Anda di halaman 1dari 15

“Makalah Projek Kebangsaan Toleransi Beragama di

Surabaya”

Dosen Pengampu : Moh.Alwi Al Majidi, S.Pd.I.,M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Kelompok 8 - Kelas PDB A46

1. Aulia Putri Anastasya (143221177)


2. Alfiah Ulayya Shafa (176221010)
3. Ilham Rasyid Subagyo (111221182)
4. Raditya Khansa Athananda (186221065)
5. Putri Izzarul Isma (122221015)
6. Ferdiansyah Pradana Putra (172221120)
7. Nadya Gita Cahyani (132221093)
8. Steve Theodore Emmanuel Gilbert (161221201)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang....................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................5

1.3. Tujuan..................................................................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................................6

2.1. Toleransi..............................................................................................................................6

2.2. Toleransi beragama.............................................................................................................7

BAB III METODOLOGI.....................................................................................................................8

2.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian..........................................................................................8

2.2.Kehadiran pengamat..................................................................................................................9

2.3.Lokasi Pengamatan....................................................................................................................9

2.5.Sumber Data..............................................................................................................................9

2.6.Teknik Pengumpulan Data......................................................................................................10

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................................11

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................................13

3.1. Kesimpulan.............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
Dokumentasi.......................................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang majemuk dengan berbagai suku, ras, budaya , bahasa,
dan agama atau kepercayaan yang berbeda. Meskipun berbeda keberagaman ini bukanlah hal
yang perlu dikhawatirkan. Berdasarkan perbedaan tersebut, seharusnya kita memiliki tujuan dan
cita-cita yang sama sesuai dengan Pancasila sebagai dasar falsafah nasional yang diterapkan
dalam UUD 1945 sehingga tercipta kedamaian serta ketentraman dalam kehidupan. Untuk
membangun kehidupan yang damai dan tentram sangat memerlukan toleransi.

Menurut W.J.S Poerwadarminta dalam KBBSI toleransi yaitu sifat atau sikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan dan lain sebagainya yang berbeda dengan pendiriannya sendiri. Contohnya
ialah toleransi agama, suku, ras, dan sebagainya. Toleransi merupakan sikap saling menghargai
dan menghormati atas perbedaan yang ada dengan tidak membanding-bandingkan suatu
perbedaan tersebut. Sikap toleransi harus ditanamkan kepada seluruh masyarakat agar
memahami bahwa perbedaan suku, agama, dan ras merupakan suatu kekayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia dan sikap toleransi ini berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa yang pada
akhirnya tercipta integrasi nasional.

Dalam Al-Qur’an dan Hadis dijelaskan bahwa bertoleransi itu sangat penting karena
bertoleransi merupakan suatu perbuatan positif yang menjunjung tinggi nilai saling menghargai
baik itu sesame muslim atau non muslim, sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Kafirun dan
hadis riwayat Imam Ahmad dalam kitab Musnad Ahmad no.indeks 13371

Al-Qur’an Surah Al-Kafirun

Surah Al-Kafirun ayat 1-6


١ ‫ ُقْل ٰٓيَاُّيَه ا اْلٰك ِف ُر ْو َۙن‬. ٢ ‫ ٓاَل َاْع ُبُد َم ا َتْع ُبُد ْو َۙن‬. ٣ ‫َو ٓاَل َاْنُتْم ٰع ِبُد ْو َن َم ٓا َاْع ُبُۚد‬

٤ ‫ َو ٓاَل َاَن۠ا َعاِبٌد َّم ا َعَبْد ُّت‬. ٥ ‫ َو ٓاَل َاْنُتْم ٰع ِبُد ْو َن َم ٓا َاْع ُبُۗد‬. ٦ ࣖ ‫َلُك ْم ِدْيُنُك ْم َو َيِل ِدْيِن‬

Terjemahan : Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir, (1) aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. (2) Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah. (3)
Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. (4) Kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. (5) Untukmu agamamu dan untukku
agamaku.”(6)

Hadis Riwayat Imam Ahmad no.indeks 13371

‫َتاَدَة ِّد ُث َع َأَنِس ِن اِلٍك‬ ‫ِمَس‬


‫َعْن‬ ‫ْب َم‬ ‫ْن‬ ‫َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن َج ْع َف ٍر َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َو َح َّج اٌج َح َّد َثَنا ُش ْع َبُة َقاَل ْعُت َق َحُي‬
‫ِحُي ِل ِس ِه‬ ‫ِحُي ِخ ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِه‬
‫الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َأَّنُه َقاَل اَل ُيْؤ ُن َأَح ُد ُك ْم َح ىَّت َّب َأِل ي َأْو َجِلاِرِه َم ا ُّب َنْف َو ْمَل َيُش َّك َح َّج اٌج‬
‫ىَّت ِحُيَّب َأِلِخ يِه ا ِحُيُّب ِل ْف ِس ِه‬
‫َن‬ ‫َم‬ ‫َح‬

Terjemahan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, telah menceritakan kepada
kami Syu'bah dan Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Syu'bah berkata, saya telah
mendengar Qatadah menceritakan dari Anas bin Malik dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, "Tidak
(sempurna) iman seseorang sehingga mencintai saudaranya atau tetangganya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri."

Toleransi yang ditekankan pada kali ini adalah toleransi beragama. Toleransi dalam
beragama bukan berarti bebas mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama. Akan tetapi,
toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain
selain agama sendiri dengan segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan
kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Toleransi beragama bertujuan
untuk membuat suasana atau situasi yang harmonis serta meningkatkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Sehingga, toleransi beragama ini penting ditanamkan bagi seluruh masyarakat
Indonesia agar tidak mempunyai sikap fanatisme terhadap perbedaan agama yang mengangap
agama yang dianutnya lebih baik dari agama lain. Bentuk toleransi beragama di Indonesia sering
dijumpai salah satu contohnya adalah tempat beribadah yang berdampingan seperti Masjid
Nasional Al-Akbar Surabaya dengan Gereja Katholik Sakramen Mahakudus.

Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dan Gereja Katholik Sakramen menjadi cerminan
toleransi beragama di Surabaya karena tempat beribadah ini menjadi pelopor tempat beribadah
yang berdampingan di Surabaya dan diresmikan bersamaan oleh presiden keempat Indonesia
yaitu K.H Abdurrahman Wahid sebagai simbol kerukunan umat beragama di Jawa Timur,
terutama di Surabaya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana toleransi dijadikan sebagai alat untuk mengatasi perbedaan kepentingan antar
agama?

2. Apa saja bentuk - bentuk toleransi antar umat beragama di masjid Al Akbar dan Gereja?

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam bertoleransi?

1.3.Tujuan

1. Memahami arti toleransi beragama

2. Memahami faktor pendukung dan faktor penghambat dalam bertoleransi

3. Memahami keberagaman agama di Indonesia


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Toleransi

Istilah toleransi berasal dari bahasa Latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan sabar
membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia
yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghormati atau menghargai setiap
tindakan yang dilakukan orang lain (Sodik, 2020).

Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Toleransi adalah sikap
menerima dengan kepenuhan hati akan keberadaan setiap warga bangsa Indonesia dengan
seluruh perbedaan latar belakang agama, suku bangsa, dan budaya yang dimilikinya
(Djuniasih,2019). Toleransi mengedepankan rasa saling menghormati antara individu yang satu
dan yang lain. Contoh karakter toleransi adalah tidak mengganggu orang lain yang berbeda
pendapat, menghormati orang lain yang berbeda adat-istiadatnya, bersahabat dengan teman lain
tanpa membedakan agama, suku, dan etnis, dan mau menerima pendapat yang berbeda dari
orang lain.

Toleransi merupakan modal utama untuk dapat hidup berdampingan ditengah masyarakat
majemuk mengacuh pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan terhadap orang
lain yang memilliki perbedaan pandangan dan keyakinan. Toleransi dapat dipahami sebagai
sikap, pengakuan dan penerimaan bahwa setiap orang adalah setara, sederajat serta memilki
harkat dan martabat yang sama (Butar, 2020). Dengan demikian setiap orang wajib menerima
orang lain dengan sikap positif, menghargai orang lain dalam rangka menggunakan hak asasinya
sebagai manusia.
2.2. Toleransi beragama

Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri
manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Setiap orang
mestinya diberikan kebebasan untuk meyakini serta memeluk agama (mempunyai akidah) yang
dipilihnya sendiri dan mendapatkan penghormatan dalam pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut
ataupun diyakininya (Abror, 2020).

Toleransi antar umat beragama berarti bebas untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing, tidak ada saling melarang dalam hal menjalankan
ibadah yang dianutnya. Toleransi antar umat beragama menyebabkan pemeluk agama dan
penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda–beda dapat hidup dan
saling berdampingan satu sama lain dan serta dapat terciptanya suasana yang aman dan damai,
sehingga tercipta kerukunan hidup yang menunjang terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia yang sangat diperlukan dalam hal pembangunan nasional (Abdulatif,2021).

Konsepsi toleransi dan kerukunan antar umat beragama merupakan dua bentuk yang tak
terpisahkan satu sama lain, ada hubungan kausalitas diantara keduanya, kerukunan berdampak
pada toleransi dan sebaliknya sebaliknya toleransi menghasilkan kerukunan, keduanya
menyangkut hubungan antar sesama manusia. Jika tri kerukunan antar umat beragama, intern
umat seagama, dan umat beragama dengan pemerintah terbangun serta diaplikasikan pada hidup
dan kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi antar umat beragama. Atau, jika toleransi
antar umat beragama dapat terjalin dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan masyarakat
yang rukun satu sama lain. Agama adalah elemen fundamental hidup dan kehidupan manusia,
oleh sebab itu, kebebasan untuk beragama dan tidak beragama, serta berpindah agama harus
dihargai dan dijamin (Digdoyo, 2018).
BAB III

METODOLOGI

2.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam dunia metodologi penelitian, dikenal dua jenis metode penelitian yang menjadi
induk bagi metode-metode penelitian lainnya. Dua metode tersebut antara lain penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang
dimaksud untuk mendapatkan data dari wawancara terhadap masyarakat atau mahasiswa sekitar
tentang pentingnya toleransi beragama. Dan juga jenis penelitian kuantitatif yang mendapatkan
data melalui angket dalam bentuk Google Form melalui media sosial.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang berasal dari orang-orang
dan perilaku yang diamati .Sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor, Moleong (2007)
berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, cocok digunakan dalam penelitian yang berkaitan
dengan perilaku, sikap, motivasi, persepsi,tindakan subjek dan dilakukan langsung oleh peneliti.
Sedangkan secara sederhana, Saryono (2010) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki,menemukan,mendeskripsikan,dan
menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan melalui
pendekatan kuantitatif.Sugiono (2005) memaparkan bahwa penelitian kualitatif lebih cocok
digunakan untuk jenis penelitian yang memahami tentang fenomena sosial dari perspektif
partisipan. Secara sederhana, dapat pula diartikan sebagai penelitian yang lebih cocok digunakan
untuk meneliti kondisi atau situasi objek penelitian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah metode ilmiah yang mengungkap
fenomena tertentu dengan menggambarkan realitas secara akurat dan merinci serta menggunakan
susunan kalimat berdasarkan pengamatan yang mendalam.
2.2.Kehadiran pengamat

Kehadiran pengamat adalah wajib,pengamat selaku instrument utama masuk dalam


pengamatan penelitian agar dapat berhubungan langsung dengan narasumber sehingga dapat
memahami secara langsung kenyataan yang ada di lapangan.Dalam penelitian ini, kehadiran
peneliti berperan sebagai pengamat yang berperan dalam pengumpulan data dengan
mengamati dan mendengarkan secara seksama dengan serinci mungkin dari narasumber.
Peneliti melakukan penelitian di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dan Gereja Katholik
Sakramen pada tanggal 19 November 2022. Pada saat penelitian, seluruh peneliti yang
merupakan anggota kelompok delapan PDB A-46 dapat hadir secara langsung.

2.3.Lokasi Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya , Jl. Mesjid Agung


Tim. No.1, Pagesangan, Kec. Jambangan, Kota Surabaya dan di Gereja Katholik Paroki
Sakramen Mahakudu,Jl. Pagesangan Baru No.4, Pagesangan, Kec. Jambangan, Kota
Surabaya.

2.4. Bentuk Projek Kebangsaan

Bentuk projek kebangsaan berupa video yang mencakup proses wawancara,cuplikan


video terkait kasus-kasus intoleransi dalam kehidupan masyarakat Indonesia,dan penjelasan
singkat mengenai toleransi beragama yang ada di Indonesia.Kami memilih bentuk video
seperti ini dikarenakan kami menilai bentuk video seperti ini lebih mudah untuk dipahami dan
lebih mudah diterima oleh audiens

2.5.Sumber Data

Sumber data yang kami peroleh berasal dari wawancara atau observasi ke lapangan
secara langsung. Sasaran target kami adalah penjaga tempat ibadah Masjid Nasional Al-
Akbar Surabaya dan Gereja Katholik Paroki Sakramen Mahakudus.
2.6.Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, kami peroleh data melalui wawancara dam
internet.Melalui wawancara kami dapat mengumpulkan informasi secara merinci dari
narasumber. Menurut Imam Gunawan “Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal”. Menurut
Esterberg dikutip oleh sugiyono dalam Memahami Penelitian Kualitatif membagi wawancara
menjadi tiga jenis, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan wawancara
tak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara ini disebut juga wawancara terkendali, yang dimaksudkan adalah bahwa
seluruh wawancara didasarkan pada suatu sistem atau daftar pertanyaan yang ditetapkan
sebelumnya. Wawancara terstruktur ini mengacu pada situasi ketika seorang peneliti
melontarkan sederet pertanyaan kepada responden berdasarkan kategori-kategori jawaban
tertentu atau terbatas.
2. Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah proses wawancara yang menggunakan proses
wawancara yang berasal dari pengembangan topik dan mengajukan pertanyaan,
penggunaanya wawancara ini lebih fleksibel daripada wawancara tertsruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana
pihak narasumber diminta pendapat, dan ide-idenya.
3. Wawancara tak terstruktur
Wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya, pedoman yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.

Dari ketiga jenis wawancara tersebut, peneliti memilih metode wawancara semi terstruktur.
Peneliti memilih jenis tersebut karena cocok untuk jenis penelitian yang membutuhkan
informasi yang mendalam dan pertanyaan yang ditanyakan cenderung terbuka dan fleksibel
sehingga narasumber dapat diminta ide dan pendapatnya secara meluas.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Toleransi merupakan elemen penting yang sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap
saling memahami,menerima dan menghargai perbedaan yang ada sehingga tercipta suatu
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat.Toleransi beragama telah terjalin dengan
sangat baik diantara Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dan Gereja Katholik Sakramen.Dalam
wawancara yang kami lakukan dengan kepala bagian keagamaan dan keamanan Masjid Al-
Akbar Surabaya,beliau menjelaskan bahwa toleransi antara masjid dengan gereja terjalin dengan
sangat baik dapat dilihat misalnya Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya menyediakan lahan
parkir bagi umat Katholik yang melakukan ibadah ketika hari besar di Gereja Sakramen.Jadi,hal
tersebut merupakan contoh toleransi antarumat beragama yang hingga saat ini terus
dipelihara.Baik pihak gereja maupun pihak masjid,saling menghargai dan memberikan
kesempatan untuk menjalankan ibadah dengan tenang dan lancar bagi masing-masing
pemeluknya.Kemudian jika seandainya terdapat oknum tertentu yang akan mengusik kerukunan
yang telah terjalin,baik pihak masjid ataupun gereja akan berupaya untuk mencegahnya.

Kepala keagamaan dan keamanan Masjid Al-Akbar juga menjelaskan bahwa konsep
toleransi antar umat beragama dalam pandangan Islam bukan berarti kita boleh bebas mengikuti
ibadah dan ritualitas agama lain tanpa adanya batasan.Akan tetapi,toleransi beragama harus
dipahami sebagai bentuk pengakuan akan adanya agama lain selain agama kita sendiri dengan
segala batasan,tata cara peribadatan,tauhid,keimanan dan memberikan kebebasan untuk
menjalankan keyakinan agama masing-masing.Dalam mengembangkan sikap toleransi dapat
dimulai dengan bagaimana kita menyikapi dengan adanya perbedaan.Sikap toleransi dimulai
dengan cara menciptakan keharmonisan dan kebersamaan serta menyadari adanya
perbedaan.Selain itu,kita juga harus menyadari bahwa kita semua adalah bersaudara dan
merupakan warga negara Indonesia yang sama.Kemudian dengan cara demikian akan
menimbulkan rasa saling memahami dan pada akhrinya akan bermuara pada sikap toleran.

Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila masing-
masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya masing-
masing, serta mematuhi peraturan yang telah disyahkan negara atau sebuah instansi
pemerintahan. Umat beragama juga tidak diperkenankan untuk membuat aturan-aturan pribadi
atau kelompok, yang berakibat pada timbulnya konflik atau perpecahan diantara umat beragama
yang diakibatkan karena adanya kepentingan ataupun misi secara pribadi dan golongan
(Hadisaputro, 2002:18).

Upaya mewujudkan kerukunan hidup beragama tidak terlepas dari faktor penghambat dan
pendukung.Faktor peghambat terbentuknya toleransi adalah sikap fanatisme dengan pemikiran
dangkal yang seringkali menjadikan seseorang mudah menghina agama orang lain.Selain itu
sikap saling mencurigai,kurang bersahabat,cara-cara yang agresif dalam metode dakwah
agama ,tidak terlaksananya nilai-nilai ajaran agama antara suatu agama dengan agama lain juga
menjadi factor yang seringkali mengakibatkan terhambatnya proses kerukunan antar umat
beragama.Faktor-faktor pendukung dalam upaya menciptakan kerukunan hidup beragama antara
lain dengan sikap saling menghargai ,adanya nilai-nilai luhur budaya yang telah mengakar dalam
kehidupan masyarakat seperti gotong royong,menerima adanya suatu perbedaan,dan saling
memberikan kebebasan untuk menjalankan agama masing-masing.
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sebagai warga Negara Indonesia patut menjunjung tinggi toleransi. Terutama pada toleransi
umat beragama. Indonesia sendiri memiliki enam agama yang telah diresmikan. Dari kelima
agama tersebut warga Indonesia mampu menyatukan perbedaan – perbedaan dengan
membangun toleransi umat beragama yang kokoh, dengan iman yang kuat, dan didorong dengan
rasa kemanusian yang tinggi. Masjid Nasional Al-Akbar dan Gereja Katholik Sakramen
Mahakudus adalah salah satu contoh toleransi umat beragama di wilayah Surabaya.
Menyediakan lahan parkir bagi umat Katholik yang sedang beribadah saat hari besar di Gereja
Sakramen adalah salah satu contoh toleransi yang hingga saat ini masih dilakukan.

3.2. Kritik dan Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar kami dapat menyempurnakan hasil laporan
kami.
DAFTAR PUSTAKA

Poerwadarminta.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

Nugrahani, F., & Hum, M. 2014. Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra Books, 1(1), 3-4.

Sugiyono.2009. Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung : CV. Alfabeta

Imam Gunawan.2013.Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.Jakarta: Bumi Aksara

Binasar A. Hutabarat, Kebebasan Keberagaman vs Toleransi Beragama, dalam

http://toleransi.com, diakses pada tanggal 21 Oktober 2022.

Hadisaputro, Muhda. 2002. Peranan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama. Yogyakarta:
Salahuddu Press

Sodik, F. (2020). Pendidikan Toleransi dan Relevansinya dengan Dinamika Sosial Masyarakat
Indonesia.Tsamratul Fikri, 14(1), 1-14.

Djuniasih, E., & Kosasih, A. (2019). Penerapan karakter toleransi beragama pada masyarakat
cigugur yang pluralisme. Jurnal Pendidikan Karakter, (1).

Butar, R. B. (2020). Pengajaran Tuhan Yesusu Mengenai Toleransi Dan Implementasinya


Ditengah Masyarakat Majemuk.

Abror, M. (2020). Modernisasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi. Rusydiah: Jurnal Pemikiran
Islam, 1(2), 143-155.

Abdulatif, S., & Dewi, D. A. (2021). Peranan pendidikan kewarganegaraan dalam membina
sikap toleransi anatar siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar
(JPPGuseda), 4(2), 103-109.
Digdoyo, E. (2018). Kajian isu toleransi beragama, budaya, dan tanggung jawab sosial media.
JPK (Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan), 3(1), 42-59.

Anda mungkin juga menyukai