Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PRODUK BIRO PERJALANAN WISATA

Oleh

Selvia Arna Ayu Sari

(201622019153114)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WIDYA GAMA MALANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya.

Pada penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


tambahan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapatkan bantuan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan penulis, untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian. Tuhan Memberkati

Malang, 05 Januari 2023

Penulis

ii
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 6


2.1 Pariwisata Sebagai Suatu Industri ..................................................... 6
2.2 Produk Industri Pariwisata ................................................................. 8
2.3 Produk Biro Perjalanan Wisata .......................................................... 12
2.4 Karakteristik Produk Industri Pariwisata ............................................ 14

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 19


3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

iii
3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pariwisata sebagai suatu industri sangat luas cakupannya. Banyak


sekali sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata sebagai suatu
industri. Kita harus membedakan perjalanan yang disebut pariwisata dengan
benuk-bentuk perjalanan lain yang bukan perjalanan pariwisata.

Prinsipnya, kalau perjalanan itu tidak untuk bersenang-bersenang, (for


pleasure) maka perjalanan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai perjalanan
dalam kategori pariwisata. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai
perjalanan pariwisata, apabila :

 Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain (from one


place to another places), di luar tempat kediaman orang itu biasanya
tinggal. Perjalanan yang dilakukan minimal 24 jam atau lebih (more
than 24 hours).
 Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak
mencari nafkah atau bekerja di tempat atau negara yang
dikunjunginya.
 Orang tersebut semata-mata sebagai konsumen di tempat yang
dikunjunginya dan uang yang dibelanjakannya dibawa dari negara
asalnya atau tempat tinggalnyya semula dan bukan dicari atau
diperoleh di tempat, di kota, atau di negara yang dikunjunginya.

Hingga saat ini cukup banyak batasan yang diberikan beberapa pakar
tentang pariwisata, tetapi diantara batasan yang banyak itu belum ada satu
kesamaan pendapat tentang batasan pariwisata itu.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah Produk Biro Perjalanan Wisata


adalah :

1. Apa itu Pariwisata sebagai suatu industri ?


2. Apa saja Produk industri pariwisata ?
3. Apa itu Produk biro perjalanan wisata ?
4. Apa saja Karakteristik produk industri pariwisata ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini alah untuk menjawab
rumusan masalah di atas, yaitu :
1. Mengetahui Apa itu Pariwisata sebagai suatu industri;
2. Mengetahui Apa saja Produk industri pariwisata;
3. Mengetahui Apa itu Produk biro perjalanan wisata;
4. Mengetahui Apa saja Karakteristik produk industri pariwisata.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PARIWISATA SEBAGAI SUATU INDUSTRI


Pengertian pariwisata sebagai suatu industri masih dalam perdebatan
di antara para pakar pariwisata. Hal itu cukup beralasan, seperti yang
dikatakan oleh Robert Christiemill dan Alais M. Morrison (1985) dalam
bukunya yang berjudul The Tourism System, An Introductory Text (hlm.xvii)
sebagai berikut :
“Tourism is a difficult phenomena to describe. We have trouble in
thinking of tourism as an industry. The idea of a “Tourism Industry” would give
some unity to the idea of tourism and from an image and a political viewpoint
it sounds attractive.”
Mereka mengatakan: “Pariwisata sebagai suatu industri merupakan
suatu gejala yang sukar untuk dijelaskan. Kita bisa salah mengartikan
pariwisata sebagai suatu industri. Ide sebenarnya dari penggunaan istilah
‘industri pariwisata’ sebenarnya untuk memberikan satu kesatuan ide tentang
pariwisata, sehingga dengan demikian kesannya dilihat dari satu sudut
pandang politik dan ekonomis akan lebih menarik, terutama untuk
meyakinkan orang bahwa pariwisata itu memberikan dampak positif dalam
perekonomian.”
Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk
menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu, dengan demikian dapat
memberikan pengertian yang jelas. Jadi ide sebenarnya memberikan istilah
“Industri Pariwisata” lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik
politis dan ekonomi. Salah satu kekuatan pariwisata tidak lain adalah
pengaruhnya terhadap ekonomi dan efek multiplier yang ditimbulkannya pada
Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan.
Kelihatannya semua sangat ideal, hal itu sengaja diciptakan untuk
mendapat dukungan politis tadi, tujuannya untuk pengelolaan dan pemasaran
pariwisata. Tetapi penyebutan pariwisata sebagai suatu industri justru menjadi
bumerang, menjadi sumber kelemahan, karena pariwisata terlalu banyak
ditangani berbagai pihak dan minim dalam sistem sehingga menimbulkan
masalah.
6
Sebagai suatu industri pariwisata tidak bisa diukur, karena tidak
memiliki standar nomor klasifikasi seperti dikatakan oleh Robert Christiemill
dan Alais M. Morrison: “There is No Standard Industrial Classification Number
for Tourism”. Sebenarnya, dari sudut pandang politis, ide memberi istilah
“Tourism Industry” itu memberi peluang untuk memperlihatkan kepada orang
banyak bahwa pariwisata memberikan dampak positif, karena menjadi
katalisator dalam pembangunan. Ini menjadi tanggung jawab kita semua.
Beberapa pakar pariwisata luar negeri memberi batasan tentang
industri pariwisata sebagai berikut :
 Prof. W. Hunzieker (Bern University, 1952)
Katanya, industri pariwisata (perusahaan-perusahaan) adalah semua
kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi
barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.
 L. J. Lickorish dan A.C. Kershaw (British Travel Association,
Travel Reade, page 1-3) :
Katanya, industri pariwisata (perusahaan-perusahaan) adalah
perusahaan yang secara bersama-sama memuaskan kebutuhan para
wisatawan dan travelers lainnya, yang dapat dibagi atas dua, yaitu :
1) Prima Enterprise
Yaitu perusahaan-perusahaan yang menyediakan kebutuhan-
kebutuhan akan transportasi, akomodasi, makan dan minum yang
harus dipersiapkan oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW) atau Tour
Operator lainnya.
2) Secondary Enterprises
Yaitu perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata yang
menyediakan cenderamata, dan keperluan lainnya, hiburan,
aktivitas, asuransi, pelayanan bank dan money changer dan
keperluan lainnya.

 G. A. Schmoll (Tourism Promotion 1977, page 30)


Menurutnya, pariwissata adalah suatu industri yang bersifat
desentralisasi (terpisah-pisah dan berjauhan lokasinya) yang terdiri dari

7
perusahaan-perusahaan yang berbeda dalam hal: ukuran (size), lokasi
(location), fungsi (function), tipe atau bentuk organisasi (type of
organization), macam-macam pelayanan yang dapat diberikan (range
of services provided) dan metode yang digunakan untuk memasarkan
dan menjualnya.
 Bernecker (1956)
Menurut Bernecker, industri pariwisata merupakan kesatuan ekonomi
yang memeberikan pelayanan untuk memberi kepuasan untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan atau yang berkaitan dengan itu dan
lebih jauh dapat dibedakan antara :
a) Object Oriented Enterprises, seperti hotel, restoran, transportasi,
dan lain-lain.
b) Subject Oriented, yaitu perusahaan-perusahaan yang banyak
terlibat dalam kegiatan promosi aktivitas kepariwisataan dan
perusahaan lainnya yang erat kaitannya dengan wisatawan, obyek
dan atraksi wisata seperti travel agent, atau tour operator.

2.2 Produk Industri Pariwisata


Produk industri pariwisata merupakan bahan baku (raw materials) bagi
perusahaan Biro Perjalanan Wisata (BPW) selaku perencana dan
penyelenggara perjalanan wisata (tour operator) untuk menyusun paket
wisata (package tours) yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada
calon wisatawan.
Produk final industri pariwisata tidak lain adalah kumpulan dari
bermacam-macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang
memberi pelayanan secara langsung kepada wisatawan bila melakukan
perjalanan wisata. Kumpulan produk dari 10 perusahaan tersebut di atas,
akhirnya oleh Tour Operator dikemas menjadi bermacam-macam paket
wisata yang cocok atau sesuai dengan selera pasar.
Di sinilah peranan seorang Tour Planner dalam menyusun suatu paket
wisata. Ia memilih dan memilah-milah produk perusahaan kelompok industri
pariwisata untuk dimasukkan sebagai unsur yang dapat melengkapi suatu
paket wisata yang akan ditawarkan kepada calon wisatawan.

8
Suatu paket wisata minimal terdiri dari dua unsur paling penting dan
mutlak harus tersedia, yaitu: transportasi dan akomodasi, sedangkan yang
lain dapat diurus sendiri oleh calon wisatawan. Tapi kebanyakan paket wisata
hampir selalu dijual dalam bentuk All Inclusive, di mana di dalamnya termasuk
unsur :
 Transportasi atau angkutan pariwisata lainnya
 Akomodasi hotel atau sejenisnya
 Restoran dan rumah makan lainnya
 Local Tour di DTW yang dkunjungi
 Obyek dan atraksi wisata di DTW yang dikunjungi
Sehingga akhirnya kita mengenal All Incusive Tour yang berarti wisatawan
hanya ikut saja, semua diurus oleh Tour Operator penyelenggara.
Bagaimana rumusan produk industri pariwisata ? Banyak diantara kita
menggunakan istilah yang keliru tentang produk industri pariwisata. Istilah
yang sering digunakan seperti produk wisata atau produk pariwisata rasanya
kurang tepat. Istilah yang dianggap lebih sesuai digunakan produk industri
pariwisata, karena hanya industri yang menghasilkan produk, sedang wisata
dan pariwisata tidak.
Menurut Victor T. C. Middleton (1988 : 79) dalam bukunya yang
berjudul marketing in travel & tourism mengatakan bahwa komponen dari total
produk pariwisata sebagai suatu industri, terutama bila dilihat dari sisi
wisatawan yang ingin mengunjungi suatu DTW. Menurutnya, ada lima
komponen utama yang merupakan total produk industri pariwisata, masing-
masing yaitu : Destination attractions, Destination Facilities and Servicse,
Accessibilities of the destination, image of the destination, dan Price to the
consumers.

2.2.1 Destination Attractions


Daya tarik suatu DTW, merupakan motivasi bagi wisatawan, mengapa ia
mamilih suatu DTW tertentu untuk dikunjungi, antara lain adalah :
a) Natural Attraction : Lanscape, Seascape, Beaches, Climate, and other
geographical features of destination.

9
b) Building Attractions : Building and Toruist Infrastucture, Including Historic
and modern architecture, monuments, promenades, parks and gardens,
industrial archeology, managed visitor attractions generally, golf course,
speciality shops and theme retail areas.
c) Cultural Attractions : History and Folklore, Religion and Art, Theatre,
Entertainment and Museums. Some of these may be developed into
special events, festivals and pageants.
d) Social Attractions : Way of life of resident population, language and
opportunities for social encounters. Destination Facilities and Service.

2.2.2 Destination Facilities and Services


Yang termausk dalam kelompok ini adalah semua fasilitas yang fungsinya
memnuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di DTW
yang dikunjunginya, dimana mereka dapat santai menikmati dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di DTW tersebut, termasuk di
dalamnya :
a) Accommodation Units : Hotel, Motel, Apartement, Villas,
Campsites, Caravan Parks, Hostels and Condominium.
b) Restaurants, Bars and Cafes : Ranging from Fast Food through to
Luxury Restaurants.
c) Transport at the Destination : Taxis, Coaches, Car Rental, and Cycle
Hire.
d) Sport & Activities : Ski School, Sailing School, Golf Clubs.
e) Other Facilities : Craft Course, Language Schools.
f) Retail Outlets : Shops, Travel Agents, Souvenir Shop,
Camping Supplies.
g) Other Services : Hairdressing, Information Services, and
Tourist Polices.

2.2.3 Accessibillities of The Destination

10
Ini merupakan unsur-unsur kemudahan yang disediakan bgi wisatawan untuk
berkunjung dan untuk itu mereka harus membayar dengan harga yang wajar,
diantaranya adalah :
a) Infrastructure : Highway, Airports, Railways, Seasports.
b) Equipment : Size, Speed, and Range of public transport
vehicles.
c) Operation Factors : Routes operated, Frequency of Services, Price
Charged.
d) Government Retransgulation : The Range of Regulatory Controls over
port Operation.

2.2.4 Images and Perception of The Destinations


Image bagi suatu DTW sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam produk
(obyek dan atraksi wisata) yang tersedia di DTW yang bersangkutan.Image
yang dimiliki oleh suatu DTW sangat mempengaruhi calon wisatawan untuk
menentukan membeli paket wisata atau tidak membeli paket wisata yang
ditawarkan oleh suatu BPW.
Hampir semua DTW memiliki image sendiri-sendiri, dan image DTW yang
satu bersaing dengan image DTW yang lain. Di Indonesia misalnya, image
Bali sebagai julukan Pulau Dewata, sangat berbeda dengan image
Yogyakarta, walau sama-sama mengembangkan wisata budaya.
Image suatu DTW harus harus diciptakan dan dipelihara, kemudian
dipromosikan pada setiap kesempatan. Contohnya, Disney Land (hiburan
bagi tua dan muda), Monaco (kota judi kelas tinggi), Macau dan Genting
Hightland (kota judi bagi wisatawan). Demikian pula dengan Hakone dan Nara
di Jepang (kebudayaan Jepang masa lalu), atau Paris (Kota mode dan
parfum) dan kairo dengan Tari Perutnya.
Bagi operasi kegiatan BPW, image sangat penting. Dengan memberikan
Image membuat calon wisatawan jadi bermimpi dan akhirnya mendorong
mempercepat melakukan pembelian paket wisata yang ditawarkan.
2.2.5 Price of The Consumer
Harga atau biaya untuk perjalanan wisata relatif cukup besar. Orang tidak
akan membelanjakan uangnya untuk perjalanan wisata, bila kebutuhan rumah
tangga dan pendidikan keluarga belum terpenuhi. Dengan kata lain, orang
11
yang melakukan perjalanan wisata adalah orang yang memiliki uang lebih
yang tidak akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga.
Pembelian paket wisata sangat bersaing dengan pembelian barang-barang
luks. Jalan-jalan dulu atau beli komputer dulu. Beli tempat tidur atau libur ke
Bali. Ini selalu menggoda calon wisatawan. Karena itu dalam menentukan
target pasar, perlu mencari orang atau kelompok orang yang relatif memiliki
pendapatan lebih, yaitu sejumlah uang yang sudah ditabung untuk tujuan
berlibur bagi mereka yang berencana dalan kehidupan rumah tangganya.
2.3 Produk Biro Perjalanan Wisata
BPW adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan
keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa
pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya. Selaku tour operator,
produk utama suatu BPW tidak lain adalah paket wisata (Tour Packages)
yang disusun dan diselenggarakan sendiri dengan resiko sendiri pula.
Produk utama (Core Product) suatu BPW adalah paket wisata itu
sendiri. Bila tidak menyusun dan menyelenggarakan sendiri paket wisata
perusahaan itu tidak dapat disebut sebagai tour operator dan lebih tepat
disebut sebagai Agen Perjalanan (Travel Agent). Kita harus membedakan
antara suatu BPW dengan Agen Perjalanan, terutama kalau kita lihat dari
produk yang dihasilkannya. Berikut ini adalah tabel Perbedaan Produk Agen
Perjalanan (AP) Dengan Produk Biro Perjalanan Wisata (BPW) .
Tabel 2.1
Perbedaan Produk Agen Perjalanan (AP) Dengan Produk Biro Perjalanan
Wisata (BPW)
Agen Perjalanan Produk Biro Perjalanan Wisata
1. Pengurusan dokumen perjalanan; 1. Pengurusan dokumen perjalanan;
2. Ticketing (penjualan tiket wisata), 2. Ticketing (penjualan tiket pesawat
domestik dan internasional; domestik dan internasional);
3. Hotel Reservation (dalam dan luar 3. Hotel Reservation (dalam dan luar
negeri); negeri);
4. Agen penjualan tiket kapal, kereta 4. Agen penjualan kapal pesiar,
apii, angkutan wisata, taxi, dll. charter flight, kapal laut dan kereta
api;
5. Paket wisata, dalam dan luar
negeri;

12
6. Escort services;
7. Jemput antar tamu dari dan ke
bandara;
8. Pelayanan umroh dan ibadah haji

Sumber : Drs. H. Oka A. Yoeti,M.B.A dalam bukunya yang berjudul Tours and Travel
Marketing
Pada dasarnya, suatu BPW tidak memiliki produknya sendiri. Tetapi dia
lebih banyak mengemas produk mitra kerjanya menjadi seakan-akan
produknya sendiri, setelah memberikan nilai tambah (Added value), sehingga
produk mitranya tadi berubah menjadi produknya sendiri. Contoh: paket
wisata, coba saja perhatikan, unsur-unsur paket wisata yang dijualnya, semua
produk milik perusahaan mitra kerjanya.
Suatu paket wisata adalah hasil kemasan dari beberapa produk
perusahaan kelompok industri pariwisata, kemudian ditawarkan dalam satu
harga (All inclusive), dengan mengklaim sebagai produk BPW itu sendiri. Jadi,
bauran produk (Product Mix) dijadikan sebagai bahan baku (Raw Materials)
untuk menyusun paket wisata yang diinginkan.
Apakah perbedaan prinsip antara produk industri pariwisata dengan
BPW ? dari uraian diatas jelas bagi kita bahwa produk industri pariwisata
(Product Mix) merupakan bahan baku bagi BPW untuk menyusun suatu paket
wisata. Setelah disusun dengan memasukkan nilai tambah, kemudian
ditetapkan harganya, maka hasilnya menjadi produk BPW sendiri yang siap
ditawarkan kepada calon wisatawan.
Menurut Kotler (1984 : 463) yang dikutip oleh Victor T. C. Middleton
(1988 : 82) mengatakan bahwa, sebenarnya produk BPW itu terdiri dari tiga
tingkat, yaitu :
1. Core Product
Produk ini adalah pelayanan atau manfaat yang disediakan untuk
memuaskan kebutuhan target pasar (wisatawan) yang sudah
teridentifikasi.
2. The Tangible Product
Tangible Product adalah penawaran khusus yang dilakukan dalam
rangka menjual (sesuatu) dengan menekankan bahwa wisatawan
akan menerimanya sebagai imbalan uang yang ditabayarkannya.

13
Dalam pengertian ini, Victor T. C. Middleton (1988 : 83) merupakan
produk yang tidak berwujud dalam bentuk pelayanan yang akan
diterima wisatawan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
3. The Augmented Product
Augmented product adalah semua bentuk nilai tambah yang
diberikan kepada tangible product yang ditawarkan, sehingga
menjadi lebih menarik bagi calon wisatawan.
Walau demikian keadaannya, semua produk yang dijual atas nama
BPW tersebut, semuanya menjadi tanggung jawab BPW yang bersangkutan,
bukan lagi menjadi tanggung jawab perusahaan yang sebenarnya
menghasilkan produk itu. Misalnya, kamar adalah produk hotel yang
dipergunakan untuk rombongan wisatawan. Bila pada waktu grup wisatawan
datang, kamar tidak tersedia, itu bukan tanggung jawab hotel, tetapi menjadi
tanggung jawab BPW, karena BPW yang berhubungan dengan pihak hotel.
Oleh karena itu, bisnis BPW lebih banyak dijual berdasarkan
kepercayaan dan kepercayaan harus dimulai dari produk yang berkualitas.
Bukan hanya itu, tetapi juga ketepatan waktu, kalau waktu penyerahan produk
tidak sesuai dengan permintaan maka bagi pelanggan produk itu tidak
berguna lagi.

2.4 Karakteristik Produk Industri Pariwisata


Pemasaran produk industri pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya
dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan menufaktur yang
umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan
produk industri pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti
benar sifat dan karakter produk yang akan ditawarkan kepada pembeli
(Wisatawan).
Berikut ini adalah perbedaan prinsip yang menjadi karakter dari produk
industri pariwisata, sehingga cara-cara pemasarannya juga agak berbeda.
2.4.1 Tourism is a service
a) Transaksi penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik.
Pada barang-barang berwujud, penjualan mengakibatkan pemindahan
hak milik dan barang dapat dipindahkan dari gudang penjual ke rumah
pembeli. Dengan pengecualian pelayanan purna jual (after sales
14
services), hubungan antara penjual dan pembeli dianggap selesai bila
transaksi sudah dilakukan.
Sebaliknya hunungan antara penjual dengan wisatawan sedikit
kompleks sifatnya. Wisatawan sewaktu mengkonsumsi atau
menggunakan produk industri pariwisata yang sudah dibelinya banyak
tergantung kepada penjual.
b) Waktu memproduksi dan mengkonsumsi berlangsung pada waktu
bersamaan.
Pada dasarnya produk industri pariwisata tidak dapat diproduksi jauh
sebelum pembelian dilakukan. Produk industri pariwisata baru akan
diproduksi kalau sudah jelas ada permintaan atau pembelinya. Bila
wisatawan ingin membeli ia harus datang langsung ke tempat dimana
produk dihasilkan.
c) Produk Industri pariwisata tidak bisa disentuh atau dicoba sebelum
melakukan pembelian.
Untuk produk berwujud pembeli biasanya dapat menyentuh atau
meraba dan bahkan mencobanya sebelum melakukan pembelian.
Untuk produk industri pariwisata hal itu tidak dapat dilakukan. Calon
wisatawan hanya dapat melihat dalam bentuk brosur, leaflet, booklet
atau film melalui video yang dibuat khusus untuk promosi.
2.4.2 Fragmented Supply vs Composite Demand
Paket wisata sedikitnya terdiri dari 2 unsur seperti transportasi dan
akomodasi hotel. Kalau 3 unsur, transportasi, hotel, dan local tour atau All
Inclusive Tour, satu paket dalam satu harga, sedangkan tiap unsur yang satu
dengan yang lain terpisah, baik lokasi, pemilik atau fungsinya.
Pengertian Fragmented Supply vs Composite Demand dapat diartikan
suplai produk yang terpisah-pisah, sedang calon pembeli ingin membeli
dalam bentuk suatu barang, atau paket yang utuh. Contoh, paket wisata
“JAKARTA BANGKOK-HONGKONG SINGAPURA TOUR.”
Disinilah peranan Tour Operator dalam industri pariwisata, ia bertindak
sebagai perantara, antara wisatawan di satu pihak dan perusahaan industri
pariwisata di pihak lain sebagai penjual.
2.4.3 Travel Motivations are Heterogeneous

15
Tiap orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi yang
berbeda-beda. Motivasi itu ada yang rasional dan ada pula yang tidk rasional.
Motivasi itu lebih banyak dipengaruhi oleh hasrat (desire) atau harapan
(expectation) yang akan dicapai bila ikut dalam tour tersebut. adakalanya
motivasi yang rasional dapat dikalahkan oleh motivasi yang tidak rasional
(irrational elements). Tergantung pada pribadi orangnya, seperti orang
membeli mobil, ada yang membelinya hanya sekedar untuk menyaingi
tetangganya.

2.4.4 The Dominant Role of Travel Intermediaries


Usaha kepariwisataan perantara dalam penjualan (Sales
Intermediaries seperti Travel Agent, Tour Operator, Reservation Services,
Hotel and Charter Brokers, Cooperative Travel Organizations) merupakan
Channel Captain dalam pemasaran produk industri pariwisata dan perannya
sangat menentukan sekali.
Tanpa bantuan perantara ini dapat dikatakan pemasaran produk
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata sukar
dilakukan.
2.4.5 Complementary of Tourist Services
Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada
wisatawan itu lokasinya satu dengan yang lainnya berjauhan dan terpencar di
dalam dan luar negeri. Selain lokasinya yang berjauhan itu, fungsi dan
kegunaan masing-masing produk itu berbeda penggunaannya bagi
wisatawan.
Namun satu hal yang perlu kita ketahui, produk masing-masing
perusahaan itu baru tinggi nilainya bila produk perusahaan yang satu
dikombinasikan dengan produk yang laing hingga memiliki nilai yang lebih
tinggi bagi konsumen pemakainya seperti wisatawan. Contohnya suatu paket
wisata harus terdiri dari kombinasi : transportasi, akomodasi, restoran, obyek
dan atraksi wisata.
2.4.6 The Role of Official Organizations in Tourism Marketing
Karena sifat dan karakter produk industri pariwisata yang jauh berbeda
dengan produk barang-barang perusahaan menufaktur biasanya, apalagi
dengan karakter : “Fragmentation of supply, the complementarity of tourist
16
services, the predominance of small and medium sized enterprises and
importance of tourism in many economics, maka wajar bila pemerintah ikut
membantu suksesnya pemasaran dalam kepariwisataan.
Di sinilah pentingnya peranan organisasi pariwisata, apakah yang ada
di tingkat nasional, di daerah, baik organisasi pemerintah atau swasta harus
turun tangan untuk mensukseskan kegiatan pemasaran baik untuk tingkat
daerah, maupun tingkat nasional.

2.4.7 Perishable Product


Perishable, artinya cepat rusak, seperti ikan, buah-buahan, atau
kembang, bilaterlalu lama tidak dipakai atau digunakan akan rusak dan tdak
berguna atau tidak terpakai lagi, sehingga mendatangkan kerugian.
Sebenarnya kondisi cepat rusak itu tidak terjadi pada produk industri
pariwisata, tetapi dapat terjadi pada salah satu produk dari suplier atau
perusahaan industri pariwisata itu.
2.4.8 No Transfer of Ownership
Dalam penjualan atau transaksi produk industri pariwisata tidak terjadi
perpindahan hak milik, seperti pada transaksi barang-barang berwujud yang
dihasilkan perusahaan manufaktur.
2.4.9 Production and Consumption Take Place in The Same Time
Maksudnya, proses produksi dan konsumsi jatuh pada saat yang
bersamaan. Jadi antara pemberi jasa dan penerima jasa jaraknya dekat
sekali. Dengan kata lain tanpa kehadiran konsumen tidak mungkin proses
produksi dapat dilakukan.
Contoh, untuk melaksanakan paket wisata paket wisata yang sudah
dibeli calon wisatawan, harus dengan bantuan BPW yang menjualnya. Tidak
mungkin dilakukan sendirii oleh pembeli, tetapi harus didampingi oleh seorang
Tour Leader yang ditunjuk BPW untuk membawa rombongan wisatawan
sesuai dengan Tour Itinerary yang tersedia.
2.4.10 The Dichotomy Between Suppliers Providing Product Components and
Customers Buying ‘complete packages of experience’
Terjadi dikotomi antara produk yang disediakan suplier dan paket
wisata yang dikemas oleh suatu BPW. Seperti kita ketahui, produk yang
17
dikemas BPW untuk dijadikan suatu paket wisata berasal dari perusahaan-
perusahaan yang berbeda dalam :
 Jenis, macam dan kualitas produk yang dihasilkan
 Fungsi dan manfaat bagi calon wisatawan
 Manajemen dan kepemilikannya
 Brand atau logo
 Lokasi dan jarak perusahaan dari konsumen
Kesemuanya itu harus dikemas dalam bentuk paket wisata dengan
brand atau logo BPW sendiri; sedangkan di lain pihak, tiap perusahaan selaku
suplier tetap mempromosikan produknya sendiri dengan menggunakan
bendera sendiri-sendiri pula.
Jadi terjadi kerancuan dari sisi pandang calon wisatawan yang dapat
berakibat terjadi keragu-raguan konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh
karena itu dalam menjual paket wisata, suatu BPW harus lebih menambahkan
kepercayaan sehingga konsumen tidak ragu-ragu mengambil keputusan,
membeli atau tidak membeli pada suatu BPW.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak sekali sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan pariwisata
sebagai suatu industri. Menurut Robert Christiemill dan Alais M. Morrison
(1985) dalam bukunya yang berjudul The Tourism System, An Introductory
Text (hlm.xvii) sebagai berikut : “Pariwisata sebagai suatu industri merupakan
suatu gejala yang sukar untuk dijelaskan. Kita bisa salah mengartikan
pariwisata sebagai suatu industri. Ide sebenarnya dari penggunaan istilah
‘industri pariwisata’ sebenarnya untuk memberikan satu kesatuan ide tentang
pariwisata, sehingga dengan demikian kesannya dilihat dari satu sudut
pandang politik dan ekonomis akan lebih menarik, terutama untuk
meyakinkan orang bahwa pariwisata itu memberikan dampak positif dalam
perekonomian.”
Pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk
menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu, dengan demikian dapat
memberikan pengertian yang jelas. Jadi ide sebenarnya memberikan istilah
“Industri Pariwisata” lebih banyak bertujuan untuk memberikan daya tarik
politis dan ekonomi. Salah satu kekuatan pariwisata tidak lain adalah
pengaruhnya terhadap ekonomi dan efek multiplier yang ditimbulkannya pada
Daya Tarik Wisata (DTW) yang dikunjungi wisatawan.
Produk industri pariwisata merupakan bahan baku (raw materials) bagi
perusahaan Biro Perjalanan Wisata (BPW) selaku perencana dan
penyelenggara perjalanan wisata (tour operator) untuk menyusun paket
wisata (package tours) yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada
calon wisatawan.
Produk final industri pariwisata tidak lain adalah kumpulan dari
bermacam-macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang
memberi pelayanan secara langsung kepada wisatawan bila melakukan
perjalanan wisata.
Menurut Victor T. C. Middleton (1988 : 79) dalam bukunya yang
berjudul marketing in travel & tourism mengatakan bahwa komponen dari total
produk pariwisata sebagai suatu industri, terutama bila dilihat dari sisi
wisatawan yang ingin mengunjungi suatu DTW. Ada lima komponen utama
19
yang merupakan total produk industri pariwisata, masing-masing yaitu :
Destination attractions, Destination Facilities and Servicse, Accessibilities of
the destination, image of the destination, dan Price to the consumers.
BPW adalah suatu perusahaan yang memperoleh pendapatan dan
keuntungan dengan menawarkan dan menjual produk serta jasa-jasa
pelayanan yang diberikannya kepada pelanggannya. Selaku tour operator,
produk utama suatu BPW tidak lain adalah paket wisata (Tour Packages)
yang disusun dan diselenggarakan sendiri dengan resiko sendiri pula.
Menurut Kotler (1984 : 463) yang dikutip oleh Victor T. C. Middleton
(1988 : 82) mengatakan bahwa, sebenarnya produk BPW itu terdiri dari tiga
tingkat, yaitu : Core Product ; The Tangible Product ; The Augmented
Product.
Pemasaran produk industri pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya
dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan menufaktur yang
umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan
produk industri pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti
benar sifat dan karakter produk yang akan ditawarkan kepada pembeli
(Wisatawan).
Berikut ini adalah perbedaan prinsip yang menjadi karakter dari produk
industri pariwisata : Tourism is a service; Fragmented Supply vs Composite
Demand; Travel Motivations are Heterogeneous; The Dominant Role of
Travel Intermediaries; Complementary of Tourist Services; The Role of
Official Organizations in Tourism Marketing; Perishable Product; No Transfer
of Ownership; Production and Consumption Take Place in The Same Time;
The Dichotomy Between Suppliers Providing Product Components and
Customers Buying ‘complete packages of experience’.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, Oka A (2006), Tour and Travel Marketing, PT Pradnya Paramita, Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai