DI RUANGAN ANGGREK
DI SUSUN
OLEH :
2.Voni Putriani(202201009)
1
Mengetahui
PEMBIMBING AKADEMIK
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan
PROPOSAL JIWA DENGAN MASALAH RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Di RSKJ Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu,terselesaikannya proposal ini
tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang membantu dalam proses penulisan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan.
Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan
nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat positif membangun demi kesempurnaan proposal ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang 6
2. Tujuan 6
BAB II LANDASAN TEORI
4. Mekanisme koping....................................................................................13
5. Penatalaksanaan.......................................................................................14
6. Konsep askep............................................................................................15
1. Pengkajian............................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................27
3. Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................28
4. Implementasi Dan Evaluasi.................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian............................................................................................42
2. Diagnosa...............................................................................................43
3. Intervensi..............................................................................................44
4. Implementasi........................................................................................44
5. Evaluasi................................................................................................45
6. SPTK...................................................................................................47
4
BAB V
1. Kesimpulan...........................................................................................65
2. Saran.......................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
5
PENDAHULUAN
6
Sumatera Utara berada pada posisi ke 21 dengan privalensi 6,3%
(Kemenkes, 2019).
1.1 Tujuan.
1.1.1 TujuanUmum
7
Resiko Perilaku Kekerasan.
BAB II
8
LANDASAN TEORITIS
2.1.1. Definisi
Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi
(aggressive behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk kepada
hewan atau benda-benda. Ada perbedaan antara agresi sebagai suatu
bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi sebagai bentuk perilaku.
Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan perasaan
dendam atau ancaman yang memancing amarah yang dapat
membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk
melawan atau menghukum yang berupa tindakan menyerang orang lain
(assault), agresivitas terhadap diri sendiri (self aggression) serta
penyalahgunaan narkoba (drugs abuse). Untuk melupakan persoalan
hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku agresi.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
(Muhith, Abdul, 2015). Berdasarkan defenisi ini, maka perilaku kekerasan
dapat dibagi dua menjadi perilaku secara verbal dan fisik. Sedangkan
marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada
suatu perangkat perasaan marah (Stuart dan Sudden, 1995).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).
Ekspresi marah yang segera karena suatu penyebab adalah wajar dan hal
9
ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung. Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana
hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat. (Depkes RI, 1996). Kemarahan
yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden,dkk, 2013).
Adaptif Maladaptif
Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif, asertif, dan
agresif/perilaku kekerasan.
a. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu
menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat
menimbulkan kelegaan pada individu.
10
b. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
c. Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang
sangat tinggi atau ketakutan (panik).
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Respon rasa
marah bisa diekspresikan secara eksternal (perilaku kekerasan) maupun
internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstrukstif, menggunakan
kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang
lain, akan memberikan persaan lega, menurunkan ketegangan sehingga
perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya
dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak
menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan
berkepanjangan dan perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah dilakukan
individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan
marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat akan
menimbulkan perasaan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri.
(Dermawan, Deden, 2013).
2.1.3. Etiologi
A. Faktor Presisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
11
2. Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan.
Dalam hal ini system limbic berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan
tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena
perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3. Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui
berperilaku destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialitas.
12
B. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar
(serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam
(putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta,
takut terhadap penyakit fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan
yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan. (Dermawan,
Deden, 2013).
13
j. Nafas pendek
(Kartika Sari Wijayaningsih, 2015)
2.1.6. Komplikasi
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan.
14
marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain meremas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain, mengenal kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu
dan mencumbunya
c. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci kepada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil, membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bisa diekspresikan
dengan berlebih-lebihan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman-teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan, melampiaskan pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun yang marah
karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di
dinding kamarnya, mulai bermain perang-perangan dengan teman-
temannya. (Muhith, Abdul, 2015).
15
ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depresi. Selanjutnya,
pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari
benzodiapzepines, dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.
Buspiron obat anxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan
yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan
menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala,
demensia, dan development disability.
Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol
impulsive dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan
mood. Amitriptyline dan trazodone, efektif untuk menghilangkan
agresitivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organic. Mood Stabilizer penelitian menunjukkan bahwa pemberian
lithium efektif untuk agresif karena manic. Pada beberapa kasus,
pemberiannya untuk menurunkan perilaku agresif yang disebabkan oleh
gangguan lain seperti RM, cedera kepala, skizofrenia, gangguan
kepribadian. Pada klien dengan epilepsy lobus temporal, bisa
meningkatkan perilaku agresif. Pemberian carbamazepines dapat
mengendalikan perilaku agresif pada klien dengan kelainan
(electroencephalograms).
Antipsyhoyic, obat-obatan ini biasanya dipergunakan untuk
perawatan perilaku agresif. Bila agitasi terjadi karena delusi, halusinasi
atau perilaku psikotik lainnya, maka pemberian obat ini dapat membantu,
namun diberikan hanya untuk 1-2 minggu sebelum efeknya dirasakan.
Medikasi lainnya, banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian
naltrexone (antagonis opiat) dapat menurunkan perilaku mencederai diri.
Betablockers seperti propanolol dapat menurunkan perilaku kekerasan
pada anak dan pada klien dengan gangguan mental organic. (Muhith,
Abdul, 2015).
16
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
A. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1. Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2. Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini
system limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1. Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan
tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena
perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3. Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui
berperilaku destruktif.
17
c. Faktor sosiokultural
1. Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif dan agresif
2. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialitas.
B. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan dengan
orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik, dan
lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan (Dermawan, Deden, dkk, 2013).
18
Klien dapat empati, sebut nama dan jelaskan tujuan interaksi
membina hubungan 2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai
saling percaya 3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
menantang
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tapi sering
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal
kekerasan 3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan klien dengan sikap tenang
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan
tanda-tanda perilaku dirasakan saat jengkel/kesal
kekerasan 2. Observasi tanda perilaku kekerasan
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal
yang dialami klien
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan biasa dilakukan
yang biasa 2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku
dilakukan kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan: apakah dengan cara yang dilakukan
masalahnya selesai?
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan
akibat perilaku 2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
kekerasan digunakan
3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang
sehat
19
Klien dapat Rencana Tindakan:
mengidentifikasi 1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari
cara konstruktif cara baru yang sehat
dalam berespon 2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
terhadap kemarahan 3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
a. Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolahraga, memukul bantal/kasur atau pekerjaan
yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal: katakan bahwa anda sedang marah
atau kesal/tersinggung
c. Secara sosial: lakukan dengan kelompok cara marah
yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen
perilaku kekerasan
d. Secara spiritual: berdoa, sembahyang, memohon
kepada Tuhan untuk diberi kesabaran
Klien dapat Rencana Tindakan:
mendemonstrasikan 1. Bantu memilih cara yang paling tepat
cara mengontrol 2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah
perilaku kekerasan dipilih
3. Bantu menstimulasikan cara yang telah dipilih
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang
dicapai dalam stimulasi
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat
jengkel/marah
6. Susun jadwal melakukan cara yang telah dipilih
Klien dapat 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada
menggunakan obat klien dan keluarga
dengan benar (sesuai 2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
program) berhenti minum obat tanpa seizin dokter
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien,
obat, dosis, cara dan waktu)
20
4. Anjurkan untuk membicarakan efek samping obat
yang perlu diperhatikan
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
Klien mendapat Rencana Tindakan:
dukungan dari 1. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari
keluarga dalam sikap keluarga selama ini
mengontrol perilaku 2. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
kekerasan 3. Jelaskan cara-cara merawat klien
a. Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif
b. Sikap tenang, bicara tenang, dan jelas
c. Membantu klien mengenal penyebab ia marah
4. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien
5. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
Klien mendapat Rencana Tindakan:
perlindungan dari 1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu-buru, nada suara
lingkungan untuk rendah, tunjukkan kepedulian
mengontrol perilaku 2. Lindungi agar klien tidak mencederai orang lain dan
kekerasan lingkungan
3. Jika tidak dapat diatasi, lakukan pembatasan gerak
atau pengekangan
(Abdul Muhith, 2015)
BAB III
TINJAUAN KASUS
21
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Inisial : Tn. F
Umur : 25 Tahun
Alamat : Desa Simpang Beliti,Rejang Lebong
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajian : 30 Desember 2023
No.RM : 064061
Sumber Data : Klien, keluarga dan status klien
22
3.1.4. Fisik
1. Tanda vital: TD:120/70 mmHg HR: 88x/m
Temp: 360c RR: 20x/m
2. Ukur: TB : 160 cm BB: 54 kg
3. Klien tidak memiliki keluhan tentang fisiknya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3.1.5. Psikososial
Genogram
Keterangan :
: Laki -laki
: Prempuan
: Klien laki-laki
23
Klien mengatakan anak ke empat dari lima bersaudara, klien belum menikah dan
kedua orang tua nya sudah meninggal semua.
24
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.8. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Klien beragama islam dan klien menyakini adanya Allah SWT.
Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang beribadah
Masalah keperawatan : distress spiritual
3.1.9. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan kotor
Masalah keprawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien ketika berbicara cepat, suara keras, dengan nada tinggi,dan
mudah tersinggung.
Masalah keprawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-rubah,
bingung, dan suka mondar-mandir
Masalah keprawatan : Resiko perilaku kekerasan
4. Alam perasaan
Alam perasaan klien saat ini sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
5. Afek
Labil karena klien mudah marah, dan mudah emosi.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien dapat diajak bicara dengan perawat dengan
kontak mata tajam dan nada bicara yang tingi
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
7. Persepsi
Klien mengatakan pernah mendengar bisiskan menyuruh memukul
25
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
8. Proses pikir
Selama wawancara klien dapat menjawab pertanyaan secara lancar
dan sesuai.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Isi pikir
Klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik baik saja.
Masalah keperawatan : Tidak ada
10. Tingkat kesadaran
Klien kadang suka bingung dan kurang konsentrasi saat sedang di
wawancarai klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan
sekarang (saat dibawa ke Rsj dan diantar oleh keluarga dan klien
dapat mengingat nama perawat saat berkenalan). Masalah
keperawatan : tidak ada
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka pendek Namun klien sering lupa nama
orang yang baru saya diajaknya mengobrol.
Masalah keperawatan : Gangguan memori
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara sederhana
Masalah Keperawatan : Tidak ada
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang mana baik dan buruk
Masalah Keperawatan : Tidak ada
14. Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya
Masalah keperawatan : Tidak ada
26
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti
biasanya, klien makan 3x sehari, pagi, siang dan malam. Klien BAB 1x
sehari dan BAK kurang lebih 5x sehari, dan mampu melakukan eliminasi
dengan baik, menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
Klien tidak mengetahui tentang pemakaian obat-obatan, klien mandi 2x
sehari dengan mandiri.
27
Resiko Gangguan Persepsi Distres Spiritual
Sensori : Halusinasi
Pendengaran
Penatalaksanaan Regiment
Terapeutik Inefektif
28
3.3. Rencana Tindakan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
29
1 Resiko perilaku Tujuan Keperawatan: SP 1
kekerasan Klien dapat a. Bina hubungan saling
mengontrol atau percaya
mengendalikan b. Identifikasi penyebab
perilaku kekerasan perilaku kekerasan
c. Identifikasi perilaku
Tujuan Khusus: kekerasan yang dilakukan
- Klien dapat d. Identifikasi penyebab
membina hubungan perilaku kekerasan
saling percaya e. Latih mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara fisik
- Klien dapat
(teknik relaksasi nafas dalam
mengenal perilaku dan pukul bantal/Kasur
kekerasan yang
f. Anjurkan klien memasukan
dilakukannya dalam jadwal kegiatan harian
- Klien dapat
SP 2
mengidentifikasi a. Evaluasi jadwal kegiatan
klien yang lalu (SP 1)
tanda-tanda perilaku
b. Jelaskan ke pada klien cara
kekerasan mengontrol perilaku
kekerasan dengan 5 benar
- Klien dapat
obat
mengidentifikasi c. Anjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
perilaku kekerasan
yang pernah SP 3
a. Evaluasi jadwal kegiatan
dilakukan
klien yang lalu (SP 1, SP 2)
- Klien dapat b. Latih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
mengidentifikasi
cara verbal
perilaku kekerasan c. Anjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan herian
yang pernah
dilakukan SP 4
a. Evaluasi Jadwal kegiatan
- Klien dapat
(SP 1, SP 2, SP 3)
mengidentifikasi b. Latih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
akibat perilaku
cara spiritual
kekerasan c. Anjurkan klien masukan
30
31
3.4. Implementasi dan Evaluasi Pada Pasien Perilaku Kekerasan
No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1. Sabtu, 30 Resiko SP 1 S:
Desember perilaku - Mengidentifikasi penyebab,tanda - Klien mengatakan belum
2023 kekerasan dan gejala serta akibat perilaku mengerti cara mengungkapkan
kekerasan rasa marah dengan cara fisik:
- Menjelaskan cara mengontrol relaksasi napas dalam
perilaku kekerasan dengan cara - Kasien mengatakan perasaanya
Fisik ,Tarik nafas dalam belum tenang setelah
- Memperagakan Cara tarik nafas memperagakan cara yang telah
dalam dilatih
- Meminta klien Memperagakan
ulang cara tarik nafas dalam O:
- Memasukan dalam Jadwal harian a.Klien belum menunjukkan
pasien tanda-tanda percaya kepada
perawat
b. Ekspresi wajah labil
c. Kontak mata tajam
d. Klien mau mengungkapkan
masalah yang dihadapi
e. Klien mau menceritakan
penyebab perasaan marah
f. Klien belum mau menceritakan
kembali cara yang dilakukan
untuk mengungkap rasa kesal
atau marah secara sehat sesuai
dengan cara yang telah diajari
perawat
g. Klien belum mengungkapkan
perasaanya setelah
32
memperagakan cara yang telah
diajarkan
h. Klien mau mendiskusikan
kontrak yang jelas dengan
perawat (lokasi dan waktu)
A:
Klien belum mampu
mengungkapkan rasa kesal atau
marah dengan cara yang telah
diajari perawat
P:
Lanjutkan SP 1
33
untuk mengungkap rasa kesal
atau marah secara sehat sesuai
dengan cara yang telah diajari
perawat
m. Klien belum mau
mendiskusikan kontrak yang
jelas dengan perawat
A:
Klien belum mampu
mengungkapkan rasa kesal atau
marah dengan cara yang telah
diajari perawat
P:
Lanjut Sp1
2. Senin, Resiko - Mengidentifikasi S:
01 perilaku penyebab,tanda dan gejala n. Klien mengatakan telah
Desember kekerasan serta akibat perilaku kekerasan melakukan cara yang telah
2023 - Menjelaskan cara mengontrol diajarkan perawat (cara fisik:
perilaku kekerasan dengan napas dalam, pukul bantal atau
cara Fisik ,Tarik nafas dalam kasur)
- Memperagakan Cara tarik o. Klien mengatakan
nafas dalam perasaannya lebih tenang
- Meminta klien Memperagakan setelah memperbincangkan
ulang cara tarik nafas dalam tentang cara verbal
- Memasukan dalam Jadwal (menceritakan rasa kesal atau
harian pasien marah kepada orang lain)
O:
1. Wajah klien tampak
bersahabat
34
2. Klien mau menceritakan
bagaimana keadaanya saat ini
3. Klien tampak lebih rileks
setelah berbincang-bincang
dengan perawat tentang cara
mengungkapkan rasa kesal
atau marah
A:
Klien mampu mengungkapkan
rasa kesal atau marah dengan cara
yang telah diajari perawat
P:
Lanjutkan dengan SP 2
Evaluasi SP 1
3. Selasa, Resiko SP 2 S:
02 Januari perilaku a. Mengevaluasi SP 1 Klien mengatakan belum mampu
2024 kekerasan b. Mengontrol perilaku kekerasan menyebutkan 5 benar obat
dengan cara minum obat (jelaskan O:
dengan 5 benar pemberian Klien belum mampu menyebutkan
obat :benar obat, benar dosis, 5 benar obat
benar pasien, benar cara, benar A:
waktu) Klien belum mampu
c. Masukkan pada jadwal kegiatan mempraktekkan 5 cara benar obat
harian pasien. dengan benar
P:
Lanjutkan Sp2
Evaluasi Sp1
35
Rabu, Resiko SP 2 S:
03 januari perilaku - Mengevaluasi sp1 Klien mengatakan sudah mampu
2024 kekerasan - Mengontrol perilaku menyebutkan 5 benar obat
kekerasan dengan cara minum
O:
obat (jelaskan 5 benar:benar
cara,benar dosis,benar Klien mampu menyebutkan 5
obat,benar pasien,benar
benar obat
waktu)
- Masukkan pada jadwal A:
kegiatan harian pasien.
Klien sudah bisa menyebutkan
kembali apa yang telah dijelaskan
oleh perawat
P:
Lanjutkan SP3
Evaluasi Sp 1 dan Sp2
Kamis, Resiko SP3 S:
04 januari perilaku - Mengevaluasi sp1 dan sp2 Klien mengatakan sudah mampu
2024 kekerasan - Mengontrol perilaku berbicara baik baik
kekerasan secara verbal(bicara
baik-baik) O:
- Memasukan pada jadwal Klien sudah mampu mengontrol
kegiatan harian pasien perilaku kekerasan dengan secara
verbal
A:
Klien mampu bicara secara
verbal
P:
Lanjutkan SP 4 mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
spiritual
36
SP dihentikan
37
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis sedikit menemukan kesulitan dalam
pengumpulan data dan informasi tentang keadaan yang berhubungan
dengan pasien. Hal ini karena pasien mudah pusing ketika ditanya dan
kontak mata kurang saat di tanya.
Pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan pada klien Perilaku kekerasan. Pembahasan menyangkut
analisis hasil penerapan Asuhan Keperawatan terhadap masalah
keperawatan Perilaku kekerasan.
Tahap pengkajian pada klien perilaku kekerasan dilakukan interaksi
perawat-klien melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data
dan informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses
interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada
perawat.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa
sumber, yaitu dari pasien dan perawat. Penulis tidak mempunyai kesulitan
karena dalam mengumpulkan data keluarga pasien terbuka dan dapat
diajak bekerja sama dengan baik. Penulis juga melakukan pendekatan
kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka,
membantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien.
42
Adapun upaya tersebut yaitu: wawancara langsung dengan klien
Tn.F dengan menerapkan komunikasi terapeutik dalam membina
hubungan saling percaya antara penulis dengan klien, wawancara langsung
dengan keluarga pasien, mendapatkan informasi melaui catatan rekam
medik klien Tn.F.
Adapun data yang ditemukan dalam teoritis atau gejala-gejala yang
merupakan manifestasi klinis dari perilaku kekerasan yaitu sebagai
berikut:
1. Perilaku yang berkaitan dengan perilaku Perubahan Psikologik:
tekanan darah meningkat, denyut nadi meningkat, pernapasan
meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang
konstipasi reflex tendon tinggi.
2. Perubahan Emosional: mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi,
ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilang kontrol diri.
3. Perubahan Perilaku: agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis,
curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar
Pada kasus Tn.F ditemukan dua Diagnosa Keperawatan yang muncul yang
meliputi:
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Dengan Prioritas utama Perilaku Kekerasan.
43
4.3. Intervensi
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien Tn. F sesuai dengan
teoritis serta berfokus pada masalah perilaku kekerasan. Rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan diagnosa perilaku kekerasan meliputi
pemberian tindakan keperawatan. Melatih mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara mengungkapkan marah secara fisik, verbal, spiritual dan
melatih klien minum obat dengan prinsip 5 benar:
1. Melatih cara mengungkapkan marah secara fisik, verbal, spiritual
2. Menyusun jadwal kegiatan dan dengan aktifitas
3. Patuh minum obat secara teratur.
4. Terapi aktivitas kelompok terkait terapi aktifitas kelompok stimulasi
perilaku kekerasan
Intervensi yang di teori dilakukan di dalam praktek seperti:
1. Membina hubungan saling percaya, salam terapeutik.
2. Menyebutkan nama kesukaan dan menanyakan kembali nama kesukaan
pasien
3. Panggil pasien sesuai dengan nama
4. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
5. Memberikan rasa nyaman pada klien
6. Melakukan kontrak singkat tapi sering
7. Menjelaskan kontrak yang akan dilakukan
4.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah
keperawatan yakni: Diagnosa Keperawatan Perilaku kekerasan. Pada
diagnosa keperawatan perilaku kekerasan dilakukan:
1. Strategi pelaksanaan pada pertemuan pertama meliputi:
mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, akibat dari perilaku
kekerasan, melatih klien cara fisik (napas dalam, pukul bantal dan
kasur), memasukkan jadwal kegiatan pasien kemudian.
44
2. Strategi pelaksanaan pada pertemuan kedua meliputi: mengevaluasi
latihan fisik (napas dalam, pukul bantal kasur), melatih klien minum
obat dengan prinsip 5 benar, memasukkan jadwal kegiatan pasien
3. Strategi pelaksanaan pada pertemuan ketiga meliputi: mengevaluasi
latihan fisik dan 5 benar obat, melatih cara verbal (meminta dengan
baik, menolak dengan baik, mengungkapkan dengan baik),
memasukkan jadwal kegiatan pasien
4. Strategi pelaksanaan pada pertemuan keempat meliputi: mengevaluasi
latihan SP 1, SP 2 dan SP 3,. dilanjutkan melatih pasien secara spiritual
(berdoa, sholat), memasukkan jadwal kegiatan pasien.
4.5 Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan, demonstrasikan perilaku yang terkontrol,
memperoleh dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku penggunaan
obat dengan benar.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah:
Evaluasi pada SP 1
1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat
2. Ekspresi wajah klien bersahabat
3. Kontak mata tajam
4. Klien mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama
5. Klien mau mengungkapkan masalah yang dihadapi
6. Klien mau menceritakan penyebab perasaan marah
7. Klien mau menceritakan kembali cara yang dilakukan untuk
mengungkap rasa kesal atau marah secara sehat sesuai dengan cara
yang telah diajari perawat
8. Klien mengungkapkan perasaanya setelah memperagakan cara yang
telah diajarkan
45
9. Klien mau mendiskusikan kontrak yang jelas dengan perawat (lokasi
dan waktu)
10. Klien mmapu mneyebutkan kembali cara yang diajarkan oleh
perawat yaitu cara mengontrol emosi dengan teknik relaksasi nafas
dalam dan pukul bantak/kasur
Evaluasi pada SP 2
1. Wajah klien tampak bersahabat
2. Klien mau menceritakan bagaimana keadaanya saat ini
3. Klien tampak lebih rileks setelah berbincang-bincang dengan perawat
tentang cara mengungkapkan rasa kesal atau marah
4. Klien mampu menyebutkan kembali cara yang diajarkan oleh perawat
yaitu 5 benar obat
Evaluasi pada SP 3
1. Wajah klien tampak bersahabat
2. Klien mampu menyebutkan kembali cara yang telah diajari perawat
yaitu cara mengontrol perilaku kekeraasan dengan cara verbal
Evaluasi pada SP 4
1. Klien mengatakan belum mengetahui yang telah dijelaskan oleh perawat
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
46
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
I. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
a. Klien suka membentak orang
b. Klien sering mengatakan benci dan kesal dengan orang yang telah
memperlakukannya dengan tidak baik
Data Objektif :
Mata klien merah, nada suara tinggi dan keras, ekspresi marah saat
membicarakan orang, pandangan tajam
2. Diagnosa Keprawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik
4. Tindakan Keprawatan
Bina hubunngan saling percaya
Identifikasi penyebab tanda dan gejala perilaku kekerasan
Ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan secara fisik
II. Strategi Komunikasi Terapeutik
47
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat sore pak, kami mahasiswa/I DIII Keprawatan dari FIKES
Dehasen Bengkulu, kami sedang dinas sore di ruang melati ini mulai
dari jam 14.00 Wib s.d 20.00 Wib, nama bapak siapa? Bapak
senangnya di panggil siapa?
b. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
c. Kontrak
1) Topik
Baik pak hari ini kita akan berbincang-bincang penyebab bapak
melakukan kekerasan, dan cara mengontrol emosi secara fisik bila
bapak sedang marah. Apakah bapak bersedia?
2) Waktu
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?
2. Kerja
Apa yang menyebabkan bapak marah? Pada saat bapak marah itu apa yang
bapak rasakan? Setelah itu apa yang bapak lakukan kalau sedang marah?
Apakah dengan mengamuk-ngamuk stress bapak bisa hilang? Apa
kerugiannya dari cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara
menungkapkan kemarahan deengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Caranya bapak bisa Tarik nafas dalam dan keluarkan melalui mulut secara
perlahan diulangi selama 5 kali kemudian bapak bisa pukul bantal/Kasur.
Nah coba bapak praktekan kembali yang sudah kami ajarkan..
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tadi?
2) Objektif
48
Sekarang coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
emosi kalau lagi marah?
b. Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
Baik pak bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi untuk
mengulas kembali apakah bapak masih ingat dengan yang telah
kami ajarkan
2) Waktu
Besok bapak maunya di jam berapa?
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Sampai jumpa
besok pak…
49
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
50
IV. Strategi Komunikasi Terapeutik
1. Orientasi
d. Salam terapeutik
Selamat sore pak, kami mahasiswa/I DIII Keprawatan dari FIKES
Dehasen Bengkulu, kami sedang dinas sore di ruang melati ini mulai
dari jam 14.00 Wib s.d 20.00 Wib, nama bapak siapa? Bapak
senangnya di panggil siapa?
e. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
f. Kontrak
4) Topik
Baik pak hari ini kita akan berbincang-bincang penyebab bapak
melakukan kekerasan, dan cara mengontrol emosi secara fisik bila
bapak sedang marah. Apakah bapak bersedia?
5) Waktu
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang
6) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?
2. Kerja
Apa yang menyebabkan bapak marah? Pada saat bapak marah itu apa yang
bapak rasakan? Setelah itu apa yang bapak lakukan kalau sedang marah?
Apakah dengan mengamuk-ngamuk stress bapak bisa hilang? Apa
kerugiannya dari cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara
menungkapkan kemarahan deengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Caranya bapak bisa Tarik nafas dalam dan keluarkan melalui mulut secara
perlahan diulangi selama 5 kali kemudian bapak bisa pukul bantal/Kasur.
Nah coba bapak praktekan kembali yang sudah kami ajarkan..
4. Terminasi
c. Evaluasi
1) Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tadi?
51
2) Objektif
Sekarang coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
emosi kalau lagi marah?
d. Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
Baik pak bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi
apakah bapak masih ingat atau bapak masih lupa dg yang kami
ajarkan, apakah bapak bersedia?
2) Waktu
Besok bapak maunya di jam berapa?
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Sampai jumpa
besok pak…
52
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
V. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
e. Klien masih suka membentak orang
f. Klien sering mengatakan kesal dengan orang yang telah
memperlakukannya dengan tidak baik
Data Objektif :
Pandangan tajam, kontak mata melotot, berbicara nada suara tinggi dan
keras, ekspresi marah
2. Diagnosa Keprawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
7. Tujuan Keperawatan
i. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
j. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
k. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan
l. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik
8. Tindakan Keprawatan
d. Bina hubunngan saling percaya
e. Identifikasi penyebab tanda dan gejala perilaku kekerasan
f. Ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan secara fisik
dengan teknik relaksasi nafas dalam dan pukul bantal/kasur
53
VI. Strategi Komunikasi Terapeutik
1. Orientasi
g. Salam terapeutik
Selamat pagi pak, kami mahasiswa/I DIII Keprawatan dari FIKES
Dehasen Bengkulu, kami sedang dinas sore di ruang melati ini mulai
dari jam 08.00 Wib s.d 14.00 Wib, nama bapak siapa? Bapak
senangnya di panggil siapa? Apakah bapak masih ingat dengan nama
nama kami?
h. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini?
i. Kontrak
7) Topik
Baik pak hari ini kita akan berbincang-bincang penyebab bapak
melakukan kekerasan, dan cara mengontrol emosi secara fisik bila
bapak sedang marah. Apakah bapak bersedia?
8) Waktu
Berapa lama kira-kira bapak mau kita berbincang-bincang?
9) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?
2. Kerja
Apa yang menyebabkan bapak masih marah? Pada saat bapak marah itu
apa yang bapak rasakan? Setelah itu apa yang bapak lakukan kalau sedang
marah? Apa kerugiannya jika bapak melakukan itu? Maukah bapak belajar
melatih cara mengontrol emosi deengan baik tanpa menimbulkan
kerugian? Caranya bapak bisa Tarik nafas dalam dan keluarkan melalui
mulut secara perlahan diulangi selama 5 kali kemudian bapak bisa pukul
bantal/Kasur. Nah coba bapak praktekan kembali yang sudah kami
ajarkan..
5. Terminasi
e. Evaluasi
1) Subjektif
54
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tadi?
2) Objektif
Sekarang coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
emosi kalau lagi marah? Iya benar pak, bapak sudah mulai
mengerti yang telah kami jelaskan
f. Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
Baik pak bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi
apakah dengan topik tertentu, apakah bapak bersedia?
2) Waktu
Besok bapak maunya di jam berapa?
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Sampai jumpa
besok pak…
55
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
56
j. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah melakukan
cara yang saya ajarkan kemarin untuk mengotrol marah bapak? Bapak
masih ingat kan cara latihan fisik kemarin?
k. Kontrak
10) Topik
Baik pak sesuai dengan janji kami kemarin hari ini kita latihan
tentang cara mengontrol rasa emosi ibu dengan minum obat.
11) Waktu
Berapa lama kira-kira bapak mau kita berbincang-bincang?
12) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?
2. Kerja
Baik pak saya akan menjelaskan 5 cara minum obat dengan benar, yang
pertama yaitu benar pasien.bapak harus memastikan bahwa obat yang
bapak minum benar untuk bapak, yang kedua benar obat bapak harus tahu
kapan bapak harus makan obat tentang jumlah dan warna obat yang bapak
konsumsi serta harus mengetahui kegunaan dari obat yang bapak
konsumsi, prinsip ketiga yaitu benar dosis bapak harus tahu dosis yang
harus bapak konsumsi tiap makan, yang keempat benar waktu yaitu bapak
harus kapan bapak harus makan obat, yang kelima benar cara yaitu bapak
harus mengetahui yang apakah obat yang bapak konsumsi itu sebelum
makan atau sesudah makan.
6. Terminasi
g. Evaluasi
1) Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tadi?
2) Objektif
Sekarang coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
emosi kalau lagi marah? Iya benar pak, bapak sudah mulai
mengerti yang telah kami ajarksn
57
h. Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
Baik pak bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi apa
yang tekah saya ajarkan kemarin?
2) Waktu
Besok bapak maunya di jam berapa?
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Sampai jumpa
besok pak…
58
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
59
l. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah melakukan
cara yang saya ajarkan kemarin untuk mengotrol marah bapak? Bapak
masih ingat kan cara latihan fisik kemarin?
m. Kontrak
13) Topik
Baik pak sesuai dengan janji kami kemarin hari ini kita latihan
tentang cara mengontrol rasa emosi ibu dengan minum obat.
14) Waktu
Berapa lama kira-kira bapak mau kita berbincang-bincang?
15) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?
2. Kerja
Baik pak saya akan menjelaskan 5 cara minum obat dengan benar, yang
pertama yaitu benar pasien.bapak harus memastikan bahwa obat yang
bapak minum benar untuk bapak, yang kedua benar obat bapak harus tahu
kapan bapak harus makan obat tentang jumlah dan warna obat yang bapak
konsumsi serta harus mengetahui kegunaan dari obat yang bapak
konsumsi, prinsip ketiga yaitu benar dosis bapak harus tahu dosis yang
harus bapak konsumsi tiap makan, yang keempat benar waktu yaitu bapak
harus kapan bapak harus makan obat, yang kelima benar cara yaitu bapak
harus mengetahui yang apakah obat yang bapak konsumsi itu sebelum
makan atau sesudah makan.
7. Terminasi
i. Evaluasi
1) Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tadi?
2) Objektif
Sekarang coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
emosi dengan makan obat ? Iya benar pak,
j. Rencana Tindak Lanjut
60
1) Topik
Baik pak bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi untuk
melatih bercakap cakap secara verbal
2) Waktu
Besok bapak maunya di jam berapa?
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Sampai jumpa
besok pak…
61
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
62
dari jam 14.00 Wib s.d 20.00 Wib, Apakah bapak masih ingat dengan
nama-nama kami? Iya benar sekali pak
n. Evaluasi Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bapak sudah melakukan
cara yang saya ajarkan kemarin untuk mengotrol marah bapak? Bapak
masih ingat kan cara latihan fisik dan 5 benar obat kemarin?
o. Kontrak iya hari ini
16) Topik
Baik pak sesuai dengan janji kami kemarin hari ini kita latihan
tentang cara mengontrol dengan bercakap-cakap ya pak..
17) Waktu
Berapa lama kira-kira bapak mau kita berbincang-bincang?
18) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana?
2. Kerja
Baik sekarang kita mulai pak ya kalua mengontrol dengan secara fisik dan
sudah tahu 5 benar obat dan sudah lega maka kita bicara baik baik dengan
orang yang membuat kita marah, ada tiga caranya: 1. Minta dengan baik
tanpa marah dengan suara yang rendah dengan kata tolong serta tidak
menggunakan kata kata kasar, contohnya tolong ambilkan barang itu. 2.
Menolak dengan baik, jika ada orang yang nyuruh dan bapak tidak ingin
melakukanya bisa dengan kata maaf contohnya maaf saya sedang tidak
bisa karena sedang ada kerjaan, coba bapak praktekan? Bagus sekali pak.
3. Mengungkapkan perasaan kesal bapak dengan baik, jika ada perlakuan
keluarga atau teman yang membuat bapak kesal contohnya “saya jadi
ingin marah karena perkataanmu itu..
8. Terminasi
k. Evaluasi
1) Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang bincang tadi?
63
2) Objektif
Sekarang coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara mengontrol
emosi dengan makan obat ? Iya benar pak,
l. Rencana Tindak Lanjut
1) Topik
Baik pak bagaimana jika besok kita ulangi lagi berbincang-
bincang untuk melatih bercakap cakap secara verbal
2) Waktu
Besok bapak maunya di jam berapa?
3) Tempat
Bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Sampai jumpa
besok pak…
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan ditemukan data bahwa klien
mengalami gejala-gejala perilaku kekerasan: halusinasi pendengaran. Klien
mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
dirinya sendiri, klien berbicara bicara sendiri, klien mengalami gangguan
konsep diri: harga diri rendah, klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna
karena sakit, klien tampak sedih dan murung.
2. Diagnosa keperawatan meliputi: Perilaku Kekerasan, Gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran, Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah,
Penatalaksanaan Regiment Terapeutik Inefektif.
3. Intervensi/Implementasi, penulis fokus pada masalah utama yaitu perilaku
kekerasan. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien perilaku kekerasan
4. Evaluasi, diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengungkapkan rasa marah yang dialaminya serta dampak pada penurunan
gejala perilaku kekerasan yang dialami
5.2. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pelaksanaan 1 s/d 4 pada klien dengan perilaku kekerasan sehingga
dapat mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa keperawatan
sehingga mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien-pasien yang mengalami perilaku kekerasan
65
3. Bagi Rumah Sakit
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi seluruh tenaga
kesehatan di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Ardani, Tristiadi Ardi, (2013). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa; Bandung: Karya
Putra Darwati.
Fitria, Nita, (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan; Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna & Akemat, (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok; Jakarta: EGC.
67
Yusuf, AH dkk, (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa; Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
68