KEPERAWATAN KOMUNITAS II
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT PADA BALITA DAN LANSIA
DisusunOleh :
Kelompok 2 Kelas 5A Keperawatan
DheaputriAzizah : 1914201013
Fadhilaputri : 1914201014
Fadilaputri : 1914201015
Febtryindahputry : 1914201016
FriscahelviraSukma : 1914201017
Indah angginamarito NST : 1914201018
Della Sepnita : 1914201012
Wulan Purnama Sari : 1914201045
Irmawilis : 1710105015
DosenPengampu :
Ns.Helmanis Suci, M.Kep
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan nikmat, rahmat, nikmat serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikanAsuhan Keperawatan Agregat Pada Balita dan Lansia.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan komunitas II yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan tak lupa penulis mohon kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah yang akan penulis untuk selanjutnya.
Padang, 02 November
2021
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
A. Latar belakang …………………………………………………………….............
B. Tujuan …………………………………………………………………….............
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam satu tempat,saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama di mana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama (riyadi,2009). Salah satu
kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut
Soetomo. B. Dan anggraeni DY, (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1
sampai 3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena
masih tingginya angka kematian balita di Indonesia bila dibandingkan dengan target
RPJM 2005-2009 dan RPJM 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan angka
kematian bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang
menyebabkan tingginya angka kematian balita di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir
lebih dari 2 juta anak-anak balita mengalami gizi buruk (riyadi,2009). Prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke
2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. Pada saat ini
masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak dijumpai di kalangan
anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra uterin, malnutrisi protein
energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan obesitas
(Atmaria,2005)
B. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan komunitas pada
agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan
komunitas pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Balita
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usiadi bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di
atas satu tahun, makaanak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusui sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga
jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya balita usia1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak yang berumur 1-3tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif.
Sedangkanusia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.
Pada masa toddler(1s.d.3tahun),pertumbuhan fisik anak lebih lambatdibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalanlebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak
mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasidalam beraktivitas karena anak tidak
memperhatikan bahaya (Nursalam,2010).
Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik. Namunkemampuan lain masih terbatas. Masa balita
merupakan periode pentingdalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masayang
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu seringdisebut golden age
atau masa keemasan.
B. Tumbuh Kembang Balita
Menurut Sigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari limafase, yaitu
fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase genital. Darikelima fase ini, tiga fase
awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui saat masa balita. (Wong, 2009)
1.Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Padafase ini bayi
merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadikelekatan dan hubungan yang
emosional antara anak dan ibu. Beberapamengatakan bahwa pada saat anak yang
mengalami gangguan pada fase iniakan sering mengalami stres dengan gejala gangguan
pada lambung sepertimaag atau gastritis.
2.Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulansampai dengan
umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapatmelakukan aktivitas buang air besar
dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai periode "toilet training". Kegagalan
pada fase ini akanmenciptakan orang dengan kepribadian agresif dan kompulsif,
beberapamengatakan kelainan sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada faseini.
3.Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada anak
umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki dimana anak
ini suka memegangi penisnya, dan ini seringkalimembuat marah orangtuanya. Kegagalan
pada fase ini akan menciptakankepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan.Teori
perkembangan menurut Erick Erikson terdiri dari fase Kepercayaanvs ketidak-
percayaan(0-1 tahun), Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu (1-3tahun), Inisiatif vs rasa
bersalah (3-5 tahun), Industri vs inferioritas (6-11tahun), Identitas vs difusi (12-18 tahun),
Keintiman vs absorpsi diri atauisolasi (19-25 tahun), Generativitas vs stagnasi, 25-45
tahun dan Integritasvs keputus asaan dan isolasi(45-meninggal). Dari beberapa fase ini,
faseyang dialami oleh balita adalah fase Kepercayaan vs ketidak-percayaan,Otonomi vs
rasa malu dan ragu ragu dan Inisiatif vs rasa bersalah. (Wong,2009)
1.Kepercayaan vs ketidak-percayaan, 0-1 tahun.
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya.
Dia sepenuhnya mempercayaiorang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak
akan mempercayainya. Bayi akan menangis sebagai responketidakpercayaannya dengan
hal-hal yang dianggap asing.
2.Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu, 1-3 tahun.
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanyakecenderungan
autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas- batas tertentu anak sudah bisa
berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orangtuanya, tetapi di pihak lain dia juga mulai memiliki rasa malu
dankeraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari
orang tuanya
3.Inisiatif vs rasa bersalah, 3-5 tahun
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderunganinitiative –
guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapakecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut dia terdorongmelakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan
anak tersebutmasih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, danuntuk sementara waktu dia
tidak mau berinisatif atau berbuat.
A.Kasus
B.Pengkajian
1.Data inti
a.Demografi
1. Umur :
- 0-12 bulan = 21
- 13- 36 bulan = 15
- 37- 60 bulan = 24
2. Pekerjaan :orang tua sebagai pemulung, pedagang asongan, dan
pedagangkaki lima
3. Agama : mayoritas islam
- Fisik: perut buncit, mata cekung, rambut kasar dan merah, pertumbuhan
melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, dan pertumbuhan
gigi melambat.
- Psikologis: 80% orang tua balita merasa khawatir dan pasrah dengan kondisi
anak mereka karena tidak memahami gejala yang dialami oleh anak mereka.
- Sosial: masyarakat memiliki kesadaran untuk rutin membawa anaknya ke
posyandu.
- Perilaku: anak-anak usia sekolah terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu
keuangan keluarga
2.Penilaian Subsistema.
a. Lingkungan Fisik
Jarak antara daerah tersebut dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1
km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan
pemeriksaan kesehatan setiap 1 bulan sekali
c. Ekonomi
Tingkat pendidikan orang tua balita 60% lulusan SD,30% tidak bersekolah,
dan 10% tamatan SMP.
g.Komunikasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna
yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan
biaya Rp1000 untuk 1x putaran.
i.Persepsi
C.Sumber Data
Data Primer Data Sekunder
- Perawat melakukan kunjungan RW 09 -Pada saat kegiatan posyandu, perawat
Kelurahan X, Jakarta Timur adalah mengkaji balita yang datang dan
sebuah pemukiman padat penduduk di ditemukan bahwa 43% balita memiliki
daerah pinggiran kota BB kurang, 35% balita anemis, 52%
D.Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan
1 Data Subjektif : Kesiapan Meningkatkan
Data Objektif :
E.Intervensi Keperawatan
No Analisa Data Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Data Subjektif : Ketidakefektifa Prevensi Primer Primer :
BAB III
TINJAUAN TEORITIS LANSIA
A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter &
Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis,
kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan
fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung
atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu
. Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah
di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika
jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh
kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
b) Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
c) Teori “ pemakaian dan rusak “
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
g) “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h) Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakantubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
i) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat
regenerasi.
j) Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
k) Theori program
2. Sistem pernafasan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra
berkurangnya penglihatan, hilangnyapendengaran, mengecilnya saraf penciuman
dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
d. Pendengaran
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalamiketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhanpada
lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapanmenjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnyamembedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Otot pernafasan
kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnyaaktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menariknafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas
menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
c. Lambung :
rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktumengosongkan menurun
Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
d. Liver :
makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,berkurangnya aliran
darah
e. Menciutnya ovari dan uterus
f. Atropi payudara
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml,
atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah
dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahunc.
Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
1. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :.
1). Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk
lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik,
pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
a) Laki – laki : 523 jiwa
b) Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga
lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal. Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat
masih mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar
warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan
takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani
3.Rencana Tindakan
4.implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yg
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 sampai 3 tahun (balita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun).Masalah kesehatan balita di indonesia masih menjadi perhatian
serius, karena masih tingginya angka kematian balita di indonesia bila dibandingkan
dengan target rpjm 2005-2009 dan rpjm 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan
angka kematian bayi (akb) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang
menyebabkan tingginya angka kematian balita di indonesia adalah gizi buruk. Hampir
lebih dari 2 juta anak-anak balita mengalami gizi buruk (riyadi,2009).
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat
semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,
terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
Hal ini karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur
dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami
keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali
tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari
kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.
B. SARAN
Semoga Mahasiswa mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan
keperawatan pada balita dan mengetahui tumbuh kembang balita dan ruang lingkup
keperawatan pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan
Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid)
Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada
Home Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC