Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Wilda Satriana Gea

NIM : 032018045
MATKUL : KEPERAWATAN JIWA II
DOSEN : IBU ANCE

ASKEP JIWA NARAPIDANA


PEMBINAAN NARAPIDANA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN LAMBARO ACEH BESAR
Undang-Undang No.12/1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan maupun Peraturan Pemerintah No. 99
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan tidak menjelaskan ketentuan terhadap
narapidana yang gila di dalam lapas sebagaimana yang pernah terjadi di lapas Kelas II-A Lambaro atas
nama Zabir bin Ilyas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan dan pembinaan terhadap
narapidana yang mengalami gangguan kejiwaan dalam lapas dan mengidentifikasi kepastian hukum bagi
narapidana yang sedang mengalami gangguan kejiwaan serta mengetahui status hukum bagi narapidana
yang sembuh dari gangguan kejiwaan. Metode penelitian adalah normatif-empiris dengan menggunakan
jenis penelitian deskriptis analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaturan tentang perawatan
narapidana yang mengalami gangguan jiwa dalam lembaga pemasyarakatan di Indonesia belum diatur.
Adapun mengenai narapidana yang mengalami gangguan kejiwaan di lembaga pemasyarakatan di
Indonesia hingga kini belum ada kepastian hukum karena kasus seperti ini hampir tidak pernah terjadi di
Indonesia. Terkait status hukum narapidana yang sembuh dari gangguan kejiwaan masih tetap sebagai
tersangka (ditahan). Tidak ada keringanan hukuman apalagi sampai dibebaskan sebelum masa hukuman
habis dijalankan.
HAL YANG DIKAJI PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA NARAPIDANA
A. Pengkajian
1. Identitas klien
● Nama
● Umur
● Jenis kelamin
● Tanggal dirawat
● Tanggal pengkajian
● Nomor Rekam Medis
2. Faktor predisposisi
● Genetik
● Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
● Teori virus dan infeksi

3. Faktor presipitasi
● Biologis
● Sosial kutural
● Psikologis
4. Penilaian terhadap stress
5. Sumber koping
● Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )
● Pencapaian wawasan
● Kognitif yang konstan
● Bergerak menuju prestasi kerja
6. Mekanisme koping
● Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah
besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas

B. Masalah yang terjadi


1. Harga diri rendah
Harga Diri Rendah Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. (Gail. W. Stuart, 2007).
Tanda dan gejala dari HDR meliputi:.
DS :
● Mengejek dan mengkritik diri.
● Merasa bersalah dan khawatir,
● menghukum atau menolak diri sendiri.
● Menunda keputusan
● Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
● Perasaan tidak mampu.
● Pandangan hidup yang pesimitis.
● Tidak menerima pujian.
● Penurunan produktivitas
● Penolakan tehadap kemampuan diri.
DO :
● Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
● Kurang memperhatikan perawatan diri.
● Berpakaian tidak rapi
● Berkurang selera makan
● Tidak berani menatap lawan bicara
● rusak atau melukai orang lain.
● Sulit bergaul.
● Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
● Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.

Dalam HDR juga terdapat faktor predisposisi yaitu:


1 Faktor yang mempengaruhi harga diri
2 Faktor yang mempengaruhi peran.
3 Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
4 Faktor biologis

Faktor presipitasi dalam HDR yang mana stressor pencetus dapat berasal dari internal dan
eksternal, yaitu:
1.Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi
INTERVENSI
1. Harga Diri Rendah
o klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan. Tujuan khusus:
o Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan
o Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri
o Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang
o Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan
o Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
o Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
o Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


● Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
● Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klieN
● Utamakan memberi pujian yang realistis

3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


● Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan Tindakan
● Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
● Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan :


● Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
● Beri pujian atas keberhasilan klien
● Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
● Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

ASKEP KEPERAWATAN JIWA ANAK JALANAN


Deteksi Dini Masalah Psikologis Anak Jalanan pada Orangtua Asuh di Rumah Singgah
melakukan deteksi dini permasalahan anak jalanan yang berada di rumah singgah. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Partisipan adalah lima pengasuh dari tiga rumah singgah
anak jalanan di Surabaya. Metode pengambilan data adalah Focus Group Discussion (FGD).
Hasil penelitian menunjukkan; (1) perilaku spesifik anak: mengganggu teman, malas, banyak
bermain, memegang alat vital temannya, berkata kotor, motivasi belajar rendah, membangkang,
memukul teman, keras kepala, kesulitan belajar; (2) perilaku bermasalah: anak yang mengancam
bunuh diri; (3) interaksi anak dengan orangtua asuh: baik, intens, pengasuh terlibat membantu
mengatasi masalah anak; (4) permasalahan emosional anak: mudah marah, tersinggung, kurang
terbuka, membentak teman dan pendamping, memukul teman, emosional saat bicara, cemas,
marah, perasaan bersalah dan sedih; (5) faktor penyebab anak asuh bermasalah: pergaulan,
lingkungan sekolah, kurangnya afeksi orangtua, kurangnya minat belajar, perilaku kekerasan
yang diterima anak dari orangtua kandung, kemiskinan dan keluarga tidak harmonis.
HAL YANG PERLU DI KAJI
Pengkajian
1. Faktor predisposisi
● Gentik
● neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
● Teori virus dan infeks

2. Faktor presipitasi
● Biologis
● Sosial kutural
● Psikologis
● Penilaian terhadap stresso

3. Sumber koping
● Disonasi kognitif
● Pencapaian wawasan
● Kognitif yang konstan
● Bergerak menuju prestasi kerja
4. Mekanisme koping
● Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah
besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
● Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan menetapkan
tanggung jawab kepada orang lain
● Menarik dir
● Pengingkaran

MASALAH YANG MUNCUL


Resiko prilaku kekerasan
Resiko bunuh diri

INTERVENSI PRILAKU KEKERASAN


TujuanUmum Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
● Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
● Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
● Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan
● Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
● Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
● Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
● Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
● Observasi tanda perilaku kekerasan.
● Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien
INTERVENSI RESIKO BUNUH DIRI
1. Tindakan keperawatan klien yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
Tujuan : Klien tetap aman dan selamat
Tindakan : melindungi klien Perawat yang dapat melakukan hal-hal berikut untuk melindungi
klien yang mengancam atau berupaya bunuh diri
● Tetap menemani klien sampai dipindahkan ketempat yang lebih aman
● Menjauhkan semua benda yang berbahaya
● Memastikan bahwa pasien benar-benar telah meminum obatnya, jikia pasien
mendapatkan obat
● Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
pasien melupakan keinginanya untuk bunuh diri.

2. Tindakan keperawatan untuk klien yang menunjukan isyarat untuk bunuh diri
● Klien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
● Klien dapat mengungkapkan perasaanya c.
● Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

Tindakan
● Mendiskusikan tentang cara menagatasi keinginan bunug diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman dekat
● Meningkatkan harga diri klien dengan memberikan kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya, berikan pujian untuk klien, menyakinkan klien bahwa dirinya berarti untuk orang
lain
● Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara mendiskusikan dengan klien
cara menyesaikan masalahnya, mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah

DAFTAR PUSTAKA
SURYANTO, IKE HERDIANA& ACHMAD CHUSAIRI,(2016). Deteksi Dini Masalah
Psikologis Anak Jalanan pada Orangtua Asuh di Rumah Singgah. Jurnal Psikologi dan Kesehatan
Mental, 2016, Vol. 1(2), 85-96

Agusriadi(2017). Pembinaan narapidana yang mengalami gangguan jiwa di lembaga


permasyarakatan lambaro aceh besar. Syiah Kuala Law Journal: Vol. 1, No.1 April 2017

Anda mungkin juga menyukai