PERNYATAAN
DELA MEIDYKA SARI Perubahan Struktur Nafkah dan Taraf Hidup Rumah
Tangga yang Dikepalai Perempuan pada Masa Pandemi Covid-19. Dibimbing oleh
FREDIAN TONNY NASDIAN dan IMAN K. NAWIREJA
Wabah Covid-19 telah ditetapkan menjadi pandemi dan persoalan kompleks global.
Dalam merespon keadaan ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan.
Namun, kebijakan ini memberikan dampak terhadap kehidupan rumah tangga yang
dikepalai perempuan. Dengan memfokuskan pada daerah yang memiliki sejumlah
besar segmen populasi ini, penelitian bertujuan menganalisis perubahan struktur
nafkah, perubahan taraf hidup, dan hubungan antara perubahan struktur nafkah dan
perubahan taraf hidup. Kami secara sengaja memilih Desa Sukanagalih, Kecamatan
Pacet, Kabupaten Cianjur karena terdapat banyak perubahan kondisi kehidupan
rumah tangga yang dikepalai perempuan pada masa pandemi Covid-19. Metode
yang digunakan adalah metode campuran dengan mengkombinasikan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pemilihan responden menggunakan teknik proportional
sampling dengan jumlah responden sebanyak 45 orang. Penelitian ini didukung
dengan wawancara mendalam kepada informan yang dipilih secara sengaja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada struktur
nafkah dan taraf hidup serta terdapat hubungan yang lemah antara perubahan
struktur nafkah dan perubahan taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan
pada masa pandemi Covid-19.
Kata kunci: Pandemi Covid-19, struktur nafkah, taraf hidup
ABSTRACT
DELA MEIDYKA SARI The Changes in the Livelihood Structures and the Living
Standards of Women-Headed Households during the Covid-19 Pandemic
Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN and IMAN K. NAWIREJA
The Covid-19 virus outbreak has been declared a pandemic and is becoming a
complex global issue. In response to this, the Indonesian government has issued
many policies. But, these policies severely impacted marginalized women-headed
households life. Zooming into an area of a significant number of this segment of
population, we analyzed changes in livelihood structure, changes in living
standards, and the relationship between the changes in the livelihood structure and
living standards. We purposively choose Sukanagalih Village, Pacet Sub-district of
Cianjur Regency because there are so many changes of women-headed households’
lives during the Covid-19 pandemic. This study used mix methods: a combination
of quantitative and qualitative approaches. We selected 45 respondents following
the proportional sampling technic. The structured interview was complemented
with in-depth interview with purposively selected informants. This study indicates
that there are significant changes in the livelihood structure and living standards.
We also found a weak relationship between the changes in livelihood structure and
changes in women-headed household living standards during the Covid-19
pandemic.
Keywords: Covid-19 pandemic, livelihood structure, living standards
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
Pembimbing 2:
Ir. Iman K. Nawireja, MSi
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih
karunia dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Perubahan Struktur Nafkah dan Taraf Hidup Rumah Tangga yang
Dikepalai Perempuan pada Masa Pandemi Covid-19” ini dengan baik. Skripsi ini
dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Skripsi (KPM 499) pada Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
kontribusi dan dukungan pihak lain. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS dan Bapak Ir. Iman K. Nawireja,
MSi selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing dengan baik,
menjelaskan dan memberi arahan selama proses pembuatan sampai
dengan penyelesaian skripsi.
2. Ibu Lilis Ratnasih selaku ibu kandung penulis serta keluarga yang selalu
memberikan doa dan kasih sayang kepada penulis. Almarhum Ayah dan
Abang yang selalu menginspirasi penulis.
3. Teman - teman dan sahabat dekat yang selalu memberi dukungan kepada
penulis baik di dalam maupun di luar kampus IPB yaitu: Mattjik, Benben,
Aldrian, Andhika, Jasmine, Arasyha, Shasa, Rena, Regina, Aleeka, Meli,
Lisa, Sisi, Nadia, Kak PO, dan Kak Avif.
4. Rana Suci Risyani selaku teman seperbimbingan yang selalu sabar dan
memberi masukan selama proses pembuatan skripsi
5. Rekan-rekan Akselerasi SKPM 54
6. Keluarga besar SKPM 54 yang telah bersama-sama penulis dalam proses
pembelajaran dan perkuliahan di IPB.
7. Rekan-rekan divisi Community Development HIMASIERA 2019/2020
yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.
8. Lembaga Permberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) dan
kader serikat PEKKA Cianjur (Bu Nina, Teh Yanti, Teh Ai, Bu Jojoh)
beserta jajarannya.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang
terdapat pada skripsi ini, namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi banyak pihak yang membutuhkan. Maka dari itu, Penulis dengan
sangat terbuka mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan relevan.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dikumpulkan 19
2 Definisi operasional perubahan struktur nafkah 21
3 Definisi operasional perubahan taraf hidup 23
4 Luas wilayah Kabupaten Cianjur 28
5 Gambaran umum Desa Sukanagalih berdasarkan luas wilayah 2020 29
6 Jumlah penduduk Desa Sukanagalih berdasarkan jenis kelamin 29
7 Jumlah dan persentase jenis kelamin kepala rumah tangga 30
8 Jumlah penduduk Desa sukanagalih berdasarkan tingkat pendidikan 30
9 Jumlah sarana pendidikan di Desa Sukanagalih 2020 31
10 Jumlah penduduk Desa Sukanagalih berdasarkan sumber mata pencaharian 32
11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada tahun 2020 34
12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir 35
13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan 36
14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan 37
15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan status pernikahan 37
16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamanya menjadi anggota
PEKKA 38
17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan perubahan struktur nafkah pada
masa pandemi Covid-19 39
18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan sektor non farm
saat pandemi Covid-19 44
19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan dari satu
sektor struktur nafkah sebelum dan saat pandemi Covid-19 44
20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat perubahan struktur
nafkah 45
21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat taraf hidup sebelum dan
saat pandemi Covid-19 46
22 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan sebelum dan
saat pandemi Covid-19 48
23 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran sebelum
dan saat pandemi Covid-19 49
xiii
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Berfikir Penelitian 16
2 Grafik perubahan tingkat pendapatan sektor on-farm 40
3 Grafik perubahan tingkat pendapatan sektor off farm 41
4 Grafik perubahan tingkat pendapatan sektor non farm 43
5 Wawancara mendalam dengan informan 96
6 Wawancara dengan responden 96
7 Perkebunan bunga 96
8 Kondisi Serikat PEKKA Cianjur 97
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Lokasi Penelitian 64
2 Jadwal Penelitian 65
3 Kuesioner Penelitian 66
4 Panduan Wawancara Mendalam 73
5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 76
6 Hasil Uji Statistik 78
7 Kerangka Sampling 90
8 Tulisan Tematik 92
9 Dokumentasi Penelitian 96
1
I PENDAHULUAN
harus berjuang sendiri dalam situasi krisis (Laporan PEKKA 2020). Dalam
merespon pandemi Covid-19, terdapat peran besar yang sesungguhnya dapat
dimainkan oleh perempuan kepala rumah tangga dimana mereka harus beradaptasi
dan mencari alternatif strategi untuk menafkahi rumah tangganya agar tetap
bertahan hidup. Pemilihan alternatif nafkah dengan struktur nafkah yang baru
memungkinkan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan taraf hidup rumah
tangganya. Menurut BPS (2005) taraf hidup adalah kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dasar untuk menjaga kelangsungan hidupnya yang dapat
dilihat dari tingkat pendapatan. Oleh karena itu, rumah tangga yang dikepalai
perempuan di negara-negara berkembang patut mendapat perhatian khusus karena
merupakan salah satu kelompok marginal, rentan, dan biasanya dirugikan di
berbagai aspek karena memiliki beban ketergantungan yang tinggi, imobilitas
ekonomi dan beban ganda sebagai kepala rumah tangga karena berjuang sendiri
menafkahi keluarga di tengah keterbatasan akses permodalan dan pendidikan
(Khalid & Akhtar 2011).
Beberapa studi telah membahas hal terkait dengan topik penelitian ini.
Nurhayati & Halal R (2020) yang membahas mengenai emansipasi melawan
pandemi global. Hasil penelitian tersebut menyatakan bagaimana kiprah
perempuan Indonesia dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Terkait dampak
akibat pandemi, Hanoatubun (2020) menyatakan berdasarkan situasi yang
sekarang dialami oleh bangsa Indonesia karena adanya pandemi Covid-19
membuat kondisi perekonomian Indonesia menurun dengan sangat signifikan.
Setyawan dan Satria (2017) juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara
strategi nafkah dan taraf hidup rumah tangga. Sari (2017) juga mengatakan bahwa
terdapat hubungan antara kesempatan kerja dengan peningkatan taraf hidup rumah
tangga.
KPPPA (2020) menyatakan bahwa pembatasan sosial membuat 69%
perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah
tangga. Angka tersebut menunjukkan perempuan memikul beban terberat dimana
harus tetap bekerja sambal mengasuh dan mendampingi anak. Hal tersebut
dirasakan oleh anggota Lembaga Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga
(PEKKA) di Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Di wilayah tersebut terdapat Kota Wisata Bunga yang dijadikan sebagai sumber
mata pencaharian utama bagi perempuan kepala rumah tangga sebelum adanya
pandemi Covid-19. Mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai petani dan
buruh tani pada sektor perkebunan bunga. Selain itu, mata pencaharian utama para
perempuan kepala rumah tangga juga berasal dari menjaga vila di sekitar Kota
Wisata Bunga. Saat pandemi, akses terhadap Kota Wisata Bunga terbatas sehingga
kegiatan jual beli bunga terhambat yang menyebabkan tidak ada penjualan bunga
ke luar kota maupun para konsumen atau wisatawan yang datang dari luar kota ke
Kota Wisata Bunga. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat taraf
hidup rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini
mengkaji bagaimana perubahan struktur nafkah dan taraf hidup rumah
tangga yang dikepalai perempuan pada masa pandemi Covid-19.
3
II PENDEKATAN TEORITIS
3. Menciptakan individualisme
4. Meningkatnya angka kejahatan
5. Sepinya tempat wisata dan hiburan
6. Sepinya perayaan hari hari besar nasional maupun keagamaan
b. Dampak ekonomi
1. Tidak sedikit para pekerja mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
2. Volume dan omset penjualan menurun
3. Jumlah pembeli UMKM menurun
4. Harga bahan pokok naik
5. Ditutupnya beberapa pasar
6. UMKM atau usaha rumahan terancam bangkrut, bahkan gulung tikar
Perempuan yang tidak menikah dan memiliki tanggungan keluarga, (5) Perempuan
bersuami, tetapi oleh karena suatu hal, suaminya tidak dapat menjalankan fungsinya
sebagai kepala keluarga, (6) Perempuan bersuami, namun suami tidak hidup
dengannya secara berkesinambungan karena merantau atau berpoligami.
Perempuan kepala rumah tangga juga merupakan perempuan yang
suaminya pengangguran, baik karena mengalami Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK), malas atau sulit mencari kerja, juga memikul tanggung jawab tunggal bagi
keluarganya (PSG STAIN Pekalongan 2008). SPKBK PEKKA (2014) menyatakan
bahwa dari 121.695 perempuan yang didata dalam SPKBK, 23.610 orang (19,4%)
adalah kepala rumah tangga, dan paling muda berusia 12 tahun. Secara umum,
PEKKA dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu (i) PEKKA yang mengepalai
KKP (67,54% dari jumlah keseluruhan PEKKA), (ii) PEKKA yang secara de facto
mengepalai KKL (KKL-P) (21,67% dari jumlah keseluruhan PEKKA), dan (iii)
PEKKA yang berstatus anggota keluarga (10,79% dari jumlah keseluruhan
PEKKA). Karakteristik umur dan penyebab menjadi perempuan kepala rumah
tangga berbeda-beda pada masing-masing golongan PEKKA. Sekitar separuh dari
seluruh PEKKA yang mengepalai KKP berusia antara 42–65 tahun dan penyebab
utama mereka menjadi PEKKA adalah karena suaminya meninggal dunia.
Penyebab terbanyak kedua adalah karena mereka bercerai. PEKKA yang de facto
mengepalai KKL (KKL-P) justru lebih banyak yang berusia relatif lebih muda (18–
41 tahun), dengan penyebab utama menjadi PEKKA adalah karena mereka
merupakan pencari nafkah utama. Penyebab terbanyak kedua adalah karena suami
mereka merantau. Sementara itu, mayoritas PEKKA yang berstatus anggota
keluarga adalah mereka yang berusia lanjut (lebih dari 65 tahun), dan mereka
menjadi pekka karena suaminya meninggal. Hal ini sangat terkait dengan kualitas
sumberdaya perempuan kepala keluarga yang rendah, yang dicirikan dengan
beberapa faktor, antara lain meliputi: usia mereka antara 20 sampai 60 tahun, lebih
dari 38.8 persen buta huruf dan tidak pernah duduk di bangku sekolah dasar
sekalipun, menghidupi antara satu sampai enam orang tanggungan, bekerja sebagai
buruh tani dan sektor informal dengan pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10.000
per hari, sebagian mereka mengalami trauma karena tindak kekerasan dalam rumah
tangga maupun negara (PEKKA 2010).
Lopata (1987) menyatakan bahwa perbedaan utama yang terjadi pada
seorang perempuan ketika suaminya meninggal, tampaknya adalah apakah ia
sendiri harus mengatur kembali sistem-sistem dukungan sistem dan gaya hidupnya,
sebagaimana ciri khas wanita modern di pusat-pusat perkotaan yang lebih
berkembang, atau apakah integrasi sosialnya disediakan oleh orang-orang lain.
Dalam banyak masyarakat yang sedang mengalami transisi besar, suatu
kesenjangan berkembang antara bagaimana perempuan disosialisasikan dan
bagaimana sekarang harus hidup.
Menurut Astina (2014) sebagian perempuan kepala rumah tangga kian
didera sejumlah masalah selain kesulitan ekonomi diantaranya adalah buta aksara,
buta akses informasi, serta rentan terhadap tingkat kekerasan dan rentan terhadap
hilangnya peran dalam menghasilkan pendapatan. Strategi yang dilakukan oleh
perempuan kepala rumah tangga miskin dalam mencukupi kebutuhan hidupnya saat
terjadi masalah antara lain dengan mencari pekerjaan sampingan, menggunakan
dana pensiun, dan mendapatkan bantuan dari anggota keluarga
8
merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.
b. Sektor off farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar
pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah
tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan
lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian.
c. Sektor non farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan
berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan
dari usaha pribadi, dan sebagainya. Sumber nafkah ini berupa sumber
pendapatan yang berasal dari luar kegiatan pertanian yang dibagi menjadi
lima, yaitu: (1) upah tenaga kerja pedesaan bukan dari pertanian, (2) usaha
sendiri di luar kegiatan pertanian, (3) pendapatan dari hak milik (misalnya:
sewa), (4) kiriman dari buruh migran yang pergi ke kota, dan (5) kiriman
dari buruh migran yang pergi ke luar negeri. Sumber pendapatan ini dapat
dilakukan melalui kegiatan yang berkaitan dengan jasa, perdagangan dan
industri.
Menurut Mashitoh (2005), sumber nafkah merupakan berbagai sumber daya
yang dapat digunakan oleh individu maupun seluruh anggota rumah tangga untuk
melaksanakan strategi nafkah guna mempertahankan keberlangsungan hidupnya
atau setidaknya untuk memenuhi kebutuhan subsisten ataupun dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup rumah tangga. Zahri (2013) mengatakan bahwa desa
mendapatkan sumber pendapatan terbesar berasal dari sektor on-farm seperti
bertani, menangkap ikan, berternak, dan berkebun. Sumber pendapatan masyarakat
pedesaan masih sangat bergantung pada perkebunan. Struktur nafkah ini tidak
hanya berbicara tentang pendapatan saja, bisa juga membicarakan tentang prioritas
rumah tangga mereka dalam bertahan hidup. Pengelolaan struktur nafkah yang tepat
dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.
Selain itu, konsep struktur nafkah juga dikemukakan oleh Agustitin (2017)
dengan rumus sebagai berikut:
1. Pendapatan pertanian (a) merupakan pemasukan hasil pertanian dikurangi
pengeluaran produksi (upah tenaga kerja, pupuk, pestisida, bibit dan biaya-
biaya lainnya untuk produksi pertanian).
2. Pendapatan non pertanian (b) merupakan pemasukan hasil pekerjaan
diluar pertanian dikurangi biaya-biaya produksi (bensin, modal untuk
warung dan sebagainya).
3. Pendapatan total rumahtangga (c) di hitung dari pendapatan pertanian dan
pendapatan non pertanian yang keduanya dijumlahkan: (a)+(b)= (c).
4. Pengeluaran rumahtangga (d) dihitung dari penjumlahan seluruh
pengeluaran sehari-hari daalam setahun (makanan, listrik, kesehatan,
transportasi dan pendidikan).
5. Saving capacity (e) dihitung dari pendapatan total rumah tangga dikurangi
dengan pengeluaran rumah tangga: (c)-(d)= (e)
Menurut Koentjaraningrat (1990), dalam sistem mata pencaharian
mendifinisikan secara singkat sumber mata pencaharian yang masih bersifat
tradisional yang dapat dibedakan menjadi lima, yaitu (1) berburu dan meramu; (2)
beternak; (3) bercocok tanam; (4) menangkap ikan; dan bercocok tanam menetap
dengan irigasi.
10
terhadap mata pencaharian dan semakin beragam sumber nafkah, dengan bentuk
perubahan sumber nafkah tersebut dapat dari farm ke non- farm atau sebaliknya..
Selain itu transformasi strukur nafkah rumah tangga petani kelapa sawit
menghasilkan perubahan sosial pedesaan, yang mana terbentuk tiga tipologi rumah
tangga petani yaitu munculnya keberagaman mata pencaharian atau diversifikasi
nafkah, kelapa sawit sebagai sumber nafkah yang dominan, dan rumah tangga yang
sumber nafkah kurang dipengaruhi oleh kelapa sawit.
Putri et al. (2017) menyatakan bahwa aspek sosial ekonomi konversi lahan
berdampak pada perubahan struktur nafkah rumah tangga petani, dari pola tanaman
heterogen, menjadi homogen. Struktur nafkah yang cenderung homogen dapat
membawa pengaruh pada ketidakstabilan nafkah, terutama jika terjadi masalah baik
yang disebabkan secara sosial maupun ekonomi. Salah satu elemen sistem sosial
penting yang sangat menentukan bentuk strategi nafkah yang dibangun oleh petani
kecil dan rumahtangganya. adalah: (1) infrastruktur sosial (setting kelembagaan dan
tatanan norma sosial yang berlaku).
Struktur nafkah juga dapat dikatakan sebagai sumber mata pencaharian
yang merupakan pekerjaan pokok yang dilakukan oleh masyarakat, yang mana
setiap individu dalam masyarakat harus mempunyai pekerjaan pokok untuk
menopang kebutuhan ekonominya (Supriyadi 2007). Seiring perkembangan zaman,
mata pencaharian juga mengalami perkembangan yang dapat dilihat dari perubahan
mata pencaharian seseorang atau disebut juga transformasi pekerjaan.
Perubahan mata pencaharian atau struktur nafkah dapat diidentifikasi dari
unsur-unsur pokok yang dipaparkan dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang
merujuk pada Supriyadi (2007). Pertama; perubahan mata pencaharian ditandai
dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian, yaitu
perubahan pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi
tindakannya di kemudian hari (Hatma 2003). Kedua; perubahan sistem mata
pencaharian biasa terjadi karena ada faktor-faktor internal (misal minat, bakat, dan
kesempatan), eksternal (kondisi lingungan sosial-ekologis) maupun kombinasi dari
kedua faktor tersebut yang mendorongnya (Supriyadi 2007).
tingkat kesejahteraan atau yang disebut dengan taraf hidup masyarakat adalah
terpenuhinya berbagai bentuk kebutuhan baik kebutuhan primer, sekunder maupun
tersier.
Secara nasional terdapat dua versi pengukuran kesejahteraan keluarga yaitu
pengukuran kesejahteraan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Menurut BPS (2015)
untuk mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari 10 indikator antara lain: 1)
tingkat pendapatan yaitu imbalan yang diterima oleh rakyat atas jasa yang
diberikan, 2) tingkat konsumsi atau pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi akhir
rumah tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, 3)
tingkat keadaan tempat tinggal yaitu terdiri atas 3 jenis: rumah semi permanen,
rumah permanen, dan rumah non permanen berdasarkan bahan bangunan yang
digunakan, 4) status kepemilikan rumah tinggal yaitu rumah milik sendiri, kontrak,
sewa, bebas sewa, rumah dinas, rumah milik orang tua/saudara, dan lainnya, 5)
tingkat kesehatan yaitu dapat dilihat seberapa besar kondisi kesehatan keluarga, 6)
tingkat kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari akses
terhadap layanan kesehatan sepeti BPJS, keluarga berencana, dan imunisasi, 7)
tingkat kemudahan mendapatakan pendidikan dilihat dari 3 yaitu: angka partisipasi
sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan angka buta huruf, 8)
tingkat kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, teknologi, dan, informasi 9)
tingkat kualitas pendidikan dilihat dari jenjang pendidikan, dan 10) tingkat
keamanan dari kejahatan.
Menurut Survei Akses Teknologi dan Komunikasi Kab. Temanggung (2018)
akses teknologi dan komunikasi dengan objek rumah tangga memiliki enam
dimensi yaitu akses terhadap internet, akses terhadap handphone, akses terhadap
komputer, terhadap telepon kabel, akses terhadap televisi, dan akses terhadap radio.
Untuk akses terhadap layanan kesehatan mengacu pada Thomas & Pechanksy
(1984) yaitu 1) Ketersediaan jumlah tenaga dokter dan akses kesehatan lainnya, 2)
Aksesibilitas, kaitan geografis antara pelayanan kesehatan dengan masyarakat, 3)
Akomodasi, kemudahan pemanfaatan seperti jam buka, waktu tunggu, dan lamanya
waktu tunggu untuk membuat janji, 4) Keterjangkauan, kemampuan finansial
masyarakat untuk memanfaatkan layanan, 5) Akseptibilitas, sikap pengguna
terhadap pelayanan.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2006)
menentukan indikator tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5
(lima) tahapan, adapun indikatornya sebagai berikut:
a. Enam indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (KS I) dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda dirumah/pergi/bekerja/sekolah.
3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai, dan
4. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan.
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi sarana pelayanan kontrasepsi.
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.
b. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II), meliputi:
1. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah agama.
2. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan lauk
daging/ikan/telur.
13
3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun.
4. Luas lantai paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni.
5. Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat
6. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.
7. Anggota keluarga umur 10 - 60 bisa, bisa baca tulis latin.
8. PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai alat kontrasepsi.
c. Keluarga sejahtera tahap III, meliputi:
1. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
2. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dala bentuk uang dan barang.
3. Keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari untuk berkomunikasi.
4. Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat dilingkungsn tempat tinggal.
5. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/TV/radio
d. Keluarga sejahtera tahap III Plus, meliputi:
1. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materil
untuk kegiatan sosial.
2. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus pengumpulan
sosial/yayasan/institusi masyarakat.
Adapun 5 tahapan tingkat kesejahteraan keluarga yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS).
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 indikator Keluarga
Sejahtera I (KS I) atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 8 indikator Keluarga Sejahtera II atau indikator
“kebutuhan psikologis” (psychological needs).
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS I dan 8
indikator KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5 indikator Keluarga
Sejahtera III (KS III), atau indikator “kebutuhan pengembangan”
(developmental needs) dari keluarga.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator KS I, 8 indikator KS II, dan
5 indikator KS III, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 2 indikator Keluarga
Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator “aktualisasi diri” (self esteem)
keluarga.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 indikator tahapan
KS I, 8 indikator KS II, 5 indikator KS III, serta 2 indikator tahapan KS III Plus
Dampak pandemi Covid-19 terjadi pada seluruh masyarakat yang
menyebabkan kegiatan sosial dan ekonomi terhambat karena semakin terbatasnya
modal dan akses. Dahuri (2000) menyatakan bahwa tidak adanya akses kepada
sumber modal, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar serta rendahnya
partisipasi merupakan hal yang dapat menyebabkan penurunan taraf hidup
masyarakat sehingga mengalami perubahan taraf hidup. Lestari (2018) menjelaskan
perubahan taraf hidup dilihat dari kondisi sebelum dan sesudah adanya kebaharuan
suatu hal berdasarkan perbedaan waktu.
14
dalam penelitian ini dipilih karena disesuaikan dengan perubahan yang terjadi
akibat pandemi Covid-19 belum terlalu cepat atau masih berlangsung serta telah
disesuaikan dengan kondisi rumah tangga yang dikepalai perempuan baik sebelum
dan saat terjadi pandemi Covid-19. Berikut adalah kerangka pemikiran terkait
perubahan struktur nafkah dan perubahan taraf hidup rumah tangga yang dikepalai
perempuan:
dan perbaikan proposal penelitian, uji validitas dan uji realibilitas, pengambilan
data di lapang, pengolahan dan analisis data, penyusunan draft skripsi, uji petik,
sidang skripsi, dan perbaikan akhir skripsi.
kuesioner tentang perubahan struktur nafkah dan perubahan taraf hidup. Pertanyaan
pada kuesioner (Lampiran 3) menggunakan metode recall dengan tujuan
mendapatkan data kondisi sebelum dan saat pademi Covid-19. Selain itu juga
dilakukan wawancara mendalam kepada informan (Gambar 3) menggunakan
panduan wawancara terstruktur (Lampiran 4), serta observasi lapang. Data
sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor Desa Sukanagalih,
serta buku, media massa, internet, data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal-
jurnal penelitian yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang
dikumpulkan terkait penelitian ini diantaranya seperti dokumen menegenai lokasi
penelitian, keberadaan perempuan kepala rumah tangga, dan dokumen pendukung
lainnya. Secara rinci, data-data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini
disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan
Sumber Data Metode
No. Data Primer Sekunder Pengumpulan Data
1. Gambaran umum - Data geografi Studi dokumen data
lokasi penelitian dan monografi Desa Sukanagalih
desa
2. Gambaran umum dan - Salah satu Studi dokumen data
data diri perempuan kelompok serikat PEKKA dan
kepala keluarga marginal yang data anggota
(PEKKA) harus kelompok PEKKA
diperhatikan Desa Sukanagalih,
keberadaannya wawancara mendalam
3. Keadaan dan kondisi Aparat BPS, hasil Studi dokumen Desa
kehidupan desa, tokoh penelitian Sukanagalih,
masyarakat Desa masyarakat, akademis wawancara mendalam
Sukanagalih, masyarakat dengan pertanyaan
Kecamatan Pacet, setempat tersruktur
Kabupaten Cianjur
4. Sumber pendapatan Aparat Hasil Studi dokumen Desa
atau struktur nafkah desa, tokoh penelitian Sukanagalih,
penduduk Desa masyarakat, akademis wawancara mendalam
Sukanagalih pihak dengan pertanyaan
PEKKA, tersruktur
masyarakat
setempat
5. Taraf hidup rumah Aparat BPS, Hasil Wawancara
tangga yang desa, tokoh penelitian mendalam dengan
dikepalai perempuan masyarakat, akademis pertanyaan tersruktur,
pihak Studi dokumen
PEKKA,
masyarakat
setempat
20
6 ∑ di2
𝑟𝑠 = 1 - n(n2−1)
Keterangan:
ini dilakukan untuk menjaga kealamian kejadian atau pendapat responden sehingga
informasi yang didapat sesuai dengan apa yang dilakukan responden. Data ini
diperoleh dari dokumen mengenai gambaran umum lokasi penelitian, kearifan lokal
serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Desa Sukanagalih serta didukung
pula dengan berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal
penelitian, skripsi, dan artikel terdahulu. Data kualitatif dianalisis melalui tahap
reduksi data, verifikasi data, dan penyajian data yang bertujuan untuk menyusun
segala informasi yang didapatkan dari sejumlah catatan lapang agar sesuai
kebutuhan penelitian, lalu diolah dan disajikan menjadi serangkaian kata atau narasi
yang mudah dimengerti sesuai dengan pendalaman terhadap pandangan subyektif
sejumlah informan.
Definisi Skala
Kode Variable Indikator
Operasional Pengukuran
X1.2 Tingkat Mata 1. Rendah: Ordinal
pendapatan pencaharian Rp500.000
Off-farm perbulan yang 2. Sedang:
memanfaatkan Rp500.001 –
sektor Rp1.999.999
pertanian tapi 3. Tinggi:
bukan berasal Rp2.000.000
dari kegiatan
usahatani (on-
farm).
Kegiatan yang
dimaksud
seperti
pengepul,
pengolahan
hasil
pertanian,
penjualan
hasil
pertanian, dan
lain-lain
X1.3 Tingkat Mata 1. Rendah: Ordinal
pendapatan pencaharian Rp500.000
Non-farm perbulan yang 2. Sedang:
berasal dari Rp500.001 –
luar bidang Rp1.999.999
pertanian 3. Tinggi:
seperti tukang Rp2.000.000
ojek, warung,
buruh pabrik,
pedagang, dan
lain-lain
Tingkat perubahan struktur nafkah dilihat berdasarkan perubahan dari satu
sektor ke sektor lainnya pada sebelum dan saat pandemi Covid-19. Kondisi sebelum
pandemi yaitu setidaknya satu bulan sebelum terjadi pandemi Covid-19 di
Indonesia. Sedangkan kondisi saat pandemi adalah kondisi sejak terjadinya
pandemi yaitu mulai dari bulan Maret 2020 sampai dengan dilakukannya
wawancara. Selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:
1. Tetap (kode 1): tidak terjadi perubahan sektor struktur nafkah
2. Berubah (kode 2): terjadi perubahan dari suatu sektor sumber struktur nafkah
awal ke sektor lainnya
Lalu
dikategorikan
menjadi:
1. Tinggi:
memenuhi >5
indikator
(kode:1)
2. Sedang:
memenuhi 3-5
indikator
(kode:2)
3. Rendah: tidak
ada atau
hanya
memenuhi 1-2
indikator
(kode:3)
Y1.5 Tingkat akses Kemampuan Dapat dilihat dari Ordinal
layanan kesehatan responden indikator
dalam kemampuan
mengakses mengakses
fasilitas dan layanan kesehatan
jaminan yang disediakan.
kesehatan Kode jawaban:
1.Ya (Skor:1)
2. Tidak (Skor:0)
Lalu
dikategorikan
menjadi:
1. Rendah: tidak
ada atau hanya
memenuhi 1
indikator
25
Definisi Skala
Kode Variabel Indikator
Operasional Pengukuran
2. sedang:
memenuhi 2-3
indikator.
3. tinggi:
memenuhi >3
indikator
Y1.6 Tingkat akses Kemampuan Dapat dilihat dari Ordinal
teknologi dan responden pertanyaan
informasi dalam mengenai
mengakses kemampuan
teknologi dan mengakses
informasi teknologi dan
informasi dalam
satu keluarga.
Kode jawaban:
1.Ya (skor:1)
2. Tidak (Skor:0)
Lalu
dikategorikan
menjadi:
1. Rendah: tidak
ada atau hanya
memenuhi 1
indikator
2. sedang:
memenuhi 2-3
indikator
3. tinggi:
memenuhi >3
indikator
Tingkat Taraf Hidup diukur berdasarkan total keseluruhan skor dan
dikategorikan sebagai berikut:
1. Tingkat Taraf Hidup rendah ketika jumlah skor 6-9
2. Tingkat Taraf Hidup sedang ketika jumlah skor 10-13
3. Tingkat Taraf Hidup tinggi ketika jumlah skor 14-18
Tingkat perubahan taraf hidup diukur berdasarkan perubahan tingkat taraf
hidup dari satu tingkat ke tingkat lainnya pada sebelum dan saat pandemi Covid-
19. Kondisi sebelum pandemi yaitu setidaknya satu bulan sebelum terjadi pandemi
Covid-19 di Indonesia. Sedangkan kondisi saat pandemi adalah kondisi sejak
terjadinya pandemi yaitu mulai dari bulan Maret 2020 sampai dengan dilakukannya
wawancara dan dikategorikan sebagai berikut:
1. Rendah (kode 1): perubahan taraf hidup satu tingkat menjadi lebih rendah dari
sebelumnya (tinggi ke sedang dan sedang ke rendah)
26
Jenis Kelamin
Uraian Jumlah (n)
Laki-laki Perempuan
Tidak/Belum Tamat SD 3.345 3.145 6.490
Tamat SD/Sederajat 4.095 4.395 8.490
Tamat SLTP/Sederajat 2.093 2.064 2.157
Tamat SLTA/Sederajat 1.562 1.532 3.094
D1 23 29 52
D3 51 55 106
S1 170 92 262
S2 8 1 9
Total 10.359 10.301 20.660
Sumber: Data umum Desa Sukanagalih 2020
Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah terbanyak adalah penduduk perempuan
dengan tingkat pendidikan hanya tamat SD/Sederajat yang memungkinkan
kurangnya edukasi bagi penduduk perempuan. Hal tersebut menyebabkan pola
pikir yang tidak jangka panjang dalam mengambil keputusan salah satunya dalam
31
dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. BPS (2015) juga
menunjukkan bahwa sejak 1985 terlihat konsistensi kenaikan jumlah rumah tangga
yang dikepalai perempuan dengan rata-rata 0,1% setiap tahunnya.
Serikat PEKKA Cianjur yang berlokasi di Desa Sukanagalih berdiri sejak
tahun 2002. Berdasarkan data yang diambil pada tahun 2020, anggota kelompok
PEKKA Cianjur yang berstatus aktif berjumlah 59 orang dari 4 kelompok yaitu
kelompok Anugerah, Riski Abadi, Melati Sukanagalih, dan Sinar Bahagia. Rentang
usia anggota PEKKA Cianjur beragam mulai dari yang termuda adalah 27 tahun
sampai dengan lansia sekitar 60 tahun. Sumber pendapatan anggota PEKKA juga
sangat beragam, mulai dari buruh tani, buruh pabrik, dan berdagang dengan latar
belakang Pendidikan yang mayoritas hanya pada tingkat SD dan SMP/Sederajat.
Latar belakang perkawinan anggota PEKKA sangat beragam berdasarkan kategori
yang didefinisikan oleh PEKKA mengenai perempuan kepala keluarga, terdapat
beberapa yang memang single parent atau tidak bersuami dan menjadi pencari
nafkah utama namun juga ada yang bersuami dan bukan pencari nafkah utama tetapi
ingin mengembangkan dirinya dengan bergabung dan mengikuti program
pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PEKKA.
VI KARAKTERISTIK RESPONDEN
Unit analisis pada penelitian ini adalah rumah tangga dan yang menjadi
responden adalah individu perempuan kepala rumah tangga yang dapat
menggambarkan kondisi rumah tangganya dan juga merupakan anggota kelompok
Lembaga Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Responden yang
dipilih sejumlah 45 orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini dianalisis
dalam hal usia, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan, jenis pekerjaan, status
pernikahan, dan lamanya menjadi anggota PEKKA.
6.1 Usia
Berdasarkan data primer di lapang yang didapatkan dari 45 responden
rumah tangga yang dikepalai perempuan di Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur mayoritas responden termuda yaitu 24 tahun dan usia tertua
yaitu 72 tahun. Tabel berikut ini menunjukan data jumlah dan persentase rumah
tangga responden yang merupakan anggpta PEKKA berdasarkan usia.
Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia pada tahun 2020
Usia Jumlah (n) Persentase (%)
<25 tahun 2 4,4
25- 35 tahun 10 22,2
36-50 tahun 17 37,8
>50 tahun 16 35,6
Total 45 100
Sumber: Data Primer 2020 diolah
Berdasarkan tabel 11, usia responden mayoritas berada pada kategori tua
yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 37,8%. Sedangkan sisanya terbagi-bagi
pada kategori muda, sedang dan lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan di Desa Sukanagalih termasuk dalam
35
kategori tua yang menjadi salah satu faktor yang dapat menyulitkan para perempuan
kepala rumah tangga ini dalam mencari sumber nafkah atau pekerjaan yang
berhubungan langsung dengan meningkatkan taraf hidup.
“… disini mah neng perempuan sekolah ngga penting, yang penting laki-laki
aja yang sekolah” (ND, 50tahun)
36
“… paling disini yang masih punya tanggungan anak 2-3 orang neng, sisanya
yang banyak paling ada adik atau saudara yang ikut ..” ((EL, 49 Tahun)
perempuan yang menikah dalam usia yang masih sangat dini dan saat
berumahtangga terpaksa menjadi kepala rumah tangga atau pencari nafkah utama
karena beberapa faktor seperti suami tidak hidup berkesinambungan dengannya,
tidak mau bekerja, tidak memberi nafkah rutin, sakit menahun dan faktor lainnya.
“… banyak neng (perempuan kepala rumah tangga) disini karena ya dari
dulu kan emang disini terkenal sama eta kawin kontrak, yang nikah tapi
suaminya ngga bisa atau ngga mau nafkahin juga banyak, jadi itu banyak
yang luntang-lantung hidupin anak-anaknya sendiri juga …” (Y, Ketua
Kelompok Melati Sukanagalih)
sama hasil sawah yang lain ngga bisa didistribusiin ke luar jadi mandek aja
kitu … “ (EN, 37 Tahun)
Perubahan tersebut dibuktikan juga dengan uji Wilcoxon (Lampiran 6c) yang
bertujuan melihat perbedaan kondisi sebelum dan saat pandemi Covid-19. Uji
Wilcoxon menujukkan terjadi peningkatan pada sektor non farm (peningkatan rata-
rata 11,42 menjadi 12,21). Selain itu, hasil asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,025
berarti perbedaan struktur nafkah yang diamati signifikan. Dengan demikian, dapat
diasumsikan bahwa pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan struktur nafkah
rumah tangga yang dikepalai perempuan.
40%
20% 7 3
0% 0
Sebelum Saat
“… saya dulu jualan pokcoy ambil di depan desa, semenjak pandemi jarang
banget yang masuk jadi ngga bisa jualan ya udah dagang pulsa wae lumayan
lah neng walaupun ngga gede, anak sekolah jadi ngga ribet juga tinggal
ambil kalau mau pake internet ..” (LS, 48 tahun)
Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan sektor non
farm saat pandemi Covid-19
51,1%. Sedangkan yang paling sedikit adalah pada kategori tinggi yaitu hanya 8
orang dengan persentase 17,8%. Hal ini disebabkan banyak terjadi pemutusan
hubungan kerja (PHK) dan pemotongan waktu kerja akibat dari pandemi Covid-19
sehingga berpengaruh pada penghasilan yang berasal dari satu sumber mata
pencaharian utama. Perubahan yang signifikan terjadi pada kategori tinggi yang
semula sebanyak 24 orang menjadi hanya 8 orang dengan persentase perubahan
sebesar 35,6%.
Perubahan tersebut didukung oleh hasil olah data uji Wilcoxon (Lampiran 6c)
yang menunjukkan penurunan tingkat pendapatan dari satu struktur nafkah (mean
rank 17,00 menjadi 0,00). Selain itu, hasil Asymp.sig (2-tailed) menunjukkan nilai
0.000 yang berarti perbedaan yang terjadi antara kondisi sebelum dan saat pandemi
Covid-19 signifikan sehingga dapat diasumsikan bahwa pandemi Covid-19
menyebabkan penuruan tingkat pendapatan dari satu sumber mata pencaharian.
“… perubahannya apa ya, paling perekonomian aduh bisa nangis itu teh
kalau diceritain semua, apa-apa terbatas gitu ya neng sekarang mah, mau
kerja juga udah susah banget, banyak yang di PHK terus juga kadang jam
kerjanya jadi tebalik yang biasanya 5 2 (5hari kerja, 2 hari libur) jadi 25
(2hari kerja, 5 hari libur)” (DS,50 tahun)
Adapun tingkat perubahan struktur nafkah rumah tangga yang dikepalai
oleh perempuan anggota PEKKA di Desa Sukanagalih dilihat dari kondisi sebelum
dan saat pandemi Covid-19 lalu dikategorikan menjadi tetap dan berubah seperti
pada tabel berikut.
Ikhtisar
Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya perubahan struktur nafkah pada
mayoritas rumah tangga yang dikepalai perempuan anggota PEKKA di Desa
Sukanagalih yaitu sebanyak 23 orang atau sebesar 51,1%. Sebelum pandemi Covid-
19 mayoritas sumber nafkah rumah tangga responden adalah pada sektor on farm
dan off farm. Sedangkan pada saat pandemi Covid-19 hampir seluruh responden
menggantungkan hidupnya pada sektor non farm Hal tersebut didasari karena saat
pandemi usaha pada sektor on farm dan off farm seperti perekebungan bunga
potong sangat terbatas bahkan banyak yang tidak berjalan sehingga kebanyakan
penduduk termasuk perempuan kepala rumah tangga anggota PEKKA memilih
untuk beralih sumber nafkah ke sektor sumber pendapatan lainnya dimana
mayoritas beralih ke sektor non farm yang mudah dilakukan seperti berdagang dan
melakukan pekerjaan sosial di lembaga desa. Selain itu, terjadi perubahan tingkat
pendapatan yang berasal dari satu sektor sumber nafkah dimana sebelum pandemi
Covid-19 tergolong dalam kategori tinggi kemudian berubah menjadi sedang pada
saat pandemi Covid-19. Hal tersebut dikarenakan pendapatan yang berasal dari
sektor non farm kurang menjanjikan bagi penduduk Desa Sukanagalih. Hatma
(2003) menyatakan bahwa perubahan sistem mata pencaharian biasa terjadi karena
ada faktor-faktor internal (misal minat, bakat, dan kesempatan), eksternal (kondisi
lingkungan sosial-ekologis. Dalam penelitian ini, perubahan struktur nafkah terjadi
akibat faktor eksternal yaitu adanya fenomena global pandemi Covid-19.
Tabel 21 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat taraf hidup sebelum
dan saat pandemi Covid-19
Tingkat taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan anggota PEKKA
di Desa Sukanagalih sebelum pandemi Covid-19 termasuk dalam kategori tinggi
yaitu sebanyak 37 orang dengan persentase sebesar 82,2%. Hal ini dikarenakan
sebelum pandemi Covid-19, para perempuan kepala rumah tangga tidak terbatas
dalam memilih pekerjaan untuk mendapat penghasilan maksimal sehingga tidak
ada satupun responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah.
Saat terjadi pandemi Covid-19, taraf hidup mayoritas responden berada pada
kategori sedang sebanyak 29 orang dengan persentase 64,4%. Sedangkan, pada
responden yang berada pada kategori tinggi hanya 11 orang atau sebesar 24,2%.
Hal tersebut menyebabkan penurunan pada tingkat taraf hidup kategori tinggi
sebesar 57,8% yang semula sebanyak 37 orang menjadi hanya 11 orang
dikarenakan adanya kebijakan-kebijakan yang dicanangkan pemerintah untuk
memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang berdampak pada perekonomian.
Perubahan tersebut didukung dengan hasil olah data uji beda Wilcoxon
(Lampiran 6c) yang menunjukkan penurunan tingkat taraf hidup sebelum dan saat
pandemi Covid 19 (mean rank 20,00 menjadi 0,00). Nilai Asymp.sig (2-tailed) juga
menunjukkan 0,000 yang berarti tedapat perbedaan yang signifikan. Oleh karena
itu dapat diasumsikan terdapat penurunan tingkat taraf hidup rumah tangga yang
dikepalai perempuan dari satu tingkatan ke tingkat yang lebih rendah akibat
pandemi Covid-19.
“… perubahan ya terjadi banget ya neng, jelas banget lah pokoknya. Apalagi
sekarang the apa-apa online kitu ya jadi agak ribet, anak sekolah ribet harus
punya kuota, kalo ke dokter takut sakit dikit disangkanya covid, susah deh
neng” (CL, 39 tahun)
Menurut responden, perubahan yang signifikan pada tingkat taraf hidup
dikarenakan keterbatasannya akses terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan
perekonomian serta akses pendidikan untuk anak dan akses layanan kesehatan yang
menjadi lebih sulit. Selain itu, kebutuhan akan teknologi dan informasi juga
semakin meningkat yang menyebabkan banyak rumah tangga terpaksa memiliki
perangkat elektronik lebih seperti hp android untuk dapat beradaptasi dengan
keadaan krisis pandemi Covid-19.
.
48
kebutuhan konsumsi seperti pangan dan pengeluaran non konsumsi yaitu untuk
kebutuhan selain non pangan seperti listrik, air, dan pulsa yang kemudian diolah
dengan kategori sedang, rendah, dan tinggi. Selanjutnya, juga akan dilihat apakah
terdapat perbedaan tingkat pengeluaran pada kondisi sebelum dan saat terjadi
pandemi Covid-19.
“ … pengeluaran mah tetep aja neng, misal nih makan emang irit-irit tapi
larinya ke beli pulsa buat anak sekolah, itu kan mau ngga mau harus , jadi
sama aja lah kitu” (ELN, 39 tahun)
Hal di atas didukung dengan hasil uji beda Wilcoxon (Lampiran 6c) yang
menunjukkan terjadi penurunan tingkat akses pendidikan anak (mean rank 23,00
menjadi 0,00). Selain itu, nilai Asymp.sig (2-tailed) menunjukkan 0,000 yang
52
berarti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat akses pendidikan anak
akibat pandemi Covid-19 dimana semula memiliki kesulitan rendah dan pada saat
pandemi memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena perubahan sistem
pendidikan yang harus dilakukan jarak jauh dan dalam jaringan. Hal tersebut dapat
diasumsikan bahwa terjadi penurunan tingkat akses pendidikan anak akibat
pandemi Covid-19.
“… anak-anak jadi males neng, bingung juga malah jadi bikin bodoh
kayanya deh, kan ngga ketemu guru ya. Udah gitu kan pendidikan orang tua
dulu paling apa sih, SD. Terus pelajaran anak SD sekarang udah susah-susah
banget udah ngga ngerti” (HH, 48 tahun)
puskesmas atau ke rumah sakit, paling klinik yang dekat sini aja tapi kan
kurang lengkap ya…” (NN, Ketua Serikat PEKKA Cianjur)
“… sekarang mah ke klinik aja neng deket walaupun ngga bisa pake BPJS,
soalnya ke puskesmas takut euy sakit saeutik dibilangnya covid padahal kan
belum tentu…” (SH, 51tahun)
Perubahan tersebut didukung dengan hasil uji beda Wilcoxon (Lampiran 6c)
yang menunjukkan terjadi penurunan tingkat akses layanan kesehatan (mean rank
17,00 menjadi 0,00). Selain itu, Asymp.Sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0,000 yang
berarti terdapat perbedaan yang siginifikan sehingga dapat diasumsikan bahwa
terjadi penurunan terhadap tingkat akses layanan kesehatan akibat adanya pandemi
Covid-19.
Tabel 27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat akses teknologi dan
informasi sebelum dan saat pandemi Covid-19
peningkatan tingkat akses teknologi dan informasi (mean rank tetap 12,00). Namun,
Asymp.Sig (2-tailed) menunjukkan nilai 0,000 yang berarti tedapat perbedaan yang
signifikan terhadap tingkat akses teknologi dan informasi sehingga dapat
diasumsikan bahwa perubahan terjadi akibat pandemi Covid-19.
“… laptop baru punya pas pandemi aja, abisan kan saya jualan terus jadi
ngga bisa jualan langsung pas lockdown, jadi beli paksa-paksain beli laptop
buat jualan online “ (ARP,30 tahun)
Tingkat perubahan taraf hidup dijelaskan dengan melihat kondisi taraf hidup
sebelum dan saat pandemi Covid-19 yang kemudian dikategorikan menjadi rendah,
tetap, dan tinggi seperti pada tabel berikut.
Ikhtisar
Perubahan taraf hidup dalam penelitian ini diukur melalui beberapa
indikator yaitu: tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, status kepemilikan rumah,
tingkat akses pendidikan anak, tingkat akses layanan kesehatan dan tingkat akses
teknologi dan informasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa terjadi
perubahan taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan di Desa
Sukanagalih dimana sebelum pandemi tergolong memiliki taraf hidup yang tinggi
dengan persentase 82,2% sedangkan pada saat pandemi Covid-19 tergolong
kategori sedang dengan persentase 64,4%. Hal ini dipengaruhi karena keterbatasan
akses terhadap sarana, prasarana serta layanan yang disebabkan oleh
diberlakukannya kebijakan untuk memutus penyebaran virus Covid-19. Pada saat
55
pandemi tingkat taraf hidup responden tergolong sedang karena mendapat bantuan
sosial dari pemerintah seperti sembako dan subsidi listrik serta kemampuan
responden untuk menabung, membeli atau memperbaiki teknologi atau alat
elektronik seperti hp android dan laptop. Hal ini juga didukung dengan hasil uji
beda (Lampiran 6) yang menunjukkan perbedaan yang signifikan karena terjadi
penurunan rata-rata tingkat taraf hidup. Sebelum pandemi, rata-rata taraf hidup
rumah tangga yang dikepalai perempuan sebesar 20,0 dan mengalami penurunan
menjadi 0,00 saat pandemi Covid-19. Sementara itu, tingkat perubahan taraf hidup
responden tergolong rendah yaitu sebanyak 36 orang dengan persentase 80%
mengalami perubahan dari satu tingkat menjadi satu tingkat lebih rendah dari
sebelum pandemi Covid-19. Dahuri (2000) juga menyatakan bahwa tidak adanya
akses ke sumber modal, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar serta
rendahnya partisipasi adalah alasan-alasan taraf hidup masyarakat menurun
sehingga mengalami perubahan taraf hidup. Selain itu, berdasarkan penelitian
cukup banyak responden yang mengalami perubahan dari kategori awal menjadi
kategori yang lebih rendah pada saat pandemi Covid-19.
Tabel 29 Tabulasi silang antara tingkat perubahan struktur nafkah dengan tingkat
perubahan taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan pada
masa Pandemi Covid-19
Hasil tabulasi silang antara tingkat perubahan struktur nafkah dan tingkat
perubahan taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan pada tabel 29
menunjukkan bahwa mayoritas responden berada diantara tingkat perubahan
struktur nafkah yang tetap namun mengalami perubahan taraf hidup pada kategori
rendah sebanyak 19 orang dengan persentase 86,4%. Artinya, apabila responden
tidak melakukan perubahan sumber struktur nafkah maka akan mengalami
perubahan taraf hidup menjadi satu tingkat lebih rendah dari taraf hidup sebelum
pandemi Covid-19. Selain itu, cukup banyak responden yang melakukan perubahan
sumber struktur nafkah namun taraf hidup juga turut berubah dengan tingkat
perubahan berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 17 responden dengan
persentase 73,9%. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa baik
responden yang melakukan maupun yang tidak melakukan perubahan struktur
nafkah pada saat pandemi Covid-19 tetap akan mengalami perubahan taraf hidup
menjadi satu tingkat lebih rendah dari taraf hidup pada sebelum pandemi Covid-19.
“ … neng pas pandemi eta teh ngga bisa kirim bunga ke Jakarta, yang sewa
vila juga sepi, ngga ada yang datang ke kota bunga. Jadi mau ngga mau kita
cari kerjaan lain kaya dagang apa aja gitu. Ada yang jual pulsa, ada yang
jualan online gitu-gitu tapi ya pendapatan serabutan begitu mah pas-pasan
aja neng jadi ya emang susah semua sekarang mah…” (YR, 62 tahun)
Kedua variabel dalam penelitian ini kemudian diuji statistik menggunakan uji
korelasi statistik Rank Spearman pada SPSS Statistics 25 dengan hipotesis awal
diduga terdapat hubungan antara perubahan struktur nafkah dan perubahan taraf
hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan anggota PEKKA di Desa
Sukanagalih sebelum dan saat pandemi Covid-19.
Tabel 30 Hasil korelasi antara tingkat perubahan struktur nafkah dan tingkat
perubahan taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan pada
masa pandemi Covid-19
diasumsikan bahwa tingkat perubahan struktur nafkah dan tingkat perubahan taraf
hidup memiliki hubungan yang lemah dengan arah positif dan tidak signifikan.
“… seperti saya bekerja ngejual bunga potong, namun saat pandemi waktu
bekerja jadi sangat berkurang banget. Pendapatan pas pandemi juga pasti
jauh banget berkurangnya jadi saya serabutan aja dagang-dagang atau bikin
kerajinan alhamdulillah pernah dapat pelatihan di PEKKA, ibu-ibu PEKKA
yang lain juga banyak neng yang ujung-ujungnya dagang wae asal bisa
makan sama anak-anak jajan ” (YT, Anggota PEKKA)
X PENUTUP
10.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perubahan struktur nafkah dan taraf
hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan pada masa pandemi Covid-19, maka
diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Terjadi perubahan yang signifikan pada struktur nafkah rumah tangga yang
dikepalai perempuan anggota PEKKA di Desa Sukanagalih Perubahan yang
terjadi adalah responden beralih melakukan pekerjaan menjadi sektor
struktur nafkah yang baru pada saat pandemi Covid-19. Tingkat pendapatan
yang berasal dari satu sektor struktur nafkah juga mengalami perubahan.
Hal tersebut dipengaruhi oleh diberlakukannya kebijakan pemerintah dalam
rangka memutus mata rantai penyebaran virus seperti lockdown dan social
distancing. Kebijakan tersebut menyebabkan keterbatasan dalam
melakukan kegiatan yang berdampak langsung terhadap akses pekerjaan
terutama sektor pertanian di Desa Sukanagalih seperti akses distribusi bunga
potong dan sayuran (pokcoy, sawi, dan lain-lain) sehingga mengharuskan
seluruh masyarakat mampu beradaptasi dengan keadaan pandemi Covid-19.
Para perempuan kepala rumah tangga memilih mencari alternatif atau
beralih pekerjaan agar tetap mendapat penghasilan yang mencukupi.
2. Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat besar bagi kehidupan
terutama pada bidang perekonomian yang juga berhubungan dengan tingkat
taraf hidup. Tingkat taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan
anggota PEKKA di Desa Sukanagalih mengalami perubahan signifikan
yang tergolong pada kategori rendah dimana tingkat taraf hidup pada saat
pandemi Covid-19 menjadi satu tingkat lebih rendah dari sebelum pandemi
Covid-19. Perubahan taraf hidup tersebut meliputi tingkat pendapatan,
tingkat pengeluaran, tingkat akses pendidikan untuk anak, tingkat akses
layanan kesehatan, dan tingkat akses teknologi dan informasi. Namun,
pandemi Covid-19 tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap
status kepemilikan rumah karena mayoritas rumah tangga yang dikepalai
perempuan sudah memiki rumah sendiri. Perubahan taraf hidup tersebut
dipicu oleh keterbatasan akses terhadap berbagai kegiatan termasuk akses
layanan kesehatan dan pendidikan serta meningkatnya kebutuhan akan
akses terhadap teknologi dan informasi.
3. Perubahan struktur nafkah memiliki hubungan yang lemah dengan arah
positif dan tidak signifikan dengan perubahan taraf hidup rumah tangga
yang dikepalai perempuan. Artinya, apabila perubahan struktur nafkah
cenderung tetap maka tingkat taraf hidup akan mengalami perubahan yang
tinggi. Hal tersebut dikarenakan perubahan struktur nafkah menjadi sektor
yang baru tidak menjanjikan pendapatan maksimal sehingga tidak dapat
secara langsung meningkatkan taraf hidup dan hanya sebagai alternatif
strategi untuk bertahan hidup di masa krisis.
59
10.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan
saran atau masukan sebagai berikut:
1. Rendahnya tingkat pendapatan saat pandemi Covid-19 mengakibatkan
perlunya dilakukan kegiatan penyadaran terhadap peluang bisnis/usaha
terutama dalam mengembangkan usaha pertanian bunga potong dan sayuran
kepada perempuan kepala rumah tangga di Desa Sukanagalih agar tetap
dapat bertahan dan memiliki perekonomian yang kuat pada masa krisis
pandemi Covid-19
2. Perlu dilakukan pelatihan keterampilan dalam mengakses media atau
layanan dalam jaringan (online) secara intensif dengan pendampingan
berkala kepada perempuan kepala rumah tangga di Desa Sukanagalih
terutama bagi yang memiliki anak masih bersekolah.
3. Perlu adanya pencatatan ulang mengenai data rumah tangga yang dikepalai
perempuan termasuk yang terdampak Covid-19 serta pemerataan distribusi
bantuan sosial untuk kaum marginal di Desa Sukanagalih
4. Pandemi Covid-19 membuat keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan
termasuk kegiatan pemberdayaan yang sebelumnya dilakukan secara rutin,
maka dari itu perlu dilakukan program pemberdayaan perempuan kepala
rumah tangga baik dari pihak desa maupun pihak Lembaga Pemberdayaan
Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) mengenai respon terhadap pandemi
Covid-19 dan hal-hal yang dapat meningkatkan keberdayaan maupun taraf
hidup perempuan kepala rumah tangga.
60
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Pengertian Perempuan Kepala Keluarga
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2015
[WHO] World Health Organization. 2020. WHO Director-General ’ s remarks at
the media briefing on 2019-nCoV on 11 February. In WHO Director
General’s Statement.
____. 2018. Survei Akses Teknologi Informasi dan Komunikasi Kabupaten
Temanggung
BKKBN. 2006. Pedoman tata cara pencatatan dan pelaporan pendataan keluarga.
Jakarta (ID)
Agustini S, et al. 2017. Kontribusi Hutan Nagari pada Struktur Nafkah dan
Ekonomi Pedesaan: Studi Kasus di Padang Pariaman. The Contribution of
Community Based Forest Management to Livelihood and Rural Economy:
The Case of Hutan Nagari Sungai Buluh in Padang Pariaman. [internet]
[diunduh pada tanggal 21 September 2020]. Tersedia pada
https://core.ac.uk/download/pdf/296553966.pdf
Astina R. 2014. Hubungan Antara Status Perempuan Kepala Keluarga dengan
Kemiskinan di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar. Banda Aceh
(ID). Universitas Syiah Kuala
Astuti F. 2014. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Alokasi
Pengeluaran Wanita Kepala Keluarga Rumahtanggan di DIY (Analisis
Susenas Tahun 2005 dan 2010). [Skripsi]. Yogyakarta(ID). Universitas
Gadjah Mada.
Cahyono I. 2005. Wajah kemiskinan, wajah perempuan. Jurnal Perempuan. (42)
7-18. Jakarta (ID)
Carner G. 1984. Survival, Interdependence and Competition Among The Philippine
Rural Poor. People Centered Development. Kumarian Press. Connecticut.
Creswell JW. 2013. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
Mixed. Terjemahan Fawaid, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahuri R. 2000. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.
Bogor[ID]: IPB-Press.
Dharmawan AH, Dyah IM, and Yulian BE. 2016. Ekspansi Perkebunan Kelapa
Sawit Dan Perubahan Sosial, Ekonomi Dan Ekologi Pedesaan: Studi Kasus
Di Kutai Kartanegara. No. 01. Bogor.
Effendi S, Tukiran. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES
Ellis F. 1988. Peasant Economic: Farm Household and Agrarian Development.
Cambridge [UK]: Cambrige University Press
Ellis F. 2000. Rural livehoods and diversity in developing countries. New York
[US]: Oxford University Press
Esmara H. 2004. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV Rajawali.
Fathoni A. 2020. Dampak covid-19 dan Kebijakan PSBB Pemerintah Terhadap
UMKM di Wiyung Surabaya. [internet] [diunduh tanggal 9 September 2020].
3(1): 30-69. Tersedia pada http://e-
jurnal.stail.ac.id/index.php/dinar/article/view/126/109
Gradiner MO & Surbakti S. 1991. Strategi Kehidupan Wanita Kepala Rumah
Tangga [Life Strategies of Woman Household Heads]. Jakarta (ID)
61
Hasan, et al. 2003. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga bagi Janda
Pegawai Negeri Sipil golongan Rendah di Kecamatan Syiah Kuala. Banda
Aceh (ID). Universitas Syiah Kuala.
Hanoatubun S. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia.
[internet] [diunduh pada 23 Juni 2020]. 2(1): 146-153. Jurnal Pendidikan,
Psikologi, dan Konseling. Tersedia pada https://ummaspul.e-
journal.id/Edupsycouns/article/view/423
Horton, Paul B, Chester L. 1999. Hunt, Sosiologi Jilid 2, Jakarta (ID): Erlangga.
Khalid U & Akhtar S. 2011. Poverty Dinamics of Female-Headed Households in
Pakistan: Evidence from PIHS 2000-01 and PSLM 2004-05. PIDE Working
Papers.
Manullang M. 2011. Aktivitas organisasi. Jakarta: Usaha Nasional.
Munah B. 2015. Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif
Sosiologi Pendidikan. [internet [diunduh tanggal 14 September 2020]. 3(1):
19-38. Tersedia pada http://ejournal.iain-
tulungagung.ac.id/index.php/taalum/article/view/334/268
Moore HA, Ollenburger JC. 1989. A Theory of The Sociology of Women
International Social Science Review. [internet] [diunduh pada 27 Juni 2020].
64(3): 123-131. Tersedia pada https://www.jstor.org/stable/41881882
Nasrudin R, Haq I. 2020. Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. [internet] [diunduh tanggal 9 September 2020]. 7(7):
639-648. Jakarta (ID). Jurnal Sosial & Budaya Syar-i. UIN. Tersedia pada
http://103.229.202.71/index.php/salam/article/view/15569/pdf
Nurhayati T, Aji RSH. 2020. Emansipasi Perempuan Melawan Pandemi Global;
Bukti dari Indonesia. [internet] [diunduh pada 08 Juni 2020]. 4(1): 81-92.
Tersedia pada
http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.php/adalah/article/view/15468/7241
Pattinasarany IRI. 2016. Stratifikasi dan Mobilitas Sosial. Jakarta (ID) Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
Prabawa S. 1998. Sumberdaya Keluarga dan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga
Petani, Studi Desa Water Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. [internet]
Petras, J. & Veltmeyer, H. 2007. The Standard of Living Debate in Development
Policy. Critical Sociology 33(1): 181–209.
Putri EIK, Dharmawan AH, Pramudita D. 2017. Analisis Kelembagaan dan Peran
Stakeholders dalam Perubahan Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Sawit di
Kalimantan Tengah. [internet] [diunduh pada 02 November 2020}. 4(1): 96-
111. Tersedia pada
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jkebijakan/article/view/22029
Raco JR. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta (ID). PT. Grasindo.
Rajaram, Ramaprasad (2009) ‘Female-Headed Households and Poverty: Evidence
from the National Family Health Survey.’ [online] <http://
www.frbatlanta.org/documents/news/conferences/09-3rd_se_
international_economics_paper_rajaram.pdf>
Rambe A. Karsin ES. & Haryoto H. 2008. Analisis Alokasi Pengeluaran dan
Tingkat Kesejahteraan Keluarga (Studi di Kecamatan Medan Kota, Sumatera
Utara). Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen.
62
LAMPIRAN
64
2020 2021
Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Penyusunan
Proposal
Perbaikan
Proposal
Kolokium
Revisi
Proposal
Uji
Validitas
dan
Realibilitas
Pengambila
n Data
Lapang
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penulisan
Draft
Skripsi
Uji Petik
Sidang
Skripsi
Perbaikan
Skripsi
66
Nomor Responden
Hari, Tanggal Wawancara
Tanggal Entri Data
KUESIONER PENELITIAN
PERUBAHAN STRUKTUR NAFKAH DAN TARAF HIDUP
RUMAH TANGGA YANG DIKEPALAI PEREMPUAN PADA MASA
PANDEMI COVID-19
Peneliti berharap Ibu menjawab kuesioner dengan lengkap dan jujur. Apapun
bentuk jawaban yang Ibu berikan akan menjadi data yang berharga bagi kelancaran
penelitian ini. Identitas dan jawaban akan terjamin kerahasiaannya dan semata-mata
hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan penelitian ini. Terima kasih
atas perhatian, bantuan, dan partisipasi Ibu dalam menjawab kuesioner ini.
Keterangan:
- jawablah dengan mengisi langsung pada titik-titik atau kolom yang
disediakan
- jawablah dengan melingkari salah satu jawaban yang disediakan pilihan
3. Suami merantau
4. Cerai hidup
5. Cerai mati
A.8 Lama Menjadi Kepala Rumah ....... Tahun
Tangga
Keterangan:
3. Hubungan: Suami/Saudara/Orang Tua/Anak ke-...
4. Pekerjaan: diisi apabila sudah bekerja
Penjaga/tukang
2. bersih-bersih
vila
3. Penata Rias
Pengasuh
4.
(bayi/lansia)
5. Juru masak
6. Buruh pabrik
7. Lainnya ...
3.
Keterangan:
5. Hubungan keluarga: (1) suami (2) anak (3)saudara
6. Sektor mata pencaharian: (1) On Farm (2) Off-Farm (3) Non-Farm
pembelajaran dari
sekolah?
Apakah perangkat
elektronik (hp
android/laptop) yang
dimiliki tidak
C.23
mencukupi untuk
mengakses
pembelajaran seluruh
anak tanggungan ibu?
Apakah ibu perlu
mengeluarkan biaya
lebih untuk membeli
C.24
kuota/paket internet
untuk melakukan
proses pembelajaran?
Apakah perlu bantuan
dana kuota/internet
C.25 dari sekolah untuk
mengakses
pembelajaran?
Apakah ibu merasa
materi pembelajaran
C.26
disampaikan dengan
kurang efektif?
Apakah ibu merasa
kesulitan dalam
memahami dan
C.27
mengajari anak terkait
materi pembelajaran
dari sekolah?
Apakah ibu merasa
terbebani dengan
C.28 sistem Pendidikan
sebelum dan sesudah
pandemi?
Tingkat Akses Layanan Kesehatan
(silahkan menjawab dengan memberi tanda √ pada kolom pilihan jawaban)
Sebelum
Saat Pandemi
Pandemi Kode
Kode Pertanyaan
Ya Tidak Ya (1) Tidak Jawab
(1) (0) (0)
C.29 Apakah ibu dapat
mengakses layanan
kesehatan seperti
puskesmas/rumah sakit
dengan mudah?
71
lainnya memiliki
komputer/laptop?
C.39 Apakah ibu memiliki
radio di rumah?
C.40 Apakah ibu dan
keluarga dapat
mengakses jaringan
internet?
a. Di rumah dengan
WiFi
b. Di luar rumah
dengan kuota
C.41 Apakah ibu memiliki
televisi di rumah?
(Jika Ya, silahkan
jawab dengan
menuliskan pilihan
dibawah)
1. TV biasa
2. Smart TV
3. TV Kabel/TV
Berbayar
73
Nomor Responden
Hari, Tanggal Wawancara
Tanggal Entri Data
Nama Informan :
Usia :
Lama tinggal di lokasi :
Alamat :
No. Telp :
Jabatan/status : Anggota PEKKA
1. Sejak tahun berapa anda menjadi kepala keluarga dan menjadi anggota PEKKA?
2. Apa alasan awal anda bergabung menjadi anggota PEKKA?
3. Bagaimana kondisi perempuan kepala keluarga di Desa Sukanagalih sebelum
dan pada saat Pandemi Covid-19?
4. Apakah Pandemi Covid-19 mempengaruhi pekerjaan atau sumber pendapatan
anda?
5. Apakah terjadi perubahan sumber pendapatan dari sebelum dan saat pandemi
Covid-19?
6. Apa pekerjaan yang dilakukan sehari-hari pada sebelum dan saat pandemi
Covid-19 untuk mendapatkan penghasilan?
7. Apakah penghasilan tersebut mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga?
8. Apa dampak yang paling terasa bagi anda akibat pandemi Covid-19 bagi kondisi
rumahtangga yang anda kepalai?
9. Apakah anda merasakan kerugian seperti PHK/Pemotongan Upah/Usaha
Bangkrut?
10. Apakah anda memiliki kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan maupun
teknologi dan informasi selama masa pandemi Covid-19?
11. Apakah anda merasa sudah cukup diperhatikan oleh aparat Desa pada saat masa
krisis pandemi ini?
12. Menurut anda, sektor sumber pendapatan mana yang baik terdampak akibat
pandemi Covid-19? (on farm/off farm/non farm)
74
Nomor Responden
Hari, Tanggal Wawancara
Tanggal Entri Data
PERUBAHAN STRUKTUR NAFKAH DAN TARAF
HIDUP RUMAH TANGGA YANG DIKEPALAI PEREMPUAN PADA
MASA PANDEMI COVID-19
Nama Informan :
Usia :
Lama tinggal di lokasi :
Alamat :
No. Telp :
Jabatan/status : Tokoh Masyarakat/Aparat Desa
Nomor Responden
Hari, Tanggal Wawancara
Tanggal Entri Data
Nama Informan :
Usia :
Lama tinggal di lokasi :
Alamat :
No. Telp :
Jabatan/status : Staff lembaga PEKKA
Reliability Statistics
Cronbach’s
N of items
Alpha
.870 4
Realibility Statistics
Cronbach’s
N of items
Alpha
.763 50
78
a. Struktur Nafkah
Saat pandemi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 14 31.1 31.1 31.1
Sedang 23 51.1 51.1 82.2
Tinggi 8 17.8 17.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
b. Taraf Hidup
1. Tingkat Pendapatan
Sebelum pandemi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 1 2.2 2.2 2.2
Sedang 15 33.3 33.3 35.6
Tinggi 29 64.4 64.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
Saat pandemi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 17 37.8 37.8 37.8
Sedang 22 48.9 48.9 86.7
Tinggi 6 13.3 13.3 100.0
Total 45 100.0 100.0
2. Tingkat Pengeluaran
Sebelum pandemi
80
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 2 4.4 4.4 4.4
Sedang 25 55.6 55.6 60.0
Tinggi 18 40.0 40.0 100.0
Total 45 100.0 100.0
Saat pandemi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 7 15.6 15.6 15.6
Sedang 26 57.8 57.8 73.3
Tinggi 12 26.7 26.7 100.0
Total 45 100.0 100.0
Sebelum pandemi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Numpang Keluarga 10 22.2 22.2 22.2
Kontrak 9 20.0 20.0 42.2
Milik Sendiri 26 57.8 57.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
Saat pandemi
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Numpang Keluarga 11 24.4 24.4 24.4
Kontrak 8 17.8 17.8 42.2
Milik Sendiri 26 57.8 57.8 100.0
Total 45 100.0 100.0
Saat Pandemi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 40 88.9 88.9 88.9
Sedang 5 11.1 11.1 100.0
Total 45 100.0 100.0
1. Struktur Nafkah
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Struktur nafkah 45 2.36 .712 1 3
sebelum
pandemi
Struktur nafkah saat 45 2.67 .640 1 3
pandemi
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Struktur nafkah saat Negative 6 11.42 68.50
pandemi - Struktur Ranks
nafkah sebelum Positive 17b 12.21 207.50
pandemi Ranks
Ties 22c
Total 45
a. Struktur nafkah saat pandemi < Struktur nafkah sebelum pandemi
b. Struktur nafkah saat pandemi > Struktur nafkah sebelum pandemi
c. Struktur nafkah saat pandemi = Struktur nafkah sebelum pandemi
Test Statisticsa
Struktur nafkah saat pandemi - Struktur nafkah sebelum
pandemi
Z -2.246b
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
83
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum pandemi 45 2.53 .548 1 3
Saat pandemi 45 1.76 .645 1 3
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Saat pandemi - Negative Ranks 33a 17.00 561.00
Sebelum b
Positive Ranks 0 .00 .00
pandemi Ties 12 c
Total 45
a. Saat pandemi < Sebelum pandemi
b. Saat pandemi > Sebelum pandemi
c. Saat pandemi = Sebelum pandemi
Test Statisticsa
Saat pandemi - Sebelum
pandemi
Z -5.596b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
2. Taraf Hidup
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Taraf hidup sebelum 45 2.71 .458 2 3
pandemi
taraf hidup saat pandemi 45 1.78 .636 1 3
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
taraf hidup saat Negative 39 20.00 780.00
pandemi - Taraf Ranks
84
Test Statisticsa
taraf hidup saat pandemi - Taraf
hidup sebelum pandemi
Z -6.044b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
1. Tingkat Pendapatan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum pandemi 45 2.62 .535 1 3
Saat pandemi 45 1.76 .679 1 3
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Saat pandemi - Negative Ranks 37a 19.00 703.00
Sebelum b
Positive Ranks 0 .00 .00
pandemi Ties 8 c
Total 45
a. Saat pandemi < Sebelum pandemi
b. Saat pandemi > Sebelum pandemi
c. Saat pandemi = Sebelum pandemi
Test Statisticsa
Saat pandemi - Sebelum
pandemi
Z -5.940b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
85
2. Tingkat Pengeluaran
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Sebelum pandemi 45 2.36 .570 1 3
Saat pandemi 45 2.11 .647 1 3
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Saat pandemi - Negative Ranks 13a 8.00 104.00
Sebelum Positive Ranks 2b 8.00 16.00
pandemi Ties 30 c
Total 45
a. Saat pandemi < Sebelum pandemi
b. Saat pandemi > Sebelum pandemi
c. Saat pandemi = Sebelum pandemi
Test Statisticsa
Saat pandemi - Sebelum pandemi
Z -2.840b
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum pandemi 45 2.36 .830 1 3
Saat pandemi 45 2.33 .853 1 3
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks 1a 1.00 1.00
86
Test Statisticsa
Saat pandemi - Sebelum pandemi
Z -1.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .317
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Sebelum Pandemi 45 2.98 .149 2 3
Saat Pandemi 45 1.11 .318 1 2
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Saat Pandemi - Negative Ranks 45 23.00 1035.00
Sebelum Pandemi Positive Ranks b
0 .00 .00
Ties 0c
Total 45
a. Saat Pandemi < Sebelum Pandemi
b. Saat Pandemi > Sebelum Pandemi
c. Saat Pandemi = Sebelum Pandemi
Test Statisticsa
Saat Pandemi -
Sebelum
Pandemi
Z -6.365b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
87
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Tingkat Akses Layanan 45 2.98 .149 2 3
Kesehatan
sebelum pandemi
Tingkat Akses layanan 45 2.00 .739 1 3
Kesehatan saat
pandemi
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tingkat Akses layanan Negative Ranks 33a 17.00 561.00
Kesehatan saat Positive Ranks 0b .00 .00
pandemi - Tingkat Ties 12 c
Test Statisticsa
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
Tingkat Akses Teknologi 45 1.93 .720 1 3
dan Informasi
Sebelum Pandemi
Tingkat Akses Teknologi 45 2.36 .609 1 3
dan Informasi Saat
Pandemi
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Tingkat Akses Teknologi Negative 2 12.00 24.00
dan Informasi Saat Rank
Pandemi - Tingkat s
Akses Teknologi Positive 21b 12.00 252.00
dan Informasi Rank
Sebelum Pandemi s
Ties 22c
Total 45
a. Tingkat Akses Teknologi dan Informasi Saat Pandemi < Tingkat Akses
Teknologi dan Informasi Sebelum Pandemi
b. Tingkat Akses Teknologi dan Informasi Saat Pandemi > Tingkat Akses
Teknologi dan Informasi Sebelum Pandemi
c. Tingkat Akses Teknologi dan Informasi Saat Pandemi = Tingkat Akses
Teknologi dan Informasi Sebelum Pandemi
Test Statisticsa
Tingkat Akses Teknologi dan Informasi Saat
Pandemi - Tingkat Akses Teknologi dan
Informasi Sebelum Pandemi
Z -3.962b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
89
d. Crosstabs
‘’. Kalau di Cianjur sendiri memang sudah dari awal dibentuk PEKKA
karena termasuk wilayah dengan jumlah perempuan kepala rumah tangga
tinggi, alhamdulillah anggotanya pada aktif sampe sekarang juga paling
banyak anggota aktif nya, udah pada jadi kader-kader, udah bisa bikin
usaha sendiri..” (O, Staff Serikat PEKKA)
“… ini saya neng korban ketidakadilan gender, jadi dulu saya kerja jadi
buruh terus di PHK karena perempuan, udah ngga tau lagi gimana neng
waktu itu jadi gabung di PEKKA alhamdulillah bisa mengembangkan diri,
jadi lebih PD mau ngelakuin apa aja gitu …” (J, Kader PEKKA Cianjur)
mah boro-boro, jadi bantu suami aja ternak ikan, itu juga ngga seberapa,
pasar sepi kan neng baru-baru pandemi teh …” (ND, 50 tahun)
Pada masa pandemi, sektor mata pencaharian rumah tangga yang dikepalai
perempuan tergolong sangat tidak menentu, tidak sedikit yang beralih dari satu
sektor ke sektor lainnya. Selain itu banyak juga yang memilih bekerja serabutan
dan melakukan kegiatan sosial dengan imbalan yang tidak menentu.
Tingkat Pendapatan
Taraf hidup rumah tangga yang dikepalai perempuan jika dilihat dari tingkat
pendapatan sangat mengalami penurunan. Hampir semua responden menyatakan
bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada pendapatan hasil bekerja.
“ … benar-benar luar biasa neng ekonomi mah ya, pas pandemi lockdown
ngga bisa ngapa-ngapain, kerja dirumahkan dulu, anak harus tetep makan
tapi penghasilan kurang banget. Suami juga ngojek mana ada yang mau neng
awal-awal tuh.” (KA, 48 Tahun)
Tingkat Pengeluaran
Selain tingkat pendapatan, terdapat indikator tingkat pengeluaran yang juga
dapat menentukan tingkat taraf hidup suatu rumah tangga. Menurut responden dan
informan, tidak sedikit rumah tangga yang memiliki pengeluaran yang lebih besar
daripada penghasilan yang didapatkannya. Pada saat pandemi, beberapa responden
juga menyatakan pengeluaran melonjak tinggi karena ada penambahan seperti
untuk kuota internet sekolah anak dan juga makanan bergizi serta vitamin untuk
menjaga tubuh dari penyebaran virus Covid-19.
“… aduh neng, lagi begini emang pengeluaran awalnya pengen diirit-irit,
tapi makin kesini ngga bisa neng, kondisi begini kan makan tetep harus,
apalagi disuruh jaga imun kadang-kadang beli vitamin, anak yang pada
sekolah juga perlu uang buat beli kuota soalnya kuota yang dari pemerintah
94
ngga bisa dipake neng percuma, jadi kalo diitung-itung mah kayanya makin
gede si pengeluarannya…” (TH,42 tahun)
“ … listrik jadi naik padahal penggunaan udah dikurangin neng, terus saya
juga udah ngajuin untuk di data sebagai penerima bantuan tapi teteh weh
ngga dapet…” (SH, 51 tahun)
“… nih ya neng, kalo anggota kelompok ibu ngeluhnya sih emang ada subsidi
listrik buat yang 450 (watt) tapi biayanya dipake buat yang lain-lainnya juga
kaya pulsa mesti beli mulu, terus yang listrik diatas 900 (watt) juga neng kan
jadinya tinggi karena subsidi itu…” (NR, Ketua Kelompok Rizki Abadi)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dela Meidyka Sari dan biasa dipanggil Dela. Lahir
di Jakarta, 18 Mei 1999 dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan Alm. Raden Edy Rustomo dan Lilis Ratnasih. Riwayat pendidikan
penulis dimulai dari tingkat yang paling rendah yaitu SD Negeri 15 Kebon Jeruk
(2005-2011), SMP Negeri 75 Jakarta (2011-2014), dan SMA Negeri 65 Jakarta
(2014-2017). Selanjutnya pada tahun 2017, penulis melanjutkan studi S1 di
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, IPB melalui jalur tertulis SBMPTN. Selama berkuliah di IPB, penulis
aktif bergabung dan mengikuti kegiatan organisasi seperti Unit Kegiatan
Mahasiswa Music Agriculture X-pression!! (UKM MAX!!) pada tahun 2018-2019
dan masuk kedalam divisi Event Organizer sebagai Liaison officer, ketua divisi
acara, dan show director. Penulis juga aktif bergabung dalam Himpunan
Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
(HIMASIERA) periode 2019-2020 pada divisi Community Development. Selain
itu, penulis juga turut berpartisipasi dalam acara departemen, fakultas, sampai
rektorat serta mengikuti kegiatan eksternal seperti pelatihan, seminar, dan
mengikuti beberapa event musik, olahraga, dan food festival sebagai volunteer.
99