Anda di halaman 1dari 66

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA KLIEN MENJELANG AJAL


(PADA PASIEN KANKER PAYUDARA)

Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas 5A Keperawatan
Febtry Indah Putry 1914201016
Frisca Helvira 1914201017
Indah Anggina Marito Nst 1914201018
Melisa Andora 1914201019
Mentari Fadia Sari 1914201020
Mita Angkana Putri Nst 1914201021
Muthia Helmi 1914201022
Nadila Aini 1914201023

Dosen Pengampu :
Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah tentang “Asuhan Keperawatan Paliatif
Pada Klien Menjelang Ajal (Pada Pasien Kanker Payudara)” dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang diampu oleh Bapak Ns. Edo
Gusdiansyah, M.Kep.
Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa sumber yang telah
memberikan materi tersebut. Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik serta masukan
dari pembaca agar makalah ini lebih sempurna dan memperbaiki tugas kami
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan baik bagi penyusun maupun pembaca.

Padang, 09 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS 4
2.1 Konsep Dasar Menjelang Ajal 4
A. Definisi Menjelang Ajal 4
B. Tahap-Tahap Menjelang Ajal 4
C. Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian 6
D. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian 6
E. Macam Tingkat Kesadaran Atau Pengertian Dari Pasien Dan
Keluarganya Terhadap Kematian 8
F. Bantuan Yang Dapat Diberikan 8
2.2 Konsep Dasar Kanker Payudara 11
A. Definisi 11
B. Klasifikasi 11
C. Etiologi 12
D. Manifestasi Klinis 12
E. Patofisiologis 12
F. WOC 12
G. Pemeriksaan Diagnostik 12
H. Penatalaksanaan 12
I. Komplikasi 12
J. Pencegahan 12
2.3 Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Menjelang Ajal 12
A. Pengkajian 12
B. Diagnosa 13
C. Intervensi 13

ii
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Kanker Payudara 17
A. Pengkajian 17
B. Diagnosa 17
C. Intervensi 17
D. Implementasi 17
E. Evaluasi 17
BAB III TINJAUAN KASUS 18
3.1 Pengkajian Keperawatan 18
3.2 Analisa Data 18
3.3 Diagnosa Keperawatan 18
3.4 Intervensi Keperawatan 18
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 18
BAB IV PENUTUP 19
4.1 Kesimpulan 19
4.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menjelang Ajal adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat universal dan unik secara
individual. Hidup adalah serangkaian kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai berjalan
mencapai kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual dan pendengaran
mungkin kehilangan keterandalan dirinya. Kematian suatu bagian kehidupan yang tidak dapat dihindari
dan bagian yang paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit dan oleh karenanya
harus dirawat secara unit; karena itu perawat harus mengembangkan dan mempertahankan hubungan
kebutuhan-perseptif positif dengan pasien dan keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal
dalam keadaan nyaman dan dengan terhormat.
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat
sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati. Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien
karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk
pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA,
1992), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999). Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan
WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan perawat untuk memenuhi kebutuhan
spritual pasien. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya, sehingga perawat dapat bertindak
sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai
dengan kondisinya.
Banyak masalah legal melingkupi peristiwa kematian, meliputi definisi dasar dari titik yang aktual
dimana seseorang dipertimbangkan meninggal. Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan
kesehatan untuk mencoba menyalamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan perawatan
versus penyembuhan. Pada situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal yang
khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang yang meninggal secara
bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang meninggal dapat membahayakan emosional bagi
orang yang selamat.
Asuhan keperawatan paliatif pada klien menjelang ajal untuk meraih kembali martabatnya dapat
menjadi salah satu penghargaan terbesar keperawatan. Perawat dapat berbagi penderitaan klien
menjelang ajal dan mengintervensi dalam cara meningkatkan kualitas hidup. Klien menjelang ajal harus
dirawat dengan respek dan perhatian. Peningkatan kenyamanan bagi klien menjelang ajal temasuk

4
pengenalan dan peredaan distres psikobiologis. Perawat memberi berbagai tindakan penenangan bagi
klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis. Hygiene Personal adalah bagian rutin dari mempertahankan
kenyamanan klien dengan penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat
atau keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami Definisi Menjelang Ajal.
b. Untuk mengetahui dan memahami Tahap-Tahap Menjelang Ajal.
c. Untuk mengetahui dan memahami Tipe-Tipe Menjelang Kematian.
d. Untuk mengetahui dan memahami Tanda-Tanda Menjelang Kematian.
e. Untuk mengetahui dan memahami Macam Tingkat Kesadaran Atau Pengertian Dari Pasien
Dan Keluarganya Terhadap Kematian.
f. Untuk mengetahui dan memahami Bantuan Yang Dapat Diberikan.
g. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Menjelang
Ajal.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Menjelang Ajal


A. Definisi Menjelang Ajal
Menjelang ajal (dying) secara etimologi berasal dari kata "dien" yang berarti mendekati kematian.
Dengan kata lain dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya atau disebut
proses kematian. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang parah/terminal, atau oleh kondisi lain
yang berujung pada kematian individu. Saat menjelang ajal, perawat harus mengetahui bahwa dalam
menjelang ajal pasien meninggal damai dan bermatabat.
Kematian adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami atau
menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

B. Tahap-Tahap Menjelang Ajal


Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying)
dalam 5 tahap, yaitu :
1. Menolak (Denial)
Pada tahap ini klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi dan menunjukkan
reaksi menolak. Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya. Reaksi
pertama setelah mendengar, bahwa penyakitnya diduga tidak dapat disembuhkan lagi adalah,
"Tidak, ini tidak mungkin terjadi dengan saya." Penyangkalan ini merupakan mekanisme
pertahanan yang biasa ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar
berita mengejutkan tentang keadaan dirinya. Hampir tak ada orang yang percaya, bahwa

6
kematiannya sudah dekat, dan mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat
mengatasi shock khususnya kalau penyangkalan ini periodik. Normalnya, pasien itu akan
memasuki masa-masa pergumulan antara menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia
dapat benar-benar menerima kenyataan, bahwa kematian memang harus ia hadapi.
2. Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah
diperbuatnya sehingga mengagalkan cita-citanya. Tarjadi ketika pasien tidak dapat lagi
mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan
penyangkalan terus menerus. Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang
sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan
kemarahan, "Mengapa ini terjadi dengan diriku?", "Mengapa bukan mereka yang sudah tua,
yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi" Kemarahan ini seringkali diekspresikan
dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah.
Bahkan kadung-kadang ditujukan pada orang-orang yang dikasihinya, dokter, pendeta, maupun
Tuhan. Seringkali anggota keluarga menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang hurus
dilakukan. Umumnya mereka tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal,
meskipun normal, sebagui ekspresi dari frustasi yang dialaminya.
3. Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kamarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan
sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. Pada fase ini pasien akan mulai
menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa
menjanjikan macam-nacam hal kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu,
dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk
melayaniMu."
4. Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis,
Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedang melalui
masa sedihnya sebelum meninggal. Penderita merasa putus asa melihat masa depannya yang
tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan
keadaan yang jauh lebih baik yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikian
perasaan putus asa masih akan dialami.
5. Menerima atau Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi
yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila
klien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya
menjelang ajal. Misalnya : ingin bertemu dengan keluarga tendekat, menulis surat wasiat. Pada

7
umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan, bahwa
kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan
tidak tertarik lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di sekitamya. Pasien-pasien seperti ini
biasanya membosankan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan keluarganya,
padahal kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat-saat terakhir justru menjadi
sangat besar.

C. Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian


Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu :
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase
akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, biasanya terjadi pada kondisi penyakit
yang kronik.
3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada pasien
dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu, terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan
telah berjalan lama.

D. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian


1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai :
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai : nausea, muntah, perut kembung,
obstipasi dan sebagainya.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan Dalam Sirkulasi, ditandai :
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.
3. Perubahan-Perubahan Dalam Tanda-Tanda Vital :
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
d. Gangguan sensoria : Penglihatan kabur.
e. Gangguan penciuman dan perabaan.

8
4. Tanda-Tanda Klinis Saat Meninggal :
a. Pupil mata melebar.
b. Tidak mampu untuk bergerak.
c. Kehilangan reflek.
d. Nadi cepat dan kecil.
e. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
f. Tekanan darah sangat rendah.
g. Mata dapat tertutup atau agak terbuka
5. Tanda-Tanda Meninggal Secara Klinis
Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi,
respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa
petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu :
a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada reflek.
d. Gambaran mendatar pada EKG.

E. Macam Tingkat Kesadaran Atau Pengertian Dari Pasien Dan Keluarganya Terhadap
Kematian
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type :
1. Closed Awareness atau Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa
dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan
karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering
kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang dan
sebagainya.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang
bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3. Open Awareness atau Sadar Akan Keadaan dan Terbuka
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat
akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.

F. Bantuan Yang Dapat Diberikan

9
1. Bantuan Emosional :
a. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan
tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-
perasaannya.

b. Pada Fase Marah


Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah.
Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih merupakan hal yang normal dalam
merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan
ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan rasa aman dan
akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk
dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh
pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan
rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-
temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu
dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis :
a. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kebersihan diri sebatas kemampuannya
dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.

b. Mengontrol Rasa Sakit


Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit terminal,
seperti morphin, heroin, dan sebagainya. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat

10
toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena
dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah
menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi
lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tidak
sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian
oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti : turun dari
tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika
diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah
menurun.
e. Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan anti
ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan
tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi
dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau
perlu diberikan makanan cair atau Intra atau Invus.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin
dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan
inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganti
setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau menghadapkan
kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat
atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-
bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak
sosialnya, perawat dapat melakukan :
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan
didiskusikan dengan keluarganya, misalnya : teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi.

11
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan-kunjungan teman- teman
terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain
dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya.
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien
selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.

2.2 Konsep Dasar Kanker Payudara


A. Definisi

1. Pengertian Karsionoma Mamae

karsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto, 2015). Kanker payudara adalah
tumor yng tumbuh didalam jaringan payudara. Kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu,
jaringan lemakdan jaringan ikat payudara ( Pudiastuti, 2011).

Karsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae dimana sel
abnormal timnul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan
pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013 ).

Jenis-jenis kanker payudara

a. Karsinoma duktal ; 90 % penderita kanker payudara merupakan


karsinoma duktal, 25% -35 % penderita karsinoma duktal akan
menderita kanker invasive.
b. Karsinoma insitu ; kanker dini yang belum menyebar ,kanker ini masih
berada ditempatnya.
c. Karsinoma meduler ; kanker ini berasal dari kelenjar susu

12
d. Karsinoma tubuler ; kanker ini juga berasal dari kelenjar susu

e. Kanker invasif ; kanker ini menyebar dan merusak jaringan lainya.


80% kanker payudara invasive adalah kanker duktal, 10 % kanker
lobuler.
f. Karsinoma lobuler : terjadi setelah menopouse , 25-35 % penderita
karsinoma lobuler menderita kanker invasive.

2. Faktor resiko
Faktor resiko karsinoma mamae menurut Pudiastuti (2011) adalah sebagai berikut :
a. pernah menderita kanker payudara/non kanker payudara

b. usia diatas 60 tahun

c. riwayat keluarga yang menderita kanker

d. faktor genetik dan hormonal

e. menarche pertama sebelum usia 12 tahun , menopouse setelah usia 55 tahun,


kehamilan pertama setelah usia 30 tahun .
f. pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen. (Pudiastuti,2011).

3. Tanda gejala

Gejala penyakit kanker menurut Pudiastuti,(2011) adalah

a. Ada benjolan pada ketiak

b. Perubahan bentuk payudara

c. Kemerahan dan bengkak pada payudara

d. Puting susu gatal dan bersisik

e. Adanya cairan abnormal pada payudara (Pudiastuti,2011).

Sedangkan menurut Irianto (2015) ada tanda dan gejala yang khas menunjukkan adanya suatu

13
keganasan, antara lain :
a. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam atau masuk
dalam payudara)berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi edema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk ( peau d “orange), mengkerut atau timbul borok ( ulkus )
pada payudara . Ulkus makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara , sering berbau busuk dan mudah berdarah.
b. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari muara duktus
satu payudara dan mungkin berdarah ,timbul perbesaran kelenjar getah bening
diketiak, bengkak (edema) pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara yang sudah lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut :
1) Benjolan payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu mula-mula tidak nyeri makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit
atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
2) Adanya nodul satelit pada kulit payudara ,kanker jenis mastitis karsinimatosa;
terdapat nodul pada sternal; nodul pada supraklavikula; adanya edema lengan; adanya
metastase jauh
3) kulit terfiksasi pada dinding thorak, kelenjar getah bening aksila berdiameter 2,5 cm
dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
4. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa fertilitas, dsampai klimakterium dan
menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8 haid ,payudara jadi
lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik
terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.

Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara Menjadi besar
karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba ( diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut ,kira
14
kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel saluran dan kelenjar
payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk pada payudara
dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan.
.Sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh
kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik yang dihasilkan
oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus
yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma , yang dikenal dengan nama karsinoma
invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau
daerah kulityang menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikanstadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh dikelenjar getah
bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membersar. Kemudian
melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak .
Akan tetapi dari penelitian para pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa
didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya dapat menyebar
keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh
karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening
lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling sering tentang gen
p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan
dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada
penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana
fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi
tidak terkendali. (Irianto, 2015).
5. Stadium kanker
Stadium kanker penting untuk panduan pengobatab, follow up dan menentukan prognosis.
a. Stadium 0 : kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya didalam jaringan
payudara normal
b. Stadium I : tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar ke luar payudara
c. Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar

15
getah bening ketiak.
d. Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2- 5 cm tetapi sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar kekelenjar
getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya
atau tumor dengan garis tengah lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah
bening ket iak.
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam kulit payudara atau ke
dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening didalam dinding dada dan tulang
dada.
g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada misalnya ke
hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti,2011).
6. Prognosis
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila tidak diobati
ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%. Sedang ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-
5%. Ketahanan hidup tergantung pada tingkat penyakit saat mulai pengobatan,gambaran
histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positip lebih baik. Stadium klinis dari
kanker merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka
kelangsungan hidup % tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan
yang sesuai mendekati : a). 95% untuk stadium 0 b). 88% untuk stadium I, c). 66% untuk
stadium II, d). 36% untuk stadium III, e). 7% untuk stadium IV.
Harapan hidup dengan adanya metastase mencapai 2 sampai 3,5 tahun walaupun beberapa
pasien (25%-35%) dapat hidupselama 5 tahun, dan lainnya ( 10%) dapat hidup lebih dari 10
tahun. Pasien yang mengalami metastasis lama setelah didiagnosis awal atau yang mengalami
metastasis ke tulang atau ke jaringan lunak memiliki prognosis yang lebih baik. (
Irianto,2015).
7. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara
bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran
limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik
adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati.
Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium.(
Irianto , 2015).
8. Penatalaksanaan kanker payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkai pengobatan meliputi

16
pembedahan ,kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi
imunologi ( antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala- gejala nya.
Pengobatan lokal dan regional
a) Operasi, pembedahan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit
,jenis tumor,umur dan kondisi kesehatan secara umum. Banyak penelitian
membuktikan bahwa sebagian besar kanker payudara tahap dini , lumpektomi
( mengangkat tumornya saja) diteruskan dengan radioterapi merupakan pengobatan
pilihan.Sekitar 50% pasien kanker payudara di Amerika sekarang ini mendapat
pengobatan dengan cara tersebut. Ada 3 jenis Mastektomi ( Hirshaut & Persman,1992):
1) Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan
terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau modified radical mastektomy,
yaitu pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara ditulang dada,tulang
selangka dan tulang iga serta benjolan disekitar ketiak.
2) Total(simple )mastektomi yaitu pengangkatan seluruh payudara saja tetapi
bukan kelenjar diketiak.
3) Radikal mastektomi yaitu pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya
disebut lumpektomi, yaitu pengangkatan hanya pada pada jaringan yang
mengandung sel kanker , bukan seluruh payudara .operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Lumpektomi direkomendasi pada pasien yang
besar tumornya kurang kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara.
b) pengangkatankelenjar getah bening
c) Radioterapi, penggunaan sinar berenergi tinggi setelah operasi mengurangi
kekambuhan50-75%.

17
Pengobatan Sistemik
a. Hormonal
b. Tamoksifen, obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang terdapat pada sel kanker
sehingga dapat mengecilkan kanker 30%
c. Goserelin, Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor positip atau yang dengan
meta statik berespon terhadap goserelin.
d. Kemoterapi, penggunaan obat anti kanker , melalui injeksi/ infus ataupun oral.

Pemeriksaan SADARI

a. Mulailah dengan melihat payudara payudara dicermin dengan bahu lurus dan tangan diletakkan
dipinggul. Amatilah ukuran , bentuk dan warna payudara , apakah ada perubahan yang mudah
terlihat , benjolan .

b. Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil melihat cermin, perlahan-lahan
tekan puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk serta lakukan cek terhadap pengeluaran puting
susu.( dapat berupa air susu, atau cairan kekuningan atau darah ).

c. Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring . Gunakan tangan kanan untuk
meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba payudara kanan. Gunakan sentuhan yang
lembut dengan menggunakan tiga jari tangan ( telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi
berdekatan satu sama lain .Sentuh payudara dari atas ke bawah , sisi ke sisi dari tulang selangka
ke bagian atas perut dan dari ketiak ke belahan dada.

d. Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama sambil berdiri atau
duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah merasakan payudaranya dalam kondisi basah
sehingga sering dilakukan saat mandi. ( Irianto K, 2015)

9. WOC

18
2.3 Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Menjelang Ajal
A. Pengkajian
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang
sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
6. Pemeriksaan Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat :
a. Pasien kurang responsif.
b. Fungsi tubuh melambat.
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
19
d. Rahang cendrung jatuh.
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
f. Sirkulasi melambat dan ektermitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat.
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
i. Suhu tubuh rendah/badan terasa dingin.
j. Kelemahan otot.

G. Diagnosa
1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang diperkirakan berhubungan dengan situasi yang
tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan
hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh dengan stres (tempat perawatan).
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

H. Intervensi
Diagnosa I
Ansietas/ketakutan (individu, keluarga) yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal. Sifat
kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada gaya hidup.
Kriteria Hasil, Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya
hidup.

No Intervensi Rasional
1. Bantu klien untuk mengurangi Klien yang cemas mempunyai
ansietasnya : penyempitan lapang persepsi
1. Berikan kepastian dan dengan penurunan kemampuan
kenyamanan untuk belajar. Ansietas cendrung
2. Tunjukkan perasaan tentang untuk memperburuk masalah.
pemahaman dan empati, jangan Menjebak klien pada lingkaran
menghindari pertanyaan peningkatan ansietas tegang,
3. Dorong klien untuk emosional dan nyeri fisik
20
mengungkapkan setiap
ketakutan yang berhubungan
dengan pengobatannya
4. Identifikasi dan dukung
mekanisme koping efektif
2. Kaji tingkat ansietas klien : Beberapa rasa takut didasari oleh
rencanakan pernyuluhan bila informasi yang tidak akurat dan
tingkatnya rendah atau sedang dapat dihilangkan dengan
memberikan informasi akurat.
Klien dengan ansietas berat atau
parah tidak menyerap pelajaran
3. Dorong keluarga dan teman untuk Pengungkapan memungkinkan
mengungkapkan ketakutan- untuk saling berbagi dan
ketakutan mereka memberikan kesempatan untuk
memperbaiki konsep yang tidak
benar
4. Berikan klien dan keluarga Menghargai klien untuk koping
kesempatan dan penguatan koping efektif dapat menguatkan respon
positif koping positif yang akan datang

Diagnosa II
Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi, penurunan
fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
No Intervensi Rasional
1. Berikan kesempatan pada klien dan Pengetahuan bahwa tidak ada lagi
keluarga untuk mengungkapkan pengobatan yang dibutuhkan dan
perasaan, didiskusikan kehilangan bahwa kematian sedang menanti
secara terbuka, dan gali makna dapat menyebabkan menimbulkan
pribadi dari kehilangan. Jelaskan perasaan ketidakberdayaan,
bahwa berduka adalah reaksi yang marah dan kesedihan yang dalam
umum dan sehat dan respon berduka yang lainnya.
Diskusi terbuka dan jujur dapat
membantu klien dan anggota
keluarga menerima dan mengatasi
situasi dan respon mereka
terhadap situasi tersebut
2. Berikan dorongan penggunaan Stategi koping positif membantu
strategi koping positif yang terbukti penerimaan dan pemecahan

21
yang memberikan keberhasilan masalah
pada masa lalu
3. Berikan dorongan pada klien untuk Memfokuskan pada atribut yang
mengekpresikan atribut diri yang positif meningkatkan penerimaan
positif diri dan penerimaan kematian
yang terjadi
4. Bantu klien mengatakan dan Proses berduka, proses berkabung
menerima kematian yang akan adaptif tidak dapat dimulai
terjadi, jawab semua pertanyaan sampai kematian yang akan
dengan jujur terjadi diterima
5. Tingkatkan harapan dengan Penelitian menunjukkan bahwa
perawatan penuh perhatian, klien sakit terminal paling
menghilangkan ketidaknyamanan menghargai tindakan keperawatan
dan dukungan berikut :
a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi
kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat
diperlukan dan
d. Meningkatkan kenyamanan
fisik
(skoruka dan bonet 1982)

Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan, takut akan
hasil (kematian) dan lingkungannya penuh stres (tempat perawatan)
No Intervensi Rasional
1. Luangkan waktu bersama keluarga Kontak yang sering dan
atau orang terdekat klien dan mengkomunikasikan sikap
tunjukkan pengertian yang empati perhatian dan peduli dapat
membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran
2. Izinkan keluarga klien atau orang Saling berbagi memungkinkan
terdekat untuk mengekspresikan perawat untuk mengidentifikasi
perasaan, ketakutan dan ketakutan dan kekhawatiran
kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya
3. Jelaskan lingkungan dan peralatan Informasi ini dapat membantu
22
ICU mengurangi ansietas yang
berkaitan dengan ketidaktakutan
4. Jelaskan tindakan keperawatan dan
kemajuan post operasi yang
dipikirkan dan berikan informasi
spesifik tentang kemajuan klien
5. Anjurkan untuk sering berkunjung Kunjungan dan partisipasi yang
dan berpartisipasi dalam tindakan sering dapat meningkatkan
perawatan interaksi keluarga berkelanjutan
6. Konsul dengan atau berikan Keluarga dengan masalah-
rujukan kesumber komunitas dan masalah seperti kebutuhan
sumber lainnya finansial , koping yang tidak
berhasil atau konflik yang tidak
selesai memerlukan sumber-
sumber tambahan untuk
membantu mempertahankankan
fungsi keluarga

Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
No Intervensi Rasional
1. Gali apakah klien menginginkan Bagi klien yang mendapatkan
untuk melaksanakan praktek atau nilai tinggi pada doa atau praktek
ritual keagamaan atau spiritual spiritual lainnya, praktek ini dapat
yang diinginkan bila yang memberi memberikan arti dan tujuan dan
kesemptan pada klien untuk dapat menjadi sumber
melakukannya kenyamanan dan kekuatan
2. Ekspesikan pengertian dan Menunjukkan sikap tidak menilai
penerimaan anda tentang dapat membantu mengurangi
pentingnya keyakinan dan praktik kesulitan klien dalam
religius atau spiritual klien mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya
3. Berikan prifasi dan ketenangan Privasi dan ketenangan
untuk ritual spiritual sesuai memberikan lingkungan yang
kebutuhan klien dapat dilaksanakan memudahkan refresi dan
perenungan
4. Bila anda menginginkan tawarkan Perawat meskipun yang tidak
23
untuk berdoa bersama klien lainnya menganut agama atau keyakinan
atau membaca buku ke agamaan yang sama dengan klien dapat
membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya
5. Tawarkan untuk menghubungkan Tindakan ini dapat membantu
pemimpin religius atau rohaniwan klien mempertahankan ikatan
rumah sakit untuk mengatur spiritual dan mempraktikkan
kunjungan. Jelaskan ketidaksetiaan ritual yang penting
pelayanan (Carson 1989)
(kapel dan injil RS)

2.4 Asuhan Keperawatan Pada Kanker Payudara


A. Pengkajian
Anamnesis Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba , oleh wanita itu sendiri. Pasien
datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak atau tegang didaerah sekitar payudara .

24
a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan
makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu
yang lama. Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

d. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi, palpasi

1. Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan


tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.

2. Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban

3. Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

4. Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak ada tanda-
tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

5. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

6. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan

25
8. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau tanda-tanda
radang.

9. Hepar: tidak ada pembesaran hepar.

10. Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik dan evaluasi. USG payudara digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas
yang ditemukan pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor
ganas secara USG :

1. lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur

2. Struktur echo internal lemah dan heterogen

3. Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada

4. Adanya perbedaan besar tumor secara klinis danUSG

b. biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2

Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
padat . biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat berupa eksisional ( seluruh masa
di angkat ) atau insisional ( sebagian dari masa dibuang).Analisis makroskopis dari
spesimen menyatakan ada tidaknya keganasan.

c. Mammografi,

d. sinar X dada (radiologi )

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis ( penekanan masa


tumor )
b. Kerusakan integritas jaringan

c. Gangguan body image (citra tubuh )

d. Kurang pengetahuan tentang kodisi, prognosis dan pengobatan penyakitnya


26
e. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh , krisis situasional

f. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi

g. Ketidak efektifan pola nafas

h. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

a. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil :

1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
e) Berikan substansi gula
f) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
g) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
i) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
j) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
k) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
b. Diagnosa Keperawatan : nyeri akut

Kriteria Hasil :
27
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

c. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas jaringan

28
Kriteria Hasil :

1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,


elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
2) Tidak ada luka/lesi pada kulit
3) Perfusi jaringan baik
4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya sedera berulang
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan alami
Intervensi

a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


b) Hindari kerutan padaa tempat tidur
c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
e) Monitor kulit akan adanya kemerahan
f) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
g) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
h) Monitor status nutrisi pasien

d. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan

Kriteria Hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
2) Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta
penyebabnya
3) Sediakan informasi tentang kondisi klien
4) Berikan informasi tentang perkembangan klien
5) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit

29
6) Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
7) Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
8) Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
9) Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
10) Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan

e. Diagnosa Keperawatan : Gangguan body image

Kriteria Hasil :

a) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.


b) Klien dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap
penyakitnya. Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai
proses pemecahan masalah
2) Tinjau ulang efek pembedahanRasional : bimbingan antisipasi dapat
membantu pasien memulai proses adaptasi.
3) Berikan dukungan emosi klien. Rasional : klien bisa menerima keadaan
dirinya.
4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya
f. Diagnosa keperawatan : cemas

Kriteria hasil :

a) Pasien mengungkapkan dan menunjukkan teknik mengontrol cemas


b) Ekspresi wajah rileks, menunjukkan cemas berkurang
c) Vital sign dalam batas normal

Intervensi;
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3) Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa aman

4) Dengarkan keluhan dengan penuh perhatian

5) Identifikasi tingkat kecemasan


30
6) Bantu mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan

7) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,kecemasan

8) Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi

g. Diagnosa : Resiko infeksi

Kriteria Hasil :

a) Pasien bebas dari tanda infeksi


b) Menunjukkan perilaku hidup sehat
c) Jumlah angka leukosit dalam batas normal
Intervensi :
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
2) Pertahankan teknik aseptik selama pemasangan alat
3) Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein
4) Monitor tanda dan gejala infeksi
5) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
6) Ajarkan cara mencegah infeksi
7) Berikan terapi antibiotik

31
39

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

KASUS

FORMAT PENGKAJIAN

Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018


Jam : 07.30
Tempat : Ruang Bougenville RSUD Kota Yogyakarta
Oleh : Sugeng Laksono
Sumber data : Pasien dan status Rekam Medis
Metode : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny.E
2) Tempat Tgl Lahir : 20-08-1963
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SPG
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Status Perkawinan : Menikah
8) Suku / Bangsa : Jawa
9) Alamat : Suryodiningratan MJ II/897
10) No. RM : 409xxx
11) Tanggal Masuk RS : 28-06-2018
b. Penanggung Jawab / Keluarga
39
40
1) Nama : Bp. M
2) Umur : 56 tahun
3) Pendidikan : SMP
4) Pekerjaan : Penjual angkringan
5) Alamat : Suryodiningratan MJ II/897
6) Hubungan dengan pasien : Suami
7) Status perkawinan : Menikah

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien merasa nyeri karena ada benjolan di payudara kirinya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS :
Di payudara kiri ada benjolan dan luka. Pasien sudah menjalani
pengobatan alternatif selam 3 tahun tanpa membuahkan hasil.
b) Riwayat Kesehatan Pasien :
Ada benjolan di payudara kiri berdiameter kira-kira 10cm dan sudah
ada luka.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Dulu di payudara kanan pernah ada benjolan diobati di pengobatan
alternatif dan akhirnya benjolan di payudara kanan hilang. Kemudian
muncul di payudara kiri, setelah 3 tahun menjalani pengobatan
alternatif benjolan di payudara kiri tidak sembuh dan malah ada luka.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Genogram

40
41

41
42

Keterangan Gambar : Ny,E


: Laki-laki gambar 2 : genogram

: Perempuan
: Satu rumah
: Meninggal
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
dan anak pertama Ny.E mengalami
Ibu kandung mengalami hipertensi
kanker otak di usia 25 tahun.

42
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, nasi, lauk dan sayur.
b) Selama Sakit
Pasien mengatakan makan siang dan sore sebelum operasi.

2) Pola Eliminasi
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan BAK 5 kali sehari, tidak ada
anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. BAB 1 kali
sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning.
b) Selama Sakit
Pagi hari sebelum operasi pasien sudah BAK sekali dan sudah
BAB juga.
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
Pasien mengatakan ibu rumah tangga yang
membantu suaminya berjualan angkringan.
(2) Keadaan pernafasan
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing
(3) Keadaan Kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak sesak nafas
b) Selama Sakit
(1) Keadaan sehari-hari pasien hanya tidursn saja
(2) Keadaan pernafasan
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, dan

1
2

tidak ada kesulitan bernafas.


(3) Keadaan kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak sesak nafas.
(4) Skala ketergantungan
Tabel 3.1 Penilaian Status Fungsional (Barthel Index)

Pasien Ny.E di Ruang Bougenville Rumah Sakit Jogja Tanggal 02- 08


-2018 Jam 7.30

2
3

KETERANGAN:

20 : Mandiri
9-11 :Ketergantungan Sedang
12-19 : Ketergantungan ringan
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

3
4

Tingkat Risiko : Tidak berisiko bila skor 0-24 →


lakukan perawatan yang baik
:Risiko rendah bila skor 25-50 →
lakukan intervensi jatuh
standar(lanjutkan formulir
pencegahan)

: Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan


intervensi jatuh resiko tinggi
(lanjutkan dengan pencegahan jatuh
pasien dewasa)

4
5

5
6

KETERANGAN:
16-20 : risiko
rendah terjadi
dekubitus 12-15 :
risiko sedang
terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus

4) Kebutuhan istirahat – tidur


a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sehari-hari bisa tidur, tidak ada
keluhan untuk kebiasaan tidurnya. Biasanya tidur antara
jam 23.00 – 05.00.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan kadang-kadang terbangun karena nyeri
payudara kiri.

b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien kurang pengetahuan tentang
penyakitnya karena selama ini lebih memilih
pengobatan alternatif.
2) Pola hubungan
Selama mondok di RS pasien selalu
ditemani oleh suaminya dan hubungan
pasien dengan petugas kesehatan baik.
Hubungan dengan dokter, perawat, ahli gizi
dan praktikan baik.
3) Koping atau toleransi stres
Paeien merasa cemas dengan penyakitnya,
sudah berobat 3 tahun tapi tidak

6
7

membuahkan hasil.
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.

5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
Pasien mengatakan setelah operasi payudara
kirinya tidak ada dan merasa tubuhnya
menjadi berubah bentuk.
b) Harga Diri
Sejak sakit ini pasien merasa tetap dihargai
dan dihormati oleh suami dan anak-anaknya.
c) Peran Diri
Pasien adalah ibu rumah tangga yang
membantu suaminya berjualan angkringan.
Selama di RS pasien kooperatif dengan
program terapi.
d) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
e) Identitas Diri
Pasien mengatakan sebagai seorang istri dan ibu.

6) Seksual dan menstruasi


Pasien mengatakan seorang istri dan sudah
mempunyai anak dan sudah menopause sejak
usia 54 tahun
7) Nilai
Pasien mengatakan beragama Islam dan berusaha selalu berdoa.

c. Aspek Lingkungan Fisik


Lingkungan rumah pasien baik. Lingkungan di kamar
perawatan pasien bersih, tidak ada ceceran makanan, seprei

7
8

rapi dan bersih, dan tidak ada semut.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis, agak gelisah
2) Status
Gizi
:TB = 152
cm BB
= 66 Kg
IMT= 20,5 (normal)
3) Tanda Vital : TD = 130/80 mmHg Nadi = 84
x/mnt
Suhu = 37 °C RR = 20
x/mnt

4) SkalaNyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P: pasien mengatakan nyeri dengan skala 4di
payudara kiri, Q: terasa seperti tertusuk-tusuk, R:
payudara kiri, T: setiap kali gerak.
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kulit
Kulit bersih warna sawo matang, turgor kulit, tidak ada
sianosis.
2) Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan
kulit kepala bersih. Mata ishokor, simetris, visus
normal. Telinga simetris dan bersih.
3) Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.

8
9

4) Tengkuk
Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk.

Terdapat benjolan di payudara kiri,


bengkak dan terasa nyeri, tidak simetris,
ada nyeri tekan. Payudara
a) Inspeksi
Di payudara kiri terdapat benjolan dan
ulkus, tampak kemerahan, dan kulit
payudara mengkerut seperti kulit jeruk.
b) Palpasi
Teraba benjolan yang mengeras dan terasa
nyeri serta terdapat pembengkakan di
payudara kiri.
5) Punggung
Tidak ada nyeri punggung, tidak ada skoliosis dan lordosis.
6) Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit sawo matang, simetris, tidak
ada kemerahan dan kekuningan, tidak ada
bekas luka.
b) Auskultasi
Bising usus 20x/menit.
c) Perkusi
Terdengar redup, tidak ada hepatomegali
d) Palpasi
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
7) Panggul
Tidak ada nyeri panggul
8) Anus dan Rectum
Pasien mengatakan tidak pernah BAB darah dan

9
10

tidak ada benjolan di anus.


9) Genetalia
Pasien mengatakan genetalianya bersih,
tidak keluar sekret yang berlebihan.
10) Ekstremitas
a) Atas
Mampu menggerakkan tangan secara
mandiri, hanya lengan kiri terasa agak nyeri,
tidak teraba benjolan dan terpasang infus RL
di lengan kanan. Tidak ada kelainan bentuk
dan fungsi.
b) Bawah
Mampu menggerakkan kaki secara mandiri
dan tidak teraba benjolan.

PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik

10
11

3.2 Analisa Data

11
12

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pre operasi
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur tindakan operasi).
2. Kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi
berhubungan dengan kurang paparan informasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (luka payudara)

3.4 Intervensi Keperawatan

12
13

13
14

14
15

3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

15
16

16
17

17
18

1. Pengkajian keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. E usia 56


tahun,sudah menopouse ditemukan beberapa keluhan yaitu
nyeri pada payudara karena ada benjolan berdiameter 10
cm dan terdapat luka. Riwayat kesehatan dahulu pernah
ada benjolan di payudara kanan diobati di pengobatan

18
19

alternatif. Dari riwayat keluarga memiliki anak yang


mengalami kanker otak pada usia 25 tahun. Pada
pengkajian terhadap status Psikologis diperoleh data pasien
merasa cemas dengan kondisi penyakitnya, pasien tidak
mengetahui tentang proses penyakitnya, prosedur tindakan
dan pengobatan. Pasien juga merasa malu jika payudara
kirinya di operasi sehingga tubuhnya menjadi berubah
bentuk. Dari hasil pemeriksaan inspeksi dan palpasi
terdapat benjolan dengan ulkus, membengkak dan tampak
kemerahan kulit payudara mengkerut seperti kulit jeruk.

Menurut Pudiastuti (2011), bahwa faktor resiko terjadi


carsinoma mamae diantaranya adalah pernah menderita
kanker/ non kanker payudara sebelumnya, riwayat
keluarga menderita kanker, faktor genetik dan hormonal,
menopouse setelah usia 55 tahun.
Pada pengkajian pada kasus Ny E, (56 th) ,menopouse,
riwayat kanker otak pada anaknya, pernah mengalami
benjolan payudara sebelumnya. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa faktor resiko karsinoma mamae yang ditemukan
pada kasus Ny E adalah sesuai dengan teori.
Sedangkan menurut Irianto (2015), bahwa gejala yang khas
menunjukkan adanya keganasan antara lain ; adanya
retraksi/inversi niple (puting susu tertarik ke dalam )
berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi edema
hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, atau timbul ulkus
pada payudara.
Pada pengkajian pada Ny E , ditemukan adanya benjolan
keras, kemerahan, nyeri, terdapat ulkus, kulit payudara
mengkerut seperti kulit jeruk. Hal ini dapat disimpulkan
juga bahwa tanda dan gejala adanya keganasan karsinoma
mamae yang di temukan pada kasus ny E adalah sesuai

19
20

dengan teori.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), bahwa kemungkinan


masalah dan diagnosa keperawatan yang muncul pada
karsinoma mamae diantaranya adalah : Nyeri akut ,
ansietas/ Cemas, Resiko Infeksi, Kurang pengetahuan,
Kerusakan integritas jaringan/kulit, Gangguan citra
tubuh, Ketidakefektifan pola nafas,Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan.

Pada kasus Ny E ditemukan beberapa diagnosa


keperawatan baik pada saat sebelum operasi maupun
setelah operasi, diantaranya adalah ; Kurang pengetahuan
tentang proses penyakitnya, Cemas , Nyeri akut ,
Resiko infeksi, dan Gangguan citra tubuh. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa masalah atau diagnosa keperawatan
yang muncul pada Ny E tersebut adalah sesuai dengan teori
yang ada.

Sedangkan diagnosa yang tidak muncul pada kasus Ny E


adalah kerusakan integritas jaringan/kulit, ketidakefektifan
pola nafas ,ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan. Hal ini dikarenakan kondisi Ny E saat
pengkajian tidak ditemukan adanya tanda malnutrisi, tidak
ada penurunan BB dan tanda lainnya yang mendukung
diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang. Juga tidak
ditemukan adanya perubahan dalam pernafasan , tidak ada
sesak nafas, tidak ada retraksi dinding dada dan tanda
lainnya yang mendukung pada diagnosa ketidakefektifan
pola nafas.

20
21

Menurut NANDA (2015), resiko Infeksi yaitu mengalami


peningkatan resiko terserang organisme patogen. Dengan
faktor resiko: pengetahuan yang tidak cukup untuk
menghindari faktor resiko, pertahanan primer yang tidak
adekuat ( kerusakan integritas kulit, trauma jaringan,
prosedur invasif),penyakit kronis.
Penulis menegakkan diagnosa resiko infeksi dengan
pertimbangan bahwa Ny E mempunyai faktor resiko
diantaranya ,mengalami ulkus , pertahanan primer yang
tidak adekuat, penurunan haemoglobin, dilakukan prosedur
invasif.

Menurut NANDA (2015), ansietas adalah perasaan tidak


nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonom (sumber sering kali tidak

spesifik) perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi


terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan
terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
Pada kasus Ny E dengan karsinoma mamae ini pasien
dapat merasakan kecemasan karena akan dilakukannya
prosedur operasi yang dapat menyebabkan perubahan
psikologisnya. Hal tersebut ditandai dengan
mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam
peristiwa hidup, gelisah, perasaan tidak adekuat,
peningkatan kekhawatiran, dan perasaan takut.

21
22

Menurut NANDA (2015) nyeri akut adalah pengalaman


sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang
digambarkan sebagai kerusakan, awitan yang tiba-tiba
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau di prediksi. Hal tersebut
ditandai dengan adanya bukti nyeri dengan menggunakan
standar daftar periksa, ekspresi wajah nyeri, keluhan
tentang nyeri, laporan tentang prilaku nyeri dan perubahan
pada parameter fisiologis.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. E
didapatkan nyeri pada payudara, bukti nyeri dengan
mengobservasi ekspresi wajah terhadap nyeri, keluhan
tentang nyeri, laporan tentang prilaku nyeri dan perubahan
pada tekanan darah, Sehingga diagnosa nyeri akut dapat
ditegakkan.

Menurut NANDA (2015), defisiensi pengetahuan adalah


ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu. Hal

tersebut ditandai dengan ketidakakuratan melakukan tes,


ketidakakuratan melakukan perintah, kurang pengetahuan,
prilaku tidak tepat.
Berdasarkan pengkajian pada Ny E didapatkan hasil bahwa
pasien belum mendapatkan informasi tentang prosedur
tindakan operasi dari petugas kesehatan, mengungkapkan
ketidaktahuan tentang prosedur sehingga dari pengkajian
tersebut diagnosa defisiensi pengetahuan dapat ditegakkan.

Menurut Nanda(2015), Gangguan citra tubuh adalah


konfusi dalam gambaran mental tentang diri- fisik

22
23

individu.Hal tersebut ditandai dengan mengungkapkan


perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan
tentang tubuhnya, perilaku mengenali tubuh individu,
respon non verbal terhadap perubahan persepsi perubahan
pada tubuh.
Berdasarkan pengkajian Ny E mengungkapkan merasa
malu dengan dilakukannya operasi payudara dan
mengungkapkan kekhawatirannya akan bentuk tubuhnya.
Sehingga diagnosa ini dapat ditegakkan.

3. Perencanaan/intervensi keperawatan

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa cemas antara


lain: Gunakan pendekatan yang tenang, Jelaskan semua
prosedur dan apa yang akan prognosis, ajarkan teknik
relaksasi /nafas dalam, dorong keluarga untuk
mendampingi pasien.

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa kurang


pengetahuan antara lain : kaji tingkat pengetahuan pasien,
Jelaskan tentang prosedur tindakan operasi, Libatkan
keluarga dalam pemberian pendidikan kesehatan, jelaskan
secara tepat kemungkinan resiko, komplikasi dan
perdarahan dan nyeri,

Dorong keluarga untuk membantu pasien dalam merubah


perilaku kesehatan.

Dalam perencanaan keperawatan dilakukan sesuai dengan

23
24

prioritas masalah. Rencana tindakan keperawatan pada


diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
biologis antara lain: Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor pencetus,
observasi reaksi non verbal mengenai ketidaknyamanan,
ajarkan teknik nonfarmakologi seperti teknik relaksasi,
kolaborasi pemberian terapi anti nyeri, monitor tanda vital,
tingkatkan istirahat

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa gangguan


citra tubuh berhubungan dengan prosedur bedah antara
lain: Kaji secara verbal dan non verbal respon pasien
terhadap perubahan tubuhnya, Jelaskan tentang
pengobatan,perawatan dan prognosis, dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaannya, bantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan-tindakan yang akan
meningkatkan penampilan, dorong keluarga untuk
memberi dukungan dan selalu mendampingi pasien.

Rencana tindakan pada diagnosa resiko infeksi meliputi;


cuci tangan sebelum dan sesudah dari tempat pasien,
ajarkan teknik cuci tangan pada pasien dan keluarga,
terapkan Universal Precaution, Terapkan prinsip steril saat
melakukan perawatan luka, dorong pasien untuk
meningkatkan nutrisi, berikan antibiotik bila perlu, batasi
pengunjung, dressing setiap 2 hari sekali.

4.Pelaksanaan Tindakan

Implementasi yang sudah dilakukan pada kasus Ny E,

24
25

adalah sesuai dengan rencana tindakan yang sudah


direncanakan .
Implementasi pada diagnosa nyeri secara
komprehensif,meliputi :lokasi, kualitas,intensitas dan onset
nyeri, mengobservasi reaksi non verbal dari nyeri,
mengajarkan teknik non farmakologi/relaksasi,
memberikan injeksi analgetik( ketorolac 30 mg iv),
memonitor tanda vital pasien.

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa ansietas


adalah menggunakan pendekatan yang menenangkan,
menjelaskan semua tindakan , dan apa yang akan dirasakan
selama tindakan, memberikan informasi aktual tentang
diagnosa, tindakan dan prognosis, menyarankan pasien
untuk relaksasi dengan cara nafas dalam, mendorong
keluarga untuk mendampingi pasien.

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa kurang


pengetahuan adalah: mengkaji tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit, menjelaskan secara obyektif
pendidikan kesehatan tentang prosedur operasi, dan apa
yang dirasakan selama operasi,melibatkan keluarga dalam
pemberian pendidikan kesehatan, menjelaskan secara tepat
kemungkinan komplikasi dan perdarahan, resiko yang
terjadi dan nyeri, mendorong keluarga untuk membantu
pasien dalam merubah perilaku kesehatan.

Implementasi yang telah dilakukan pada diagnosa resiko


infeksi yaitu; mencuci tangan sebelum dan sesudah dari
tempat pasien, mengajarkan teknik cuci tangan pada pasien

25
26

dan keluarga, menerapkan universal precaution,


menerapkan prinsip steril saat melakukan perawatan luka,

memotivasi untuk meningkatkan nutrisi, memberikan


antibiotik bila perlu, membatasi pengunjung.

Implementasi yang telah dilakukan pada diagnosa


gangguan citra tubuh adalah: Mengkaji secara verbal dan
nonverbal respon pasien terhadap perubahan tubuhnya,
memberikan informasi tentang pengobatan, perawatan dan
prognosis, memotivasi pasien untuk mengungkapan
perasaannya, membantu pasien mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang akan meningkatkan penampilan, membantu
mengidentifikasi cara untuk mengurangi dampak dari
perubahan bentuk tubuh melalui pakaian atau kosmetik,
membantu menentukanpersepsi pasien dan keluarga terkait
perubahan citra diri dan realitas, mengidentifikasi apakah
perubahan citra tubuh berpengaruh terhadap peningkatan
isolasi sosial.

4. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan yang dapat teratasi di hari


pertama pada Ny E adalah pada diagnosa kurang
pengetahuan tentang prosedur operasi dan diagnosa Cemas.
Hasil evaluasi keperawatan yang dapat teratasi di hari ke 3
pada Ny E adalah diagnosa nyeri akut, gangguan citra
tubuh dan Resiko infeksi.
Rencana tindak lanjut dilakukan discharge planing kepada
pasien dan keluarga diantaranya kontrol

26
27

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menjelang ajal adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir
hayatnya atau disebut proses kematian. Kematian adalah suatu pengalaman
tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami atau menghadapinya seorang
diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.
Tahap-Tahap Menjelang Ajal, yaitu : Menolak (Denial), Marah (Anger),
Menawar (Bargaining), Kemurungan (Depresi), dan Menerima atau Pasrah
(Acceptance). Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian : Kematian yang pasti
dengan waktu yang diketahui, Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa
diketahui, Kematian yang belum pasti, dan Kemungkinan mati dan sembuh yang
tidak tentu. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian : Kehilangan Tonus Otot,
ditandai : Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun, Kesulitan dalam
berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan, Penurunan kegiatan
traktus gastrointestinal, ditandai : nausea, muntah, perut kembung, obstipasi dan
sebagainya dan Penurunan control spinkter urinari dan rectal dan Gerakan tubuh
yang terbatas. Kelambatan Dalam Sirkulasi, ditandai : Kemunduran dalam
sensasi, Cyanosis pada daerah ekstermitas dan Kulit dingin, pertama kali pada
daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung. Perubahan-Perubahan Dalam
Tanda-Tanda Vital : Nadi lambat dan lemah, Tekanan darah turun, Pernafasan
cepat, cepat dangkal dan tidak teratur, Gangguan sensoria : Penglihatan kabur dan
Gangguan penciuman dan perabaan. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal : Pupil
mata melebar, Tidak mampu untuk bergerak, Kehilangan reflek, Nadi cepat dan
kecil, Pernafasan chyene-stoke dan ngorok, Tekanan darah sangat rendah, Mata
dapat tertutup atau agak terbuka.
Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian dari Pasien dan Keluarganya
terhadap Kematian : Closed Awareness atau Tidak Mengerti, Matual
Pretense/Kesadaran/Pengertian Yang Ditutupi dan Open Awareness atau Sadar
Akan Keadaan dan Terbuka. Bantuan Yang Dapat Diberikan adalah Bantuan

19
20

Emosional, Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis, Bantuan Memenuhi


Kebutuhan Sosial dan Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual. Asuhan
Keperawatan Menjelang Ajal yaitu : Pengkajian (Riwayat Kesehatan dan
Pemeriksaan Head To Toe), Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.

4.2 Saran
Sebagai perawat kita harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien,
salah satunya saat pasien menjelang ajal. Kita sebagai perawat harus selalu
mengingatkan pasien kepada Tuhan sebagai Maha Pencipta dan meninggal secara
damai dan bermartabat.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul H. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 1. Penerbit


Salemba Medika. Jakarta.
Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.
Erik. 2009. Konsep Pasien Terminal. www.erik-acver-qincai.blogspot.com.
Juall, Lynda, Carpenito Moyet. (2003). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi
10 Jakarta : EGC.
Kozie. 1995. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process and Practice. Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, Cet. 1 Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar KDM Teori dan
Aplikasi. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Rahmi, Nur. 2013. http://nurrahmiar.blogspot.com/2013/04/askep-kehilanganhtml
Smith, Jane. 2010. http://cuitycuitytea.blogspot.com/2012/10/asuhan-
keperawatan-pada- pasien-terminal html
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta : Sagung Seto.
Tucker, Susan Martin dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2009-2011. NANDA. Singapura : Markono Print Media Pte Ltd.
Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan
Penyakit Kronik dan Terminal Jakarta : DepkesRI.
Kubler-Rosa. E. (1996). On Death and Dying. London : Tavistock Publication.

21

Anda mungkin juga menyukai