Disusun Oleh :
Kelompok 4 Kelas 5A Keperawatan
Febtry Indah Putry 1914201016
Frisca Helvira 1914201017
Indah Anggina Marito Nst 1914201018
Melisa Andora 1914201019
Mentari Fadia Sari 1914201020
Mita Angkana Putri Nst 1914201021
Muthia Helmi 1914201022
Nadila Aini 1914201023
Dosen Pengampu :
Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep
Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah tentang “Asuhan Keperawatan Paliatif
Pada Klien Menjelang Ajal (Pada Pasien Kanker Payudara)” dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang diampu oleh Bapak Ns. Edo
Gusdiansyah, M.Kep.
Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa sumber yang telah
memberikan materi tersebut. Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik serta masukan
dari pembaca agar makalah ini lebih sempurna dan memperbaiki tugas kami
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan baik bagi penyusun maupun pembaca.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS 4
2.1 Konsep Dasar Menjelang Ajal 4
A. Definisi Menjelang Ajal 4
B. Tahap-Tahap Menjelang Ajal 4
C. Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian 6
D. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian 6
E. Macam Tingkat Kesadaran Atau Pengertian Dari Pasien Dan
Keluarganya Terhadap Kematian 8
F. Bantuan Yang Dapat Diberikan 8
2.2 Konsep Dasar Kanker Payudara 11
A. Definisi 11
B. Klasifikasi 11
C. Etiologi 12
D. Manifestasi Klinis 12
E. Patofisiologis 12
F. WOC 12
G. Pemeriksaan Diagnostik 12
H. Penatalaksanaan 12
I. Komplikasi 12
J. Pencegahan 12
2.3 Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Menjelang Ajal 12
A. Pengkajian 12
B. Diagnosa 13
C. Intervensi 13
ii
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Kanker Payudara 17
A. Pengkajian 17
B. Diagnosa 17
C. Intervensi 17
D. Implementasi 17
E. Evaluasi 17
BAB III TINJAUAN KASUS 18
3.1 Pengkajian Keperawatan 18
3.2 Analisa Data 18
3.3 Diagnosa Keperawatan 18
3.4 Intervensi Keperawatan 18
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan 18
BAB IV PENUTUP 19
4.1 Kesimpulan 19
4.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
pengenalan dan peredaan distres psikobiologis. Perawat memberi berbagai tindakan penenangan bagi
klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri mengganggu tidur, nafsu makan,
mobilitas, dan fungsi psikologis. Hygiene Personal adalah bagian rutin dari mempertahankan
kenyamanan klien dengan penyakit terminal. Klien mungkin pada akhirnya bergantung pada perawat
atau keluarganya untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
kematiannya sudah dekat, dan mekanisme ini ternyata memang menolong mereka untuk dapat
mengatasi shock khususnya kalau penyangkalan ini periodik. Normalnya, pasien itu akan
memasuki masa-masa pergumulan antara menyangkal dan menerima kenyataan, sampai ia
dapat benar-benar menerima kenyataan, bahwa kematian memang harus ia hadapi.
2. Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah
diperbuatnya sehingga mengagalkan cita-citanya. Tarjadi ketika pasien tidak dapat lagi
mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. Jarang sekali ada pasien yang melakukan
penyangkalan terus menerus. Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang
sudah dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan
kemarahan, "Mengapa ini terjadi dengan diriku?", "Mengapa bukan mereka yang sudah tua,
yang memang hidupnya sudah tidak berguna lagi" Kemarahan ini seringkali diekspresikan
dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah.
Bahkan kadung-kadang ditujukan pada orang-orang yang dikasihinya, dokter, pendeta, maupun
Tuhan. Seringkali anggota keluarga menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang hurus
dilakukan. Umumnya mereka tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien tidak masuk akal,
meskipun normal, sebagui ekspresi dari frustasi yang dialaminya.
3. Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kamarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan
sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. Pada fase ini pasien akan mulai
menawar untuk dapat hidup sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa
menjanjikan macam-nacam hal kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-Mu,
dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh hidupku untuk
melayaniMu."
4. Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis,
Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedang melalui
masa sedihnya sebelum meninggal. Penderita merasa putus asa melihat masa depannya yang
tanpa harapan. Sebagai orang percaya memang mungkin dia mengerti adanya tempat dan
keadaan yang jauh lebih baik yang telah Tuhan sediakan di surga. Namun, meskipun demikian
perasaan putus asa masih akan dialami.
5. Menerima atau Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi
yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila
klien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya
menjelang ajal. Misalnya : ingin bertemu dengan keluarga tendekat, menulis surat wasiat. Pada
7
umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat menerima kenyataan, bahwa
kematian sudah dekat, sehingga mereka mulai kehilangan kegairahan untuk berkomunikasi dan
tidak tertarik lagi dengan berita dan persoalan-persoalan di sekitamya. Pasien-pasien seperti ini
biasanya membosankan dan mereka seringkali dilupakan oleh teman-teman dan keluarganya,
padahal kebutuhan untuk selalu dekat dengan keluarga pada saat-saat terakhir justru menjadi
sangat besar.
8
4. Tanda-Tanda Klinis Saat Meninggal :
a. Pupil mata melebar.
b. Tidak mampu untuk bergerak.
c. Kehilangan reflek.
d. Nadi cepat dan kecil.
e. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
f. Tekanan darah sangat rendah.
g. Mata dapat tertutup atau agak terbuka
5. Tanda-Tanda Meninggal Secara Klinis
Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi,
respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa
petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu :
a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada reflek.
d. Gambaran mendatar pada EKG.
E. Macam Tingkat Kesadaran Atau Pengertian Dari Pasien Dan Keluarganya Terhadap
Kematian
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type :
1. Closed Awareness atau Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa
dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan
karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering
kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang dan
sebagainya.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang
bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3. Open Awareness atau Sadar Akan Keadaan dan Terbuka
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat
akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
9
1. Bantuan Emosional :
a. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan
tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-
perasaannya.
10
toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena
dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah
menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi
lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tidak
sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian
oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti : turun dari
tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika
diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah
menurun.
e. Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan anti
ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan
tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi
dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau
perlu diberikan makanan cair atau Intra atau Invus.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin
dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan
inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganti
setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau menghadapkan
kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat
atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-
bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak
sosialnya, perawat dapat melakukan :
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan
didiskusikan dengan keluarganya, misalnya : teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi.
11
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan-kunjungan teman- teman
terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain
dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya.
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien
selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
karsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto, 2015). Kanker payudara adalah
tumor yng tumbuh didalam jaringan payudara. Kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu,
jaringan lemakdan jaringan ikat payudara ( Pudiastuti, 2011).
Karsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae dimana sel
abnormal timnul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan
pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013 ).
12
d. Karsinoma tubuler ; kanker ini juga berasal dari kelenjar susu
2. Faktor resiko
Faktor resiko karsinoma mamae menurut Pudiastuti (2011) adalah sebagai berikut :
a. pernah menderita kanker payudara/non kanker payudara
3. Tanda gejala
Sedangkan menurut Irianto (2015) ada tanda dan gejala yang khas menunjukkan adanya suatu
13
keganasan, antara lain :
a. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam atau masuk
dalam payudara)berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi edema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk ( peau d “orange), mengkerut atau timbul borok ( ulkus )
pada payudara . Ulkus makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara , sering berbau busuk dan mudah berdarah.
b. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari muara duktus
satu payudara dan mungkin berdarah ,timbul perbesaran kelenjar getah bening
diketiak, bengkak (edema) pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Kanker payudara yang sudah lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut :
1) Benjolan payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.
Benjolan itu mula-mula tidak nyeri makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit
atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
2) Adanya nodul satelit pada kulit payudara ,kanker jenis mastitis karsinimatosa;
terdapat nodul pada sternal; nodul pada supraklavikula; adanya edema lengan; adanya
metastase jauh
3) kulit terfiksasi pada dinding thorak, kelenjar getah bening aksila berdiameter 2,5 cm
dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
4. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa fertilitas, dsampai klimakterium dan
menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8 haid ,payudara jadi
lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik
terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara Menjadi besar
karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi
stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba ( diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut ,kira
14
kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel saluran dan kelenjar
payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk pada payudara
dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan.
.Sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh
kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik yang dihasilkan
oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus
yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma , yang dikenal dengan nama karsinoma
invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau
daerah kulityang menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikanstadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh dikelenjar getah
bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membersar. Kemudian
melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak .
Akan tetapi dari penelitian para pakar , mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa
didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya dapat menyebar
keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa disadari oleh penderita,. Oleh
karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening
lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling sering tentang gen
p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan
dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada
penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana
fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi
tidak terkendali. (Irianto, 2015).
5. Stadium kanker
Stadium kanker penting untuk panduan pengobatab, follow up dan menentukan prognosis.
a. Stadium 0 : kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya didalam jaringan
payudara normal
b. Stadium I : tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar ke luar payudara
c. Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar
15
getah bening ketiak.
d. Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2- 5 cm tetapi sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar kekelenjar
getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya
atau tumor dengan garis tengah lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah
bening ket iak.
f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam kulit payudara atau ke
dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening didalam dinding dada dan tulang
dada.
g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada misalnya ke
hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti,2011).
6. Prognosis
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila tidak diobati
ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%. Sedang ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-
5%. Ketahanan hidup tergantung pada tingkat penyakit saat mulai pengobatan,gambaran
histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positip lebih baik. Stadium klinis dari
kanker merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka
kelangsungan hidup % tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan
yang sesuai mendekati : a). 95% untuk stadium 0 b). 88% untuk stadium I, c). 66% untuk
stadium II, d). 36% untuk stadium III, e). 7% untuk stadium IV.
Harapan hidup dengan adanya metastase mencapai 2 sampai 3,5 tahun walaupun beberapa
pasien (25%-35%) dapat hidupselama 5 tahun, dan lainnya ( 10%) dapat hidup lebih dari 10
tahun. Pasien yang mengalami metastasis lama setelah didiagnosis awal atau yang mengalami
metastasis ke tulang atau ke jaringan lunak memiliki prognosis yang lebih baik. (
Irianto,2015).
7. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara
bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran
limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik
adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati.
Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium.(
Irianto , 2015).
8. Penatalaksanaan kanker payudara
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkai pengobatan meliputi
16
pembedahan ,kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi
imunologi ( antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala- gejala nya.
Pengobatan lokal dan regional
a) Operasi, pembedahan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit
,jenis tumor,umur dan kondisi kesehatan secara umum. Banyak penelitian
membuktikan bahwa sebagian besar kanker payudara tahap dini , lumpektomi
( mengangkat tumornya saja) diteruskan dengan radioterapi merupakan pengobatan
pilihan.Sekitar 50% pasien kanker payudara di Amerika sekarang ini mendapat
pengobatan dengan cara tersebut. Ada 3 jenis Mastektomi ( Hirshaut & Persman,1992):
1) Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan
terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau modified radical mastektomy,
yaitu pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara ditulang dada,tulang
selangka dan tulang iga serta benjolan disekitar ketiak.
2) Total(simple )mastektomi yaitu pengangkatan seluruh payudara saja tetapi
bukan kelenjar diketiak.
3) Radikal mastektomi yaitu pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya
disebut lumpektomi, yaitu pengangkatan hanya pada pada jaringan yang
mengandung sel kanker , bukan seluruh payudara .operasi ini selalu diikuti
dengan pemberian radioterapi. Lumpektomi direkomendasi pada pasien yang
besar tumornya kurang kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara.
b) pengangkatankelenjar getah bening
c) Radioterapi, penggunaan sinar berenergi tinggi setelah operasi mengurangi
kekambuhan50-75%.
17
Pengobatan Sistemik
a. Hormonal
b. Tamoksifen, obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang terdapat pada sel kanker
sehingga dapat mengecilkan kanker 30%
c. Goserelin, Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor positip atau yang dengan
meta statik berespon terhadap goserelin.
d. Kemoterapi, penggunaan obat anti kanker , melalui injeksi/ infus ataupun oral.
Pemeriksaan SADARI
a. Mulailah dengan melihat payudara payudara dicermin dengan bahu lurus dan tangan diletakkan
dipinggul. Amatilah ukuran , bentuk dan warna payudara , apakah ada perubahan yang mudah
terlihat , benjolan .
b. Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil melihat cermin, perlahan-lahan
tekan puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk serta lakukan cek terhadap pengeluaran puting
susu.( dapat berupa air susu, atau cairan kekuningan atau darah ).
c. Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring . Gunakan tangan kanan untuk
meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba payudara kanan. Gunakan sentuhan yang
lembut dengan menggunakan tiga jari tangan ( telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi
berdekatan satu sama lain .Sentuh payudara dari atas ke bawah , sisi ke sisi dari tulang selangka
ke bagian atas perut dan dari ketiak ke belahan dada.
d. Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama sambil berdiri atau
duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah merasakan payudaranya dalam kondisi basah
sehingga sering dilakukan saat mandi. ( Irianto K, 2015)
9. WOC
18
2.3 Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Menjelang Ajal
A. Pengkajian
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang
sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
6. Pemeriksaan Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat :
a. Pasien kurang responsif.
b. Fungsi tubuh melambat.
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
19
d. Rahang cendrung jatuh.
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
f. Sirkulasi melambat dan ektermitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat.
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
i. Suhu tubuh rendah/badan terasa dingin.
j. Kelemahan otot.
G. Diagnosa
1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang diperkirakan berhubungan dengan situasi yang
tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan
hasil (kematian) dengan lingkungannya penuh dengan stres (tempat perawatan).
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.
H. Intervensi
Diagnosa I
Ansietas/ketakutan (individu, keluarga) yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal. Sifat
kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada gaya hidup.
Kriteria Hasil, Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya
hidup.
No Intervensi Rasional
1. Bantu klien untuk mengurangi Klien yang cemas mempunyai
ansietasnya : penyempitan lapang persepsi
1. Berikan kepastian dan dengan penurunan kemampuan
kenyamanan untuk belajar. Ansietas cendrung
2. Tunjukkan perasaan tentang untuk memperburuk masalah.
pemahaman dan empati, jangan Menjebak klien pada lingkaran
menghindari pertanyaan peningkatan ansietas tegang,
3. Dorong klien untuk emosional dan nyeri fisik
20
mengungkapkan setiap
ketakutan yang berhubungan
dengan pengobatannya
4. Identifikasi dan dukung
mekanisme koping efektif
2. Kaji tingkat ansietas klien : Beberapa rasa takut didasari oleh
rencanakan pernyuluhan bila informasi yang tidak akurat dan
tingkatnya rendah atau sedang dapat dihilangkan dengan
memberikan informasi akurat.
Klien dengan ansietas berat atau
parah tidak menyerap pelajaran
3. Dorong keluarga dan teman untuk Pengungkapan memungkinkan
mengungkapkan ketakutan- untuk saling berbagi dan
ketakutan mereka memberikan kesempatan untuk
memperbaiki konsep yang tidak
benar
4. Berikan klien dan keluarga Menghargai klien untuk koping
kesempatan dan penguatan koping efektif dapat menguatkan respon
positif koping positif yang akan datang
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi, penurunan
fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
No Intervensi Rasional
1. Berikan kesempatan pada klien dan Pengetahuan bahwa tidak ada lagi
keluarga untuk mengungkapkan pengobatan yang dibutuhkan dan
perasaan, didiskusikan kehilangan bahwa kematian sedang menanti
secara terbuka, dan gali makna dapat menyebabkan menimbulkan
pribadi dari kehilangan. Jelaskan perasaan ketidakberdayaan,
bahwa berduka adalah reaksi yang marah dan kesedihan yang dalam
umum dan sehat dan respon berduka yang lainnya.
Diskusi terbuka dan jujur dapat
membantu klien dan anggota
keluarga menerima dan mengatasi
situasi dan respon mereka
terhadap situasi tersebut
2. Berikan dorongan penggunaan Stategi koping positif membantu
strategi koping positif yang terbukti penerimaan dan pemecahan
21
yang memberikan keberhasilan masalah
pada masa lalu
3. Berikan dorongan pada klien untuk Memfokuskan pada atribut yang
mengekpresikan atribut diri yang positif meningkatkan penerimaan
positif diri dan penerimaan kematian
yang terjadi
4. Bantu klien mengatakan dan Proses berduka, proses berkabung
menerima kematian yang akan adaptif tidak dapat dimulai
terjadi, jawab semua pertanyaan sampai kematian yang akan
dengan jujur terjadi diterima
5. Tingkatkan harapan dengan Penelitian menunjukkan bahwa
perawatan penuh perhatian, klien sakit terminal paling
menghilangkan ketidaknyamanan menghargai tindakan keperawatan
dan dukungan berikut :
a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi
kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat
diperlukan dan
d. Meningkatkan kenyamanan
fisik
(skoruka dan bonet 1982)
Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan, takut akan
hasil (kematian) dan lingkungannya penuh stres (tempat perawatan)
No Intervensi Rasional
1. Luangkan waktu bersama keluarga Kontak yang sering dan
atau orang terdekat klien dan mengkomunikasikan sikap
tunjukkan pengertian yang empati perhatian dan peduli dapat
membantu mengurangi
kecemasan dan meningkatkan
pembelajaran
2. Izinkan keluarga klien atau orang Saling berbagi memungkinkan
terdekat untuk mengekspresikan perawat untuk mengidentifikasi
perasaan, ketakutan dan ketakutan dan kekhawatiran
kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya
3. Jelaskan lingkungan dan peralatan Informasi ini dapat membantu
22
ICU mengurangi ansietas yang
berkaitan dengan ketidaktakutan
4. Jelaskan tindakan keperawatan dan
kemajuan post operasi yang
dipikirkan dan berikan informasi
spesifik tentang kemajuan klien
5. Anjurkan untuk sering berkunjung Kunjungan dan partisipasi yang
dan berpartisipasi dalam tindakan sering dapat meningkatkan
perawatan interaksi keluarga berkelanjutan
6. Konsul dengan atau berikan Keluarga dengan masalah-
rujukan kesumber komunitas dan masalah seperti kebutuhan
sumber lainnya finansial , koping yang tidak
berhasil atau konflik yang tidak
selesai memerlukan sumber-
sumber tambahan untuk
membantu mempertahankankan
fungsi keluarga
Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
No Intervensi Rasional
1. Gali apakah klien menginginkan Bagi klien yang mendapatkan
untuk melaksanakan praktek atau nilai tinggi pada doa atau praktek
ritual keagamaan atau spiritual spiritual lainnya, praktek ini dapat
yang diinginkan bila yang memberi memberikan arti dan tujuan dan
kesemptan pada klien untuk dapat menjadi sumber
melakukannya kenyamanan dan kekuatan
2. Ekspesikan pengertian dan Menunjukkan sikap tidak menilai
penerimaan anda tentang dapat membantu mengurangi
pentingnya keyakinan dan praktik kesulitan klien dalam
religius atau spiritual klien mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya
3. Berikan prifasi dan ketenangan Privasi dan ketenangan
untuk ritual spiritual sesuai memberikan lingkungan yang
kebutuhan klien dapat dilaksanakan memudahkan refresi dan
perenungan
4. Bila anda menginginkan tawarkan Perawat meskipun yang tidak
23
untuk berdoa bersama klien lainnya menganut agama atau keyakinan
atau membaca buku ke agamaan yang sama dengan klien dapat
membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya
5. Tawarkan untuk menghubungkan Tindakan ini dapat membantu
pemimpin religius atau rohaniwan klien mempertahankan ikatan
rumah sakit untuk mengatur spiritual dan mempraktikkan
kunjungan. Jelaskan ketidaksetiaan ritual yang penting
pelayanan (Carson 1989)
(kapel dan injil RS)
24
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan
makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu
yang lama. Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui.
Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
d. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, palpasi
3. Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
4. Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak ada tanda-
tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
5. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
25
8. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau tanda-tanda
radang.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik dan evaluasi. USG payudara digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas
yang ditemukan pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor
ganas secara USG :
3. Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada
Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau
padat . biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat berupa eksisional ( seluruh masa
di angkat ) atau insisional ( sebagian dari masa dibuang).Analisis makroskopis dari
spesimen menyatakan ada tidaknya keganasan.
c. Mammografi,
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
27
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
g) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri
j) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o) Tingkatkan istirahat
p) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
28
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit
2) Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta
penyebabnya
3) Sediakan informasi tentang kondisi klien
4) Berikan informasi tentang perkembangan klien
5) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
29
6) Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
7) Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
8) Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
9) Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
10) Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas
kesehatan
Kriteria Hasil :
Kriteria hasil :
Intervensi;
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3) Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa aman
Kriteria Hasil :
31
39
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny.E
2) Tempat Tgl Lahir : 20-08-1963
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SPG
6) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7) Status Perkawinan : Menikah
8) Suku / Bangsa : Jawa
9) Alamat : Suryodiningratan MJ II/897
10) No. RM : 409xxx
11) Tanggal Masuk RS : 28-06-2018
b. Penanggung Jawab / Keluarga
39
40
1) Nama : Bp. M
2) Umur : 56 tahun
3) Pendidikan : SMP
4) Pekerjaan : Penjual angkringan
5) Alamat : Suryodiningratan MJ II/897
6) Hubungan dengan pasien : Suami
7) Status perkawinan : Menikah
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien merasa nyeri karena ada benjolan di payudara kirinya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS :
Di payudara kiri ada benjolan dan luka. Pasien sudah menjalani
pengobatan alternatif selam 3 tahun tanpa membuahkan hasil.
b) Riwayat Kesehatan Pasien :
Ada benjolan di payudara kiri berdiameter kira-kira 10cm dan sudah
ada luka.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Dulu di payudara kanan pernah ada benjolan diobati di pengobatan
alternatif dan akhirnya benjolan di payudara kanan hilang. Kemudian
muncul di payudara kiri, setelah 3 tahun menjalani pengobatan
alternatif benjolan di payudara kiri tidak sembuh dan malah ada luka.
40
41
41
42
: Perempuan
: Satu rumah
: Meninggal
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
dan anak pertama Ny.E mengalami
Ibu kandung mengalami hipertensi
kanker otak di usia 25 tahun.
42
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik – Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, nasi, lauk dan sayur.
b) Selama Sakit
Pasien mengatakan makan siang dan sore sebelum operasi.
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan BAK 5 kali sehari, tidak ada
anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. BAB 1 kali
sehari dengan konsistensi lembek dan warna kuning.
b) Selama Sakit
Pagi hari sebelum operasi pasien sudah BAK sekali dan sudah
BAB juga.
3) Pola Aktivitas
a) Sebelum Sakit
(1) Keadaan aktivitas sehari – hari
Pasien mengatakan ibu rumah tangga yang
membantu suaminya berjualan angkringan.
(2) Keadaan pernafasan
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing
(3) Keadaan Kardiovaskuler
Pasien mengatakan tidak sesak nafas
b) Selama Sakit
(1) Keadaan sehari-hari pasien hanya tidursn saja
(2) Keadaan pernafasan
Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, dan
1
2
2
3
KETERANGAN:
20 : Mandiri
9-11 :Ketergantungan Sedang
12-19 : Ketergantungan ringan
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
3
4
4
5
5
6
KETERANGAN:
16-20 : risiko
rendah terjadi
dekubitus 12-15 :
risiko sedang
terjadi dekubitus
<12 : risiko tinggi terjadi dekubitus
b. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien kurang pengetahuan tentang
penyakitnya karena selama ini lebih memilih
pengobatan alternatif.
2) Pola hubungan
Selama mondok di RS pasien selalu
ditemani oleh suaminya dan hubungan
pasien dengan petugas kesehatan baik.
Hubungan dengan dokter, perawat, ahli gizi
dan praktikan baik.
3) Koping atau toleransi stres
Paeien merasa cemas dengan penyakitnya,
sudah berobat 3 tahun tapi tidak
6
7
membuahkan hasil.
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
Pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.
5) Konsep diri
a) Gambaran Diri
Pasien mengatakan setelah operasi payudara
kirinya tidak ada dan merasa tubuhnya
menjadi berubah bentuk.
b) Harga Diri
Sejak sakit ini pasien merasa tetap dihargai
dan dihormati oleh suami dan anak-anaknya.
c) Peran Diri
Pasien adalah ibu rumah tangga yang
membantu suaminya berjualan angkringan.
Selama di RS pasien kooperatif dengan
program terapi.
d) Ideal Diri
Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
e) Identitas Diri
Pasien mengatakan sebagai seorang istri dan ibu.
7
8
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis, agak gelisah
2) Status
Gizi
:TB = 152
cm BB
= 66 Kg
IMT= 20,5 (normal)
3) Tanda Vital : TD = 130/80 mmHg Nadi = 84
x/mnt
Suhu = 37 °C RR = 20
x/mnt
4) SkalaNyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P: pasien mengatakan nyeri dengan skala 4di
payudara kiri, Q: terasa seperti tertusuk-tusuk, R:
payudara kiri, T: setiap kali gerak.
b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)
1) Kulit
Kulit bersih warna sawo matang, turgor kulit, tidak ada
sianosis.
2) Kepala
Bentuk mesocephal, bentuk simetis,rambut dan
kulit kepala bersih. Mata ishokor, simetris, visus
normal. Telinga simetris dan bersih.
3) Leher
Tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
8
9
4) Tengkuk
Tidak ada benjolan dan tidak ada kaku kuduk.
9
10
PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
1. Pengkajian keperawatan
18
19
19
20
dengan teori.
2. Diagnosa keperawatan
20
21
21
22
22
23
3. Perencanaan/intervensi keperawatan
23
24
4.Pelaksanaan Tindakan
24
25
25
26
4. Evaluasi Keperawatan
26
27
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menjelang ajal adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir
hayatnya atau disebut proses kematian. Kematian adalah suatu pengalaman
tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami atau menghadapinya seorang
diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.
Tahap-Tahap Menjelang Ajal, yaitu : Menolak (Denial), Marah (Anger),
Menawar (Bargaining), Kemurungan (Depresi), dan Menerima atau Pasrah
(Acceptance). Tipe-Tipe Perjalanan Menjelang Kematian : Kematian yang pasti
dengan waktu yang diketahui, Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa
diketahui, Kematian yang belum pasti, dan Kemungkinan mati dan sembuh yang
tidak tentu. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian : Kehilangan Tonus Otot,
ditandai : Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun, Kesulitan dalam
berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan, Penurunan kegiatan
traktus gastrointestinal, ditandai : nausea, muntah, perut kembung, obstipasi dan
sebagainya dan Penurunan control spinkter urinari dan rectal dan Gerakan tubuh
yang terbatas. Kelambatan Dalam Sirkulasi, ditandai : Kemunduran dalam
sensasi, Cyanosis pada daerah ekstermitas dan Kulit dingin, pertama kali pada
daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung. Perubahan-Perubahan Dalam
Tanda-Tanda Vital : Nadi lambat dan lemah, Tekanan darah turun, Pernafasan
cepat, cepat dangkal dan tidak teratur, Gangguan sensoria : Penglihatan kabur dan
Gangguan penciuman dan perabaan. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal : Pupil
mata melebar, Tidak mampu untuk bergerak, Kehilangan reflek, Nadi cepat dan
kecil, Pernafasan chyene-stoke dan ngorok, Tekanan darah sangat rendah, Mata
dapat tertutup atau agak terbuka.
Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian dari Pasien dan Keluarganya
terhadap Kematian : Closed Awareness atau Tidak Mengerti, Matual
Pretense/Kesadaran/Pengertian Yang Ditutupi dan Open Awareness atau Sadar
Akan Keadaan dan Terbuka. Bantuan Yang Dapat Diberikan adalah Bantuan
19
20
4.2 Saran
Sebagai perawat kita harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien,
salah satunya saat pasien menjelang ajal. Kita sebagai perawat harus selalu
mengingatkan pasien kepada Tuhan sebagai Maha Pencipta dan meninggal secara
damai dan bermartabat.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
21