Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT PADA BALITA DAN LANSIA

DisusunOleh :
Kelompok 2 Kelas 5A Keperawatan
DheaputriAzizah : 1914201013
Fadhilaputri : 1914201014
Fadilaputri : 1914201015
Febtryindahputry : 1914201016
FriscahelviraSukma : 1914201017
Indah angginamarito NST : 1914201018
Della Sepnita : 1914201012
Wulan Purnama Sari : 1914201045
Irmawilis : 1710105015

DosenPengampu :
Ns.Helmanis Suci, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan nikmat, rahmat, nikmat serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanAsuhan Keperawatan Agregat Pada Balita dan Lansia.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan komunitas II yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan tak lupa penulis mohon kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan penulis untuk selanjutnya.

Padang, 02 November
2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
A. Latar belakang …………………………………………………………….............
B. Tujuan …………………………………………………………………….............

BAB II TINJAUAN TEORITIS BALITA…………………………………………………


A. Konsep Balita ………………………………………………………………………
B. Tumbuh Kembang Balita …………………………………………………………..
C. Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Balita …………………
D. Asuhan Keperawatan Agregat Pada Balita ………………………………………..

BAB III TINJAUAN TEORITIS LANSIA………………………………………………..

A. Definisi Lansia ...............................................................................................


B. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia........................................................................
C. Teori-teori Proses Menua .......................................................................
D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada Lansia ...................................
E. Tugas Perkembangan Lansia
F. Permasalahan yang Timbul pada Lansia ...................................
G. Sikap Perawat pada Lansia
H. Asuhan Keperawatan Agregat dalam Kesehatan Komunitas Lansia.........................
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi……………………………………………………………………
5. Evaluasi ..............................................................................................
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam satu tempat,saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama (riyadi,2009). Salah satu
kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut
Soetomo. B. Dan anggraeni DY, (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1
sampai 3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena
masih tingginya angka kematian balita di Indonesia bila dibandingkan dengan target
RPJM 2005-2009 dan RPJM 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan angka
kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang
menyebabkan tingginya angka kematian balita di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir
lebih dari 2 juta anak-anak balita mengalami gizi buruk (riyadi,2009). Prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke
2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. Pada saat ini
masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak dijumpai di kalangan
anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra uterin, malnutrisi protein
energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan obesitas
(Atmaria,2005)
B. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan komunitas pada
agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan
komunitas pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Balita
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usiadi bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di
atas satu tahun, makaanak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusui sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga
jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya balita usia1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak yang berumur 1-3tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif.
Sedangkanusia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
Pada masa toddler(1s.d.3tahun),pertumbuhan fisik anak lebih lambatdibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalanlebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak
mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasidalam beraktivitas karena anak tidak
memperhatikan bahaya (Nursalam,2010).
Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik. Namunkemampuan lain masih terbatas. Masa balita
merupakan periode pentingdalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masayang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu seringdisebut golden age
atau masa keemasan.
B. Tumbuh Kembang Balita
Menurut Sigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari limafase, yaitu
fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Darikelima fase ini, tiga fase
awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita. (Wong, 2009)
1.Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Padafase ini bayi
merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadikelekatan dan hubungan yang
emosional antara anak dan ibu. Beberapamengatakan bahwa pada saat anak yang
mengalami gangguan pada fase iniakan sering mengalami stres dengan gejala gangguan
pada lambung sepertimaag atau gastritis.
2.Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulansampai dengan
umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapatmelakukan aktivitas buang air besar
dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai periode "toilet training". Kegagalan
pada fase ini akanmenciptakan orang dengan kepribadian agresif dan kompulsif,
beberapamengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada faseini.
3.Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada anak
umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki dimana anak
ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkalimembuat marah orangtuanya. Kegagalan
pada fase ini akan menciptakankepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.Teori
perkembangan menurut Erick Erikson terdiri dari fase Kepercayaanvs ketidak-
percayaan(0-1 tahun), Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu (1-3tahun), Inisiatif vs rasa
bersalah (3-5 tahun), Industri vs inferioritas (6-11tahun), Identitas vs difusi (12-18 tahun),
Keintiman vs absorpsi diri atauisolasi (19-25 tahun), Generativitas vs stagnasi, 25-45
tahun dan Integritasvs keputus asaan dan isolasi(45-meninggal). Dari beberapa fase ini,
faseyang dialami oleh balita adalah fase Kepercayaan vs ketidak-percayaan,Otonomi vs
rasa malu dan ragu ragu dan Inisiatif vs rasa bersalah. (Wong,2009)
1.Kepercayaan vs ketidak-percayaan, 0-1 tahun.
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya.
Dia sepenuhnya mempercayaiorang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak
akan mempercayainya. Bayi akan menangis sebagai responketidakpercayaannya dengan
hal-hal yang dianggap asing.
2.Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu, 1-3 tahun.
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanyakecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas- batas tertentu anak sudah bisa
berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orangtuanya, tetapi di pihak lain dia juga mulai memiliki rasa malu
dankeraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari
orang tuanya
3.Inisiatif vs rasa bersalah, 3-5 tahun
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderunganinitiative –
guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapakecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut dia terdorongmelakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan
anak tersebutmasih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, danuntuk sementara waktu dia
tidak mau berinisatif atau berbuat.

C. Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Balita


Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balitamencakup upaya-
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, danresosilitatif melalui berbagai kegiatan
yang terorganisisasi sebagai berikut:
1.Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibu tentang
pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usiatumbuh kembangnya.
Bayi usia 1 sampai 6 bulan hanya boleh diberikanASI, lebih dari 6 bulan
diperbolehkan untuk diberikan makanan pendamping ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi caramemandikan
bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara mengganti popok bayi, dsb.
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenisimunisasi, usia
pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping,dan akibat yang akan
timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan balita yang
sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita.
2.Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,maupun
kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.d.Pemberian
vitamin A, yodium, dan obat cacing.
d. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita sejak dini.
3.Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan penyakit
tertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapimasih dalam
pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisikesehatan bayi atau
balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
4.Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya pemulihan
yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi
D. Asuhan Keperawatan Agregat Balita
1.Analisa Kasus

A.Kasus

Perawat melakukan kunjungan RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur adalah sebuah


pemukiman padat penduduk di daerah pinggiran kota. Banyak warga yang tinggal di
rumah-rumah semi permanen. Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu
keluarga. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang
dari berbagai daerah di Indonesia. Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung, pedagang
asongan, dan pedagang kaki lima. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak anak-
anak usia sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu keuangan keluarga.
Ketika perawat melakukan kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak-anak yang
berperut buncit, bermata cekung, serta berambut kasar dan merah, pertumbuhan
melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat.
Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita yang datang dan ditemukan bahwa
43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting

B.Pengkajian

1.Data inti

a.Demografi

Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat 60 balita

1. Umur :

- 0-12 bulan = 21

- 13- 36 bulan = 15

- 37- 60 bulan = 24
2. Pekerjaan :orang tua sebagai pemulung, pedagang asongan, dan
pedagangkaki lima
3. Agama : mayoritas islam

b.Statistik Vital Angka kesakitan

Banyak balita yang menderita gizi buruk; sebanyak 43% balita


memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting, diantaranya
memperlihatkan perut buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, dan
pertumbuhan gigi terlambat.
c.Karakter Penduduk

- Fisik: perut buncit, mata cekung, rambut kasar dan merah, pertumbuhan
melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, dan pertumbuhan
gigi melambat.
- Psikologis: 80% orang tua balita merasa khawatir dan pasrah dengan kondisi
anak mereka karena tidak memahami gejala yang dialami oleh anak mereka.
- Sosial: masyarakat memiliki kesadaran untuk rutin membawa anaknya ke
posyandu.
- Perilaku: anak-anak usia sekolah terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu
keuangan keluarga
2.Penilaian Subsistema.

a. Lingkungan Fisik

Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah semi


permanen, Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga.
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang
dari berbagai daerah di Indonesia.
b. Pelayanan kesehatan

Jarak antara daerah tersebut dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1
km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan
pemeriksaan kesehatan setiap 1 bulan sekali
c. Ekonomi

Pekerjaan warga RW 09 Kelurahan X mayoritas adalah sebagai pemulung,


pedagang asongan, dan pedagang kaki lima. Berdasarkan hasil wawancara,
penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan Rp. 500.000-
1.000.000.
d.Kebijakan dan Pemerintahan

Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat sebuah posyandu.Kader yang


dimiliki posyandu tersebut adalah 5 orang,dan sudah diberikan pelatihan oleh
dinas kesehatan setempat. Posyandu tersebut rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada balita disetiap bulannya.
e.Keamanan & Transportasi

Masyarakat di kelurahan X mayoritas menggunakan transportasi umum, dan


beberapa memiliki kendaraan roda dua.
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di
pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat
sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk
pergi beraktivitas.
f. Pendidikan

Tingkat pendidikan orang tua balita 60% lulusan SD,30% tidak bersekolah,
dan 10% tamatan SMP.
g.Komunikasi

Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komunikasi verbal


maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat menggunakan pengeras
suara melalui siaran di masjid.
h.Rekreasi

Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna
yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan
biaya Rp1000 untuk 1x putaran.
i.Persepsi

Kebanyakan ibu mengatakan bahwa anak mereka mengalami keadaan seperti


itu karena faktor keturunan dan mereka juga sudah memberikan makanan
yang baik kepada anak mereka.

C.Sumber Data
Data Primer Data Sekunder
- Perawat melakukan kunjungan RW 09 -Pada saat kegiatan posyandu, perawat
Kelurahan X, Jakarta Timur adalah mengkaji balita yang datang dan
sebuah pemukiman padat penduduk di ditemukan bahwa 43% balita memiliki
daerah pinggiran kota BB kurang, 35% balita anemis, 52%

- Banyak warga yang tinggal di balita mengalami gangguan selera


rumahrumah semi permanen. Satu makan, dan beberapa anak balita
rumah petak menderita stunting
2x3m biasanya dihuni oleh satu
keluarga.
-
Sebagian besar masyarakat di Kelurahan
X merupakan masyarakat pendatang
dari berbagai daerah di Indonesia
- Mayoritas warga bekerja sebagai
pemulung, pedagang asongan, dan
pedagang kaki lima
- Perawat menemukan sejumlah anak-
anak yang berperut buncit, bermata
cekung, serta berambut kasar dan merah.
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Warga RW 09 Kelurahan X mengatakan
tidak memahami gejala yang dialami
oleh anak mereka dan cenderung pasrah.
- Hampir seluruh warga/orang tua balita
hanya lulusan SD dan SMP.
- Jarak antar rumah berdekatan, dan
gangnya sempit. Satu rumah petak 2x3m
biasanya dihuni oleh satu keluarga.

D.Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 Data Subjektif : Kesiapan Meningkatkan

- Perawat melakukan kunjungan RW 09 Manajemen Kesehatan pada


Kelurahan X, Jakarta Timur adalah sebuah Warga RW 09 Kelurahan X
pemukiman padat penduduk di daerah pinggiran
Jakarta Timur (00162)
kota
- Warga RW 09 Kelurahan X mengatakan tidak
memahami gejala yang dialami oleh anak
mereka dan cenderung pasrah.

Data Objektif :

- Berdasarkan data dari kelurahan hampir seluruh


warga/orang tua balita hanya lulusan SD dan
SMP.
- Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung,
pedagang asongan, dan pedagang kaki lima

2 Data Subjektif : Ketidakseimbangan Nutrisi

- Masyarakat mengatakan untuk memenuhi Kurang Dari Kebutuhan


kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak usia Tubuh pada balita di RW 09
sekolah yang terpaksa harus ikut bekerja untuk Kelurahan X Jakarta Timur
membantu keuangan keluarga.
(00002)
Data Objektif:

- Perawat menemukan sejumlah anak-anak yang


berperut buncit, bermata cekung, serta berambut
kasar dan merah,
- Pertumbuhan melambat

- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya -


Pertumbuhan gigi terlambat.
Berdasarkan data dari posyandu beberapa anak
balita menderita stunting

E.Intervensi Keperawatan
No Analisa Data Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil
1 Data Subjektif : Ketidakefektifa Prevensi Primer Primer :

-Perawat melakukan n pemeliharaan Pengetahuan : Memberikan


kunjungan RW kesehatan
Perilaku Kesehatan Pendidikan
09 (00099)
(1805) kesehatan
Kelurahan X, kepada warga
Praktik gizi yang
Jakarta Timur terkait dengan
sehat ditingkatkan
adalah PHBS
sebuah

BAB III
TINJAUAN TEORITIS LANSIA

A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter &
Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis,
kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan
fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung
atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.

B. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut
usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara
rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-
kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga
mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi
pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan
tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia
meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis
seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety
needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya
(3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah
raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah
kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masingmasing,
bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan
yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia,
keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan
timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan
kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
C. Teori-teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua Ada
beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
a) Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu
. Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah
di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika
jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh
kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
b) Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
c) Teori “ pemakaian dan rusak “

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.


d) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “
teoriakumulasi dari produk sisa”.
e) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.


f) Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)

Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
g) “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h) Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakantubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
i) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat
regenerasi.
j) Teori rantai silang

Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
k) Theori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel-


sel mati.

D. Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia


Perubahan -perubahan fisik
1. Sel

a. Lebih sedikit jumlahnya

b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler

c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati

d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel

e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

2. Sistem pernafasan

a. Cepat menurunnya persarafan

b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra
berkurangnya penglihatan, hilangnyapendengaran, mengecilnya saraf penciuman
dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan

3. Sistem Pendengaran

a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan ataudaya


pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis

c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkat nya kreatin

d. Pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalamiketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan

a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhanpada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapanmenjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnyamembedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler

a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.


b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudahberumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluhdarah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk
ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluhdarah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih
90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu


menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih
35derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
banyaksehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi

a. Otot pernafasan
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnyaaktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menariknafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang

d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteritidak


berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang

f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akanmenurun


seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal

a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease

b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar

c. Lambung :
rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktumengosongkan menurun
Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
d. Liver :
makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,berkurangnya aliran
darah
e. Menciutnya ovari dan uterus

f. Atropi payudara

g. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipunadanya


penurunan secara berangsur – angsur.
h. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun

i. Selaut lendir menurun

9. Sistem Genitourinaria

Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahunc.
Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin

a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya


didalampembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat

e. Menurunnya produksi aldosteron

f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan


testosteron
11. Sistem kulit

a. Kulit keriput atau mengkerut

b. Permukaan kulit kasar dan bersisik

c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.

d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.

f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas


g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kukukaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12. Sistem muskoloskeletal

a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh

b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.

c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

d. Persendian membesar dan kaku

e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

E. Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
1. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru.
Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka
sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
2. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan
berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan
terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan
untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka
mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa
dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
3. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-
the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting
dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang
lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.”
manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka,
kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin
membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang
yang meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang
panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka lakukan
daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka
sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare,
2006).

F. Permasalahan yang timbul Pada Lansia


1. Permasalahan Umum

a) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikanlansia


memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan
kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000
akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya
15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber
( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41%
dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b) Jumlah lansia miskin makin banyak

c) Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik

d) Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayanilansia


e) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia

f) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan


popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a) Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia

Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan


dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan
akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan
keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan
menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi
badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk,
tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah,
elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal
dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas
tidak selalu menurun
b) Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia

Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

G. Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan
dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi
yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan
pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan
pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga
kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan
atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan,
mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang
bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus,
pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh
lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam
fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini
sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga
memandang mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga
diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena
lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :

1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan


edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan


dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan
sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
H. Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas Kesehatan Lansia

1. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :.
1). Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk
lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik,
pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
a) Laki – laki : 523 jiwa
b) Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga
lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal. Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat
masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar
warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan
takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani

2). Data subsistem


a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau
panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu
pernafasan warga atau tidak.
2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan
lansia, contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling
berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam
atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari
menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian
fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut
untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi
dari luar misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau
tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.
3). Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
1. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal
yang terjadi.
2. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta
interaksi perilaku dengan lingkungan.
3. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
2. Diagnosa
1. Hiperglikemi berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti posyandu
lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status kesehatan.

3.Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan (Kriteria


Intervensi Rasional
hasil)
Hiperglike Setelah 1. Kaji faktor 1.untuk mengetahui tanda
mia dilakukan yang menjadi gejala
berhubunga tindakan penyebab ketidakstabilan glukosa
n dengan keperawatan ketidakstabil an 2.terjadi atau tidak
kebiasaan Selama 4 glukosa komplikasi ketoadosis diabetik
hidup minggu, 2. Pantau keton 3.memberikan sebuah gambaran
lansia yang komunitas urine tetang masalah yang dialami
tidak diharapkan 3. Gambarkan pasien
terkontrol dengan kriteria mengenai 4.upaya untuk mengontrol kadar
ditandai hasil : proses glukosa dalam darah
dengan 35 % 1.Lansia perjalanan 5.merencanakan, melakukan
lansia mampu penyakit program penyuluhan, pasin
menderita
mengontrol 4. Pantau tanda melaksanakan program diet,
diabetes
asupan gejala dan menerima
makanan terjadinya obat resep
sehari hipoglikemi dan
harinya dan hiperglikemi
dapat 5. Memberikan
melakukan penyuluhan
mengenai
sedikit penyakit ulkus
aktivitas. diabetik, diit,
obat
2.Lansia rutin
setiap
bulannya
menghadiri
kegiatan
posyandu
lansia yang
diadakan.
Hipertensi Setelah 1. Monitor TTV 2. 1. Untuk mengetahui ttv
berhubungan dilakukan Jelaskan batas
tindakan

dengan keperawatan Selama 4 minggu, diharapkan tekanan pasien


ketidak 2. Memberika
masakah pasien dapat teratasi dengan darah
patuhan
lansia kriteria hasil : normal, n
dalam pemahama
1. Tekanan darah dalam rentang normal tekanan
mengik ( 140/90 mmHg )
uti darah tinggi n
posyand dan tentang
u lansia.
efeknya peningkata
3. Jelaskan cara n tekanan
mencegah darah dan
hipertensi efeknya
4. Anjurkan 3. Untuk
pasien untuk mengetahui
menghindari cara
makanan mencegah
yang hipertensi
mengandung 4. Untuk
garam menghinda
berlebih ri
5. Kolaborasi peningkata
dengan tim n tekanan
medis darah
lainnya
pasien
5. Kolaborasi
dengan
tim
medis lainnya
Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi 1. Untuk
kerusak
Selama 4 minggu, diharapkan masalah keadaan mengetahui
an
integrita pasien dapat dengan kulit pasien keadaan
s kulit
kriteria hasil : 2. Memberikan kulit pasien
berhubu
ngan pemahaman 2. Memberika
dengan 1. Intergritas kulit membaik dan tidak
terjadi perluasan kerusakan resiko infeksi n
penurun
an 3. Anjurkan pemahama
status pasien untuk n
kesehata
n. tidak tentang
memakai mencegah
pakaian yang adanya
infeksi
ketat
3. Untuk
4. Ubah posisi
mencegah
tiap 2 jam
adanya
jika
kerusakan
kulit pasien
tirah baring 4. Untuk
mencegah
kerusakan
kulit pasien

4.implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yg
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 sampai 3 tahun (balita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun).Masalah kesehatan balita di indonesia masih menjadi perhatian
serius, karena masih tingginya angka kematian balita di indonesia bila dibandingkan
dengan target rpjm 2005-2009 dan rpjm 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan
angka kematian bayi (akb) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang
menyebabkan tingginya angka kematian balita di indonesia adalah gizi buruk. Hampir
lebih dari 2 juta anak-anak balita mengalami gizi buruk (riyadi,2009).
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat
semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,
terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami
keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali
tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari
kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

B. SARAN
Semoga Mahasiswa mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan
keperawatan pada balita dan mengetahui tumbuh kembang balita dan ruang lingkup
keperawatan pada balita.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid)
Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada
Home Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai