Oleh
(201622019153114)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan penulis, untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian. Tuhan Memberkati
Penulis
ii
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................. 5
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hingga saat ini cukup banyak batasan yang diberikan beberapa pakar
tentang pariwisata, tetapi diantara batasan yang banyak itu belum ada satu
kesamaan pendapat tentang batasan pariwisata itu.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
perusahaan-perusahaan yang berbeda dalam hal: ukuran (size), lokasi
(location), fungsi (function), tipe atau bentuk organisasi (type of
organization), macam-macam pelayanan yang dapat diberikan (range
of services provided) dan metode yang digunakan untuk memasarkan
dan menjualnya.
Bernecker (1956)
Menurut Bernecker, industri pariwisata merupakan kesatuan ekonomi
yang memeberikan pelayanan untuk memberi kepuasan untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan atau yang berkaitan dengan itu dan
lebih jauh dapat dibedakan antara :
a) Object Oriented Enterprises, seperti hotel, restoran, transportasi,
dan lain-lain.
b) Subject Oriented, yaitu perusahaan-perusahaan yang banyak
terlibat dalam kegiatan promosi aktivitas kepariwisataan dan
perusahaan lainnya yang erat kaitannya dengan wisatawan, obyek
dan atraksi wisata seperti travel agent, atau tour operator.
8
Suatu paket wisata minimal terdiri dari dua unsur paling penting dan
mutlak harus tersedia, yaitu: transportasi dan akomodasi, sedangkan yang
lain dapat diurus sendiri oleh calon wisatawan. Tapi kebanyakan paket wisata
hampir selalu dijual dalam bentuk All Inclusive, di mana di dalamnya termasuk
unsur :
Transportasi atau angkutan pariwisata lainnya
Akomodasi hotel atau sejenisnya
Restoran dan rumah makan lainnya
Local Tour di DTW yang dkunjungi
Obyek dan atraksi wisata di DTW yang dikunjungi
Sehingga akhirnya kita mengenal All Incusive Tour yang berarti wisatawan
hanya ikut saja, semua diurus oleh Tour Operator penyelenggara.
Bagaimana rumusan produk industri pariwisata ? Banyak diantara kita
menggunakan istilah yang keliru tentang produk industri pariwisata. Istilah
yang sering digunakan seperti produk wisata atau produk pariwisata rasanya
kurang tepat. Istilah yang dianggap lebih sesuai digunakan produk industri
pariwisata, karena hanya industri yang menghasilkan produk, sedang wisata
dan pariwisata tidak.
Menurut Victor T. C. Middleton (1988 : 79) dalam bukunya yang
berjudul marketing in travel & tourism mengatakan bahwa komponen dari total
produk pariwisata sebagai suatu industri, terutama bila dilihat dari sisi
wisatawan yang ingin mengunjungi suatu DTW. Menurutnya, ada lima
komponen utama yang merupakan total produk industri pariwisata, masing-
masing yaitu : Destination attractions, Destination Facilities and Servicse,
Accessibilities of the destination, image of the destination, dan Price to the
consumers.
9
b) Building Attractions : Building and Toruist Infrastucture, Including Historic
and modern architecture, monuments, promenades, parks and gardens,
industrial archeology, managed visitor attractions generally, golf course,
speciality shops and theme retail areas.
c) Cultural Attractions : History and Folklore, Religion and Art, Theatre,
Entertainment and Museums. Some of these may be developed into
special events, festivals and pageants.
d) Social Attractions : Way of life of resident population, language and
opportunities for social encounters. Destination Facilities and Service.
10
Ini merupakan unsur-unsur kemudahan yang disediakan bgi wisatawan untuk
berkunjung dan untuk itu mereka harus membayar dengan harga yang wajar,
diantaranya adalah :
a) Infrastructure : Highway, Airports, Railways, Seasports.
b) Equipment : Size, Speed, and Range of public transport
vehicles.
c) Operation Factors : Routes operated, Frequency of Services, Price
Charged.
d) Government Retransgulation : The Range of Regulatory Controls over
port Operation.
12
6. Escort services;
7. Jemput antar tamu dari dan ke
bandara;
8. Pelayanan umroh dan ibadah haji
Sumber : Drs. H. Oka A. Yoeti,M.B.A dalam bukunya yang berjudul Tours and Travel
Marketing
Pada dasarnya, suatu BPW tidak memiliki produknya sendiri. Tetapi dia
lebih banyak mengemas produk mitra kerjanya menjadi seakan-akan
produknya sendiri, setelah memberikan nilai tambah (Added value), sehingga
produk mitranya tadi berubah menjadi produknya sendiri. Contoh: paket
wisata, coba saja perhatikan, unsur-unsur paket wisata yang dijualnya, semua
produk milik perusahaan mitra kerjanya.
Suatu paket wisata adalah hasil kemasan dari beberapa produk
perusahaan kelompok industri pariwisata, kemudian ditawarkan dalam satu
harga (All inclusive), dengan mengklaim sebagai produk BPW itu sendiri. Jadi,
bauran produk (Product Mix) dijadikan sebagai bahan baku (Raw Materials)
untuk menyusun paket wisata yang diinginkan.
Apakah perbedaan prinsip antara produk industri pariwisata dengan
BPW ? dari uraian diatas jelas bagi kita bahwa produk industri pariwisata
(Product Mix) merupakan bahan baku bagi BPW untuk menyusun suatu paket
wisata. Setelah disusun dengan memasukkan nilai tambah, kemudian
ditetapkan harganya, maka hasilnya menjadi produk BPW sendiri yang siap
ditawarkan kepada calon wisatawan.
Menurut Kotler (1984 : 463) yang dikutip oleh Victor T. C. Middleton
(1988 : 82) mengatakan bahwa, sebenarnya produk BPW itu terdiri dari tiga
tingkat, yaitu :
1. Core Product
Produk ini adalah pelayanan atau manfaat yang disediakan untuk
memuaskan kebutuhan target pasar (wisatawan) yang sudah
teridentifikasi.
2. The Tangible Product
Tangible Product adalah penawaran khusus yang dilakukan dalam
rangka menjual (sesuatu) dengan menekankan bahwa wisatawan
akan menerimanya sebagai imbalan uang yang ditabayarkannya.
13
Dalam pengertian ini, Victor T. C. Middleton (1988 : 83) merupakan
produk yang tidak berwujud dalam bentuk pelayanan yang akan
diterima wisatawan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
3. The Augmented Product
Augmented product adalah semua bentuk nilai tambah yang
diberikan kepada tangible product yang ditawarkan, sehingga
menjadi lebih menarik bagi calon wisatawan.
Walau demikian keadaannya, semua produk yang dijual atas nama
BPW tersebut, semuanya menjadi tanggung jawab BPW yang bersangkutan,
bukan lagi menjadi tanggung jawab perusahaan yang sebenarnya
menghasilkan produk itu. Misalnya, kamar adalah produk hotel yang
dipergunakan untuk rombongan wisatawan. Bila pada waktu grup wisatawan
datang, kamar tidak tersedia, itu bukan tanggung jawab hotel, tetapi menjadi
tanggung jawab BPW, karena BPW yang berhubungan dengan pihak hotel.
Oleh karena itu, bisnis BPW lebih banyak dijual berdasarkan
kepercayaan dan kepercayaan harus dimulai dari produk yang berkualitas.
Bukan hanya itu, tetapi juga ketepatan waktu, kalau waktu penyerahan produk
tidak sesuai dengan permintaan maka bagi pelanggan produk itu tidak
berguna lagi.
15
Tiap orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi yang
berbeda-beda. Motivasi itu ada yang rasional dan ada pula yang tidk rasional.
Motivasi itu lebih banyak dipengaruhi oleh hasrat (desire) atau harapan
(expectation) yang akan dicapai bila ikut dalam tour tersebut. adakalanya
motivasi yang rasional dapat dikalahkan oleh motivasi yang tidak rasional
(irrational elements). Tergantung pada pribadi orangnya, seperti orang
membeli mobil, ada yang membelinya hanya sekedar untuk menyaingi
tetangganya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak sekali sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata
sebagai suatu industri. Menurut Robert Christiemill dan Alais M. Morrison
(1985) dalam bukunya yang berjudul The Tourism System, An Introductory
Text (hlm.xvii) sebagai berikut : “Pariwisata sebagai suatu industri merupakan
suatu gejala yang sukar untuk dijelaskan. Kita bisa salah mengartikan
pariwisata sebagai suatu industri. Ide sebenarnya dari penggunaan istilah
‘industri pariwisata’ sebenarnya untuk memberikan satu kesatuan ide tentang
pariwisata, sehingga dengan demikian kesannya dilihat dari satu sudut
pandang politik dan ekonomis akan lebih menarik, terutama untuk
meyakinkan orang bahwa pariwisata itu memberikan dampak positif dalam
perekonomian.”
Pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk
menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu, dengan demikian dapat
memberikan pengertian yang jelas. Jadi ide sebenarnya memberikan istilah
“Industri Pariwisata” lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik
politis dan ekonomi. Salah satu kekuatan pariwisata tidak lain adalah
pengaruhnya terhadap ekonomi dan efek multiplier yang ditimbulkannya pada
Daya Tarik Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan.
Produk industri pariwisata merupakan bahan baku (raw materials) bagi
perusahaan Biro Perjalanan Wisata (BPW) selaku perencana dan
penyelenggara perjalanan wisata (tour operator) untuk menyusun paket
wisata (package tours) yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada
calon wisatawan.
Produk final industri pariwisata tidak lain adalah kumpulan dari
bermacam-macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang
memberi pelayanan secara langsung kepada wisatawan bila melakukan
perjalanan wisata.
Menurut Victor T. C. Middleton (1988 : 79) dalam bukunya yang
berjudul marketing in travel & tourism mengatakan bahwa komponen dari total
produk pariwisata sebagai suatu industri, terutama bila dilihat dari sisi
wisatawan yang ingin mengunjungi suatu DTW. Ada lima komponen utama
19
yang merupakan total produk industri pariwisata, masing-masing yaitu :
Destination attractions, Destination Facilities and Servicse, Accessibilities of
the destination, image of the destination, dan Price to the consumers.
BPW adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan
keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa
pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya. Selaku tour operator,
produk utama suatu BPW tidak lain adalah paket wisata (Tour Packages)
yang disusun dan diselenggarakan sendiri dengan resiko sendiri pula.
Menurut Kotler (1984 : 463) yang dikutip oleh Victor T. C. Middleton
(1988 : 82) mengatakan bahwa, sebenarnya produk BPW itu terdiri dari tiga
tingkat, yaitu : Core Product ; The Tangible Product ; The Augmented
Product.
Pemasaran produk industri pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya
dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan menufaktur yang
umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan
produk industri pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti
benar sifat dan karakter produk yang akan ditawarkan kepada pembeli
(Wisatawan).
Berikut ini adalah perbedaan prinsip yang menjadi karakter dari produk
industri pariwisata : Tourism is a service; Fragmented Supply vs Composite
Demand; Travel Motivations are Heterogeneous; The Dominant Role of
Travel Intermediaries; Complementary of Tourist Services; The Role of
Official Organizations in Tourism Marketing; Perishable Product; No Transfer
of Ownership; Production and Consumption Take Place in The Same Time;
The Dichotomy Between Suppliers Providing Product Components and
Customers Buying ‘complete packages of experience’.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Yoeti, Oka A (2006), Tour and Travel Marketing, PT Pradnya Paramita, Jakarta
22