawah.
Ideal diri Klien menginginkan cepat sembuh dan pulang, cita-cita klien
hanya diam saat diberikan pertanyaan. Harga diri: Klien merasa malu
apabila keluar rumah, Sebab merasa dikucilkan oleh masyarakat, Peran
serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat : Sebelum sakit klien tidak
pernah mengikuti kegiatan apapun dalam masyarakat: Klien jarang
berinteraksi dengan orang lain, Hubungan spiritual nilai dan keyakinan :
Klien menganut agama dan kepercayaan Islam. Kegiatan ibadah : Klien
mengatakan jarang mengikuti kegiatan keagamaan karena dikucilkan.

Cara berpakian rapi, penampilan dari rambut sampai kaki rapi dan
bersih. Klien tidak mampu memulai pertanyaan, dan hanya menjawab
kalimat singkat ketika diberi pertanyaan, suara pelan hampir tidak
terdengar. Aktivitas motorik, Klien tampak tegang ketika diajak
berinteraksi. Alam perasaaan, klien mengatakan malu dan takut
berinteraksi dengan orang baru. Klien masih merasa tertekan dengan
kejadian dimasa lalu yaitu dikucilkan masyarakat karena tidak bisa apa-
apa. Afek tumpul, klien hanya merespon ketika diberi pertanyaan.
Interaksi selama wawancara. Kontak mata kurang, klien selalu
menundukan kepalanya ketika diajak berbicara. Persepsi, Tidak ada
gangguan persepsi sensori keindraannya. Isi pikir, depersonalisasi, klien
merasa asing apabila berinteraksi dengan orang baru ataupun lingkungan
yang baru. Arus pikir, Klien tidak memiliki arus pikir seperti,
sirkumstantial, tangensial, kehilangan asosiasi, flights of idea, bloking,
perseverasi, dan neologisme, sebab klien cenderung diam dan hanya
menjawab pertanyaan yang diberikan.

Tingkat kesadaran composmentis, Klien tampak bingung ketika


diajak berkomunikasi. Memori, gangguan daya ingat jangka panjang, klien
lupa kejadian dimasa lalu seperti lupa nama sekolahnya sewaktu SMA
dulu. Tingkat konsentrasi dan berhitung, Klien mampu berhitung dengan
benar angka 1-20 dengan penuh konsentrasi. Kemampuan penilaian
bermakna, gangguan bermakna, ketika diberi pertanyaan klien menjawab
pertanyaan yang diberikan. Daya tilik diri, klien tidak tahu dirinya
mengalami gangguan jiwa. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan, Klien
mampu memenuhi semua kebutuhan seperti makan, keamanan, perawatan
kesehatan, pakaian,. Namun klien tidak mampu menghasilkan uang sebab
klien tidak memiliki pekerjaan, kegiatan kehidupan sehari-hari, klien
mampu memenuhi semua kebutuhan perawatan diri seperti mandi,
kebersihan, makan, BAB/BAK, dan mengganti pakaian secara maksimal.
Nutrisi, klien puas dengan pola makan dan porsi yang sudah diatur, klien
hanya mau menyendiri dan tidak mau bergabung dengan orang lain ketika
makan, frekuensi makan 3 x sehari, nafsu makan baik, BB 57 Kg, klien
pernah memiliki berat badan terendah sampai dengan 50 Kg. Tidur, Klien
tidak mengalami masalah ketika tidur, ketika, klien juga mempunyai
kebiasaan tidur siang, lama tidur siang kurang lebih 2 jam, klien hanya
bisa tidur ketika sudah kenyang, tidur malam pukul 20.00, bangun pagi
06.00. Kemampuan klien dalam mengantisipasi kebutuhan sendiri, klien
tidak mampu membuat keputusan sendiri, klien dibantu oleh orang tua
dalam penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara
rutin. Klien memiliki sistem pendukung, Selama sakit klien hanya
mendapat dukungan dari keluarga dan juga tenaga medis dalam tahap
pemulihannya. Klien mengatakan lebih senang duduk didalam kamar.,
diagnosa Medis: Isolasi sosial.

Terapi yang di dapat : Risperidone 2x2 mg, (Indikasi : Meredakan


gejala skizofrenia, Mengobati skizofrenia, Mengobati gerakan dan ucapan
spontan yang tidak terkontrol pada penderita penderita sindrom tourette,
Mengatasi perilaku kekerasan tidak terkontrol pada anak-anak hiperaktif,
Mengatasi tindakan agitasi. Kontra indikasi : Memiliki hipersensitif atau
alergi terhadap kandungan obat ini, Penderita penyakit parkinson, Pasien
depresi berat SSP, Penderita supresi sumsum tulang, Memiliki penyakit
jantung, Penderita gangguan fungsi hati kronis, Pasien koma, Pasien lansia
yang memiliki penyakit demensia). Trihexyphenidyl 2x2 mg (Indikasi
Trihexyphenidil : Mengobati parkinson, Pasca ensefalitis, diopatik,
Sindrom parkinson).

3.6.2 Diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan di dapatkan diagnosa


keperawatan yang pertama yaitu Isolasi Sosial dengan data subyektifnya,
klien mengatakan lebih suka menyendiri. Dan data obyektifnya klien
tampak menyendiri, ketika diajak berbicara. Pada diagnosa keperawatan
yang kedua di temukan Harga Diri Rendah, dengan data subyektifnya
yaitu : Klien tidak bisa apa-apa dan dikucilkan orang lain. Data obyektif
yang di dapat : klien tampak malu-malu ketika diajak berbicara, klien
selalu menunduk, tidak berani memulai pembicaraan. Diagnosa
keperawatan ketiga Halusinasi pendengaran data subyektif yang
ditemukan adalah klien terkadang mendengar suara namun tidak tahu
suara apa. Data objektif klien kadang berbicara sendiri.

Pohon masalah yang di temukan penulis sesuai kasus adalah :


Bagan 3.1.1 Pohon Masalah.

Resiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi


Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri Core


Problem

Harga Diri Rendah Causa

Diagnosa keperawatan utama yang ditegakan adalah Isolasi Sosial :


Menarik Diri karena paling sering dialami oleh klien dan merupakan
ancaman bagi klien.

3.6.3 Intervensi keperawatan

Intervensi yang di rancang sesuai dengan masalah utama yang di


temukan pada kasus Tn.D adalah intervensi keperawatan isolasi sosial :
menarik diri. Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan khusus yang pertama : Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat, kriteria hasil : Ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang di
hadapi.

Tindakan keperawatan :

SP 1:

1. Identifikasi penyebab isolasi sosial

2. Menjelaskan keuntungan memiliki teman dan bercakap-cakap

3. Menjelaskan Kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Latih pasien berkenalan dengan perawat

5. Latih pasien berkenalan dengan pasien

6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk berkenalan

SP 2

1. Evaluasi kegiatan berkenalan. Berikan pujian

2. Latih cara berkenalan saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk berkenalan 2-3 orang pasien atau
perawat saat kegiatan harian

SP 3

1. Evaluasi kegiatan berkenalan 2-3 orang saat melakukan 2 kegiatan.


Berikan pujian

2. Latih cara berkenalan saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)


3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk berkenalan 4-5 orang pasien atau
perawat saat kegiatan harian

SP 4

1. Evaluasi kegiatan berkenalan 4-5 orang saat melakukan 2 kegiatan.


Berikan pujian

2. Latih cara berkenalan saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)

3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk berkenalan >5 orang pasien atau
perawat saat kegiatan harian

SP 5

1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan


harian dan sosialisasi. Berikan pujian

2. Latih kegiatan harian

3. Nilai kemampuan yang telah mandiri

4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi

3.6.4 Pelaksanaan

Dalam proses asuhan keperawatan yang dilaksanakan pasien


koperatif, sehingga mudah untuk membentuk hubungan saling percaya.
Pada pelaksanaan intervensi pada tinjauan kasus SP 1 BHSP terlaksana
sesuai harapan sehingga lanjut pemberian intervensi SP 2.

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menemukan


beberapa kesulitan, pasien kooperatif, kontak mata kurang, saat diberikan
pertanyaan pasien tiba-tiba diam dan menjawab sepatah dua patah kata.
Pasien tidak mampu mencapai SP 2 selama 4 hari pemberian intervensi.
3.6.7 Evaluasi

Didapatkan klien mampu melakukan bina hubungan saling percaya


dengan perawat pada hari pertama, pada hari pertama klien juga bisa
menjelaskan keuntungan dan kerugian isolasi sosial, klien baru bisa
melakukan kegiatan harian (2 kegiatan) dihari ke dua, sedangkan klien
mampu berkenalan dengan 1 orang perawat/ pasien mulai dari pertama,
klien memasuki SP 2 dengan berkenalan 2-3 orang, namun klien baru
mampu melakukannya dihari kelima. Dari evaluasi yang dilakukan klien
Tn.D dengan diagnosa Isolasi Sosial bisa mencapai SP 2 pada hari kelima.

3.7 Dokumentasi

Askep Terlampir

Anda mungkin juga menyukai