Anda di halaman 1dari 13

REVIEW CERAMAH KARLINA SUPELLI DALAM VIDEO

“COSMOS DAN MASALAH KEBEBASAN TUHAN”


Oleh: Muhammad Muchdlorul Faroh (2021.01.01.2078)
A. Pendahuluan
Sebagai umat yang beragama pastilah kita mengimani perihal Tuhan yang
bebas berkehendak. Namun berbeda halnya kalau membicarakan Tuhan dalam
ranah sains, para ilmuan sains ada yang berpendapat bahwa Tuhan tidaklah bebas
dalam kehendaknya. Agama dan Sains sangat gencar memperdebatkan masalah
kebebasan Tuhan ini. Hal yang paling menonjol dalam perdebatan ini terlihat
dalam pembahasan konsep ketuhanan yang berkaitan dengan Kosmologi.
Perdebatan antara keduanya dalam masalah kebebasan Tuhan tidak pernah
menemukan titik temu. Sampai pada abad ke-13, dikeluarkan keputusan
sekularisasi di antara keduannya. Agama memiliki ranah tersendiri dalam
memahami ketuhanan begitu juga sains.
Pada kesempatan kali ini penulis akan mereview tentang ceramah yang
dibawakan oleh Karlina Supelli dalam video yang berjudul Cosmos dan Masalah
kebebasan Tuhan. Dalam video tersebut Supelli menjabarkan tentang teori-teori
yang dibawakan oleh saintis dan pertentangan yang dibawakan oleh para teolog
islam.
Penulisan ini dilatarbelakangi dalam rangka menyelesaikan tugas Review
video Filsafat untuk memenuhi tugas UAS (Ujian Akhir Semester) mata kuliah
Pengantar Filsafat Islam. Tugas ini mengharuskan untuk memilih salah satu video
yang bertema filsafat dari platform Youtube. Dalam tulisan ini akan mereview
salah satu video pada channel Salihara Arts Center. Berikut adalah informasi
seputar video;
Topik video : Kosmos dan Perdebatan tentang masalah kebebasan Tuhan.
Judul video : Ceramah: Kosmos dan Masalah Kebebasan Tuhan.
Channel : Salihara Arts Center
Profil pembicara:
Karlina Supelli mendapatkan pendidikan Astronominya dari Institut Teknologi
Bandung sedangkan gelar Master of Science dalam bidang Ilmu Luar Angkasa
1
didapatkanya dari The University College London, Inggris. Karlina mendapatkan
gelar doktornya dalam bidang Ilmu Filsafat dari Universitas Indonesia. Supelli
dikenal juga sebagai seorang aktivis yang terlibat dalam perlawanan terhadap
rezim Orde Baru. Sekarang ia mengajar di STF Driyarkara, Jakarta. Karlina
Supelli juga pernah membuat buku yang berjudul, Dari kosmologi ke dialog :
mengenal batas pengetahuan, menentang fanatisme
Link : https://www.youtube.com/watch?v=2sCDQKoWX5M
Durasi : 1:59:58 (satu jam lima puluh sembilan menit lima puluh delapan
detik)
Respon warganet:
Dalam komentar di video tersebut, terlihat respon dari warga net sangat baik. Hal
ini ditandai dengan banyaknya yang mengaku dapat ilmu banyak setelah melihat
video tersebut.

B. Pembahasan Video
Pada awal pembahasan, Karlina Supelli membacakan kisah karya Olaf
Stapledon yang diterbitkan pada tahun 1937. Olaf Stapledon ini menerbitkan Star
Maker, yang berarti akal budi semesta. Secara garis besar kisah ini mengulas
tentang jagad majemuk (multiverse), ancaman tentang kehancuran, sampai
bertemu dengan Star Maker. Si Narator juga membuat kesimpulan bahwa semua
jagad adalah sebuah hasil dari eksperimen akal budi semesta, Star Maker.
Setiap Eksperimen memunculkan satu jagad. Star Maker menciptakan
melodi setelah belajar dari sunyi dan bunyi. Kemudian Star Maker lalu mencoba
untuk menciptakan waktu dan ruang. Ciptaanya makin lama semakin aneh, sperti
halnya juga isinya. Star Maker mendapati bahwa jagad yang ia kagumi itu
terdapat sebuah kecacatan pada rancanganya. Cacat ini otomatis membawa alam
semesta ke dalam kehancuran. Bukan memperbaiki kecacatan tersebut, ia malah
berlanjut ke rancangan berikutnya. Si narator tidak paha apa yang ada dipikiran
Star Maker, tetapi sedikit banyak mengetahui apa yang dikerjakannya.
Pada awalnya skenario ini diajukan sebagai jawaban yang dirumuskaan
dari sebuah pertanyaan, mengapa alam seperti ini? mengapa kita ada disini? hal
2
ini sangatlah antroposentris, seakan-akan alam terancang bagi manusia. Padahal,
menurut fisika, peluang untuk menciptakan alam semesta ini hampir mustahil.
Penciptanya diikat oleh banyak sekali persyaratan. Kalau alam semesta ini
dibatasi oleh syarat-syarat kemungkinan fisika yang tidak mungkin, apakah tuhan
dibatasi oleh syarat-syarat itu ketika menciptakan alam semestta? apakah tuhan
bebas ketika menciptakan alam semesta? pertanyan ini ternyata bisa ditelusuri
sampai jauh ke abad pertengahan bahkan sampai ke para pemikir, para filsuf
tradisi Islam. Tema ini menarik bukan karena ada peta yang bisa memecahkan,
tetapi upaya para filsuf dan teolog abad pertengahan untuk mempertahankaan
konsep kebebasan tuhan itu ternyata menghasilkan sekularisasi di dalam filsafat
dan didalam sains. Lalu lahirlah berbagai teori-teori tentang alam semesta, dan
sebuah keyakinan bahwa alam adalah hasil kehendak bebas dari tuhan
menemukan formulasinya yang paling pasti itu di dalam persamaan newton, teori
garvitasi.
Selanjutnya, Supelli mengajak untuk mendiskusikan tentang angka 137,
sebuah angka ajaib. Angka ini mulai dikenal dari tulisan Max born yang berjudul
“The Mysterious Number 137” untuk kuliahnya. Angka ini ditemukan oleh
Arnold Sommerfeld dalam tealaahnya pada struktur hidrogen dan spektrum.
Formulasinya menjadi jembatan dari tiga teori berbeda, yaitu teori kuantum, teori
relativitas, dan teori elektromagnetik. Melihat angka 137 ini menghubungkan
ketiga teori diatas maka para ilmuan menganggap angka ini sangat penting,
karena dia memegang kunci.
Ada dua alasan yang membuat penasaran angka 137. Pertama, angka ini
tidak punya satuan ukuran. Kedua, angka ini tidak jelas asal-usulnya dan menjadi
faktor dominan di berbagai gejala alam.
Paul Dirac mengumpulkan angka-angka dari alam yang muncul begitu
saja dalam eksperimen. Apakah angka-angka ini sungguh tetap? ternyata jawaban
ilmuan sekarang sama dengan dugaan waktu itu. Setelah alam semesta kira kira
berumur 12 setengah miliyar tahun angka itu berubahnya kecil sekali. Sangat
masuk akal jika mereka mengabaikan perubahan tersebut dalam rentang waktu
yang lama itu. Kemudian hal itu bisa disebut sebagai tetapan. Tetapi, tetapan-
3
tetapan kosmik berkombinasi begitu rupa sehingga jika masa proton dirubah
sedikit saja, alam semesta tidak akan seperti ini. Jika gravitasi dirubah sedikit,
bukan hanya bumi yang tidak ada tapi kosmos hanya berumur seribu tahun. begitu
seterusnya.

Robert Dicke dan Barndon Carter mengusulkan asas antropik sebagai


penjelas dari konsep yang ditawarkan Dirac. Namun, asas ini bisa benar dengan
sendirinya. Tidak perlu lagi dijelaskan mengapa hal tersebut bisa seperti itu. Dari
pernyataan Dicke dan Carter para kosmolog dapat menjadikan asas antropik
sebagai persyaratan metodologis.
Para filsuf dan teolog dalam kosmologi sering melirik sains,
untukmendapatkan sesuatu bagi refleksinya. Namun, mereka menyadari setelah
melakukan refleksi yang mendalam. Menemukan tuhan atau mengetahui tuhan
melalui masalah sains bukanlah masalah yang sepele.

Kosmos secara umum bermakna alam semesta. Alam semesta adalah


terminologi ilmiah dan sifatnya netral tanpa makna estetis ataupun etis. Alam
semesta adalah terminologi ilmiah dan netral tanpa makna estetika atau etika.
Kosmos menekankan keteraturan, yaitu benar, baik, indah, dan dapat dimengerti.
Sebagian besar sarjana filsafat Yunani setuju bahwa pada abad ke-5 SM, istilah
tersebut diterapkan pada berbagai hal, mulai dari perhiasan yang indah, perilaku
sosial yang terhormat, hingga kepemimpinan militer dan tatanan politik. Menurut
catatan Diogenes Laertius, Pythagoras pertama kali menamai tatanan kosmos
dunia, khususnya yang berkaitan dengan pergerakan benda-benda langit.

Sebuah pertanyaan hipotesis muncul, apakah alam semesta bisa berbeda


karena pernyataan kontingensi. Dalam kosmologi, ketidakteraturan adalah
konsekuensi dari relativitas umum. Ini kemudian melahirkan "Teori Big Bang".
Big Bang mengandung kondisi fisik ekstrim yang melibatkan dua besaran
matematis ekstrim, Ananta dan Zero. Kosmolog menyebutnya sebagai

4
"singularitas". Singularitas adalah masalah besar dalam kosmologi dan tidak ada
teori yang mampu memecahkannya.
Masalah kontingensi didasarkan pada fakta bahwa ada suatu masa ketika alam
semesta tidak ada. Karena alam semesta tidak pernah ada, keberadaannya
diperlukan. Tentu saja kita menerima hukum Gay-Lussac. Namun, kepastian saja
menunjukkan bahwa hubungan antara tekanan gas dan suhu ruang tertutup
bersifat umum.
Ketika ditarik ke dalam dimensi teologis, konsep keniscayaan
dikontraskan dengan kontingensi, dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu.
Suatu figur bersyarat jika keberadaannya bergantung pada figur lain. Hanya
keberadaan yang diperlukan, yang keberadaannya tidak terkait dengan hal lain.
Dalam sistem teistik, Tuhan adalah satu-satunya makhluk yang diperlukan. Dalam
pengertian ini, jika kita percaya bahwa Tuhan menciptakan hukum alam, hukum
Gay-Lussac bersifat acak. Apakah itu ada atau tidak tergantung pada kehendak
Tuhan. Pada abad ke-17, sebagian besar filsuf alam terkemuka, seperti Robert
Boyle, Pierre Gassendi, dan Newton, percaya bahwa hukum alam sepenuhnya
merupakan kehendak ilahi. Dia menginginkannya, jadi itu terjadi.
Supelli merangkum pemikiran Aristoteles ke dalam enam gagasan utama,
meskipun ini tidak ideal. Pertama, alam semesta adalah kosmos, tatanan yang
terstruktur. Kedua, kosmos terdiri dari bola-bola konsentris yang mengelilingi
Bumi. Ketiga, kosmos terbagi menjadi dua bagian, yaitu alam fana (supralunar)
dan alam abadi (supralunar). Keempat, kosmos terbatas dari sudut pandang ruang,
tetapi tidak terbatas. Kelima, ruang tertutup dan mandiri. Akhirnya, kosmos terisi
penuh (domain penuh) dan dalam keadaan padat, kecuali subdomain Bulan.
Mengikuti filsafat Aristoteles dan komentar serta kritik para filosof
Muslim (khususnya Ibnu Sina [980-1037] dan Ibnu Rusyd [1126-1198]),
beberapa pemikir ilmiah mencapai kesimpulan yang membuat marah para teolog
konservatif. Fisikawan Pierre Duhem, yang rajin mempelajari kosmologi abad
pertengahan, mengatakannya seperti ini: membahas perubahan kosmik berarti
membahas ketidakmungkinan logis. Bahkan Tuhan Yang Maha Esa pun tidak
dapat melahirkan gerakan yang menimbulkan kontradiksi logis. Teolog
5
konservatif percaya bahwa para filsuf ingin memuat Tuhan melalui pertimbangan
logis. Dalam tradisi pemikiran Islam, al-Ghozali sudah memberikan kritik keras
terhadap para filosof.
Para komentator filsafat Aristoteles dari dunia Islam mengajukan
pertanyaan tentang bagaimana memahami hubungan kehendak Tuhan dengan
keacakan peristiwa dunia yang pasti terjadi menurut kemahakuasaan-Nya.
Bisakah Tuhan menciptakan dunia lain atau bertindak di luar aturannya sendiri?
Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd yakin bahwa dunia dan hukumnya
adalah proses yang diperlukan, tidak bisa sebaliknya. Al-Farabi dan Ibn Sina
memulihkan tatanan dunia dan alam yang dapat dipercaya sebagai pengaruh ilahi.
Dunia diciptakan di luar waktu. Hubungannya dengan Tuhan seperti sinar
matahari yang bersinar bersama matahari. Ibn Rusyd juga percaya bahwa
penciptaan adalah proses yang diperlukan.
Para pemikir skolastik mengartikan Tuhan sebagai kekuasaan absolut
selama tidak melanggar prinsip kontradiksi. Misalnya, tidak mungkin Tuhan
menciptakan tuhan lain yang setara dengan dirinya, karena untuk menjadi Tuhan
dia harus tidak diciptakan, kekal dan abadi. Tidak mungkin memenuhi definisi ini
dengan tuhan lain yang keberadaannya bergantung pada Tuhan. Kemudian
Henrik sekali lagi membedakan antara Tuhan sendiri dan pengaturan segala
sesuatu. Hanya pada koneksi pertama kekuatan absolut. Ockham menolak
argumen Henry karena menegaskan ketidakmungkinan menciptakan materi dalam
Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak berdaya. Ockham membedakan dua jenis
kekuasaan Tuhan sebagai langkah epistemologis menuju pemahaman aturan
anugerah dalam kerangka kekuasaan absolut. Potentia dei absoluteta mengacu
pada potensi Tuhan yang tidak terbatas untuk melakukan apa yang Dia
kehendaki, tetapi tidak untuk melakukan apa yang tidak Dia inginkan. Tuhan
mampu menciptakan atau tidak menciptakan alam semesta, atau
menjungkirbalikkan atau menjungkirbalikkan hukum yang telah Dia tetapkan.
Ockham ingin mempertahankan konsep kebebasan Tuhan dan keacakan ciptaan.
Ockham tidak menyangkal bahwa pemeliharaan ilahi adalah kausal. Namun, jika
hubungan itu mutlak dan universal, ruang lingkup Tuhan terbatas. Satu-satunya
6
cara untuk membebaskan Tuhan adalah dengan menghilangkan keniscayaan
hubungan ini.
Seperti Ockham, pemikir skolastik sebelumnya juga sangat percaya pada
kemahakuasaan dan kebebasan Tuhan. Dari penjelasan ini, kita dapat
menyimpulkan bahwa tidak seperti mereka, interpretasi Ockham tentang
kebebasan Tuhan secara langsung tercermin dalam hubungan potentia absoluta et
ordinata. Aquinas menerima potensia absoluta sebagai potensi yang telah
ditentukan tetapi tidak sepenuhnya disadari karena sifat ketuhanan yang
mahatahu. Pada saat yang sama, potensia ordinat mengambil bentuk akhirnya
segera setelah ditentukan.
Nalar tidak mengendalikan kehendak, karena itu berarti Tuhan tidak lagi
bebas. Tuhan Ockham adalah Tuhan yang tidak menipu karena dia tidak ingin
menipu. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa Tuhan adalah pembuat bintang yang
tidak baik atau buruk.
Pengetahuan terbentuk melalui analisa terhadap obyek-obyek dan kejadian
yang defacto kita menemukanya dalam wujud partikular. la mengganti kausalitas
metafisis dengan asosasi tetap. Sebelumnya, Al-Ghazali sudah melontarkan
argumen menolak hukum sebab-akibat untuk menyanggah para filsuf' dengan
alasan serupa, adanya hal yang satu tidak niscaya disebabkan oleh hal yang
lainnya. . .ambillah contoh berpasangan apa saja, air dan haus, makan dan lapar,
api dan kebakaran, cahaya dan matahari.. Jika suatu hal mengakibatkan hal yang
lainnya, itu karena Tuhan menciptakannya demikian, bukan karena hubungan di
antara mereka bersifat niscaya dan tidak dapat dibatalkan "
Kita dapat menggambar kesejajaran dan kemudian membuat konsep
berdasarkan bentuk individual yang kita amati. Konsep, bagaimanapun, adalah
ciptaan pikiran. Konsep tidak memiliki komitmen ontologis terhadap dunia. Oleh
karena itu, filsafat Ockham disebut juga konseptualisme (bersama dengan
nominalisme dan terminisme). Tidak ada konsep tentang Tuhan yang dihasilkan
dari pemahaman langsung tentang sifat ketuhanan, karena konsep tersebut
mensyaratkan kita sudah mengetahui objek tertentu yang dikonseptualisasikan

7
melalui proses induktif. Tuhan bukanlah makhluk khusus untuk didekati dengan
cara ini. Kita dapat berbicara tentang Tuhan dan memberinya nama.
Pada akhir pekerjaan kita untuk memahami perbuatan Allah, menjadi
jelas bahwa kita hanya dapat berseru kepada-Nya. Kami mencari nama di antara
semua nama, tetapi tidak ada yang berbicara tentang apa yang ada di balik nama
itu. Siapa yang kami undang tetap menjadi misteri. Deus absconditus, Tuhan yang
tersembunyi, di luar nalar.
Apakah kita mengerti mengapa Ockham menolak cara yang dapat
diterima untuk membuktikan keberadaan Tuhan? tapi dia tidak berhenti di situ.
Dia menawarkan teh. Iman. Terlepas dari skeptisisme filosofisnya, Ockham tidak
menyangkal bahwa kebenaran tertinggi dapat dicapai. Namun, baik filsafat
maupun refleksi teologis bukanlah sumber kepastian. Pikiran alami tidak memiliki
kemampuan ini. Hanya iman yang dapat memandu proses menuju kebenaran,
yang merupakan sumber wahyu. Jadi teologi berjalan tanpa filsafat, dan filsafat
tidak memerlukan dukungan teologis. Keduanya bisa berjalan sendiri-sendiri.
Pemikiran Ockham mengawali pemisahan filsafat dari teologi. Dari jantung
teologi, dalam program mati-matian membela kebebasan Tuhan, Ockham tanpa
sengaja membuka jalan bagi alam yang sekuler, tempat scientia membangun
pengetahuan tanpa beban metafisika dan teologi.
Dasar filsafat mekanistik berasal dari Descartes. Descartes juga
menciptakan istilah "hukum kodrat" untuk mengkodifikasikan proses sebab akibat
yang tidak dapat dipisahkan dari Penyelenggaraan ilahi. Banyak sarjana
kesukarelaan abad ke-17 setuju bahwa Descartes adalah seorang yang sangat
percaya pada gagasan kebebasan mutlak Tuhan. Namun, dia tidak berpendapat
bahwa hukum alam dapat berubah sewaktu-waktu jika Tuhan menghendakinya.
Tuhan menciptakan hukum alam pada saat yang sama dengan alam semesta. Di
satu sisi, hukum itu abadi, dan di sisi lain, Tuhan memiliki kebebasan mutlak.
Descartes yakin bahwa hukum alam itu acak, sama seperti penciptaan.
Namun, hukum tidak berubah; abadi seperti Tuhan sendiri. Dalam epistemologi
Descartes, Tuhan menanamkan kebenaran abadi ini ke dalam pikiran manusia
sebagai jaminan pengetahuan yang benar.
8
Model alam semesta mekanis, dengan materi pasif dan pasifnya, sesuai
dengan konsep tentang Tuhan, yang menetapkan aturan-aturan eksternal untuk
menggerakkan isinya. Dalam pandangan mekanistik, perubahan tidak datang dari
dalam benda. Seperti roda gigi dan pegas jam, kausalitas terbatas pada satu tubuh
yang mendorong dan menarik yang lain. Agar mesin tidak berhenti bergerak,
Tuhan perlu membuat hukumnya selamanya. Untuk memahami bagaimana mesin
raksasa ini bekerja dan memprediksi gerakannya, para filsuf berhutang budi
kepada Newton.
Alegori alkitabiah sangat populer di zaman Galileo. Francis Bacon
mengatakan bahwa Tuhan memberi manusia dua buku, yaitu Alkitab dan Kitab
Alam. Dalam konteks kedua kitab ini, perikop di atas mengisyaratkan bahwa
Tuhan juga menggunakan simbol-simbol matematis ketika berbicara. Orang tidak
dapat berasumsi bahwa perintah ilahi hanya disampaikan melalui kode verbal.
Pelepasan kata-kata dari tatanan ilahi ini juga berarti bahwa kata-kata tidak selalu
dapat dipahami secara harfiah berdasarkan teks tertulis.
Masalah muncul karena kedua kitab tersebut menggunakan kode bahasa
yang sangat berbeda. Alkitab menggunakan bahasa sehari-hari, Kitab Alam
menggunakan bahasa matematika. Dari perspektif ini, tampaknya sanksi yang
dijatuhkan kepada Galileo adalah karena kegagapannya saat membaca buku
dengan lingkungan verbal tetapi mengacu pada dunia non-verbal.
Di Newton, ajaran agama Ibrahim tentang Tuhan sebagai penguasa
universal menerima rumus matematika mereka. Di alam semesta Newton, Tuhan
bebas campur tangan dan memperbaiki fungsi alam yang tidak tepat. Newton
menyebut Tuhan Pantokrator (Mahakuasa).
Philosophiae Naturalis pada abad ke-17 terus mewarisi gagasan skolastik
bahwa agama dan scientia adalah kebajikan yang membentuk habitus, tetapi
dalam gaya yang berbeda. Cara intelektual ini mendapat isi baru ketika para filsuf
alam melanjutkan cita-cita Bacon untuk membangun dunia baru yang dijanjikan
Tuhan. Bacon menggunakan interpretasi pribadinya terhadap Alkitab, khususnya
Kejadian, dan mengembangkan gagasan sains sebagai alat keselamatan. Bertujuan
untuk membangun hominis Regnum (kerajaan manusia di bumi), Bacon
9
membawa harapan kenabian ke dunia sehari-hari di mana "pekerja dan penafsir
alam" memulai mesin kosmik. Cara intelektual penuh dengan cara berpikir
instrumental.
Memasuki dunia kosmologis berarti segera menyadari keluasannya. Inilah
harga yang harus dibayar kosmolog ketika ia mendefinisikan bidang kerjanya
sebagai "ruang-waktu sebagai satuan materi-energi". Tegasnya, dia tidak bisa
melompati ruangwaktu atau meminjam bentuk yang diyakini berada di luar
ruangwaktu untuk membantu menyelesaikan masalah bidang datanya. Kosmologi
mewakili paradoks yang melanda umat manusia sejak zaman kuno, ketegangan
antara melampaui cakrawala pengetahuan dan kehendak. Sebuah paradoks yang
muncul dari salah satu karakteristik manusia yang paling terlihat. Dia dibebaskan
dan terikat oleh bahasa.
Pada awalnya, teka-teki tunggal itu sulit dipecahkan. Singularitas adalah
definisi fisik-matematis dan oleh karena itu termasuk dalam cakrawala "ruang-
waktu sebagai keseluruhan materi-energi". Ada masalah dengan kekuatan langit.
Pemahaman fisika saat ini membagi dunia menjadi dua, makroskopis dan
mikroskopis. Tujuan Einstein adalah menemukan teori yang akan menyatukan
keduanya. Teori sindiran, yang memiliki banyak implikasi untuk alam semesta,
adalah bagian dari pencarian untuk menemukan keadaan kosmik yang tidak dapat
dijelaskan. Tidak terdefinisi, sebagaimana ahli matematika menyebutnya.
Einstein dan Bohr terus memperdebatkan sifat-sifat kedua wilayah
tersebut. Dalam menyajikan hasil eksperimen di dunia makroskopis. Bohr
mengingatkan Einstein beberapa kali. Saat Anda berurusan dengan proses di
tingkat subatomik, situasinya jauh berbeda. Karena sifat objek kuantum, interaksi
antara objek dan alat pengukurnya tidak dapat diabaikan. Mengingat keterbatasan
ini, Bohr sangat berhati-hati dalam melaporkan hasil eksperimen kuantumnya.
Dia memilih bahasa fenomenalisme. Einstein menggunakan bahasa realistis fisika
klasik. Dia menyimpulkan bahwa mekanika kuantum tidak lengkap dan secara
epistemologis tidak memuaskan. Tidak ada yang mempertanyakan realitas
independen yang terpisah dari pengamat.

10
Bohr meringkaskan perjuangannya dengan tegas: "Salah jika berpikir
bahwa tugas fisika adalah menemukan apa itu alam. Fisika berkaitan dengan apa
yang dapat kita katakan tentang alam." Di sini kepekaan membagi alam semesta
dan alam semesta menjadi bermakna, antara epistemik dan ontik. Ada bahasa di
antara keduanya. Dalam kasus makhluk yang bergantung pada bahasa, kita dapat
mengutip Bohr: "Bahasa terlambat."
C. Review
Star Maker
Dalam Star Maker, Olaf Stapledon menggambarkan adanya akal budi
semesta, Star maker. Akal budi ini yang nantinya digambarkan seperti halnya
tuhan yang menciptakan dunia. Namun, dalam cerita tersebut didapati bahwa
Star Maker ini menemukan kecacatan dalam ciptaannya. Secara tidak
langsung Stepledon ingin mengatakan bahwa tuhan dalam menciptakan
sesuatu tidak bisa berkuasa penuh dengan ciptaanya. Kalau begitu, tuhan
memiliki kekurangan. Sedangkan di al-Qur’an dikatakan bahwa Tuhan tidak
pernah mencipta sesuatu yang cacat,1 dan Tuhan juga memiliki kuasa penuh
dengan ciptaannya.2
Teori Big Bang
Secara sekilas teori big bang disinggung dalam pembahasan di atas. Teori
big bang adalah sebuah teori yang mengatakan bahwa alam semesta aslinya
berasal dari satu titik.3 Dalam teori ini dikatakan bahwa alam semesta atau
jagad raya ini berasal satu titik, hal ini selaras seperti yang tercantum dalam
al-Qur’an.

‫ض َكانَتَا َر ْت ًقا َف َفَت ْقنَامُهَا ۖ َو َج َع ْلنَا ِم َن الْ َم ِاء ُك َّل‬


َ ‫اَأْلر‬
ِ َّ ‫َأن‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َّ ‫ين َك َفُروا‬ ِ َّ
َ ‫ََأومَلْ َيَر الذ‬
‫َش ْي ٍء َح ٍّي ۖ َأفَاَل يُْؤ ِمنُو َن‬

1
Al-Qur’an, al-An’am, 03.
2
Al-Qur’an, Hud, 107.
3
Heru Apriyono, The Big Bang Teori, Teori Terbentuknya Alam Semesta, (Yogyakarta: Narasi, 2013), 20.
11
Dan apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.4

‫ض َكانَتَ ا َر ْت ًقا‬ ِ
Pada lafal َ ‫اَأْلر‬
ْ ‫الس َم َاوات َو‬
َّ . Dapat dipahami bahwa sebelum

langit dan bumi berpisah, keduanya adalah satu kesatuan, baru setelah itu

terjadilah pemisahan atas bumi dan langit, seperti dalam lafal ‫ َف َفَت ْقنَامُهَا‬. Dari

ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum langit dan bumi dipisah,
keduanya sudah ada namun masih dalam keadaan yang satu. 5

D. Penutup
Setelah mereview video yang berjudul “Cosmos dan Masalah Kebebasan
Tuhan” yang dibawakan oleh Karlina Supelli, penulis mendapat banyak sekali
pelajaran. Antara lain pelajaran yang didapat;
1. Mulai mengenal Kosmos dan Perdebatan tentang kebebasan tuhan dalam
penciptaan alam semesta.
2. Mengetahui adanya angka ajaib.
3. Mengenal teori-teori seputar sains, fisika, matematika, dll.
4. Mengetahui latar belakang adanya sekularisasi antara agama dengan sains
yang bermula dari perdebatan tentang relitas kosmis.
5. Mengenal banyak tokoh-tokoh sains dan para filsuf.
6. Mengetahui batasan antara Filsafat, Sains, dan Agama.

Mungkin hanya sekian review yang dapat disampaikan oleh penulis. Mungkin
jika ada salah kata, typo, atau salah dalam mereview video ini penulis memohon
maaf, melihat manusia tidak bisa luput dari kesalahan.

E. Daftar Pustaka

4
al-Qur’an, Al Anbiya, 30.
5
Himyari Yusuf, “ASAL USUL KOSMOS MENURUT PAUL DAVIES”, Al-Dzikra, Nomor 2, (Juli-
Desember, 2015), 88.
12
Al-Qur’an,
Apriyono, Heru. The Big Bang Teori, Teori Terbentuknya Alam Semesta,
Yogyakarta: Narasi, 2013.
Yusuf, Himyari. “ASAL USUL KOSMOS MENURUT PAUL DAVIES”, Al-Dzikra,
Nomor 2, Juli-Desember, 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai