Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SEHAT


DI BLUD PUSKESMAS KAUBUN

Disusun Oleh :
RAHMAWATI
NIM.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas Berkah dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Asuhan Kebidanan Pada Balita di BLUD
Puskesma Kaubun. Penyusunan laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:

1. H. Supriadi B, S. Kep., M. Kep selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
2. Inda Corniawati, M. Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Nursari Abdul Syukur, M. Keb selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan KalimantanTimur.
4. Bdn.Siti Raihana,M.Tr.Keb selaku Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar kepada
peneliti dalam penyusunan laporan ini.
5. Drg.Purwanti Ningsih selaku Pimpinan BLUD Puskesmas
Kaubun
6. Umi Siswati Nurul Husni,S.Tr.Keb,Bd selaku Pembimbing Lahan
Praktik Puskesmas Kaubun yang telah memberikan bimbingan
dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan
laporan ini.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan KalimantanTimur.
8. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.

1
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga laporan komprehensif ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Kaubun, 19 Februari 2024

Penulis

Rahmawati

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................ 4
A. Konsep Dasar Teori .......................................................................... 6
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan............................... 44
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 53
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 61
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 72

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang


paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Masa ini tidak
terulang sehingga disebut window of opportunity untuk menciptakan anak
sehat dan cerdas. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan balita
sangat berguna untuk mengetahui apakah balita tumbuh dan berkembang
secara normal atau tidak. Stimulasi atau kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh berkembang
secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan, stimulasi tumbuh
kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang merupakan orang
terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota keluarga
lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing
masing dan dalam kehidupan sehari-hari (Kemenkes RI, 2016).
Aspek tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius, karena hal tersebut merupakan aspek yang
menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, anak secara fisik
maupun psikososial. Sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak
tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk

1
pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua
mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan
mempunyai pengertian yang sama. (Nursalam, 2015).
Proses perkembangan pada anak usia 4-5 tahun, anak memiliki
kemampuan pengendalian gerak tubuh dengan aktivitas jasmani yang
terkoordinasi dengan baik dan adanya peningkatan keterampilan dan
proses berpikir, proses ini dapat dikategorikan sebagai perkembangan
motorik anak. Perkembangan motorik terbagi menjadi dua, yaitu motorik
kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan bagian dari aktivitas
motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih
menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan. Contohnya seperti
kemampuan duduk, menendang, berjalan, berlari, naik-turun tangga,
melompat dan sebagainya. Sedangkan motorik halus merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil serta koordinasi mata dan tangan. Contohnya seperti
bermain puzzle, menyusun balok, memasukkan benda kedalam lubang
sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya
(Nursalam, 2015).
Kemampuan sosialisasi anak pada usia 4 tahun anak mulai mampu
bermain dengan teman, usia 5 tahun anak sudah mulai mampu bermain
dengan teman sepermainan. Kemampuan sosialisasi pada usia ini sudah
tampak jelas karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan
teman sebayanya. anak diusia 4-6 tahun menunjukkan kemampuan
aktifitas lebih banyak bergerak, mengembangakn rasa ingin tahu, dan
eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya (Susanto, 2017).
Proses pertumbuhan dan proses perkembangan pada anak terjadi
sejak dalam intra uterine hingga dewasa. Namun tak jarang dalam proses
tersebut terjadi penyimpangan-penyimpangan tertentu. Masalah
penyimpangan tumbuh kembang anak yang terjadi dimasyarakat memang
sangatlah bervariasi, diantaranya terjadi gangguan perkembangan,
gangguan bicara, gangguan perkembangan motorik, autisme, sindrom

1
Down, gangguan mental dan lain-lain. Gangguan bicara dan bahasa
dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Keterlambatan bicara paling
sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-
anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4%
kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6%
kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4-5% pada usia 3 – 5 tahun dan
1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan
bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3 - 6% anak
usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala
neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi
yaitu sekitar 15% (Judarwanto, 2012).
Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang
anak. Stimulasi disini adalah perangsangan yang datang dari lingkungan
luar anak. Anak yang lebih banyak mendapatkan stimulasi yang terarah
akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau bahkan
tidak mendapat stimulasi. Perkembangan motorik halus berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja dengan bantuan otot-otot kecil
serta memerlukan koordinasi yang cermat dari mata, tangan dan jari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh
kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Kemampuan dasar anak
yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak
kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta
kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016). Terkait hal
diatas keterlambatan tumbuh kembang pada anak dikarenakan kurangnya
orang tua mengenal tanda bahaya perkembangan anak, kurangnya
pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak dan
kurangnya keterlibatan langsung orang tua dengan anak atau stimulasi
dari selain orang tua. Akan sangat berpengaruh, seorang ibu yang
berpengetahuan tentang stimulasi dini dengan ibu yang berpengetahuan

1
stimulasi dini yang rendah akan beresiko lebih besar untuk mengalami
dugaan keterlambatan perkembangan balita (Jurnal unimus, 2016).
Salah satu contoh faktor penyebab pertumbuhan dan perkembangan
balita adalah gizi balita. Intervensi kesehatan dan gizi harus diberikan
secara optimal pada masa balita ini untuk menjamin kelangsungan hidup
dan tumbuh kembang anak. Salah satu indikator gizi yang paling sensitif
adalah kenaikan berat badan. Adapun upaya yang dilakukan untuk
mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi yaitu dengan cara
menimbang berat badan secara teratur, memberikan ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai umur 6 bulan, menu makanan yang bervariasi,
menggunakan garam beryodium, dan pemberian suplemen gizi sesuai
anjuran petugas kesehatan. Suplemen gizi yang diberikan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 tahun 2016 tentang Standar
Produk Suplementasi Gizi, meliputi kapsul vitamin A, tablet tambah darah
(TTD), makanan tambahan untuk ibu hamil, anak balita, dan anak usia
sekolah, makanan pendamping ASI.
Perkembangan anak dapat diukur menggunakan alat ukur KPSP
(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Ibu dapat memeriksakan
perkembangan anak sejak usia 3 bulan hingga 72 bulan. Sedangkan
status gizi anak dapat diukur mengunakan alat ukur yang disebut
antopometri. Alat ukur ini berdasarkan perhitungan berat badan terhadap
usia, tinggi badan terhadap usia dan berat badan terhadap tinggi badan
(Soetjiningsih, 2015).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan kebidanan pada balita sehat dengan
menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut Varney dan mendokumentasikannya dalam
bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus

1
a. Menjelaskan konsep dasar teori balita sehat
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada balita
sehat
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sehat dengan
pendekatan Varney
1) Melakukan pengkajian pada klien
2) Menginterprestasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Merencanakan asuhan kebidanan
6) Melaksanakan asuhan tindakan pada klien
7) Mengevaluasi hasil dari suatu tindakan pada klien
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada balita sehat dalam
bentuk dokumentasi SOAP

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Teori Tumbuh Kembang Balita Sehat


1. Definisi balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu
tahun sampai lima tahun atau biasa digunakan perhitungan bulan
yaitu usia 12-59 bulan. Para ahli menggolongkan usia balita
sebagai tahapan perkembangan anak yang cukup rentan terhadap
berbagai serangan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan
oleh kekurangan atau kelebihan asupan nutrisi jenis tertentu
(Kemenkes RI, 2015).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapatnya kemauan dalam perkembangan motorik (gerak dasar
dan gerak halus) serta fungsi ekskresi (pembuangan). Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita
karena akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama
kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
berlangsung, dan menjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan
cabangnya. Sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang
kompleks, ini akan sangat memengaruhi kinerja otak, mulai dari
kemampuan belajar, berjalan, berbicara dan bersosialisasi
(Kemenkes RI, 2016).

2. Usia Perkembangan Balita


a. Usia Bayi (0-1 tahun)
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan
kekebalan pasif yang didapat dari ibunya selama dalam
kandungan. Pada saat bayi kontak dengan antigen yang
berbeda ia akan memperoleh antibodinya sendiri. Imunisasi

1
diberikan untuk kekebalan terhadap penyakit yang dapat
membahayakan bayi berhubungan secara alamiah .

b. Usia toddler (1-3 tahun)


Secara fungsional masa umur 6 bulan hingga 2-3 tahun adalah
rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang
kurang, disertai minuman kemasan dan terkontaminasi kuman
menyebabkan diare dan marasmus. Selain itu dapat juga
terjadi sindrom kwashiorkor karena penghentian ASI mendadak
dan pemberian makanan padat yang kurang memadai.
Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan
kontak dengan lingkungan akan makin bertambah secara cepat
dan menetap tinggi selama tahun kedua dan ketiga kehidupan.
Infeksi dan diet adekuat tidak banyak berpengaruh pada status
gizi yang cukup baik. Bagi anak dengan gizi kurang, setiap
tahapan infeksi akan berlangsung lama dan akan berpengaruh
yang cukup besar pada kesehatan, petumbuhan dan
perkembangan. Anak 1-3 tahun membutuhkan kalori kurang
lebih 100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang
mengandung berbagai zat gizi.
c. Usia prasekolah (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak menjadi konsumen aktif, anak sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat
badan anak cenderung mengalami penurunan, disebabkan
karena anak beraktivitas lebih banyak dan mulai memilih
maupun menolak makanan yang disediakan oleh orangtuanya.

3. Pertumbuhan dan perkembangan balita


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai apa yang

1
dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per defenisi
adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun inidividu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (refensi kalsium dan nitrogen tubuh).
(Soetjiningsih, 2015)
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut
adanya referensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang dengan sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya,
termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah
laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
(Soetjiningsih, 2015).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ/ individu. walaupun
demikian,kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap
individu. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal
tergantung pada potensi biologisnya. Tingkat tercapainya potensi
biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-
sosial dan prilaku. (Soetjiningsih, 2015)
Proses yang unik dan hasil yang berbeda-beda yang
memberikan ciri tersendiri pada setiap anak. Tujuan Ilmu Tumbuh
Kembang adalah mempelajari berbagai hal yang berhubungan
dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh

1
kembang anak baik fisik, mental, sosial. Juga menegakkan
diognosis dini setiap kelainan tumbuh kembang anak baik fisik,
mental,dan sosial.Juga menegakkan diagnosis dini setiap kelainan
tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif, serta
mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut (Soetjiningsih,
2015).

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang


Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:
a. Faktor genetik
Faktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetika
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Salah satu penyakit keturunan yang
disebabkan oleh kelainan kromosom adalah sindrom down,
sindrom turner, dan lain-lain (Soetjiningsih, 2015)
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya peotensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
(Soetjiningsih, 2015)
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan pranatal.
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun
pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan

1
bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan
jarang menyebabkan cacat bawaan.
b) Mekanik
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaaan pada bayi yang
dilahirkan.
c) Toksin / zat kimia
Ibu hamil yang perokok berat / peminum alkohol kronis
sering menghasilkan bayi berat lahir rendah, lahir mati,
cacat atau refardasi mental.
d) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin adalah somatotropin, hormon
plasenta, hormon tiroid, insulin, dan peptida lain dengan
aktivitas mirip insulin. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum janin umur kehamilan 18
minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan
otak, mikrosefalil atau cacat bawaan lainnya.
e) Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH (toxoplasmasis, rubella,
cytomegalouirus, herpes simplex) sedangkan yang
menybabkan penyakit pada janin adalah : polio, campak,
hepatitis, dan lain-lain.
f) Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat
bawaan, kelainan jiwa, dan lain-lain.
g) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan
abortus ikterus atau lahir mati.

1
h) Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada
plasenta atau tali pusat, menyababkan berat badan lahir
rendah.
2) Faktor lingkungan post natal
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam
kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan merupakan
masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak,
khususnya tumbuh kembang otak.
a) Lingkungan biologis
Ras / suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
fungsi metabolisme, hormon.
b) Faktor fisik
Cuaca, musim, keadaan geografik suatu daerah, sanitasi,
keadaan rumah (ventilasi, cahaya, kepadatan hormon,
radiasi)
c) Faktor psikososial
Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang
wajar, kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih
sayang, kuantitas interaksi anak dengan orang tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat.
Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu,
jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga
(Soetjiningsih, 2015)
Salah satu penyebab kekurangan gizi adalah kesulitan
makan yan terjadi pada anak balita. Menurut Soetjiningsih
(2013 dalam Karaki, K.B. et al., 2016) kesulitan makan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kelainan
kebiasaan makan, kelainan psikologis, dan kelainan organik.
Menurut peneliti kelainan kebiasaan makan biasanya

1
disebabkan oleh aktor lingkungan seperti mengikuti kebiasaan
makan teman sebaya atau orang-orang sekitar, menyukai dan
menolak jenis makanan yang sama pada waktu yang berbeda,
atau suka memakan makanan yang tidak sesuai dengan
usianya. Faktor psikologis sebenarnya masih ada hubungannya
dengan pola asuh karena psikologis anak sangat ditentukan
dari cara pengasuhan, lingkungan dan juga hubungan didalam
keluarga, semakin baik hubungan dalam keluarga maka
semakin kecil kemungkinan untuk anak mengalami anoreksia
psikogenik atau kesulitan makan karena gangguan psikologis.
Dan factor organik biasanya terjadi sulit makan pada anak
akibat suatu penyakit infeksi atau kelainan pada organ-organ
tertentu seperti gigi dan mulut, gangguan menghisap dan
mengunyah, penyakit bawaan/genetik, dan penyakit infeksi
saluran cerna. Hasil penelitian oleh Nurafriani (2013 dalam
Karaki, K.B. et al 2016) didapatkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5
tahun berupa jenis makanan dan gangguan psikologis.

5. Kebutuhan dasar anak


kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum di
golongkan menjadi tiga kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik
biomedis, kebutuhan sosial/. kasih sayang dan kebutuhan stimulasi
mental. (Soetjiningsih, 2015)
a. Kebutuhan fisik Biomedis.
Kebutuhan fisik biomedis meliputi pangan/ gizi merupakan
kebutuhan terpenting, perawatan kesehatan dasar, antara lain
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara
teratur, pengobatan jika sakit dan lain-lain, papan/pemukiman
yang layak, higiene perorangan , sanitasi lingkungan yang baik,

1
sandang, kesegaran jasmani,rekreasi, dan lain-lain.
(Soetjiningsih, 2015)
b. Kebutuhan Sosial/ Kasih sayang.
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat dan mesra
antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun
psikososial. Peran dan kehadiran ibu sedini mungkin untuk
selama-lamanya akan menjalin rasa aman bagi bayi. Adanya
kontak fisik , mendekap dan memandang pada saat memberi
ASI serta dan pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir akan
berdampak positif dalam tumbuh kembang anak. Sebaliknya jika
kurang kasih sayang pada tahun pertama akan berdampak
negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun
sosial emosi yang di sebut ’’sindrome deprivasi mama”
(Soetjiningsih, 2015)
c. Kebutuhan Stimulasi Mental.
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial, kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kekreatifitasan, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas
(Soetjiningsih, 2015)

6. Ciri-ciri tumbuh kembang


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi
sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu:
a. Perkembangan berlangsung secara kontinyu (berproses).
b. Mengikuti pola yang sama.
c. Urutan/tahan dapat diramalkan, namun waktu permulaan,
lamanya dan efek tiap tahap berbeda.
d. Sebagai proses belajar.

1
e. Cephalocaudal; perkembangan dimulai dari area kepala
bergerak ke tengah/tubuh, kaki dan tangan.
f. Proximal-distal; perkembangan bergerak dari arah tengah/pusat
ke pinggir (berguling sebelum menggenggam suatu obyek)
g. Sederhana menuju kompleks; dari kemampuan memegang
suatu benda dengan cara menggenggam, sampai mampu
hanya dengan dua jari.
h. Adanya masa-masa kritis; pertama terjadi pada saat konsepsi,
kedua terjadi pada tahun pertama kehidupan, ketiga terjadi
pada masa remaja (Soetjiningsih, 2015)

7. Indikator perkembangan anak balita


a) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
perkembangan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar
sepeti duduk, berdiri dan sebagainya (Soetjiningsih, 2015)
b) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya
(Soetjiningsih, 2015)
c) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah
dan sebagainya (Soetjiningsih, 2015)
d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak ( makan sendiri,
membereskan mainan setelah bermain ), berpisah dengan ibu /
penngasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 2015).

1
8. Periode tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling
berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi
sampai dewasa. Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa
periode.
Berdasarkan beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh
kembang anak adalah sebagai berikut :
a. Masa prenatal atau masa intrauerin ( masa janin dalam
kandungan )
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah
trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan
otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi
kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok,
minuman beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan tosik, pola
asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti kekerasan
terhadap ibu hamil dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi
pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil,
dianjurkan untuk selalu memperhatian gerakkan janin
(Soetjiningsih, 2015)
b. Masa bayi ( infacy ) umur 0 sampai 11 bulan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya fungsi system saraf. Seorang bayi sangat
bergantung pada orang tua dan keluarga sebagi unit pertama
yang dikenalnya (Soetjiningsih, 2015)
c. Masa anak dibawah lima tahun ( anak balita, umur 12- 59
bulan )
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan
terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik ( gerak kasar
dan gerak halus) serta fungsi ekskresi (Soetjiningsih, 2015)

1
d. Masa anak prasekolah ( anak umur 60-72 bulan )
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan denngan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meninngkatnya keterampilan dan proses berfikir. Memasuki
masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya,
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya
(Soetjiningsih, 2015).

9. Perkembangan Psikologis
Perkembangan psikologis muncul dan menjadi sensitif ketika
lingkungan telah mulai mempengaruhi perkembangan pribadi
secara maksimal. Antara usia 1 dan 5 tahun anak mulai berdiri dan
berjalan serta mengenali lingkungan di sekitarnya. Begitu pula ia
akan mulai berfikir, berbicara dan mengekspresikan dirinya.
(Soetjiningsih, 2015).
Menurut Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap
perkembangan balita menurut umur sebagai berikut:
Umur Tahapan Tumbuh Kembang
12 – 18 bulan a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan
b. Membungkuk memungut mainan kemudian
bediri kembali
c. Berjalan mundur lima langkah
d. Memanggil ayah dengan kata “papa”,
memamnggil ibu dengan kata “mama”
e. Menumpuk 2 kubus
f. Memasukan kubus dikotak
g. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa
menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan
atau menarik tangan ibu
h. memperlihatkan rasa cemburu/bersaing

1
18 – 24 bulan a. berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
b. berjalan tanpa terhuyung-huyung
c. bertepuk tangan, melambai-lambai
d. menumpuk 4 buah kubus
e. memungut benda kecil dengan ibu jari dan
jari telunjuk
f. menggelindingkan bola kearah sasaran
g. menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h. membantu atau menirukan pekerjaan rumah
tangga
i. memegang cangkir sendiri, belajar makan-
minum sendiri
24 – 36 bulan a. jalan naik tangga sendiri
b. dapat bermain dan menendang bola kecil
c. coret-coret pensil pada kertas
d. dapat menggunakan 2 kata berangkai pada
saat berbicara
e. dapat menunjuk 1 atau lebih bagian
tubuhnya ketika diminta
f. melihat gambar dan dapat menyebut dengan
benar nama 2 benda atau lebih
g. membantu memungut mainan sendiri atau
mengangkat piring jika diminta
h. melepaskan pakaian sendiri
36 – 48 bulan a. berdiri 1 kaki 2 detik
b. melompat kedua kaki diangkat
c. mengayuh sepeda roda tiga
d. menggambar garis lurus
e. menumpuk 8 kubus
f. menyebut nama, umur dan tempat

1
g. mengenal 2-4 warna
h. mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan
i. mendengarkan cerita
j. mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k. bermain bersama teman, mengikuti aturan
permainan
l. mengenakan sepatu sendiri
m.mengenakan celana panjang, kemeja, baju
48 – 60 bulan a. berdiri satu kaki 6 detik
b. melompat-lompat satu kaki
c. menari
d. menggambar tanda silang
e. menggambar lingkaran
f. menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
g. mengancing baju atau pakaian boneka
h. menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i. senang bertanya tentang sesuatu
j. menjawab pertanyaan dengan kata-kata
yang benar
k. bicaranya mudah dimengerti
l. bicara membandingkan atau membedakan
sesuatu dari ukuran dan bentuknya
m.menyebut angka dan menghitung jari
n. menyebut nama-nama hari
o. berpakaian sendiri tanpa bantuan
p. bereaksi tenang dan tanpa rewel ketika
ditinggal ibu
60 – 72 bulan a. berjalan lurus
b. berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
c. menggambar dengan 6 bagian, menggambar

1
orang lengkap
d. menangkap bola kecil dengan kedua tangan
e. menggambar segi empat
f. mengerti arti lawan kata
g. mengerti pembicaraan yang menggunakan 7
kata atau lebih
h. menjawab pertanyaan tentang benda terbuat
dari apa dan kegunaannya
i. mengenal angka, bisa menghitung angka 5-
10
j. mengenal warna-warni
k. mengungkapkan simpati
l. mengikuti aturan permainan
m.berpakaian sendiri tanpa dibantu

10. Tingkat pencapaian perkembangan anak


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan anak usia dini sebagai berikut:
Kelompok Usia 12-24 Bulan
Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Perkembanga
n 12 – 18 bulan 18 – 24 bulan
I. Nilai Agama Tertarik pada kegiatan 1. Menirukan gerakan
dan Moral ibadah ibadah
(meniru gerakan ibadah, dan doa
meniru bacaan do’a)
2. Mulai menunjukkan
sikap- sikap baik (seperti
yang diajarkan agama)
terhadap orang yang
sedang beribadah
3. Mengucapkan salam
dan kata-kata baik, seperti
maaf, terima kasih pada

1
II. Fisik-motorik 1. Berjalan beberapa 1. Berjalan sendiri tanpa
A. Motorik langkah jatuh
Kasar tanpa bantuan
2. Melompat di tempat
2. Naik turun tangga
3. Naik turun tangga
atau tempat yang lebih
atau tempat yang lebih
tinggi dengan
tinggi dengan bantuan
merangkak
3. Dapat bangkit dari 4. Berjalan mundur
posisi duduk beberapa langkah

4. Melakukan 5. Menarik dan


gerak menendang mendorong benda yang
bola ringan (kursi kecil)
6. Melempar bola ke
5. Berguling ke segala arah
depan tanpa kehilangan
6. Berjalan beberapa keseimbangan
langkah tanpa bantuan
7. Menendang bola ke
arah depan
8. Berdiri dengan satu
kaki selama satu atau
dua detik
9. Berjongkok
B. Motorik 1. Membuat coretan bebas 1. Membuat garis vertikal
Halus. atau horisontal
2. Menumpuk tiga kubus ke
atas 2. Membalik halaman buku

walaupun belum sempurna


3. Memegang gelas
dengan dua tangan 3. Menyobek kertas

4. Memasukkan benda-
benda ke dalam wadah
5. Menumpahkan benda-
benda dari wadah

1
C.Kesehatan 1. Berat badan sesuai 1. Berat badan sesuai
dan Perilaku standar standar
Keselamatan usia usia
2. Tinggi badan sesuai 2. Tinggi badan sesuai
standar usia standar usia
3. Berat badan sesuai 3. Berat badan sesuai
dengan standar tinggi dengan standar tinggi
badan badan
4. Lingkar kepala 4. Lingkar kepala
sesuai standar pada sesuai standar pada
usia usia
5. Mencuci tangan 5. Mencuci tangan sendiri
dengan bantuan
6. Makan dengan
6. Merespon larangan sendok walau belum
orangtua namun masih rapi
memerlukan pengawasan
dan bantuan 7. Menggosok gigi
dengan bantuan
8. Memegang tangan
orang dewasa ketika di
tempat umum
9. Mengenal beberapa
penanda rasa sakit (misal:
menunjukkan rasa sakit
pada bagian badan
tertentu)

III. Kognitif 1. Menyebut beberapa nama 1. Mempergunakan alat


benda, jenis makanan permainan dengan
A. Belajar cara memainkannya
dan 2. Menanyakan nama tidak beraturan,
Pemecahan benda yang belum seperti balok dipukul-
Masalah dikenal pukul
3. Mengenal beberapa
2. Memahami gambar
warna dasar (merah, biru,
wajah orang
kuning, hijau)
3. Memahami milik diri
4. Menyebut nama sendiri sendiri dan orang lain
dan orangorang yang seperti: milik saya, milik
dikenal

1
4. Menyebutkan berbagai
nama makanan dan
rasanya (misal,garam-
asin, gula- manis)

B.Berpikir 1. Membedakan ukuran 1.Menyusun balok dari


Logis benda besar
(besarkecil) ke kecil atau sebaliknya
2.Mengetahui akibat dari
2. Membedakan suatu perlakuannya
penampilan yang rapi (misal: menarik taplak
atau tidak meja akan menjatuhkan
3. Merangkai barang-barang di
puzzle sederhana atasnya)
3.Merangkai puzzle
C. Berpikir Menyebutkan bilangan Menyebutkan angka satu
Simbolik tanpa sampai lima
menggunakan jari dari 1 - dengan
10 tetapi masih suka ada menggunakan jari
yang terlewat

IV. Bahasa 1. Menunjuk bagian tubuh 1. Menaruh perhatian pada


yang ditanyakan gambar-gambar dalam
A. Memahami buku
Bahasa 2. Memahami tema cerita
yang didengar 2. Memahami kata-kata
sederhana dari ucapan
yang didengar

B.Mengungkap 1. Merespons pertanyaan 1. Menjawab pertanyaan


k dengan jawaban “Ya atau dengan kalimat pendek
an Bahasa Tidak”
2. Menyanyikan
2. Mengucapkan kalimat lagu sederhana
yang terdiri dari dua kata
3. Menyatakan
keinginan dengan
kalimat pendek

1
V. Sosial 1. Menunjukkan reaksi 1. Mengekspresikan
Emosional marah berbagai
apabila merasa terganggu, reaksi emosi (senang,
seperti permainannya marah, takut, kecewa)
diambil
2. Menunjukkan
2. Menunjukkan reaksi reaksi menerima atau
yang berbeda terhadap menolak kehadiran
orang yang baru dikenal orang lain
3. Bermain bersama teman 3. Bermain bersama
tetapi sibuk dengan teman dengan mainan
mainannya sendiri yang sama
4. 4. Meniru perilaku
Memperhatikan/mengamati orang dewasa yang
temantemannya yang pernah dilihatnya
VI. Seni 1. Bisa menyanyikan lagu 1. Anak mengenali musik
hanya kata terakhir dari
A. Anak (misalnya, “burung program audio visual yang
mampu kakak .....” anak hanya disukai (radio, TV,
membedakan menyebutkan kata “tua”) komputer, laptop)
antara bunyi
dan suara 2. Merespon berbagai 2. Mendengar sesuatu
macam suara orang dalam waktu yang lama
terdekat, musik, atau lagu
3. Secara berulang
dengan menggoyangkan
bermain dengan alat
badan
permainan yang
3. Mengetahui suara mengeluarkan suara
binatang
4. Anak tertawa saat
4. Paham adanya mendengar humor yang
perbedaan suara/bahasa lucu
orang di sekitarnya
(terutama ibu dan orang
B.Tertari terdekatnya)
Menirukan bunyi, suara, 1. Bertepuk tangan dan
k atau bergerak mengikuti irama
dengan musik dengan irama dan birama
musik, lagu, yang teratur
atau nada 2. Bergumam lagu dengan
bicara 4 bait (misalnya, lagu
tertentu balonku, bintang kecil,
burung kakak tua)
3. Meniru suara binatang
4. Menunjukkan suatu
reaksi kalau dilarang atau
diperintah

1
C. Tertarik 1. Mencoret – coret 1. Menggambar dari
dengan karya beberapa
seni dan 2. Mengusap dengan gari
mencoba tangan pada kertas/kain s
membuat dengan menggunakan
berbagai media (misal, 2. Membentuk suatu
suatu
media bubur aci berwarna, karya sederhana
gerakan yang
cat air) (berbentuk bulat atau
menimbulkan
lonjong) dari plastisin
bunyi
3. Menyusun 4-6
balok membentuk
suatu model

Kelompok Usia 2-4 Tahun


Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Perkembanga
n 2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
I. Nilai Agama 1. Mulai meniru gerakan 1. Mengetahui perilaku
dan Moral berdoa/sembahyang yang
sesuai dengan berlawanan meskipun
agamanya belum selalu dilakukan
seperti pemahaman
2. Mulai memahami perilaku baik- buruk,
kapan mengucapkan benar-salah, sopan- tidak
salam, terima kasih, sopan
maaf, dsb
2. Mengetahui arti kasih
dan sayang kepada
ciptaan Tuhan
3. Mulai meniru doa
pendek sesuai dengan
agamanya

1
II.Fisik-motorik 1. Berjalan sambil berjinjit 1. Berlari sambil membawa
sesuatu yang ringan (bola)
A. Motorik Kasar 2. Melompat ke depan dan
ke belakang dengan dua 2. Naik-turun tangga
kaki atau tempat yang lebih
tinggi dengan kaki
3. Melempar dan
bergantian 3. Meniti di
menangkap bola
atas papan yang cukup
4. Menari mengikuti irama lebar
5. Naik-turun tangga 4. Melompat turun dari
atau tempat yang lebih ketinggian kurang lebih
tinggi/rendah dengan 20 cm (di bawah tinggi
berpegangan lutut anak)
5. Meniru gerakan senam
sederhana seperti
menirukan gerakan
pohon, kelinci melompat)
6. Berdiri dengan satu kaki
B. Motorik Halus 1. Meremas kertas atau 1. Menuang air, pasir, atau
kain biji-bijian ke dalam
dengan menggerakkan tempat penampung
lima jari (mangkuk, ember)
2. Melipat kain/kertas 2. Memasukkan benda
meskipun belum kecil ke dalam botol
rapi/lurus (potongan lidi, kerikil, biji-
bijian)
3. Menggunting kertas
pola 3. Meronce benda yang
cukup besar
4. Koordinasi jari tangan
cukup baik untuk 4. Menggunting kertas
memegang benda pipih mengikuti pola garis
seperti sikat lurus
gigi, sendok

1
C. Kesehatan dan 1. Berat badan sesuai 1. Berat badan sesuai
Perilaku Tingkat usia Tingkat
Keselamatan usia
2. Tinggi badan sesuai
Tingkat usia 2. Tinggi badan sesuai
Tingkat usia
3. Berat badan sesuai
dengan standar tinggi 3. Berat badan sesuai
badan dengan standar tinggi
badan
4. Lingkar kepala sesuai
Tingkat usia 4. Lingkar kepala sesuai
Tingkat usia
5. Mencuci, membilas,
dan mengelap ketika cuci 5. Membersihkan kotoran
tangan tanpa bantuan (ingus)
6. Memberitahu 6. Menggosok gigi
orang dewasa bila
7. Memahami arti
sakit warna lampu lalu
7. Mencuci atau lintas
mengganti alat makan 8. Mengelap tangan
bila jatuh dan muka sendiri

III. Kognitif 1. Melihat dan menyentuh 9.


1. Memahami
Paham bila kalau
ada bagian
benda yang ditunjukkan yang hilang dari suatu
A.Belajar
oleh orang lain pola gambar seperti pada
dan
gambar wajah orang
Pemecahan 2. Meniru cara
matanya tidak ada, mobil
Masalah pemecahan orang
bannya copot, dsb
dewasa atau teman
2. Menyebutkan
3. Konsentrasi dalam berbagai nama makanan
mengerjakan sesuatu dan rasanya (garam,
tanpa bantuan orangtua gula atau cabai)
4. Mengeksplorasi sebab 3. Menyebutkan berbagai
dan akibat macam kegunaan dari
benda
5. Mengikuti kebiasaan 4. Memahami
sehari-hari (mandi, persamaan antara dua
makan, pergi ke benda
sekolah)
5. Memahami perbedaan
antara dua hal dari jenis
yang sama seperti

1
pisang; perbedaan antara
ayam dan kucing
6. Bereksperimen
dengan bahan
menggunakan cara
baru
7. Mengerjakan tugas
sampai selesai
8. Menjawab apa yang
akan terjadi selanjutnya
dari berbagai
kemungkinan
9. Menyebutkan
bilangan angka 1-10
10. Mengenal beberapa
huruf atau abjad tertentu
B. Berpikir Logis 1. Menyebut bagian- 1. Menempatkan benda
bagian dalam urutan ukuran
suatu gambar seperti (paling kecil-paling besar)
gambar wajah orang,
mobil, 2. Mulai mengikuti
binatang, dsb pola tepuk tangan

2. Mengenal bagian- 3. Mengenal konsep


bagian tubuh (lima banyak dan sedikit
bagian) 4. Mengenali alasan
3. Memahami konsep mengapa ada sesuatu
ukuran yang tidak masuk dalam
(besarkecil, panjang- kelompok tertentu
pendek) 5. Menjelaskan
4. Mengenal tiga model/karya yang
macam bentuk ((( , , ). dibuatnya
C. Berfikir 1. Meniru perilaku orang 1. Menyebutkan peran dan
Simbolik lain tugasnya (misal,
dalam menggunakan koki tugasnya
barang memasak)
2. Memberikan nama 2. Menggambar atau
atas karya yang dibuat membentuk sesuatu
konstruksi yang
3. Melakukan aktivitas
mendeskripsikan
seperti kondisi nyata
sesuatu yang spesifik
(misal: memegang
gagang telpon) 3. Melakukan
aktivitas bersama

1
terencana (bermain
berkelompok dengan
memainkan peran
tertentu seperti yang
telah direncanakan)
IV. Bahasa 1. Memainkan kata/suara 1. Pura-pura membaca
yang didengar dan cerita
A. Memahami diucapkan berulangulang bergambar dalam
Bahasa buku dengan kata-
2. Hafal beberapa lagu kata sendiri
anak sederhana
2. Mulai memahami dua
3. Memahami perintah yang diberikan
cerita/dongeng sederhana bersamaan contoh: ambil
4. Memahami perintah mainan di atas meja lalu
sederhana seperti berikan kepada ibu
letakkan mainan di atas pengasuh atau pendidik
meja, ambil mainan dari
dalam kotak
B.Mengungkapka 1. Menggunakan kata 1. Mulai menyatakan
n tanya keinginan dengan
Bahasa. dengan tepat (apa, mengucapkan
siapa, bagaimana, kalimat sederhana
mengapa, dimana). (6 kata)
2. Menggunakan 3 atau 2. Mulai menceritakan
4 kata untuk memenuhi pengalaman yang
kebutuhannya (misal, dialami dengan cerita
mau minum air putih) sederhana
V.Sosial- 1. Memberi salam setiap 1. Mengikuti aktivitas
emosional mau pergi dalam
suatu kegiatan besar
A. Kesadaran Diri 2. Memberi rekasi (misal:
percaya pada orang piknik)
dewasa
2. Meniru apa yang
3. Menyatakan dilakukan orang
perasaan terhadap dewasa
anak lain
3. Bereaksi terhadap hal-
4. Berbagi peran dalam hal yang tidak benar
suatu permainan (misal: (marah bila diganggu)
menjadi dokter, perawat,
B.Tanggungjawa 1. Mulai 1. Mulai bisa melakukan
b bisa buang air kecil
Diri dan mengungkapkan ketika tanpa bantuan.
Orang lain ingin buang air kecil dan
buang air besar 2. Bersabar menunggu
gilira.
2. Mulai memahami

1
orang lain (harus 3. Mulai menunjukkan
antri, sikap
menunggu toleran sehingga
giliran. dapat bekerja dalam
kelompo.
3. Mulai menunjukkan
sikap berbagi, membantu, 4. Mulai menghargai
bekerja bersam. orang lain.
5. Mulai menunjukkan
ekspresi menyesal
C. Perilaku 1. Bermain secara 1. Membangun kerjasama
Prososial kooperatif
dalam kelompok 2. Memahami adanya
perbedaan perasaan
2. Peduli dengan orang (teman takut, saya tidak)
lain (tersenyum,
menanggapi bicara) 3. Meminjam dan
meminjamkan
3. Membagi mainan
pengalaman yang
benar dan salah pada
orang lain
4. Bermain bersama
VI. Seni Memperhatikan dan 1. Mengenali berbagai
mengenali suara yang macam suara dari
A. Anak bernyanyi atau kendaraan
mampu berbicara
membedakan 2. Meminta untuk
antara bunyi diperdengarkan lagu
dan suara favorit secara berulang
B.Tertarik dengan 1. Menyanyi sampai tuntas 1. Mendengarkan atau
kegiatan dengan irama yang menyanyikan lagu
musik, benar (nyanyian
gerakan pendek atau 4 bait) 2. Menggerakkan
orang, hewan tubuh sesuai irama
maupun 2. Menyanyikan lebih dari
3. Bertepuk tangan
tumbuhan 3 lagu dengan irama sesuai irama musik
yang yang benar
4. Meniru aktivitas orang
sampai tuntas
baik secara langsung
(nyanyian pendek atau
maupun melalui media.
4 bait)
(misal, cara minum/cara
3. Bersama teman- bicara/perilaku seperti ibu)
teman menyanyikan
lagu 5. Bertepuk tangan
dengan pola yang
4. Bernyanyi mengikuti berirama (misalnya
irama dengan bertepuk bertepuk tangan sambil
tangan atau mengikuti irama

1
5. Meniru gerakan nyanyian)
berbagai
binatang
6. Paham bila orang
terdekatnya (ibu)
menegur
7. Mencontoh gerakan
orang lain
8. Bertepuk tangan
C. Tertarik 1. Menggambar benda- 1. Menggambar dengan
dengan benda menggunakan beragam
kegiatan lebih spesifik media (cat air, spidol,
atau karya alat menggambar) dan
seni 2. Mengamati dan
cara (seperti finger
membedakan benda
painting, cat air, dll)
di sekitarnya yang di
dalam rumah 2. Membentuk
sesuatu dengan
plastisin
3. Mengamati dan
membedakan benda
di sekitarnya yang di
luar rumah

Kelompok Usia 4-6 Tahun


Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Perkembangan
Usia 4 - 5 tahun Usia 5 –6 tahun
I. Nilai Agama 1. Mengetahui agama yang 1. Mengenal agama yang
dan Moral dianutnya dianut
2. Meniru gerakan 2. Mengerjakan ibadah
beribadah dengan urutan
yang benar 3. Berperilaku jujur,
penolong, sopan,
3. Mengucapkan doa hormat, sportif, dsb
sebelum dan/atau
sesudah melakukan 4. Menjaga kebersihan
sesuatu diri dan lingkungan
5. Mengetahui hari
4. Mengenal
besar agama
perilaku baik/sopan
dan buruk
5. Membiasakan diri

1
berperilaku baik 6. Menghormati (toleransi)
agama orang lain
6. Mengucapkan salam
dan membalas salam
II. Fisik-motorik 1. Menirukan gerakan 1. Melakukan gerakan
A. Motorik Kasar binatang, pohon tertiup tubuh
angin, pesawat terbang, secara terkoordinasi
dsb untuk melatih
kelenturan,
2. Melakukan gerakan keseimbangan, dan
menggantung kelincahan
(bergelayut)
2. Melakukan
3. Melakukan gerakan koordinasi gerakan
melompat, meloncat, mata-kakitangan-
dan berlari secara kepala dalam
terkoordinasi menirukan tarian atau
4. Melempar sesuatu senam
secara terarah 3. Melakukan
5. Menangkap sesuatu permainan fisik
secara tepat dengan aturan

6. Melakukan 4. Terampil
gerakan antisipasi menggunakan tangan
kanan dan kiri
7. Menendang sesuatu
secara terarah 5. Melakukan
kegiatan kebersihan
B. Motorik Halus 1. Membuat garis vertikal, 1. Menggambar sesuai
horizontal, lengkung gagasannya
kiri/kanan, miring
kiri/kanan, dan lingkaran 2. Meniru bentuk
3. Melakukan eksplorasi
2. Menjiplak bentuk
dengan berbagai media
3. Mengkoordinasikan dan kegiatan
mata dan tangan untuk
melakukan gerakan yang 4. Menggunakan alat tulis
rumit dan alat makan dengan
benar
4. Melakukan gerakan 5. Menggunting
manipulatif untuk sesuai dengan pola
menghasilkan suatu
bentuk dengan 6. Menempel gambar
menggunakan berbagai dengan tepat
media 7. Mengekspresikan
diri melalui gerakan
5. Mengekspresikan
menggambar secara
diri dengan berkarya

1
media
6. Mengontrol gerakan
tangan yang
meggunakan otot
halus (menjumput,
mengelus, mencolek,
mengepal, memelintir,
memilin, memeras)
C.Kesehatan dan 1. Berat badan sesuai 1. Berat badan sesuai
Perilaku tingkat tingkat
Keselamatan usia usia
2. Tinggi badan 2. Tinggi badan
sesuai tingkat usia sesuai standar usia
3. Berat badan sesuai 3. Berat badan sesuai
dengan standar tinggi dengan standar tinggi
badan badan
4. Lingkar kepala 4. Lingkar kepala
sesuai tingkat usia sesuai tingkat usia
5. Menggunakan toilet 5. Menutup hidung dan
(penggunaan air, mulut (misal, ketika
membersihkan diri) batuk dan bersin)
dengan bantuan minimal
6. Membersihkan,
6. Memahami berbagai dan membereskan
alarm bahaya (kebakaran, tempat bermain
banjir, gempa)
7. Mengetahui situasi
7. Mengenal rambu yang membahayakan
lalu lintas yang ada di diri
jalan
8. Memahami tata
cara menyebrang
9. Mengenal kebiasaan
IV. Kognitif 1. Mengenal benda 1. Menunjukkan aktivitas
berdasarkan fungsi yang bersifat eksploratif
A. Belajar
(pisau untuk dan menyelidik (seperti:
dan
memotong, pensil apa
Pemecahan
untuk menulis) yang terjadi ketika
Masalah
air ditumpahkan)
2. Menggunakan
benda- benda sebagai 2. Memecahkan masalah
permainan simbolik sederhana dalam
(kursi sebagai mobil) kehidupan sehari-hari
dengan cara yang
3. Mengenal konsep fleksibel dan diterima
sederhana dalam

1
sehari-hari (gerimis, hujan, atau pengalaman
gelap, terang, temaram, dalam
dsb) konteks yang
baru
4. Mengetahui
konsep banyak dan 4. Menunjukkan
sedikit sikap
kreatif dalam
5. Mengkreasikan sesuatu menyelesaikan masalah
sesuai dengan idenya (ide, gagasan di luar
sendiri yang terkait kebiasaan)
dengan berbagai
pemecahan masalah
6. Mengamati benda dan
gejala dengan rasa ingin
tahu
7. Mengenal pola
kegiatan dan menyadari
pentingnya waktu
8. Memahami
posisi/kedudukan dalam
B. Berfikir Logis 1. Mengklasifikasikan 1. Mengenal perbedaan
benda berdasarkan ukuran:
berdasarkan fungsi, “lebih dari”; “kurang
bentuk atau warna atau dari”; dan “paling/ter”
ukuran
2. Menunjukkan inisiatif
2. Mengenal gejala dalam memilih tema
sebab- akibat yang permainan (seperti: ”ayo
terkait dengan dirinya kita bermain pura-pura
seperti burung”)
3. Mengklasifikasikan
benda ke dalam kelompok 3. Menyusun
yang sama atau kelompok perencanaan kegiatan
yang sejenis atau yang akan dilakukan
kelompok yang
berpasangan dengan 2 4. Mengenal sebab-
variasi akibat tentang
lingkungannya (angin
4. Mengenal pola (misal, bertiupmenyebabkan
AB-AB dan ABC-ABC) daun bergerak, air dapat
dan mengulanginya menyebabkan sesuatu
menjadi basah)
5. Mengurutkan benda
berdasarkan 5 seriasi 5. Mengklasifikasikan
ukuran atau warna benda berdasarkan
warna, bentuk, dan
ukuran (3 variasi)

1
yang lebih banyak ke
dalam
kelompok yang sama
atau kelompok yang
sejenis, atau kelompok
berpasangan yang lebih
dari 2 variasi
7. Mengenal pola
ABCD- ABCD

8. Mengurutkan benda
berdasarkan ukuran
C.Berfikir 1. Membilang banyak dari paling kecil ke
1. Menyebutkan lambang
Simbolik benda bilangan 1-10
satu sampai sepuluh
2. Menggunakan
2. Mengenal konsep lambang bilangan untuk
bilangan menghitung
3. Mengenal 3. Mencocokkan
lambang bilangan bilangan dengan
lambang bilangan
4. Mengenal lambang huruf
4. Mengenal berbagai
macam lambang huruf
vokal dan konsonan
5. Merepresentasikan
berbagai macam benda
dalam bentuk gambar
atau tulisan (ada benda
pensil yang diikuti

1
II. Bahasa 1. Menyimak perkataan 1. Mengerti beberapa
orang lain (bahasa ibu perintah secara
A. atau bahasa lainnya) bersamaan
Memahami
bahasa 2. Mengerti dua 2. Mengulang kalimat
perintah yang diberikan yang lebih kompleks
bersamaan
3. Memahami aturan
3. Memahami cerita dalam suatu permainan
yang dibacakan
4. Senang dan
4. Mengenal menghargai bacaan
perbendaharaan kata
mengenai kata sifat
(nakal, pelit, baik hati,
berani, baik, jelek, dsb)
5. Mendengar dan
membedakan
bunyibunyian
harus sama) dalam

1
B.Mengungkapka 1. Mengulang kalimat 1. Menjawab pertanyaan
n sederhana yang lebih kompleks
Bahasa
2. Bertanya dengan 2. Menyebutkan kelompok
kalimat yang benar gambar yang memiliki
bunyi yang sama
3. Menjawab
pertanyaan sesuai 3. Berkomunikasi
pertanyaan secara lisan, memiliki
perbendaharaan kata,
4. Mengungkapkan serta mengenal simbol-
perasaan dengan kata simbol untuk persiapan
sifat (baik, senang, nakal, membaca, menulis dan
pelit, baik hati, berani, berhitung
baik, jelek, dsb)
4. Menyusun kalimat
5. Menyebutkan kata- sederhana dalam
kata yang dikenal struktur lengkap
6. Mengutarakan (pokok kalimat-
pendapat kepada orang predikatketerangan)
lain
5. Memiliki lebih
7. Menyatakan banyak kata-kata
alasan terhadap untuk mengekpresikan
sesuatu yang ide pada orang lain
diinginkan atau
6. Melanjutkan
ketidaksetujuan
sebagian
8. Menceritakan kembali cerita/dongeng yang
cerita/dongeng yang telah diperdengarkan
pernah didengar
7. Menunjukkkan
9. Memperkaya pemahaman konsep-
C.Keaksaraan perbendaharaan
1. Mengenal simbol- konsep dalam buku
1. Menyebutkan simbol-
simbol simbol huruf yang dikenal
2. Mengenal suara– 2. Mengenal suara huruf
suara hewan/benda awal dari nama benda-
yang ada di sekitarnya benda yang ada di
sekitarnya
3. Membuat coretan
yang bermakna 3. Menyebutkan kelompok
gambar yang memiliki
4. Meniru (menuliskan
bunyi/huruf awal yang
dan mengucapkan)
sama.
huruf A-Z
4. Memahami
hubungan antara

1
5. Membaca nama sendiri
6. Menuliskan nama
sendiri
7. Memahami arti kata
dalam cerita
V. Sosial- 1. Menunjukkan sikap 1. Memperlihatkan
emosional mandiri dalam kemampuan diri untuk
memilih kegiatan menyesuaikan dengan
A. Kesadaran Diri situasi
2. Mengendalikan
perasaan 2. Memperlihatkan kehati-
hatian kepada orang yang
3. Menunjukkan rasa belum dikenal
percaya diri (menumbuhkan
4. Memahami peraturan kepercayaan pada orang
dan disiplin dewasa yang tepat)
5. Memiliki sikap gigih 3. Mengenal perasaan
(tidak mudah menyerah) sendiri dan mengelolanya
secara wajar
6. Bangga terhadap (mengendalikan diri
hasil karya sendiri secara
B.Rasa tanggung 1. Menjaga diri sendiri dari 1. Tahuwajar
akan hak nya
jawab untuk diri lingkungannya
sendiri dan 2. Mentaati aturan kelas
orang lain 2. Menghargai (kegiatan, aturan)
keunggulan orang lain
3. Mengatur diri sendiri
3. Mau berbagi,
4. Bertanggung jawab
menolong, dan
atas perilakunya untuk
membantu teman
kebaikan diri sendiri
C.Perilaku 1. Menunjukan antusiasme 1. Bermain dengan teman
Prososial dalam melakukan sebaya
permainan kompetitif
secara positif 2. Mengetahui
perasaan temannya
2. Menaati aturan dan merespon secara
yang berlaku dalam wajar
suatu permainan
3. Berbagi dengan orang
3. Menghargai orang lain lain
4. Menunjukkan rasa 4. Menghargai
empati hak/pendapat/karya
orang lain
5. Menggunakan cara
yang diterima secara
sosial dalam

1
menyelesaikan masalah)
6. Bersikap
kooperatif dengan
teman
7. Menunjukkan
sikap toleran
8. Mengekspresikan
emosi yang sesuai
dengan kondisi yang
ada (senang-sedih-
antusias dsb)
9. Mengenal tata krama
dan sopan santun sesuai
VI. Seni 1. Senang mendengarkan 1. Anak bersenandung
berbagai macam musik atau
A.Anak bernyanyi sambil
atau lagu kesukaannya
mampu mengerjakan
menikmati 2. Memainkan alat sesuatu
berbagai musik/instrumen/benda
alunan lagu yang dapat membentuk 2. Memainkan alat
atau suara irama yang teratur musik/instrumen/ben
da bersama teman
B.Tertarik dengan 1. Memilih jenis lagu yang 1. Menyanyikan lagu
kegiatan seni disukai dengan
sikap yang benar
2. Bernyanyi sendiri
2. Menggunakan
3. Menggunakan imajinasi berbagai macam alat
untuk mencerminkan musik tradisional maupun
perasaan dalam sebuah alat musik lain untuk
peran menirukan suatu irama
4. Membedakan peran atau lagu tertentu
fantasi dan kenyataan 3. Bermain drama
5. Menggunakan dialog, sederhana
perilaku, dan berbagai 4. Menggambar berbagai
materi dalam macam bentuk yang
menceritakan suatu cerita beragam
6. Mengekspresikan 5. Melukis dengan
gerakan dengan irama berbagai cara dan objek
yang bervariasi
7. Menggambar objek 6. Membuat karya seperti
di sekitarnya bentuk sesungguhnya
dengan berbagai bahan
8. Membentuk (kertas, plastisin, balok,
berdasarkan objek yang dll)

1
9.Mendeskripsikan
sesuatu (seperti
binatang) dengan
ekspresif yang berirama
(contoh, anak
menceritakan gajah
dengan gerak dan mimik
tertentu)
10.Mengkombinasikan
berbagai warna ketika
menggambar atau
mewarnai

10. Pola pemberian makanan pada anak


Keuntungan ASI dibandingkan dengan makanan yang lain :
a. ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh
bayi dengan konsentrasi sesuai dengan kebutuhan bayi.
b. ASI mengandung kadar laktosa yang lebih tinggi, dimana
laktosa ini didalam usus akan mengalami peragian hingga
membentuk asam laktat yang bermanfaat bagi usus bayi :
1) Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis
2) Merangsang pertumbuhan mikro organisnme yang dapat
menghasilkan berbagai asam organik dan mensintesa
beberapa jenis vitamin dalam usus
3) Memudahkan pengendapan kalsium casenat
4) Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral
c. ASI mengandung berbagai zat penolak yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi
d. ASI lebih aman dari kontaminasi karena diberikan langsung,
maka kemungkinan tercemar zat berbahaya kecil
e. Resiko alergi pada bayi kecil sekali karena tidak mengandung
beta laktoglobulin.
f. ASI dapat sebagai perantara untuk menjalin hubungan kasih
sayang antara ibu dan anak

1
g. Temperatur ASI sesuai dengan suhu bayi
h. ASI membantu pertumbuhan lebih baik
i. Kemungkinan bayi tersendak ASI kecil sekali karena payudara
ibu sesuai telah diciptakan sedemikian rupa
j. ASI mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi
k. ASI ekonomis, praktis tersedia setiap waktu pada suhu yang
idealdan dalam keadaan segar/
l. Dengan memberikan ASI kepada bayi berfungsi menjarangkan
kelahiran.
Makanan Tambahan
Tujuan pemberian makanan tambahan :
a. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah mulai berkurang
b. Melatih kemampuan bayi untuk menerima berbagai macam
makanan dengan berbagai rasa dan bentuk
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan
menelan.
d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar
energi tinggi.

12. Alat Ukur Perkembangan Anak


Deteksi tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP) merupakan deteksi dini yang dapat dilakukan di berbagai
usia.
a. Pengertian KPSP
Kuesioner Pra Skrening Perkembangan (KPSP) merupakan
tes pemeriksaan perkembangan anakdengan menggunakan
kuesioner (Kemenkes RI, 2016).
b. Tujuan KPSP

1
Tujuan skrining/pemeriksaan perkembnagan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di semua tingkat
pelayanan kesehatan dasar (Diana, 2010)

c. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP


Jadwal rutin dilakukan pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 21, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai
umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur
skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi
umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur
9 bulan. Apabila anak mempunyai masalah tumbuh kembang
pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP
untuk usia skrining terdekat yang lebih muda (Diana, 2010).
d. Formulir KPSP menurut umur
Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6
buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecilberukuran 0,5
– 1 cm (Kemenkes RI, 2016).
e. Interpretasi hasil KPSP
1) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau
kadang-kadang)
2) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban pernah atau tidak
pernah)
3) Bila jawaban Ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan
tahapan perkembangan (S)
4) Bila jawaban Ya = 7-8, perkembangan anak meragukan (M)

1
5) Bila jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P)
6) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja
(Kemenkes RI, 2016)
f. Intervensi
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangana anak
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering
mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan
setiap ada kegiatan BKB. Jika anak sudah memasuki usia
pra sekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di pusat PAUD, Kelompok Bermain dan Taman
Kanak-Kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/ skrining rutin menggunakan KPSP
setiap bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 24 bulan sampai 72 bulan.
(Setyaningsih et al., 2017)
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat
dan sesering mungkin
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalannya

1
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunaan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban “Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P)
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut: Rujukan ke Rumah Sakit dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian) (Kemenkes RI, 2016).

13. Test Daya Lihat (TDL)


Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta
kelainan mata pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan
setiap enam bulan. Tujuan tes ini untuk mendeteksi adanya
kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini,
sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani.
Cara melakukan tes daya lihat:
a. Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang
b. Gantungkan ’kartu E’ yang setinggi mata anak posisi duduk.
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk
duduk anak.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa
e. Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih
anak dalam mengarahkan kartu ‘E’ menghadap ke atas,
bawah, kiri dan kanan sesuai yang ditunjuk pada poster
“E”oleh pemeriksa.

1
f. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu
persatu mulai baris pertama huruf “E “berukuran paling
besar sampai baris keempat atau baris ”E” terkecil yang
masih dapat dilihat.
g. Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf pada kartu “E” pada poster.
h. Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara
yang sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat:
Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris
ketiga. Apabila pada baris ketiga, anak tidak dapat melihat
maka perlu dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan lebih
lanjut.Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan
kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa adakah
hal sebagai berikut :
a) keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing
b) perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu
dekat, sering mengkedip- kedipkan mata
c) kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar
air
Intervensi
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak,
minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil
pemeriksaan anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama
maka anak tersebut perlu dirujuk ke rumah sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan ( kanan, kiri atau
keduanya).

14. Tes Daya Dengar (TDD)


Anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran
sekolah dengan baik tanpa pendengaran yang baik. Oleh karena

1
itu perlu deteksi dini fungsi pendengaran. Tujuan TDD adalah
untuk menemukan gangguan pendengaran secara dini, agar
dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak.
TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12
bulan dan setiap 6 bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru
TK/PAUD terlatih. Peralatan yang diperlukan adalah instrumen
untuk TDD sesuai usia anak, gambar binatang (ayam, anjing,
kucing), manusia dan mainan(boneka, kubus, sendok, cangkir dan
bola).
Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan kelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika
menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukan perintah dan
jawaban ‘tidak’ jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah. Jika anak dibawah 12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk
kemampuan 1 bulan terakhir. Setiap pertanyaan perlu dijawab ‘ya.’
Apabila ada satu atau lebih jawaban ‘tidak’, berarti pendengaran
anak tidak normal, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.

1.2 Konsep Nafsu Makan


1. Definisi nafsu makan
Anak usia di bawah lima tahun sering mengalami penurunan
nafsu makan, yang mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi
sehingga berat badan menurun atau kurang dari usiannya. Nafsu
makan yang menurun seringkali dikaitkan dengan faktor internal
seperti terjangkitnya anak dengan infeksi cacing (Mega Ayu Ambar
Ismanu,2020)
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan penurunan
nafsu makan pada anak seperti bentuk yang tidak menarik, kesalahan
orang tua dalam menyajikan variasi makanan atau karena anak sudah

1
mulai aktif dengan bermain seperti anak usia todler (1-3) tahun (Mega
Ayu Ambar Ismanu,2020)
Anak usia todler mempunyai ciri khas bergerak aktif, tidak bisa
diam dan sulit duduk dalam waktu lama, sehingga membutuhkan
energi lebih banyak selain itu, pada usia 12 bulan-18 bulan
pertumbuhannya lambat sehingga kebutuhan nutrisi dan kalori
menurun. Sedangkan penyebab umumnya menurunnya nafsu makan
pada anak usia pra sekolah karena anak lebih tertarik bermain dengan
teman atau lingkungannya dari pada makan (Mega Ayu Ambar
Ismanu (2020). Hal ini bisa menyebabkan anak menderita kurang gizi.
Kondisi seperti ini jika dibiarkan akan menyebabkan terjadinya
ganggguan nutrisi pada anak, yang sering disebut anak dengan gizi
buruk atau KKP (kurang kalori protein).
Menurut Mega Ayu Ambar Ismanu (2020), menyatakan bahwa
malnutrisi dalam bentuk anemia defisiensi besi memberikan dampak
yang luas termasuk menurunkan kapasitas kerja, menurunkan
regulasi panas, disfungsi kerja, gangguan saluran cerna dan
menurunkan kemampuan kognitif.
2. Faktor Penyebab yang mempengaruhi nafsu makan
Berikut faktor-faktor penyebab yang memengaruhi nafsu makan
(Mega Ayu Ambar Ismanu, 2020) :
a. Gangguan pencernaan berupa gangguan gigi dan rongga mulut
( seperti sariawan, gigi berlubang, karies, tonsilitas)
b. Gangguan psikologis
1) Aturan makan yang ketat atau berlebih terhadap anak
2) Ibu suka memaksa kehendak terhadap anak
3) Hubungan anggota keluarga tidak harmonis
4) Anak mengalami alergi pada makan
c. Faktor eksternal
1) Faktor kesukaan makan
a) Anak beralasan tidak mau makan karena masih kenyang

1
b) Anak senang mengkonsumsi makanan ringan ( chiki,
coklat, permen dll)
d. Faktor kebiasaan makan
1) Anak bosan dengan menu masakan yang di sajikan
2) Anak suka menu makan yang berubah-ubah
e. Faktor lingkungan
1) Ibu malas makan anak juga ikut-ikutan malas makan
2) Anak jika asik bermain lupa makan
3. Makanan yang Dikonsumsi Menurut angka kecukupan gizi dari
Kementerian Kesehatan (Nimas Mita Etika M2020), rata-rata
kebutuhan kalori anak 1-3 tahun adalah sekitar 1.125 kalori per hari.
Jadi, dalam satu hari kebutuhan makanan tersebut dengan porsi yang
sesuai, seperti:
a. Makanan pokok
Dapat memberikan nasi, roti, bihun, kentang, atau mi dengan
porsi sekitar 150 gram. Porsi ini setara dengan 2 porsi nasi
orang dewasa atau sekitar 2 centong nasi.
a. Protein hewani
Protein hewani yang dimaksud yaitu daging sapi, daging ayam,
telur, atau ikan. Dalam satu hari bisa diberikan satu porsi lauk
untuk satu kali waktu makan. Misalnya di pagi hari bisa
memberikannya sebutir telur ayam, disiang hari daging sapi
sebanyak 35 gram atau sepotong sedang, dan di sore hari
sepotong sedang daging ayam yang setara dengan 40 gram.
c. Protein nabati
Protein nabati contohnya yaitu tempe, tahu, kacang kedelai,
atau kacang merah, dapat memberikan lauk nabati satu porsi
untuk satu kali makan.Satu porsi setara dengan 1 potong tahu
ukuran besar.
d. Sayur dan buah-buahan

1
Untuk anak 1-3 tahun, porsi sayur dalam sehari adalah 1½ porsi
atau sama dengan 1½ gelas belimbing dan buah-buahan
sebanyak 3 porsi.
e. Makanan selingan Buatkanlah makanan selingan atau camilan
untuk anak, bisa dibuat dari campuran buah, sehingga rasanya
lebih enak.
Contoh camilan yang bisa diberikan yaitu puding, bubur kacang
hijau, atau bahkan kue. Buah juga bisa digunakan sebagai
makanan selingan bagi anak.
f. Susu Anda memberikan satu kali dalam sehari sebagai
pengganti ASI (bila si kecil sudah berusia lebih dari 2 tahun)

1
2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Tumbuh
Kembang
Balita Sehat
I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien, berdasarkan teori yang ada, untuk menegakan
diagnosis.

A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Identitas dimulai dengan nama harus jelas dan
lengkap. Mengetahui nama klien berguna untuk
memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak
terlihat kaku dan lebih akrab (Walyani, 2015)
Umur/Tanggal lahir :
0-5 tahun. Umur paling rawan adalah masa balita karena
mudah sakit dan mudah terjadi gizi kurang (Soetjiningsih,
2015)
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Keluhan datang :

b. Identitas orang tua


Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah /ibu :
Pendidikan ayah/ibu : pendidikan ayah/ibu yang baik
maka orang tua dapat menerima

1
segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anak dan
pendidikannya (Soetjiningsih,
2015).
Pekerjaan ayah/ibu :pendapatan keluarga yang
memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak (Soetjiningsih,
2015)
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat : XXX

2. Riwayat Kesehatan klien


a. Riwayat kesehatan sekarang
 Alasan kunjungan :
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk
mengatasi
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Periode prenatal
Periode yang paling penting dalam masa prenatal
adalah trimester pertama kehamilan. Pada periode ini
pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap
pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu
hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman
beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan tosik, pola
asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti
kekerasan terhadap ibu hamil dapat menimbulkan
pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan

1
kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk
selalu memperhatian gerakkan janin. (Soetjiningsih,
2015)
- Periode postnatal
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam
kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan
merupakan masa rawan dalam proses tumbuh
kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
(Soetjiningsih, 2015)
Riwayat imunisasi:
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit-
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi
(Soetjiningsih, 2015)
 Riwayat Alergi :
 Riwayat penyakit yang pernah diderita :
 Riwayat operasi/pembedahan :
 riwayat tumbuh kembang :
 Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada
masa balita akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya.
(Soetjiningsih, 2015)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat penyakit menular :
b. Riwayat penyakit menurun :
Salah satu penyakit keturunan yang
disebabkan oleh kelainan kromosom adalah
sindrom down, sindrom turner, dan lain-lain.
(Soetjiningsih, 2015)
c. Riwayat penyakit menahun :
4. Pola Fungsional Kesehatan

1
Kebutuhan dasar Keterangan
Pola nutrisi Anak usia prasekolah (3-5 tahun),
anak menjadi konsumen aktif yang
mulai memilih makanan yang
disukainya. Pada usia ini berat badan
anak cenderung mengalami
penurunan, disebabkan karena anak
beraktivitas lebih banyak dan mulai
memilih maupun menolak makanan
yang disediakan orang tuanya.
(Widyawati, dkk 2016). Pembentukan
kecerdasan pada masa dalam
kandungan dan usia dini ternyata
sangat tergantung pada asupan gizi
yang diterima. Makin tinggi kualitas
asupan gizi yang diterima, makin
tinggi pula status kesehatan anak, dan
tinggi-rendahnya status kesehatan
anak berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya
(Erida, 2018).
Pola eleminasi
Tahap toilet training sudah selesai,
tetapi kemungkinan anak tetap
mengompol di tempat tidur. Meminta
anak untuk kencing terlebih dahulu,
untuk mengosongkan kandung kemih
saat akan tidur. Beberapa anak
membutuhkan waktu lebih lama.
Anak-anak tidak boleh dimarahi atau
dihukum karena mengompol (Mansur,

1
2019).
Pola istirahat Anak yang mulai besar akan mulai
berkurang waktu tidurnya karena
kegiatan fisiknya meningkat terutama
saat bermain (Soetjiningsih, 2015).
Anak usia 4-5 tahun membutuhkan
sekitar 11 hingga 12 jam tidur setiap
hari, mereka jarang tidur di siang hari.
Kecuali apabila mereka sangat lelah,
banyak anak usia 4-5 tahun yang
menolak untuk tidur malam dan siang
(Mansur, 2019).
Pola persoal mandi sehari minimal 2 kali setiap
hygiene pagi dan sore, gosok gigi setiap
bangun tidur dan menjelang tidur,
pakaian yang digunakan sesuai
dengan situasi tempat serta bersih
yaitu terhindar dari bau serta kotoran,
ganti baju ketika kotor atau basah,
memotong kuku 1 (satu) kali dalam
seminggu dengan bantuan orang
dewasa, mencuci rambut minimal
seminggu 3 kali dengan
menggunakan shampoo, kebersihan
badan lain misalnya membersihkan
daun telinga setiap mandi, cuci tangan
tiap selesai BAK dan BAB (Nuria,
2018)
Pola aktifitas Tampat aktif, gesit dan gembira
(Soetjiningsih, 2015)

1
5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual
a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
 Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang
wajar, kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan
kasih sayang, kuantitas interaksi anak dengan orang
tua mempengaruhi perkembangan anak
(Soetjiningsih, 2015 )
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
 Lingkungan merupakan faktor yang sangat
menentukan tercapai atau tidak potensi bawaan.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya peotensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya (Soetjiningsih,
2015)
c. kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
 Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2015)
 Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah akan
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak
(Soetjiningsih, 2015)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
Nadi :120 sampai 140 denyut/menit
Pernafasan : 30 – 60 kali/menit
Suhu : 36,5 º C – 37,5 º C

1
Antropometri
Tinggi badan : pengukuran pada anak umur kurang dari 2
tahun dengan posisi tidur telentang dan pada
umur lebih dari 2 tahun dengan posisi berdiri
(Soetjiningsih, 2015)
Berat badan : Berat badan dipakai sebagai indikator yang
terbaik pada saat ini untuk mengetahui
keadaan gizi dan tumbuh kembang anak
(Soetjiningsih, 2015).
Lila : Laju tumbuh lambat dari 11 cm pada saat
lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun
selanjutnya tidak banyak berubah 1 sampai 3
tahun (Soetjiningsih, 2015)
Lingkar Kepala : Pertumbuhan lingkar kepala yang paling
pesat adalah pada 6 bulan pertama, yaitu dari
34 pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur
6 bulan sedangkan pada umur 1 tahun 47cm, 2
tahun 49 cm, dewasa 54cm (Soetjiningsih,
2015).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Kepala : tampak bersih, distribusi rambut merata dan
berwarna hitam, tidak ada lesi di kepala,
kontruksi rambut tampak kuat, tidak teraba
massa maupun oedem dan tidak ada area yang
lunak ditulang tengkorak
Wajah : simetris, tidak teraba oedem
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
tidak teraba oedem pada kelopak mata

1
Telinga : simetris, tampak bersih, struktur daun telinga
elastis dan tidak kaku
Hidung : tampak bersih dan tidak ada pernafasan cuping
hidung
Mulut : simetris, bibir lembab, tidak kering dan pecah-
pecah, tidak ada stomatitis, tidak terdapat labio
schizis dan labio palatoschizis
Leher :
- Tonsil : Tidak ada peradangan
- Vena Jugularis : Tidak ada bendungan
- Kel.Tiroid : Tidak ada
pembesaran
- Kel.limfe : Tidak ada pembesaran
Dada : tidak ada retraksi dinding dada, perkusi dada
sonor
Abdomen : tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan,
perkusi timpani
Genetalia eksterna
Pada perempuan: Labia mayora menutupi labia minora, labia
minora terbentuk sempurna, terdapat klitoris, meatus uretra ada
di depan vagina, genetalia dapat dibedakan antara pria dan
wanita
Pada laki-laki : meatus urinarius ditengah dan diujung glans,
pigmentasi gelap. (Varney, 2015)
Anus : ada lubang anus
Ekstermitas : ekstremitas atas dan bawah panjang
proporsional dan simetris terhadap satu sama
lain,

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :

1
pemeriksaan USG :
Pemeriksaan diagnostik lainnya : KPSP.,TDL, TDD

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulakan diinterprestasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : balita sehat usia….
Masalah : tidak nafsu makan
Kebutuhan : Nutrisi

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual
yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial
tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : gangguan tumbuh kembang atau
stuntting

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi / darurat yang
harus dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa
dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasikan.
 Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu atau keluarga pasien.

1
Rasional : Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
 Berikan KIE ibu dan/atau keluarga agar tetap memberikan stimulasi
mental kepada anak untuk tumbuh kembang anak.(Nurahmawati et
al., 2022)
Rasional : Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan latihan pada anak balita, mengembangkan
perkembangan mental psikososial : kecerdasan, ketrampilan,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan
sebagainya (Soetjiningsih, 2015)
 Berikan KIE ibu dan/atau keluarga tetap memberikan kebutuhan
fisik secara biomedis.
Rasional : Kebutuhan fisik biomedis merupakan kebutuhan dasar ;
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan berat badan secara
teratur, pengobatan jika sakit, sandang, kesegaran jasmani,
rekreasi, yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan
(Soetjiningsih, 2015)
 Berikan KIE ibu dan/atau keluarga untuk memberikan kebutuhan
sosial/kasih sayang.
Rasional : Kebutuhan sosial/kasih sayang atau hubungan yang erat
dan mesra antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental,
maupun psikososial. (Soetjiningsih, 2015)
 Berikan KIE kepada ibu dan/keluarga untuk selalu antisipasi
keamanan & keselamatan atau risiko cidera pada balita.
Rasional: Antisipasi keamanan dan keselamatan demi menghindari
balita dari hal-hal yang tidak diinginkan, orangtua harus
memperhatikan hal-hal seperti mengunci pintu, letak benda-benda
tajam di tempat aman dll. (Dra. Suharmiati, Msi., Apt. & dr. Lestari
Handayani, M.Med (PH), 2016)

1
 Beri KIE kepada ibu dan/atau untuk memberi kesempatan balita
bermain dan mencoba sesuatu yang baru, mengenali hobinya yang
positif dan selalu awasi balita
Rasional : mengenali hobi anak sejak dini merupakan langkah yang
bagus untuk mengetahui potensi balita. hal ini juga merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan para orang tua, sehingga bisa
segera memberikan berbagai fasilitas yang berfungsi untuk
mendukung apa yang menjadi hobi balita. (Soetjiningsih, 2015)
 KIE Pemberian multivitamin atau temulawak dan madu
Rasional : Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan
dengan cara farmakologi maupun non farmakologi. Upaya dengan
farmakologi antara lain dengan pemberian multivitamin, dan
mikronutrien lainnya. non farmakologi antara lain melalui minuman
herbal atau jamu, (Simanungkalit, 2020)
Menurut Penelitian Linawati &Setiawati, 2019, Pemberian
Temulawak dan madu yang diberikan selama 2 minggu (14 hari)
setiap 2 kali sehari di pagi dan sore hari sebelum makan.
Pemberian madu sebanyak 1 sendok makan dan 250 gram
temulawak yang diparut dan diambil sarinya kemudian dicampukan
½ gelas air hangat 125 cc. (Teresia Rosmala Dewi et al., 2021)
 Terapi pijat Balita Sehat untuk meningkatkan nafsu makan
Rasional : non farmakologi antara lain melalui minuman herbal atau
jamu, pijat, akupresur, dan akupuntur. (Simanungkalit, 2020)
Pijat balita menyebabkan balita menjadi lebih rileks dan dapat
beristirahat dengan efektif sehingga ketika bayi terbangun
akan membawa energi cukup untuk beraktivitas. Dengan
aktivitas yang optimal, balita menjadi cepat lapar sehingga
nafsu makannya meningkat peningkatan nafsu makan ini juga
ditambahkan dengan peningkatan aktivitas nervus vagus
(system syaraf otak yang bekerja untuk daerah leher ke bawah
sampai dada dan rongga perut) dalam menggerakan sel

1
peristaltik untuk mendorong makanan ke saluran pencernaan.
Dengan demikian, balita lebih cepat lapar atau ingin makan
karena pencernaannya semakin lancar.
asuhan komplementer pijat balita efektif dalam 2- 3 hari setelah
dilakukan setiap harinya untuk meningkat nafsu makan. (Hanum et
al., 2021)
 Melakukan Kolaborasi dengan dokter dan ahli Gizi serta
memerlukan dukungan atau peran serta dari orang tua.
Rasional : kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan edukasi dan pendidikan kesehatan serta
membutuhkan peran dari ahli gizi dalam pemberian asuhan gizi.
(Fatmawati, 2022)
Mencari penyebab kesulitan makan yang terjadi pada anak
balita Menurut Soetjiningsih (2013 dalam Karaki, K.B. et al., 2016)
kesulitan makan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
kelainan kebiasaan makan, kelainan psikologis, dan kelainan
organik. Menurut peneliti kelainan kebiasaan makan biasanya
disebabkan oleh aktor lingkungan seperti mengikuti kebiasaan
makan teman sebaya atau orang-orang sekitar, menyukai dan
menolak jenis makanan yang sama pada waktu yang berbeda, atau
suka memakan makanan yang tidak sesuai dengan usianya. Faktor
psikologis sebenarnya masih ada hubungannya dengan pola asuh
karena psikologis anak sangat ditentukan dari cara pengasuhan,
lingkungan dan juga hubungan didalam keluarga, semakin baik
hubungan dalam keluarga maka semakin kecil kemungkinan untuk
anak mengalami anoreksia psikogenik atau kesulitan makan karena
gangguan psikologis. (Chabibah et al., 2020) Dan factor organik
biasanya terjadi sulit makan pada anak akibat suatu penyakit infeksi
atau kelainan pada organ-organ tertentu seperti gigi dan mulut,
gangguan menghisap dan mengunyah, penyakit bawaan/genetik,
dan penyakit infeksi saluran cerna. Hasil penelitian oleh Nurafriani

1
(2013 dalam Karaki, K.B. et al 2016) didapatkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesulitan makan pada anak usia 3-5 tahun
berupa jenis makanan dan gangguan psikologis.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

1
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Nikmah ayu ramadhani, dkk. 2019. Factors Associated with


Development in Children Under Five. Journal of Maternal and Child
Health. https://doi.org/10.26911/thejmch.2019.04.01.06.

Anggraini, Lonia. 2019. HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK


TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.

Chabibah, N., Khanifah, M., & Kristiyanti, R. (2020). Pengaruh Pemberian


Modifikasi Edukasi Booklet Gizi Balita Dan Cooking Class Terhadap
Pengetahuan Dan Pola Pemberian Makan Balita. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 11(2), 47. https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i2.372
Fatmawati, A. M. A.-K. N. A. (2022). Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Balita denganGizi Kurang. Jurnal Midwifery, 4, No 1(1), 43–52.
https://doi.org/10.24252/jmw.v4i1.27883
Hanum, F., Surtiningsih, & Rahayu, T. (2021). Upaya Peningkatan Nafsu
Makan Balita dengan Terapi Pijat Balita Sehat di Wilayah Puskesmas
Wanadadi 1. Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat (SNPPKM), 1155–1158.
Mega Pramijantoro Saputri, A. N., & Supriyono, M. (2014). EFEKTIVITAS
VARIASI MAKANAN TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN
ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KUNINGAN
SEMARANG UTARA. Keperawatan, 4(1), 88–100.
Nurahmawati, D., Mulazimah, M., Ikawati, Y., Sushanty, E. I. M., Tae, Y.
A., Malega, J. V., & Tyas, A. W. (2022). Implementasi Posyandu
“Balita Sehat” Dengan Screening dalam Upaya Deteksi Dini
Gangguan Tumbuh Kembang Anak di Kabupaten Nganjuk. Abdimas:
Papua Journal of Community Service, 4(1), 68–77.
https://doi.org/10.33506/pjcs.v4i1.1605
Setyaningsih, P., Khanifah, M., & Chabibah, N. (2017). Layanan Tumbuh
Kembang Balita dengan Pendampingan Ibu dan Anak Sehat. 81–86.
Simanungkalit, H. M. (2020). Pengaruh Pijat Terhadap Tingkat Kesulitan
Makan Balita Usia 1 Tahun. Media Informasi, 15(2), 96–100.
https://doi.org/10.37160/bmi.v15i2.360
Teresia Rosmala Dewi, S., Edi Kamal, S., Asrina, R., Kemenkes
Makassar, P., & Sandi Karsa Makassar, P. (2021). PENGOLAHAN
TEMULAWAK(Curcuma xanthorriza Robx) MENJADI SERBUK

1
TEMULAWAK INSTAN SEBAGAI OBAT NAPSU MAKAN PADA
ANAK Processing Of Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx) Into
Instant Temulawak Powder As A Drug For Eating In Children. Jurnal
Pengabdian Kefarmasian, 2(2), 57–60.

Dewi, Suryani. 2017. Studi Status Gizi, Pola Makan serta Aktivitas pada
Anak TK di Kota Mataram. Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6(2): 14-
19 ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154.

Diana, Wulan . 2019. BERMAIN PUZZLE MENINGKATKAN


PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA PRASEKOLAH (4-5
TAHUN). Adi Husada Nursing Journal – Vol. 5 No. 2 Desember 2019.

Doni, Alsri Windra & Mukhtar, Sri Wahyuni. 2020. HUBUNGAN POLA
ASUH ORANG TUA DENGAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH. Jurnal Kesehatan
Published by Poltekkes Ternate, 13 (1), 2020, Pages 46 –52

Erida. 2018. Pengasuhan dan Pengembangan Kesehatan Anak Usia Dini.


Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.

Fatmawati, A. M. A.-K. N. A. (2022). Manajemen Asuhan Kebidanan pada


Balita denganGizi Kurang. Jurnal Midwifery, 4, No 1(1), 43–52.
https://doi.org/10.24252/jmw.v4i1.27883

Hairunis. 2018. Hubungan Status Gizi dan Stimulasi Tumbuh Kembang


dengan Perkembangan Balita. Sari Pediatri Vol. 20 No.3 Oktober
2018.
Chabibah, N., Khanifah, M., & Kristiyanti, R. (2020). Pengaruh Pemberian
Modifikasi Edukasi Booklet Gizi Balita Dan Cooking Class Terhadap
Pengetahuan Dan Pola Pemberian Makan Balita. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 11(2), 47. https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i2.372
Fatmawati, A. M. A.-K. N. A. (2022). Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Balita denganGizi Kurang. Jurnal Midwifery, 4, No 1(1), 43–52.
https://doi.org/10.24252/jmw.v4i1.27883
Hanum, F., Surtiningsih, & Rahayu, T. (2021). Upaya Peningkatan Nafsu
Makan Balita dengan Terapi Pijat Balita Sehat di Wilayah Puskesmas
Wanadadi 1. Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat (SNPPKM), 1155–1158.
Mega Pramijantoro Saputri, A. N., & Supriyono, M. (2014). EFEKTIVITAS
VARIASI MAKANAN TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN
ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KUNINGAN
SEMARANG UTARA. Keperawatan, 4(1), 88–100.

Nurahmawati, D., Mulazimah, M., Ikawati, Y., Sushanty, E. I. M., Tae, Y. .,


Malega, J. V., & Tyas, A. W. (2022). Implementasi Posyandu

1
“Balita Sehat” Dengan Screening dalam Upaya Deteksi Dini
Gangguan Tumbuh Kembang Anak di Kabupaten Nganjuk. Abdimas:
Papua Journal of Community Service, 4(1), 68–77.
https://doi.org/10.33506/pjcs.v4i1.1605
Setyaningsih, P., Khanifah, M., & Chabibah, N. (2017). Layanan Tumbuh
Kembang Balita dengan Pendampingan Ibu dan Anak Sehat. 81–86.
Simanungkalit, H. M. (2020). Pengaruh Pijat Terhadap Tingkat Kesulitan
Makan Balita Usia 1 Tahun. Media Informasi, 15(2), 96–100.
https://doi.org/10.37160/bmi.v15i2.360
Teresia Rosmala Dewi, S., Edi Kamal, S., Asrina, R., Kemenkes
Makassar, P., & Sandi Karsa Makassar, P. (2021). PENGOLAHAN
TEMULAWAK(Curcuma xanthorriza Robx) MENJADI SERBUK
TEMULAWAK INSTAN SEBAGAI OBAT NAPSU MAKAN PADA
ANAK Processing Of Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx) Into
Instant Temulawak Powder As A Drug For Eating In Children. Jurnal
Pengabdian Kefarmasian, 2(2), 57–60.

Herdyana, Erma. 2019. Perbedaan masa perkembangan anak usia 48-60


bulan berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan instrument
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Jurnal Kebidanan
VOL.8 No.1 April 2019. ISSN : 2657-1978.

Hutami I.R. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan


balita di posyandu Desa Bulak Lor wilayah kerja Puskesmas
Jatibarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 1-6.

Lindawati. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan


motorik anak usia prasekolah. https : //www.poltekkesjakarta1.ac.id.

Lisa, Mirna, dkk. 2020. Alat permainan edukasi (APE) meningkatkan


perkembangan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun. Jurnal
Kesehatan Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020. ISSN 2086-7751.

McDonald S, Kehler H, Bayrampour H, Lee NF, Tough S. 2016. Risk and


protect- ive factors in early child development: result from the all our
babies (AOB) pregnancy cohort. Research in Deve- lopmental
Disabilities 58: 20-3

Mgongo M, Katanga J, Uriyo JG, Damian DJ. 2017. Predictors of


appropriate breatfeeding knowledge among pregnant women in
Moshi Urban. Tanzania : a cross-sectional study. Int Breastfeeding J
2017 ; 11:1-8.

Meiuta Hening Prastiwi. 2019. Overview of Growth and Development in


Children Age 3-6 Years , JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019. p-ISSN:
2354-6093 dan e-ISSN: 2654-4563 DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.162

1
Moonik, Lestari H, Wilar R. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlam- batan perkembangan anak taman kanak kanak. Jurnal e-
Clinic. 3(1): 124-132.
Chabibah, N., Khanifah, M., & Kristiyanti, R. (2020). Pengaruh Pemberian
Modifikasi Edukasi Booklet Gizi Balita Dan Cooking Class Terhadap
Pengetahuan Dan Pola Pemberian Makan Balita. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 11(2), 47. https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i2.372
Fatmawati, A. M. A.-K. N. A. (2022). Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Balita denganGizi Kurang. Jurnal Midwifery, 4, No 1(1), 43–52.
https://doi.org/10.24252/jmw.v4i1.27883
Hanum, F., Surtiningsih, & Rahayu, T. (2021). Upaya Peningkatan Nafsu
Makan Balita dengan Terapi Pijat Balita Sehat di Wilayah Puskesmas
Wanadadi 1. Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat (SNPPKM), 1155–1158.
Mega Pramijantoro Saputri, A. N., & Supriyono, M. (2014). EFEKTIVITAS
VARIASI MAKANAN TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN
ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KUNINGAN
SEMARANG UTARA. Keperawatan, 4(1), 88–100.
Nurahmawati, D., Mulazimah, M., Ikawati, Y., Sushanty, E. I. M., Tae, Y.
A., Malega, J. V., & Tyas, A. W. (2022). Implementasi Posyandu
“Balita Sehat” Dengan Screening dalam Upaya Deteksi Dini
Gangguan Tumbuh Kembang Anak di Kabupaten Nganjuk. Abdimas:
Papua Journal of Community Service, 4(1), 68–77.
https://doi.org/10.33506/pjcs.v4i1.1605
Setyaningsih, P., Khanifah, M., & Chabibah, N. (2017). Layanan Tumbuh
Kembang Balita dengan Pendampingan Ibu dan Anak Sehat. 81–86.
Simanungkalit, H. M. (2020). Pengaruh Pijat Terhadap Tingkat Kesulitan
Makan Balita Usia 1 Tahun. Media Informasi, 15(2), 96–100.
https://doi.org/10.37160/bmi.v15i2.360
Teresia Rosmala Dewi, S., Edi Kamal, S., Asrina, R., Kemenkes
Makassar, P., & Sandi Karsa Makassar, P. (2021). PENGOLAHAN
TEMULAWAK(Curcuma xanthorriza Robx) MENJADI SERBUK
TEMULAWAK INSTAN SEBAGAI OBAT NAPSU MAKAN PADA
ANAK Processing Of Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx) Into
Instant Temulawak Powder As A Drug For Eating In Children. Jurnal
Pengabdian Kefarmasian, 2(2), 57–60.

Nuria, Ratri. 2018. PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN HIDUP


SEHAT ANAK USIA DINI PADA TAMAN KANAK-KANAK. Jurnal
Golden Age Hamzanwadi University Vol. 2 No. 2, Desember 2018,
Hal. 96-112 E-ISSN : 2549-7367.

Pell LG, Bassani DG, Nyaga L, Njagi I, Wanjiku C, Thiruchselvam T, et al.


2016. Effect of provision of an inte- grated neonatal survival kit and
early cognitive stimulation package by com- munity health workers on

1
develop- mental outcomes of infants in Kwale County, Kenya: study
protocol for a cluster randomized trial. BMC Preg- nancy and
Childbirth. 16: 265.
Pieters N, Levenstond M. 2015. Factors comprimising development of
child- ren under five living in extreme poverty. Journal of food and
nutrition sciences.

Rahmawati VE, Pamungkasari EP, Murti B. 2018. Determinants of


stunting and child development in Jombang district. Journal of
Maternal and Child Health. 3(1): 68-80

Rambe & Sebayang. 2020. Pegaruh kuesioner pra skrining


perkembangan (KPSP) terhadap peningkatan kepatuhan ibu dalam
pemantauan perkembangan anak. Journal Health Of Studies Vol. 4.
No.1 Maret 2020, 79-86. ISSN.2549-3353.

Sari. 2015. Bimbingan kader posyandu dengan kepatuhan kunjungan ibu


balita di posyandu. Jurnal Ners LENTERA, 3 (1), 1-9.
Chabibah, N., Khanifah, M., & Kristiyanti, R. (2020). Pengaruh Pemberian
Modifikasi Edukasi Booklet Gizi Balita Dan Cooking Class Terhadap
Pengetahuan Dan Pola Pemberian Makan Balita. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 11(2), 47. https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i2.372
Fatmawati, A. M. A.-K. N. A. (2022). Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Balita denganGizi Kurang. Jurnal Midwifery, 4, No 1(1), 43–52.
https://doi.org/10.24252/jmw.v4i1.27883
Hanum, F., Surtiningsih, & Rahayu, T. (2021). Upaya Peningkatan Nafsu
Makan Balita dengan Terapi Pijat Balita Sehat di Wilayah Puskesmas
Wanadadi 1. Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian
Masyarakat (SNPPKM), 1155–1158.
Mega Pramijantoro Saputri, A. N., & Supriyono, M. (2014). EFEKTIVITAS
VARIASI MAKANAN TERHADAP PENINGKATAN NAFSU MAKAN
ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KUNINGAN
SEMARANG UTARA. Keperawatan, 4(1), 88–100.
Nurahmawati, D., Mulazimah, M., Ikawati, Y., Sushanty, E. I. M., Tae, Y.
A., Malega, J. V., & Tyas, A. W. (2022). Implementasi Posyandu
“Balita Sehat” Dengan Screening dalam Upaya Deteksi Dini
Gangguan Tumbuh Kembang Anak di Kabupaten Nganjuk. Abdimas:
Papua Journal of Community Service, 4(1), 68–77.
https://doi.org/10.33506/pjcs.v4i1.1605
Setyaningsih, P., Khanifah, M., & Chabibah, N. (2017). Layanan Tumbuh
Kembang Balita dengan Pendampingan Ibu dan Anak Sehat. 81–86.
Simanungkalit, H. M. (2020). Pengaruh Pijat Terhadap Tingkat Kesulitan
Makan Balita Usia 1 Tahun. Media Informasi, 15(2), 96–100.
https://doi.org/10.37160/bmi.v15i2.360
Teresia Rosmala Dewi, S., Edi Kamal, S., Asrina, R., Kemenkes
Makassar, P., & Sandi Karsa Makassar, P. (2021). PENGOLAHAN

1
TEMULAWAK(Curcuma xanthorriza Robx) MENJADI SERBUK
TEMULAWAK INSTAN SEBAGAI OBAT NAPSU MAKAN PADA
ANAK Processing Of Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx) Into
Instant Temulawak Powder As A Drug For Eating In Children. Jurnal
Pengabdian Kefarmasian, 2(2), 57–60.

Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak Edisi: 2. Jakarta :EGC.

Teresia Rosmala Dewi, S., Edi Kamal, S., Asrina, R., Kemenkes
Makassar, P., & Sandi Karsa Makassar, P. (2021). PENGOLAHAN
TEMULAWAK(Curcuma xanthorriza Robx) MENJADI SERBUK
TEMULAWAK INSTAN SEBAGAI OBAT NAPSU MAKAN PADA
ANAK Processing Of Temulawak (Curcuma xanthorriza Robx) Into
Instant Temulawak Powder As A Drug For Eating In Children. Jurnal
Pengabdian Kefarmasian, 2(2), 57–60.

Widyawati, dkk. 2016. Analysis Complementary Feeding And Nutritional


Status Among Children Age 12-24 Months In Puskesmas Lesung
Batu, Empat Lawang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Juli 2016,
7(2):139-149 e-ISSN 2548-7949 DOI:
https://doi.org/10.26553/jikm.2016.7.2.139-149 Available online at
http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm.

Anda mungkin juga menyukai