Anda di halaman 1dari 26

Tugas Praktikum Ke- 3 Kamis, 13 Februari 2020

Mata kuliah: Rekreasi Anak dan Penyandang Cacat

MERANCANG PERMAINAN KREASI BAGI PENYANDANG


CACAT
(Studi Kasus: Indigo)

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Amalia Putri Lucky Amahsyi (J3B918149)
Dara Hanum Rinjani (J3B818091)
Muhammad Bagja Suyudi (J3B818109)
Restu Syafaatul Mufti (J3B918153)

Dosen :
Occy Bonanza, SP, MT

Asisten Dosen :
Ah Auval Hadzdzi, A.Md
Ratu Sinar Sari Tanjung, A.Md

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SUKABUMI
2020
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Permainan 3
B. Aktivitas 3
C. Rekreasi 3
D. Penyandang Cacat 4
E. Indigo 5
III. METODELOGI PRAKTIKUM 6
A. Waktu dan Lokasi 6
B. Alat dan Bahan 6
C. Tahapan Kerja 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7
A. Amalia Putri Lucky Amahsyi (J3B918149) 7
B. Dara Hanum Rinjani (J3B818091) 10
C. Muhammad Bagja Suyudi (J3B818109) 13
D. Restu Syafaatul Mufti (J3B918153) 16
E. Permainan Kreasi 19
V. KESIMPULAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21

i
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Responden 1 10
2. Responden 2 13
3. Responden 3 16
4. Responden 4 18
5. Permainan Menara Koin 19

ii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Alat dan Bahan 6
2. Hasil Pengamatan Terhadap Responden 1 7
3. Hasil Pengamatan Terhadap Responden 2 10
4. Hasil Pengamatan Responden 3 14
5. Hasil Pengamatan Responden 4 17

iii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rekreasi berlaku untuk seluruh manusia tak terkecual oleh manusia yang
memiliki hambatan atau berkebutuhan khusus dari segi mental atau fisik namun,
cara untuk mendapatkan kesenangan dan menikmati kegiatan rekreasi tentunya
berbeda dengan manusia yang tidak memiliki hambatan. Para manusia yang
memiliki keterbatasan tersebut membutuhkan suasana baru untuk kembali segar
atau merasakan rileksasi setelah hari – hari berat dilalui.
Rekreasi merupakan cara terbaru untuk melakukan terapi psikis dan fisik
untuk manusia ynag memiliki hambatan tersebut sehingga mendapatkan
kesenangan dan juga menambah kemampuan sehingga kemampuan yang terbatasi
tersebut dapat diasah dan diolah menjadi bakat oleh para manusia yang memiliki
keterbatasan atau hambatan tersebut atau dapat disebut juga sebagai penyandang
disabilitas. Kegiatan rekreasi yang dilakukan oleh para penyandang disabilitas
tersebut merupakan kegiatan yang sangat disenangi dan dapat dilakukannya walau
dengan keterbatasan, kemampuan, minat, dan kebutuhan sehingga penyandang
disabilitas memerlukan perawatan psikis serta mental. Perawat psikis dan mental
yang dapat tidak mengeluarkan biaya adalah rekreasi.
Rekreasi untuk penyandang disabilitas tentunya berbeda tergantung minat,
kebutuhan dan kemampuan penyandang disabilitas sehingga tidak seluruh
kegiatan rekreasi dapat dilakukan, sehingga diperlukan analisis tentang perilaku
lingkungan terhadap penyandang disabilitas, sikap diri sendiri terhadap
lingkungan, dampak keterbatasan, sikap kepada orang lain, dan juga penyebab
suatu hambatan itu terjadi sehingga dapat membentuk suatu pola rekreasi sesuai
kebutuhan para penyandang disabilitas.
Kegiatan rekreasi salah satunya adalah bermain. Bermain merupakan cara
paling mudah untuk mengembangkan perkembangan psikis dan fisik sehingga
menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan terutama anak. Penyandang disabilitas juga memiki
kemampuan yang unik walau dalam keadaan terbatas. Rancangan permainan yang
sesuai akan membuat penyandang disabilitas merasa bahwa dengan keterbatannya
tersebut memiliki kesamaan dengan manusia yang tidak memiliki keterbatasan.
Pengembangan permainan dibutuhkan agar para penyandang disabilitas
dapat menikmati waktu luangnya seperti manusia pada umumnya yang terlahir
tanpa memiliki kekuarangan tersebut. Pengembangan permainan tersebut dapat
dilihat dari aspek fisik, aspek motorik, dan aspek psikologi yang merupakan aspek
dasar untuk pengembangan permainan untuk penyandang disabilitas
2

B. Tujuan

Kegiatan praktikum yang dilakukan memiliki tujuan masing – masing untuk


mencapai hasil yang diinginkan. Praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi
Penyandang Cacat memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengidentifikasi kegiatan rekreasi yang berguna untuk
psikologis dan mental penyandang cacat.
2. Menciptakan rancangan permainan untuk penyandan cacat
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Permainan

Permainan merupakan aktivitas yang menyatakan yang dilakukan pada


waktu luang. Permainan juga dapat dikatan sebagai bentuk pelatihan fungsi dalam
tubuh yang berpengaruh pada kedewasaan anak. Permainan dilakukan untuk
memberi kelonggaran kepada pikiran agar tidak terbebani. Permainan merupakan
kegiatan yang membuat perasaan lebih senang untuk melepaskan energi dan
dilakukan dengan sukarela dan tanpa paksaan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir dari permainan tersebut. permainan adalah usaha olah diri (pikiran dan fisik)
yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja,
dan prestasi dalam melaksanakan kepentingan organisasi dengan baik.
Berdasarkan pengertian menurut ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu
aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang
dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak untuk mencapai
perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional [ CITATION
And091 \l 1057 ].

B. Aktivitas

Aktivitas adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan
dalam tiap bagian dalam perusahaan. Aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan.
Jadi segala sesuati yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun
non fisik [ CITATION MMu01 \l 1057 ]. Lalu aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani [ CITATION Sri08 \l 1057 ].
Aktivitas merupakan usaha dalam pelaksanaan rencana dan kebijakan yang telah
dimusyawarahkan untuk melengkapi kebutuhan pelaksanaan. Dalam pelaksanaan
aktivitas perlu adanya penerapan dan fungsi manajemen yang operasional.
Aktivitas wisata adalah segala kegiatan yang dilakukan didalam maupun di
luar atau di sekitar Daya Tarik Wisata. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan tersebut
dapat berupa aktivitas wisata alam, aktivitas wisata petualangan, aktivitas wisata
Rafting, aktivitas wisata budaya dan lain lain. Aktivitas wisata dilakukan seiring
dengan penyaluran hobi atau bakat.

C. Rekreasi
Rekreasi berasal dari Bahasa Latin re-creare yang secara harfiah berarti
membuat ulang, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani
dan rohani seseorang. Dalam Bahasa Inggris, istilah rekreasi berasal dari kata re
dan creature. Creature dipahami sebagai daya cipta, sehingga re-creature secara
4

harfiah berarti pemulihan daya cipta atau penyegaran daya cipta. Daya cipta
berarti menciptakan dan atau menemukan sesuatu yang baru atau adanya inovasi.
Rekreasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyebaran kembali tubuh dan
pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan;
piknik, sedangkan istilah rekreatif berarti bersifat rekreasi. Rekreasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik dan mental dari
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempertinggi daya kreasi manusia dalam
mencapai keseimbangan bekerja dan beristirahat. Dalam rekreasi, individu
mempunyai pilihan aktivitas yang dilakukan secara sukarela yang disebabkan oleh
sesuatu dalam diri, motivasi dalam diri, seperti partisipasi untuk memperoleh
suatu pengalaman yang memuaskan dan pengembangan fisik, sosial, mental dan
atau kualitas keindahan yang memberikan kontribusi terhadap kehidupan.
RekreasI adalah sebuah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang dengan
tujuan untuk kembali kreatif [ CITATION Ric08 \l 1057 ]. Rekreasi merupakan
aktivitas yang dilakukan pada waktu senggang dengan tujuan untuk membentuk,
meningkatkan kembali kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi yang
hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan jalan mencari kesenangan, hiburan
dan kesibukan yang berbeda dan dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan
yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan batin manusia. Rekreasi dapat dilakukan
secara individual maupun secara kelompok. Rekreasi adalah aktivitas yang
mempunyai tujuan psikologis berupa kesenangan (pleasure) dengan
memanfaatkan waktu luang dan merupakan suatu kebutuhan mutlak yang
dibutuhkan oleh semua orang.

D. Penyandang Cacat

Disabilitas merupakan istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan


aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan merupakan sebuah masalah dari
fungsi tubuh atau strukturnya sehingga terjadi sebuah keterbatan atau kesulitan
yang dihadapi oleh individu dalam partisipasi dalam masyarakat. Orang yang
berkebutuhan khusus merupakan orang yang hidup dengan karakteristik khusus
dan memiliki perbedaan dengan lainnya. Karakteristik khusus tersebut dibutuhkan
pelayanan yang khusu juga agar dapat terpenuhi hak – hak kehidupannya sebagai
manusia. Penyandang disabilitas mencakup orang yang memiliki cacat fisik atau
yang memiliki Intelligence Quotient rendah serta yang memiliki permasalahan
kompleks yang membuat fungsi – fungsi kognitifnya terganggu.
Dalam pasal 1 ayat 1 Undang – undang Nomor 8 tahun 2016 tentang
penyandang disabilitas disebutkan bahwa penyandang disabilitas adalah setiap
orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental dan atau sensorik
dalam jangka waktu yang kama dalam berinteraksi dengan ingkungan dapat
mengalami hambatan atau kesulitan berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Menurut organisasi
5

WHO tahun 1980 definisi yang terkait dengan kecatatan yaitu impairment,
disability, handicap. Impairment adalah kehilangan atau abnormalitas struktur
atau fungsi psikologus, fisilogis atau anatomi. Disabilityadalah suatu keterbatasan
atau kehilangan kemampuan untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara atau
dalam batasan normal seorang manusia. Handicap merupakan kerugian individu
tertentu sebagai akibat dari dua hal yang telah disebutkan yang membatasi atau
menghambat terlaksananya suatu peran yang normal [ CITATION Sho14 \l
1057 ].
Setiap penyandang disabilitas memiliki definisi yang berbeda yang
seluruhnya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik
seperti disabilitas mental yang memiliki tahapan atau kelas tertentu sesuai dengan
kebutuhan yang dibutuhkan oleh seseorang. Disabilitas fisik yang merupakan
seseorang yang memiliki hambatan dalam kinerja fisiknya seperti tuna daksa yang
memiliki kelainan tubuh atau gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro
muscular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat dari
kecelakaan. Tuna netra yang memiliki gangguan pada indera penglihatan, tuna
rungu yang memiliki gangguan dengan pendengarannya, tuna wicara yang
memiliki kesulitan dalam menyampaikan pikiran melalui bahasa verbal.

E. Indigo
Orang indigo adalah fenomena baru kehidupan manusia yang memiliki
ketajaman indra keenam, bisa melihat sesuatu yang belum terjadi atau dapat
melihat masa lalu dan bisa melihat makhluk atau materi-materi halus yang tidak
tertangkap oleh indera penglihatan biasa. Lee Carrol (2006) mendefinisikan
orang Indigo sebagai: Seorang perempuan atau laki-laki yang memiliki atribut
psikologi yang baru atau tidak biasa yang kemudian menyebabkan mereka
menunjukkan perilaku yang belum terdokumentasikan sebelumnya. Pola ini
memiliki faktor-faktor unik dan umum, yang mengisyaratkan agar orang-orang
yang berinteraksi dengan mereka (para orang tua khusunya) mengubah
perlakuan dan pengasuhan terhadap mereka guna mencapai keseimbangan.
Apabila mengabaikan pola baru ini, potensial ketidakseimbangan dan frustasi.
Ciri yang paling menonjol dari indigo adalah rasional, spiritual dan memiliki
pengalaman ESP (Extra Sensori Perception) orang indigo merupakan orang
yang tergolong cerdas dengan IQ diatas 120 dan mereka sangat cepat dalam
mempelajari sesuatu tanpa bimbingan lebih lanjut mereka juga memiliki spiritual
yang tinggi, serta sering kali dapat membaca pikiran orang lain, mengetahui
kejadian masa depan atau masa lalu, dan melihat makhluk halus. Kemampuan-
kemampuan itu disebut dengan pengalaman ESP atau dalam bahasa awam sering
disebut sebagai sixth.
6

III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi


Kegiatan praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi Penyandang Cacat
dengan studi kasus indigo dilakukan pada hari Rabu, 12 Februari 2020 pada pukul
15:00 – 18:00 WIB. Kegiatan praktikum terebut dilaksakanan di Perumahan Griya
Gaharu Mas yang berlokasi di Jl. Sarasa, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan digunakan untuk menunjang keberhasilan kegiatan
praktikum. Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan praktikum. Merancang
Permainan Kreasi Bagi Penyandang Cacat dengan studi kasus indigo dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat dan Bahan


No. Alat dan Bahan Keterangan
1. Alat tulis Untuk mencatat data yang diperoleh
2. Internet Untuk memudahkan memperoleh data tambahan
3. Laptop Untuk membuat laporan dan membuat bahan
presentasi
4. Printer Untuk mencetak hasil laporan
5. Kuesioner Untuk mempermudah pengambilan data
6. Handphone Untuk mendokumentasi kegiatan pengamatan dan
wawancara

C. Tahapan Kerja
Kegiatan praktikum ini dilakukan dengan tahapan pengerjaan. Tahapan
Pengerjaan untuk praktikum tentang Merancang Permainan Kreasi Bagi
Penyandang Cacat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mewawancarai responden yang memiliki kemampuan indigo kesukaan
dan ketertarikan responden terhadap sesuatu
2. Mengidentifikasi aspek psikologi, fisik, dan juga motorik
3. Mencatat hasil wawancara dengan responden.
4. Mendokumentasikan hasil wawancara.
5. Mengolah hasil wawancara ke dalam laporan dan membuat slide
presentasi.
7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Indigo merupakan kondisi otak yang dapat menangkap segala sesuatu


lebih cepat daripada manusia pada umumnya, sehingga hal tersebut bukan
merupakan kecatatan atau kekurangan. Hasil dan Pemabahasan dari praktikum
Merancang Permainan Kreasi bagi Penyandang Cacat memiliki pokok
pembahasan yaitu aspek psikologis, fisik, dan motorik responden serta rancangan
permainan untuk responden yang memiliki kemampuan indigo.

A. Amalia Putri Lucky Amahsyi (J3B918149)

Responden memiliki merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang


memiliki kemampuan indigo. Responden memiliki karakteristik berjenis kelamin
perempuan berumur 19 tahun dengan pekerjaan sebagai seorang mahasiswa di
Institut Pertanian Bogor. Responden ini berasal dari Cianjur dan sudah lama
tinggal di Sukabumi. Responden memiliki penghasilan Rp 600.000 per bulan.
Responden memiliki kemampuan Indigo yang merupakan keturunan dari kakek
buyut responden. Responden memiliki kemampuan Indigo atau supranatural
sejak lahir hingga sekarang

1. Aspek pengamatan
Pada praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi Penyandang Cacat
didasari oleh aspek pengamatan yaitu aspek fisik, motori, dan psikologi. hal
tersebut berguna untuk menegtahui minta, serta bentuk permainan seperti apa
yang akan dikembangkan pada responden. Hasil dari pengamatan aspek fisik,
psikologi, dan motorik akan disajikan dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Hasil Pengamatan Terhadap Responden 1


No. Aspek Pengamatan Keterangan
Indigo - Asri Hana (19 tahun)
1. Aspek fisik
a. Tinggi Badan 150 centimeter
b. Berat Badan 50 Kilogram
c. Ciri Fisik Memiliki kulit putih dengan rambut tidak
terlalu panjang, hidung yang tidak terlalu
mancung, dan berisi.
2. Apek Motorik
a. Motorik Kasar Dapat melakukan kegiatan berjalan, melompat
dan lain lain seperti manusia pada umumnya
b. Motorik Halus Melakukan kegiatan menggambar
3. Aspek Psikologi
a. Bahasa Berbahasa indonesia dan berbahasa sunda
b. Intelektual Memiliki keterampilan dalam menggambar,
bernyanyi dan bersifat kreatif
8

c. Tipe Belajar Tipe belajar tergantung suasana hati


d. Pola Interaksi dalam keluarga Memiliki sifat terbuka kepada ibu, dan akrab
dengan saudara – saudaranya

Tabel 1 Lanjutan
No. Aspek Pengamatan Keterangan
e. Emosional Perasaan senang dan sedih
f. Respon akan hal baru Tergantung hal tersebut menumbuhkan rasa
minat atau tidak
g. Sosial Cenderung lebih suka menyendiri
h. Kemandirian Mandiri dalam berbagai hal
i. Sikap menghadapi Sabar, dan dapat menyampaikan pendapat
permasalahan
j. Perilaku Berperilaku baik dan cukup santai
k. Bimbingan Orang tua Orang tua selalu mendengar keluh kesah
responden

a. Aspek Fisik
Hasil wawancara dan pengamatan kepada responden dapat diketahui
bahwa manusia yang memiliki kemampuan Indigo tidak memiliki kekurangan
pada segi fisik. Responden memilki tinggi badan 150 centimeter dan berat 50
kilogram. Hal tersebut termasuk dalam pertumbuhan yang normal dialami oleh
remaja sehingga tidak memiliki permasalahan dari segi fisik tinggi badan dan
berat badan. Responden memiliki ciri fisik berkulit putih dengan hidung tidak
terlalu mancung, rambut berwarna hitam dan bergelombang.
b. Aspek Motorik
Aspek yang akan dibahasa selanjutnya yaitu aspek motorik. Motorik
adalah suatu pergerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Motorik terbagi
menjadi dua yaitu motorik kasar dan halus. Nilai – nilai yang terdapat pada
motorik yaitu pengalaman, hak dan kesempatan aktivitas, keseimbangan jiwa dan
raga, mampu berperan menjadi diri sendiri, kesehatan yang baik, katarsis
emosional. Kemandirian, hiburan diri, sosialisasi, dan konsep diri. Pada motorik
halus responden dapat menggambar objek tiruan yang berarti responden harus
melihat objek pada gambar lain sebelum ditiru, responden juga dapat menyanyi
dan memiliki suara cukup merdu dan pada dasarnya responden memilki sifat
kreatif. Pada motorik kasar pada umumnya yang sangat berpengaruh terhadap
pergerakan. Responden tidak memiliki kelainan apapun dalam melakukan
pergerakan seperti berjalan, melompat dan lain – lain.
c. Aspek Psikologis
Aspek psikologi yang akan dibahas yaitu bahasa, intelektual, tipe belajar,
pola interaksi dalam keluarga, emosional, respon pada hal baru, sosial,
kemandirian, sikap menghadapi masalah, perilaku, dan bimbingan orang tua. Pada
aspek psikologi bahasa responden biasanya menggunakan bahasa Indonesia dan
bahasa sunda karena lingkungan dari responden mayoritas merupakan individu
9

yang berasal dari suku sunda. Responden berbicara bahasa Indonesia dengan
individu yang tidak mengerti bahasa Sunda dan kepada individu lain dengan usia,
dan profesi yang berbeda dengan latar belakang responden. Intelektual adalah kata
lain dari kecerdasan. Intelektual yang dimiliki oleh responden adalah memiliki
keterampilan dalam hal menggambar sehingga kegiatan tersebut juga dapat
melatih motorik halus dari responden. Responden merupakan anak dengan tipe
belajar audiovisual, responden lebih paham dengan materi apabila dijelaskan
dengan cara mendengarkan. Aspek pola interaksi dalam keluarga yaitu pola
kehidupan sehari – hari pada lingkungan keluarga. Responden memilki pola
interaksi yang terbuka terhadap keluarga terutama ibunya sehingga segala masalah
yang mengganggu benak responden akan diceritakan pada ibunya, bukan hanya
masalah namun cerita – cerita tentang kehidupan sekolah dan lain – lain.
Responden merupakan anak yang menuruti permintaan orang tua. Respon dari
keluarga terhadap responden juga menerima segala kemampuan kekurangan yang
dimiliki responden dan hal tersebut yang membuat responden tidak merasa minder
dengan kemampuan indigo yang dimiliki.
Rasa emosi bukan hanya tentang merasa marah, namun juga tentang
merasa sedih dan senang. Responden melampiaskan perasaan yang dimilikinya
dengan menggambar karena menurut responden objek yang digambar merupakan
penyaluran isi hati dari responden. Responden memiliki pengendalian emosi yang
baik sehingga rasa senangnya akan tertular kepada orang lain, rasa sedih dan
marah tidak akan tertular kepada orang lain dan lebih melampiaskan kepada diri
sendiri atau dengan kegiatan menggambar. Responden memiliki respon terhadap
hal baru yang hanya diminatinya saja atau yang menurut responden menarik
sehingga saat menemukan hal baru responden tidak selalu merasa berminat.
Responden memiliki rasa sosial yang lebih menyukai suasana menyendiri namun
situasi tersebut tidak setiap hari ditunjukkan oleh responden. Hal tersebut
dikarenakan responden tidak percaya diri ketika terdapat perkumpulan dengan
teman – temannya responden akan bertingkah aneh seperti melamun, berbicara
sendiri dan lain – lain, walaupun begitu responden tidak lupa untuk bergaul
dengan teman – teman dekatnya dilingkungan kampus, atau rumah sehingga
responden memiliki banyak teman – teman yang mendukung. Aspek psikologis
berupa kemandirian yang dimiliki oleh responden sangat tinggi. Responden
merupakan individu yang mandiri karena efek dari didikan orang dan juga situasi
dari anak pertama. Responden terbiasa melakukan hal – hal sendiri sehingga
membangun kepercayaan orang tua dalam memberikan sebuah keputusan.
Aspek sikap dalam menghadapi masalah yaitu responden cenderung
memiliki sikap lebih sabar dan dewasa. Responden juga mendengarkan penilaian
orang lain terhadap suatu masalah dan setelah itu akan menyampaikan
pendapatnya sehingga bukan hanya dari sudut pandang responden saja.
Responden memiliki perilaku baik, baik tersebut merupakan perilaku tidak
menyimpang dan perilaku yang cukup santai. Psikologis anak akan tumbuh
10

dengan baik karena bimbingan orang tua yang baik. Hal tersebut berefek pada
responden yaitu kemandirian, dan menyikapi segala sesuatu dengan baik. Orang
tua dari responden juga mendukung segala keputusan dan mendengarkan cerita –
cerita responden sehingga membuat psikologis responden baik.

Gambar 1 Responden 1
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020

B. Dara Hanum Rinjani (J3B818091)

1. Aspek Pengamatan
Pada praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi Penyandang Cacat
didasari oleh aspek pengamatan yaitu aspek fisik, motori, dan psikologi. hal
tersebut berguna untuk menegtahui minta, serta bentuk permainan seperti apa
yang akan dikembangkan pada responden. Hasil dari pengamatan aspek fisik,
psikologi, dan motorik akan disajikan dalam tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Hasil Pengamatan Terhadap Responden 2


No Aspek Pengamatan Keterangan
.
Indigo – Lina Marlina (39 tahun)
1. Aspek Fisik
a. Tinggi Badan 155 cm
b. Berat Badan 60 kg
c. Ciri Fisik Warna kulit kuning langsat, rambut hitam
kecoklatan, agak gemuk, hidung mancung, alis
tebal, dan rambut yang bergelombang.
2. Aspek Motorik
a. Motorik Kasar Berjalan, berlari, memasak, membersihkan
rumah, memproduksi barang dagangan.
b. Motorik Halus Membaca, menulis, mengoperasikan
handphone.
3. Aspek Psikologis
a. Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda
b. Intelektual Memiliki keahlian di bidang usaha dan
kerajinan tangan, kreatif, inovatif.
11

c. Tipe Belajar Audio


d. Pola Interaksi dalam Memiliki sikap yang terbuka terhadap
keluarga keluarganya.
Tabel 3 lanjutan
No Aspek Pengamatan Keterangan
.
e. Emosional Dapat mengontrol emosi dengan baik, bersikap
tenang, sabar, dan berserah diri apabila
mendapat masalah.
f. Respon akan hal baru Memberi respon yang baik, mencatat hal-hal
penting, melakukan riset, dan mengambil
langkah maju.
g. Sosial Memiliki hubungan sosial yang baik dengan
keluarganya, temannya, dan tetangganya.
h. Kemandirian Dapat melakukan berbagai hal dengan diri
sendiri
i. Sikap menghadapi Menghadapi dengan sabar, santai, tenang,
permasalahan pikiran yang jernih dan menyelesaikannya
dengan sabar.
j. Perilaku Berperilaku baik, ramah, santai dan tenang.

k. Bimbingan Orang tua Mendapatkan dukungan dari orang tua dan


keluarganya sendiri untuk berbagai hal yang
dilakukan.

a. Aspek Fisik
Aspek fisik dari responden yang memiliki kemampuan indigo terdiri dari
berat badan yaitu 60 kg dan tinggi badan 155 cm. Responden memiliki ciri fisik
seperti perempuan Indonesia pada umumnya. Ciri fisik responden adalah memiliki
warna kulit kuning langsat, rambut hitam kecoklatan dan bergelombang, hidung
mancung dan alis yang tebal.
b. Aspek Motorik
Aspek motorik terdiri dari motorik halus dan motorik kasar. Motorik halus
adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan
otot kecil dan koordinasi mata dan tangan. Motorik halus pada responden tersebut
diantaranya adalah membaca, menulis, dan mengoperasikan handphone. Motorik
kasar meliputi koordinasi antar anggota tubuh. Motorik kasar pada responden
diantaranya adalah berjalan, berlari, memasak, bahkan memproduksi barang.
Aspek motorik pada responden tersebut tidak memiliki gangguan, hal ini karena
responden merupakan manusia normal yang tidak memiliki gangguan pada fisik
maupun pada mentalnya.
c. Aspek Psikologi
Aspek psikologi meliputi beberapa hal seperti bahasa, intelektual, tipe
belajar, pola interaksi dalam keluarga, emosional, respon akan hal baru, sosial,
kemandirian, sikap terhadap permasalahan, perilaku, serta bimbingan orang tua.
Aspek psikologi dalam hal bahasa dari responden indigo adalah responden dapat
12

berbicara dengan normal layaknya manusia normal pada umumnya. Responden


dapat berkomunikasi menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda.
Responden memiliki intelektual di bidang usaha dan kerajinan. Responden
merupakan pribadi yang kreatif dan inovatif. Hal ini dibuktikan dengan responden
yang memiliki usaha kuliner yaitu abon ayam, teh beluntas, kunyit asem, dan
minuman ekstrak lemon. Responden juga memiliki usaha sabun mandi herbal
yang merupakan produksi rumahan yaitu dari responden sendiri. Responden juga
pernah memiliki usaha guci yang terbuat dari kayu lengkap dengan hiasan berupa
lukisan pada guci tersebut. Responden tersebut sudah memulai belajar
berwirausaha sejak mengandung anak pertamanya.
Tipe belajar responden yaitu tipe belajar auditori. Hal ini dikarenakan
responden lebih mengandalkan pendengarannya sebagai penerima informasi
maupun pengetahuan. Responden biasanya akan mendengarkan suatu informasi
secara seksama, kemudian menuliskannya, melakukan riset serta membuat sebuah
keputusan untuk melangkah maju. Tipe belajar ini selalu diaplikasikan ketika
responden akan membuat sebuah produk yang memiliki nilai jual ekonomis.
Pola interaksi responden dengan keluarganya merupakan interaksi yang
saling memberi pengaruh atau adanya timbal balik. Hal ini dibuktikan dengan
responden yang selalu memberi respon atau tanggapan terhadap orang-orang
disekitarnya. Responden berinteraksi dengan keluarganya dengan cara mengobrol,
berkumpul bersama, bercanda, memberikan nasihat, dan berbagai interaksi sosial
lainnya. Responden juga memiliki sikap yang terbuka pada keluarganya.
Responden biasa mengutarakan hal-hal yang ia sukai maupun yang tidak
disukainya. Hal ini membuat komunikasi responden dengan keluarganya berjalan
dengan baik.
Responden dapat mengatur emosinya dengan baik meskipun kondisi
responden sedang melihat atau berhadapan dengan makhluk di dimensi lain.
Kondisi emosi responden sama seperti manusia normal pada umumnya.
Responden tidak akan terlalu memberikan emosi yang berlebihan ketika
dihadapkan dengan suatu masalah atau keadaan yang membuat responden
tertekan. Hal ini dikarenakan responden akan menyikapinya dengan berusaha
tenang dan sabar agar responden tidak salah mengambil langkah atau melakukan
hal-hal yang merugikan bagi dirinya dan lingkungannya.
Responden akan memberikan respon yang baik ketika responden
menemukan hal-hal baru. Responden juga akan mencatat beberapa poin yang
dirasa penting dari hal-hal baru yang responden temui. Responden menjadikan
hal-hal baru tersebut untuk bahan belajar agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Responden juga akan melakukan hal yang sama ketika responden menemukan hal
baru yang bermanfaat untuk usaha kuliner maupun kerajinan tangannya.
Aspek psikologi terkait sosial dan perilaku adalah responden yang
memiliki hubungan sosial yang baik dengan keluarganya, teman-temannya, dan
13

juga tetangganya. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki sikap dan
perilaku yang baik. Responden memiliki pribadi yang tenang, menyenangkan, dan
mudah bergaul. Namun kondisi responden yang seorang indigo terkadang
menjadikan responden manarik diri dari lingkungan luarnya. Hal ini dikarena kan
responden yang terkadang merasa kurang nyaman ketika berhadapan dengan
orang lain yang akan menanyakan hal-hal spiritual kepada responden yang
membuat responden merasa terganggu. Responden akan memilih lebih berdiam
diri di rumahnya dari pada berinteraksi terlalu lama dengan orang lain.
Sikap responden ketika sedang menghadapi permasalahn diantaranya
adalah berusaha untuk tetap sabar, tenang, santai, dan berserah diri kepada Tuhan.
Hal ini disebabkan karena responden yakin bahwa setiap masalah yang dihadapi
seseorang merupakan ujian dari Tuhan agar menjadikan diri semakin baik.
Responden akan menyelesaikan masalahnya ketika responden tenang dan
berpikiran jernih. Responden mendapatkan dukungan dari orang tuanya dan dari
keluarganya sendiri. Responden mendapatkan dukungan berupa perhatian yang
diberikan oleh keluarganya terkait dengan kondisinya. Responden juga pernah
diobati untuk menghilangkan kemampuan indigonya yang menurut responden
menggangu, walaupun kemampuan alamiah tersebut tidak bisa dihilangkan.

Gambar 2 Responden 2
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020

C. Muhammad Bagja Suyudi (J3B818109)

Pada praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi Penyandang Cacat


didasari oleh aspek pengamatan yaitu aspek fisik, motori, dan psikologi. hal
tersebut berguna untuk menegtahui minta, serta bentuk permainan seperti apa
yang akan dikembangkan pada responden. Hasil dari pengamatan aspek fisik,
psikologi, dan motorik akan disajikan dalam tabel 4 di bawah ini.
14

Tabel 4 Hasil Pengamatan Responden 3


No. Aspek Pengamatan Keterangan
Indigo – Rivaldo (19 Tahun)
1. Aspek fisik
a. Tinggi Badan 162 Centimeter
b. Berat Badan 55 Kilogram
2. Aspek Motorik
a. Motorik Kasar
b. Motorik Halus Dapat melakukan ativitas berjalan, berlari, dan
melompot seperti manusia normal pada umumnya
Aspek Psikologi Melakukan aktivitas bermain game online, dan
menulis
a. Bahasa
b. Intelektual Berbahasa indonesia dan berbahasa sunda
c. Tipe Belajar Memiliki kemampuan menulisdengan rapih, dapat
bermain alat musik gendang dan bersifat kreatif
d. Pola Interaksi dalam Tergantung suasana, lebih menyukai belajar
keluarga sembari mendengarkan musik
e. Emosional Memiliki sifat terbuka dengan ibu bapak nya dan
kepada saudara nya
f. Respon akan hal baru Dapat mengontrol emosi dan tidak selalu emosi
g. Sosial Tergantung hal tersebut menumbuhkan rasa minat
atau tidak
h. Kemandirian Mudah kenal dengan orang lain, lebih senang
apabila sedang besama teman-temannya dan
terkadang menyendiri
i. Sikap menghadapi Mandiri dalam berbagai hal
permasalahan
j. Perilaku Sabar, dan sesekali menyampaikan pendapat
k. Bimbingan Orang tua Berprilaku aktif, baik dan cukup santai
Orang tua memberika masukan ketika
mendapatkan maslah, dan memberi nasihat ketika
responden melakukan kesalahan

a. Aspek Fisik
Hasil wawancara dan pengamatan kepada responden dapat diketahui bahwa
manusia yang memiliki kemampuan indigo tidak memiliki kekurangan pada segi
fisik. Responden memiliki tinggi badan 162 centimeter dan berat badan 55
kilogram. Hal tersebut termsuk dalam pertumbuhan yang normal dialami oleh
remaja sehingga tidak memiliki permasalahan dari segi fisik tinggi badan dan
berat badan.
b. Aspek Motorik
Aspek yang lain yang diamati dari responden yaitu aspek motorik. Motorik
adalah suatu pergerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Motorik terbagi
menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik halus yang terdapat
pada responden ini yaitu reponden dapat menulis dengan rapih dan responden ini
pun dapat menggambar, selain itu reponden ini juga dapat sering melakukan
aktivitas bermain game online di handphone aktivitas ini biasa dilakukan
15

responden bersama dengan teman-temannya untuk menghilangkan firasat yang


sedang dipikirkan. Aspek motorik kasar yang terdpat pada responden ini yang
paling umum dan sangat berpengaruh terhadap pergerakan yaitu responden tidak
memiliki kelainan apapun dalam melakukan pergerakan seperti berjalan, berlari,
dan sesekali responden juga melakukan kegiatan bermain futsal dengan teman-
temannya.
c. Aspek Psikologis
Aspek psikologi untuk poin bahasa, responden biasanya menggunakan dua
bahasa dalam kesehari-harian nya yaitu menggunakan bahasa indonesia dan
bahasa sunda karena lingkungan dari responden mayoritas merupakan individu
yang berasal dari suku sunda. Responden menggunakan bahasa indonesia ketika
responden sedang berbicara dengan individu yang tidak mengerti bahasa sunda
dan kepada individu lain dengan usia dan profesi yang berbeda dengan latar
belakang responden. Intelektual yang dimiliki oleh responden yaitu reponden
memiliki kemampuan menulis dengan rapih sehingga kegiatan tersebut dapat
melatih motorik halus dari responden, selain itu reponden juga dapat memainkan
alat musik gendang yang biasadigunakan saat marawis karena responden sudah
terbiasa memainkan alat musik gendang ketika responden masih mondok di salah
satu pesantren di sukabumi. Responden merupakan anak dengan tipe belajar
audiovisual, responden lebih paham dengan materi apabila dijelaskan dengan cara
mendengarkan, responden juga biasa mendengarkan musik ketika sedang
malakukan kegiatan belajar dirumah nya.
Aspek pola interaksi dalam keluarga, responden memiliki pola interaksi
terbuka terhadap keluarga terutama ibu dan bapak nya sehingga segala masalah
yang mengganggu terhadap responden akan diceritakan langsung kepada ibu dan
bapak nya, bukan hanya masalah akan tetapi responden juga sesekali bercerita
tentang kehidupan kuliah dan lain-lain, selain itu responden juga dekat dengan
saudara-saudara nya responden biasa bercerita dengan saudara nya ketika sedang
memiliki firasat yang dipikirkan baik itu firasat baik maupun firasat buruk.
Responden merupakan anak yang menuruti permintaan orang tua dan respon dari
keluarga terhadap responden juga menerima segala kamampuan dan kekurangan
yang dimiliki responden. Responden dapat mengatur emosinya dengan baik
meskipun kondisi responden sedang melihat atau berhadapan dengan makhluk
yang tidak bisa dilihat oleh manusia pada umumnya. Kondisi emosi responden
sama dengan seperti manusia pada umumnya, menurut hasil wawancara hal ini
dikarenakan responden memiliki kemampuan indigo karena dibuka mata batinnya
karena hal itu responden bisa mengontrol emosi nya dengan baik tidak seperti
anak yang memiliki kemampuan indigo dari keturunan.
Aspek respon akan hal baru, responden akan memberikan repon yang baik.
Responden juga sesekali mencatat [oin-poin penting dari dari hal baru yang
responden temui, akan tetapi tergantung hal baru tersebut apabila hal baru tersebut
16

akan memunculkan rasa minat responden pun akan merespon hal baru tersebut
dengan baik dan senang. Aspek psikologi terkait sosial dan perilaku, responden
memiliki hubungan sosial yang baik hal ini dikarenakan responden memang cepat
beadaptasi dan cepat mengenali seseorang yang belum respoden kenal. Responden
juga lebih suka ketika responden sedang bersama mengobrol dengan teman-
temannya, akan tetapi responden sesekali menyendiri hal ini disebabkan karena
hal-hal tertentu seperti responden sedang melihat makhluk halus dan ketika
responden ditanya tentang hal-hal yang berbau spiritual yang dapat membuat
responden ini merasa terganggu. Sikap responden ketika sedang menghadapi
permasalahan responden biasa menghadapi masalah tersebut dengan sabar,
tenang, dan berserah diri kepada tuhan. Hal ini disebabkan karena responden
yakin bahwa setiap masalah yang dihadapi nya itu datang dari tuhan yang dapat
membuat dirinya menjadi lebih baik. Responden juga selalu mendapat masukan
dari orang tua nya ketika sedang menghadapi suatu masalah, selain itu responden
juga bisa ditegur dan dinasihati oleh orang tuanya ketika responden melakukan
kesalahan terhadap kemampuan yang indigo yang dimiliki oleh responden.

Gambar 3 Responden 3
Sumber: Dokumentasi Pribadi

D. Restu Syafaatul Mufti (J3B918153)

Pada praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi Penyandang Cacat


didasari oleh aspek pengamatan yaitu aspek fisik, motori, dan psikologi. hal
tersebut berguna untuk menegtahui minta, serta bentuk permainan seperti apa
yang akan dikembangkan pada responden. Hasil dari pengamatan aspek fisik,
psikologi, dan motorik akan disajikan dalam tabel 5 di bawah ini.
a. Aspek Fisik
Hasil dari pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan terhadap
responden diketahui bahwa responden ini tidak memiliki kecacatan dalam
pertumbuhan fisik dengan tinggi badan 164 centimeter dan berat badan 50
kilogram. Ciri fisik lainnya responden ini yaitu bertubuh tinggi dan kurus dan
17

warna kulit kuning langsat dan bermata sipit. Hal tersebut termasuk dalam
pertumbuhan normal yang dialami oleh seorang remaja, sehingga responden
termasuk anak berkemampuan khusus yang tidak memiliki permasalahan dari segi
pertumbuhan fisik.

Tabel 5 Hasil Pengamatan Responden 4


No. Aspek Pengamatan Keterangan
Indigo - Salsabila (19 Tahun)
1. Aspek fisik
a. Tinggi Badan 164cm
b. Berat Badan 50kg
2. Aspek Motorik
a. Motorik Kasar Dapat melakukan aktivitas berjalan, berlari,
melompat dan lain-lain seperti manusia pada
umumnya
b. Motorik Halus Dapat berhitung, membaca, bernyanyi dan
lain-lain.
3. Aspek Psikologi
a. Bahasa Menggunakan bahasa Indonesia dan Sunda
b. Intelektual Memiliki kemampuan dibidang bernyanyi dan
bermain alat music
c. Tipe Belajar Auditori
d. Pola Interaksi dalam Bersikap terbuka kepada keluarga, dan
keluarga saudara
e. Emosional Dapat mengendalikan emosi
f. Respon akan hal baru Mencari tahu terlebih dahulu
g. Sosial Lebih terbuka terhadap lingkungan
h. Kemandirian Mandiri dalam bverbagai hal
i. Sikap menghadapi Bertindak logis
permasalahan
j. Perilaku Berperilaku baik terhadap lingkungannya
k. Bimbingan Orang tua Selalu memberi arahan dan masukan apabila
mengalami masalah
b. Aspek Motorik
Aspek yang lain yang diamati dari responden ini merupakan aspek motorik.
Motorik merupakan suatu pergerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia.
Motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar merupakan hal yang sangat berperngaruh pada terhadap pergerakan yang
dilakukan untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Responden ini tidak memiliki
masalah pada motorik kasarnya, dirinya dapat melakukan aktivitas berjalan,
duduk dan lainnya seperti yang dapat dilakukan oleh manusia normal. Motorik
halus meliputi kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot-otot kecil, responden ini dapat melakukan aktivitas motorik halus
seperti bernyanyi, memainkan alat musik, berhitung dan lain-lain.
c. Aspek Psikologis
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terkait aspek psikilogi di
ketahui bahwa responden ini dapat berbicara dengan baik dan
normalmenggunakan bahasa Indonesia dan sunda dengan lancar dalam
18

berkomunikasi sehari-hari. Responden ini memiliki intelektual dalam bidang seni,


responden ini sering bernyanyi dan memainkan alat musik ketika waktu luang.
Tipe belajar responden ini auditori atau yang mudah memahami sesuatu dari apa
yang mereaka dengfar, responden ini terkadang selalu merasa kesulitan dalam
belajar apabila sedang mengalami masalah atau sedang terganggu oleh keributan.
Pola interaksi responden dengan keluarganya merupakan interaksi yang saling
memberi pengaruh dan dukungan satu sama lain, hal ini dibuktikan dengan cara
responden memberikan tanggapan terhadap keluarganya, responden ininjuga
bersikap terbuka terhadap keluarganya dirinya selalu bercerita kepata orang
tuanya apabila mengalami sesuatu hal.
Responden ini dapat mengatur emosinya dengan baik meskipun responden
sedang melihat atau merasakan kehadiran makhluk dari dimensi lain, namun
terkadang responden ini merasa lebih emosional apabila perasaan dari responden
sedang buruk. Responden akan mempelajari atau mencari tahu terlebih dahulu
apabila menemukan hal baru, karena responden akan lebih memilih-milih apakah
hal tersebut akan berpengaruh baik atau tidak untuk dirinya. Aspek psikologi
terkait sosial dan perilaku responden terhadap lingkungan nya tersebut responden
memiliki sikap dan perilaku yang baik terhadap orang disekitarnya, responden ini
juga dapat membuka diri bila berada dilingkungan yang baru sehingga dapat
membangun hubungan baik dengan orang lain.
Sikap responden ketika sedang menghadapi permasalahan diantaranya
adalah selalu berpikir positif dan bertidak dengan logis, responden akan berusaha
untuk dapat memecahkan masalah tersebut dan mendapatkan jalan keluarnya.
Responden ini juga merupakan seseorang yang mandiri dalam berbagai hal seperti
mengurus ddan mengatur keperluan diri sendiri. Orang tua responden selalu
memberikan bimbingan apabila responden sedang merasa terpuruk atau merasa
tidak kuat dengan kelebihan indigonya, karena sesekali responden merasa
ketakutan dan merasa terancam oleh asebagian makhluk dari dimensi lain
tersebut. Bimbingan tersebut berupa menguatkan mental responden dengan
memberikan dukungan yang positif.
19

Gambar 4 Responden 4
Sumber: Dokumentasi Pribadi,2020

E. Permainan Kreasi

Permainan kreasi yang dikembangkan atau dimodifikasi yaitu permainan


Menara Koin. Menara Koin merupakan sebuah permainan menyusun koin
sebanyak – banyaknya sebelum waktunya habis. Menyusun koin dapat dimainkan
oleh segala segi usia di mulai dari anak – anak hingga dewasa dan lansia.
Permainan Menara Koin merupakan permainan yang bisa dimainkan oleh laki –
laki dan perempuan. Permainan Menara Koin memiliki alat permainan berupa
koin. Permainan Menara Koin ini dapat dilakukan di dalam ruangan dengan alas
yang rata. Peraturan dari permainan ini yaitu pemain di bagi menjadi dua
kelompok dengan masing – masing kelompok berjumlah dua orang, setiap
kelompok dibagikan koin dengan jumlah yang sama banyak, setiap anggota
kelompok secara bergantian menumpuk koin dalam waktu 30 detik. Kelompok
yang paling banyak mengumpulkan koin adalah pemenangnya.
Permainan ini dapat dimofdiikasi dengan merubah aturan permainannya.
Peraturan yang diubah yaitu pemain harus menyusun koin membentuk segitiga
atau piramida, namun tetap menggunakan koin. Hal tersebut dapat menambah
tingkat kesulitan dari permainan ini. Permainan ini dipilih sebagai salah satu
permainan kreasi untuk responden yang memiliki kemampuan indigo karena
seseorang yang memiliki kemampuan indigo cenderung menyukai keadaan yang
sepi atau dalam situasi menyendiri. Hal tersebut bertentangan dengan tujuan dari
permainan ini yaitu bermain secara kelompok yang dapat membuat responden
yang memiliki kemampuan indigo ini merasa memiliki banyak teman dan tidak
perlu merasakan sendiri. Tujuan dari permainan ini ditunjukkan untuk responden
dengan kemampuan indigo karena permainan ini melatih rasa sabar dan menguji
kefokusan agar tetap tenang. Hal tersebut dapat membantu responden yang
memiliki kemampuan indigo untuk melatih diri dalammenghadapi suatu masalah.

Gambar 5 Permainan Menara Koin


20
21

V. KESIMPULAN

Praktikum Merancang Permainan Kreasi Bagi Penyandang Disabilitas dapat


ditarik kesimpulan yaitu :

1. Responden yang memiliki kemampuan indigo di dominasi oleh individu yang


memiliki kemampuan intlektual yang tinggi atau kreativitas yang tinggi. Hal
tersebut tersermin dari kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan oleh responden
seperti menggambar, memeasak, menyanyi dan lain – lain.
2. permainan menara koin merupakan permainan kreasi yang dimodifikasi untuk
merubah perilaku suka menyendiri dari responden yang memiliki kemampuan
indigo sehingga tidak merasa sendiri lagi dan lebih terbuka, serta sabar dan
fokus dalam menghadapi masalah.
22

DAFTAR PUSTAKA

Avenzora, R. (2008). EKOTURISME: Teoti dan praktek. Banda Aceh: BRR


NAD-NIAS.
Ismail, A. (2009). Education Games Menjadi Cerdas dan CeriaDengan
permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.
Mulyono, M. (2001). Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama.
Sholeh, A. (2014). Kebiajakan Perguruan Tinggi Yogyakarta terhadap
penyandang disabilitas . 1, 4.
Sriyono. (2008). Aktivitas Dan Prestasi Belajar.

Anda mungkin juga menyukai