Anda di halaman 1dari 12

LINI MASA SENI RUPA

Zaman Prasejarah
Seni rupa zaman prasejarah bisa dilihat salah satunya dari peninggalan berupa patung-patung.
Seperti yang diketahui patung-patung prasejarah tersebut dibuat untuk menghormati leluhur-
leluhur manusia prasejarah pada saat itu. Selain patung, kamu juga bisa melihat peninggalan seni
bangunan pra sejarah.
Masa Phaleolitikum atau zaman batu tua. Manusia pra sejarah belum mengenal estetika, hal ini
bisa dilihat dari peninggalan kapak batu yang mereka buat dulu. Kapak yang mereka buat
bentuknya masih kasar dan tidak beraturan. Selain itu karena mereka hidup secara nomaden atau
selalu berpindah tempat, sehingga bukti peninggalan seni bangunan baru ditemukan pada masa
Mesolitikum.
Berbeda dengan masa Phaleolitikum yang hidup nomaden, manusia prasejarah pada masa
Mesolitikum telah mempunyai tempat tinggal. Mereka tinggal di dalam goa-goa. Inilah yang
menjadi salah satu bukti adanya seni bangunan pada masa pra sejarah.Selain seni bangunan,
manusia pada zaman itu juga telah mengenal seni lukis. Karya lukis mereka yang berupa
kegiatan perburuan, simbol nenek moyang, dan cap jari ditemukan pada dinding-dinding goa.
Setelah masa Mesolitikum, seni rupa semakin berkembang pada masa Neolitikum. Pada masa ini
mereka mulai membangun rumah dari kayu atau bambu. Sementara bangunan dari batu
digunakan sebagai tempat pemujaan. Seni lukis pada masa ini biasanya diterapkan pada
bangunan dan benda-benda kerajinan lainnya.
Masa Megalitikum dikenal sebagai zaman batu besar. Peninggalan seni bangunan pada masa ini
berupa bangunan yang terbuat dari batu dengan ukuran yang besar. Sama halnya seperti saat
masa Neolitikum, pada zaman ini bangunan batu besar tersebut juga digunakan untuk keperluan
upacara atau ritual keagamaan. Seni patung pada zaman batu besar berupa arca atau patung dari
batu yang berbentuk binatang atau manusia.

Abad Pertengahan
Karya seni rupa pada abad pertengahan banyak dipengaruhi oleh otoritas gereja. Bahkan
disebutkan bahwa gereja juga ikut terlibat dalam menentukan karya yang akan dibuat. Karya seni
rupa yang dibuat pada masa ini cenderung berukuran besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengisi
ruang pada bangunan-bangunan yang saat itu juga berukuran besar.
Zaman Renaissance
Jika pada abad pertengahan ajaran kristiani begitu melekat bahkan pada isi karya seni, zaman
Renaissance disebutkan sebagai zaman yang mulai mengusik otoritas gereja. Hal ini dikarenakan
pada zaman ini terjadi berbagai macam penemuan-penemuan di berbagai bidang yang dianggap
bertentangan dengan keyakinan gereja.
Renaissance yang berarti terlahir kembali, dijadikan sebagai titik awal kembalinya seni rupa
klasik Yunani yang telah lama hilang.

Zaman Barok dan Rokoko


Gaya seni Barok dimulai pada tahun 1600. Karakteristik seni rupa pada masa ini cenderung
berlebihan dari keadaaan sebenarnya, detail yang digunakan juga lebih jelas dan mudah
ditafsirkan. Sementara untuk seni bangunan, penekanan terdapat pada tiang, kubah,
pencahayaan, ruang kosong yang menunjukkan adanya tangga.
Rokoko atau juga dikenal sebagai Barok akhir.
Ornamen taman yang menggunakan kerang dan batu hias menjadi alasan mengapa disebut
Rokoko. Rokoko diadopsi dari bahasa Prancis yang artinya batu, kerang. Pada masa ini motif-
motif bunga dan tanaman lainnya mulai ditambahkan dalam karya seninya. Arsitekturnya dibuat
lebih anggun, berkesan riang berbeda dengan Barok yang menampilkan karya yang cenderung
serius. Dan cat-cat berwarna pucat banyak dipilih pada masa ini.

Abad 19
Munculnya berbagai macam aliran dalam seni rupa dimulai pada abad 19. Awalnya aliran-aliran
tersebut berkembang di Eropa kemudian menyebar ke seluruh dunia. Hasil karyanya pun tidak
lagi dipengaruhi oleh kehidupan gereja.
Ciri karya seni pada abad 19 salah satunya adalah penggunaan warna-warna cerah yang mampu
menunjukkan emosi dan pemikiran senimannya. Selain itu pada abad 19 seniman tidak lagi
didominasi oleh kaum bangsawan, tidak sedikit pula kalangan bawah yang juga menjadi
seniman.

Abad 20
Konsep baru berupa penyederhanaan bentuk arsitektur diciptakan pada abad 20 ini. Bentuk seni
bangunannya lebih menekankan pada fungsi ruang, sehingga terlihat lebih sederhana dan tanpa
ornamen berlebih.
Selain itu beberapa aliran baru dalam seni rupa juga kembali muncul di abad 20 ini. Diantaranya
adalah fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme, abstrak dan pop art.
LINI MASA SENI PERTUNJUKAN
SENI PERTUNJUKAN MASA MANUSIA PURBA
Keberadaan manusia dari zaman ke zaman ternyata telah ada dengan ditandainya keberadaan
torehan . Karya dan sejenisnya yang membuktikan bahwa kehidupan sedang berada di dalam
zamannya begitu juga pada karya seni dan kesenian yang terdapat pada zaman atau masa purba ,
yang semata-mata sebagai penanda kebudayaan masa tersebut menggambarkan kehidupan
figure yang masih serba terkungkung oleh adanya kekuatan-kekuatan disekitarnya , sedangkan
seni dan kesenian yang dipertunjukanpun yang semata-mata hanya untuk kepentingan sosioreligi

SENI PERTUNJUKAN MASA MANUSIA KUNO


Salah satu seni dan kesenian yang tergolong dalam karya manusia kuno di Indonesia adalah
jenis kesenian wayang kulit . Kesenian tersebut menunjukan sebuah karya seni yang
memperlihatkan seni musik yang adilihung. Seni tersebut dinamakan adiluhung karena tersurat
dan tersirat di dalamnya mengenai adanya seni suara dan lakon yang bernyawa, adanya karya
seni tari yang berlian, adanya karya seni griya yang menawan, dan adanya seni seni lain yang
sangat berperan dalam kekhasanah kebudayaan . Seni wayang kulit ini dahulu kala sangatlah
mudah untuk mendapatkannya, bahkan hampir disetiap kecamatan dalam pedesaan. Namun
seiring seringnya muncul kesenian yang diusung oleh televisi yang langsung kepada pemirsanya,
maka geliat seni pertunjukan kuno inipun semakin terpinggirkan . Sementara itu seni dan
kesenian dalam pertunjukan moderen sudah mulai bermunculan dan sudah dapat merumuskan
fakta terjadinya sebuah pertunjukan seni dan kesenian yang di tandai dengan adanya ruang,
adanya waktu , adanya pertumbuhan dan yang terakhir adanya interaksi dengan penonton .

SENI PERTUNJUKAN MASA KONTEMPORER


Seni pertunjukan pada masa kontemporer ini , ditandai adanya kesenian yang dipertunjukan pada
penonton seolah- olah adanya peraturan yang harus dilaluinya, padahal diera ini justru adanya
aturan aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dahulunya karya seni itu harus
menyenangkan, sekarang apa yang terjadi malah sebaliknya, kemudian yang dahulu karya seni
yang di pertunjukan itu masih selalu dipertimbangkan etika sosial, etika agama, etika budaya dan
etika-etika yang lainnya , namun apa yang terjadi , mungkin aturan aturan itu hanya sebagai
aturan-aturan yang usang , yang dianggapnya sebagai aturan yang memperhambat karnya
manusia dalam mengexplorasikan khayalannya .

SENI PERTUNJUKAN MASA MANUSIA MODERT


Seni dan kesenian yang dipertunjukan pada manusia moderen ini , merupakan hasil karya
manusia yang sudah mengalami berbagai pengaruh dan suasana kehidupan pada masa modernt
yaitu bahwa membuat karya seni dan kesenian yang dipertunjukan sebagai tanda kebudayaan
pada masa yang digunakan untuk kepuasan pribadi dan gambaran kondisi lingkungannya,
manusia pada masa ini adalah dimana figure yang ingin menemukan semua hal-hal yang baru
dan yang mempuyai cakrawala berpikir yang luas .
Dari perbedaan keberadaan seni dan kesenian dalam pertunjukan tersebut, kita dapat simpulkan
bahwa ternyata seni dan kesenian dalam pertunjukan adalah hasil karya seni manusia yang
dipertunjukan kepada penonton, sedangkan dalam bahasa inggris, performing art ini lebih
mengacu pada pertunjukan hasil seni yang berbentuk apapun yang dapat disuguhkan oleh
penonton dan hampir semua jenis kesenian dan karya seni dipadukan dalam performance art ,
seperti seni tari yang dilatar belakangi lukisan atau foto dengn dekorasi hasil karya, disertai
adanya musik penggugah, yang bertujuan untuk berinteraksi dengan penonton yang terbangun
melalui masuknya imaginasi penonton untuk larut dalam performance art .

LINI MASA SENI MUSIK


Musik Kuno (Sebelum 476 M)
Sebutan musik Kuno diberikan kepada musik yang berkembang dalam budaya tulis,
menggantikan musik prasejarah. Musik Kuno mengacu pada sistem musik yang dikembangkan
di berbagai wilayah, seperti Mesopotamia, Mesir, Persia, India, Cina, Yunani dan Romawi.
Musik Kuno sudah mengenal sistem musik yang dinamakan skala, yang merupakan cikal bakal
tangga nada. Pada masa ini juga ditemukan penulisan notasi-notasi musik dalam berbagai
bentuk.
Musik Sakral Abad Pertengahan (476-1450 M)
Musik abad ini bermula pada Gereja Katolik Roma di Barat (Eropa Barat). Musik ini digunakan
dalam ibadat terutama di katedral & biara dan biasanya dinyanyikan oleh pada biarawan atau
biarawati. Musik Gereja Abad Pertengahan biasa disebut Musik Gregorian dan bersifat
plainchant (musik polos). Tidak diketahui secara pasti cara memainkan musik ini karena
kebanyakan dokumentasi musik pada Abad Pertengan awal adalah musik vocal. Petunjuk
penggunaan instrument musik hanya diperoleh dari ilustrasi manuskrip dan lukisan-lukisan Abad
Pertengahan. Pada awalnya alat musik digunakan sebagai salah satu ritus ibadat bagi para dewa-
dewa kuno Eropa, Mediterania dan sekitarnya. Hal ini pulalah yang menyebabkan gereja
melarang penggunaan alat musik dalam upacara peribadatan. Setelah tahun 1100, instrument
musik baru diperbolehkan untuk digunakan dalam gereja yaitu orgen pipa. Musik pada masa ini
juga dinamakan musik sakral. Sebutan musik plantchant atau musik polos didapatkan karena
musiknya berupa musik vocal monofoni dengan syair bahasa Latin yang dinyanyikan tanpa
iringan. Musik plainchant disebut juga musik Gregorian, diambil dari nama tokoh musik
plainchant terkenal St. Gregorius Agung yang juga seorang Paus Roma pada tahun 590-604 M.
Musik Gregorian sebenarnya merupakan sebuah tradisi oral yang kemudian didokumentasikan
dengan menggunakan notasi awal. Karakteristik dari musik Gregorian adalah nonmetrikal (tidak
berbirama) dan memakai tangga nada gerejawi. Karakter musik plainchant ada yang resitatif
(sederhana), melismatis (rumit) dan ada juga yang merupakan kombinasi dari keduanya.

Musik Sekurel Abad Pertengahan


Seperti musik skaral, musik sekuler juga berkembang melalui tradisi oral. Musik ini kemudian
menjadi musik populer yang syairnya ditulis oleh penyair musik. Di Prancis Selatan para
pemusik ini disebut dengan troubadours, di Prancis Utara disebut trouvers, di Jerman dan Austria
dikenal dengan sebutan minnesinger. Musik-musik populer pada zama ini biasanya berte,a
kepahlawanan atau perjuangan karena pada saat itu banyak terjadi peperangan. Selain
kepahlawanan tema yang lainnya adalah tentang cinta atau romantisme, yang biasanya beruapa
pujian atau keluhan dari kekasih pada pasangannya. Ada pula musik bertema lamentio atau
kidung ratapan kematian bangsawan, orang disegani atau orang yang dikasihi.
Musik Renaisans (1460-1600)
Musik Renaisans adalah musik klasik yang muncul pada zaman Renaisans tahun 1450-1600.
Pada zaman ini sebenarnya tidak terdapat peruabahan yang signifikan dalam dunia musik
sehingga tidak ada batas yang jelas tentang awal zaman musik ini.

Musik Barok (1600-1750)


Musik Barok adalah musik klasik barat yang diciptakan pada zaman Barok (Baroque), tahun
1600-1750. Kata Barok berarti mutiara dengan bentuk yang tidak wajar, yang secara umum
mencerminkan seni dan arsitektur bangunan pada era ini. Musik Barok biasanya hanya
mencerminkan satu jenis emosi, jarang memiliki modulasi atau rubotu, terutama apabila
dibandingkan dengan musik klasik dan romatik. Jika menggunakan piano, pedal piano jarang
dimainkan.

Musik Klasik (1750-1830)


Zaman klasik salam sejarah musik Barat semakin besar terjadi pada abad ke-18 hingga awal abad
ke-19, sekitar 1750-1820. Dua komponis yang paling terkenal pada zaman ini adalah Wolfgang
Amadesus Mozart dan Ludwig van Beethoven. Musik zaman klasik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Peralihan dinamik dari lebut sampai keras (cressendo) atau dari keras menjadi lembut
(decressendo).
Perubahan tempo dengan percepatan (accelerando) dan perlambatan (ritardando).
Tidak terlalu banyak hiasan atau ornamentik.
Pemakaian akor 3 nada.

Musik Romantik (1815-1910)


Musik Romantik dalam sejarah musik Barat muncul pada awal 1800-an sampai dekade pertama
abad ke-20. Musik Zaman Romantik sering dikaitkan dengan gerakan romantik di bidang sastra,
seni dan filsafat.

Musik Modern atau Abad ke-20 (1900-2000)


Musik Modern atau abad ke-20 ditandai dengan pertumbuhan industri yang begitu cepat dan
munculnya teknologi canggih untuk merekam dan mendistribusikan musik, serta inovasi
dramatis dalam bentuk musik dan gaya. Karena musik tidak lagi terbatas pada konser dan klub,
para pemusik era ini berlomba untuk mendapatkan pengakuan global. Musik abad ke-20
membawa kebebasan baru, perluasan eksperrimentasi dengan gaya musik baru yang
"menentang" aturan periode sebelumnya. Pada era ini, teknologi sungguh memiliki peranan yang
besar dibanding era sebelumnya.

Musik Kontemporer atau Abad Ke-21 (2000-sekarang)


Di abad ke-21 ini, banyak musisi yang mulai bekerja secara individu karena terbantu oleh
teknologi yang mudah, praktis dan tepat guna. Dari sini muncul istilah bedroom recording yaitu
merekam musik didalam kamar dan mobile recording yaitu merekam musik dimana saja.
Kemajuan teknologi yang cukup pesat membuat musik menjadi sangat praktis dan bersifat
pribadi. Musik tidak lagi hanya didominasi para musisi tetapi juga para penghobi.

LINI MASA SENI TARI


Perkembangan seni tari dipengaruhi oleh tingkat peradaban masyarakat pada saat itu dan juga
sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi pemerintahannya. Untuk mengetahui perkembangan
seni tari, secara garis besar diperkirakan pertumbuhannya didasarkan pada periode tahapan-
tahapan sebagai berikut :
Tari pada Jaman Prasejarah / Primitif
Pada jaman Prasejarah bentuk gerak tari sangat sederhana,hanya berupa hentakan kaki dan gerak
tangan yang menimbulkan ritme pada peralatan yang dibawanya, dengan menirukan gerak
binatang ataupun alam sekitarnya. Iringan yang digunakan juga sangat sederhana, monoton
hanya berupa tepuk tangan ataupun nyanyian. Bentuk penyajian tari umumnya dilakukan secara
kolektif (orang banyak) denagn komposisi melingkar menghadap ke dalam. Tari pada jaman
prasejarah biasanya digunakan sebagai tari upacara, yang mana dalam upacara tersebut ada
tujuan atau maksud tertentu yang melatarbelakanginya, maka pada umumnya bersifat sakral,
magis dan dipengaruhi adanya kepercayaan animisme dan dinamisme.

Tari pada Jaman Kerajaan Hindu


Pada jaman Kerajaan Hindu seni tari banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dari India antara lain
cerita Ramayama dan Mahabarata. Karena pengaruh Agama Hindu, seni tari digunakan sebagai
media penyembahan terhadap para dewa, maka seni tari menjadi bagian yang sangat penting
dalam upacara-upacara keagamaan, adapun bentuk-bentuk gerak tari peninggalan jaman Hindu
dapat kita lihat pada relief-relief dinding Candi Prambanan, Candi Penataran dan candi-candi
lainnya yang merupakan peninggalan kebudayaan Indonesia-Hindu dengan bentuk ragam gerak
yang sudah mulai dikenalkan. Seni Tari pada jaman Kerajaan Hindu mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Karena mendapat perhatian dari raja dan para bangsawan seperti tari-tarian
upacara adat, keagamaan yang bernilai artistik tinggi yang sekarang disebut tari tradisi klasik
yang berasal dari keraton. Antara lain Tari Bedhaya dan Tari Srimpi. Menurut perbedaan, Tari
Bedhaya pada tari jaman Hindu berjumlah 7 orang yang melambangkan 7 bidadari dari
kahyangan, sedangkan Tari Srimpi berjumlah 4 orang penari.

Tari pada Jaman Kerajaan Islam


Dengan masuknya Agama Islam ke Indonesia, ada pergeseran nilai dan fungsi seni tari. Ketika
jaman Hindu, seni tari digunakan sebagai media penyembahan kepada dewa, maka pada jaman
Kerajaan Islam kesenian dikembangkan sebagai sarana media penyebaran dan penyuluhan
Agama Islam dengan menyesuaikan peradaban masyarakat yang sudah menganut ajaran Islam.
Sebagai contoh :
a. Tokoh penyebar Agama Islam / Wali banyak menciptakan bentuk-bentuk sekar / tembang
yang bernafaskan Islam.
b. Tari Bedhaya yang pada jaman Hindu dengan penari 7 orang melambangkan 7 bidadari di
kahyangan, pada jaman Sultan Agung menjadi 9 orang yang melambangkan Wali Sanga.
c. Di lingkungan istana setiap peringatan lahirnya Nabi Muhammad SAW dibunyikan
gamelan Sekati yang sekarang menjadi acara Sekaten.

Tari Pada Jaman Penjajahan


Pada jaman Penjajahan seni tari tidak mengalami perkembangan akibat pada waktu itu negara
kita dijajah oleh bangsa asing, sehingga bentuk kesenian banyak dikesampingkan, karena rakyat
bergejolak ingin melepaskan diri dari penjajah. Hanya di lingkungan istana seni tari masih tetap
terpelihara untuk kepentingan upacara-upacara di istana, misalnya : untuk menyambut tamu,
untuk penobatan putra-putri raja dan sebagainya. Sedangkan di kalangan rakyat, hanya kadang-
kadang saja timbul jenis-jenis kesenian sebagai hiburan selesai panen. Adapun peninggalan
jaman penjajahan bisa kita lihat di daerah Purworejo ada kesenian Dolalak yang menirukan
tingkah laku serdadu-saedadu Belanda pada waktu berbaris. Menari dan menyanyi dengan bunyi
do-la-la (dari 1 6 6) hingga sampai sekarang terkanal dengan Dolalak, menggunakan busana
yang menirukan pakaian opsir Belanda lengkap dengan atributnya. Disamping itu ada pula
pengaruh yang timbul di lingkungan istana yang tergarap dengan cermat yaitu Tari Srimpi yang
menggunakan properti berupa pistol yang melambangkan perlawanan terhadap penjajah.

Tari pada Jaman Kemerdekaan sampai sekarang


Setelah kemerdekaan tercapai, seni tari banyak dipengaruhi oleh kondisi sebelumnya, yaitu
adanya keinginan yang sangat kuat untuk merdeka, maka bentuk-bentuk tari banyak berupa
bentuk kepahlawanan dan seni tari mulai difungsikan serta digarap kembali sebagai tari upacara,
tari adat / tradisi ataupun tari hiburan. Pada saat ini pembinaan dan pengembangan kesenian di
Indonesia berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) serta Departemen
Pariwisata, Seni dan Budaya. Kedua departemen ini merupakan lembaga pemerintahan yang
menangani pembinaan dan pengembangan kesenian. Kegiatannya antara lain mengadakan
kegiatan-kegiatan kesenian dan mempunyai tugas mempersiapkan berbagai misi kesenian yang
dikirim keluar negeri aau dalam negeri.
PERUBAHAN NAMA JAKARTA

Pada abad ke-14,kota kita tercinta ini disebut Sunda Kelapa. Sunda Kelapa dikenal sebagai
Pelabuhan Kerajaaan Padjajaran yang menjadi pusat perdagangan, politik,dan ekonomi di
wilayah Hindia Belanda bagian barat.
Penetapan 22 Juni 1527 juga dijadikan timing untuk merubah nama Sunda Kelapa menjadi
Jayakarta. Nama tersebut diberikan oleh Fatahilah yang berarti Kota Kemenangan.Fatahilah
memberikan nama Jayakarta karena berhasil mengusir penjajahan Portugis atas pendudukannya
di wilayah Kerajaan Padjajaran dan tanggal tersebut akhirnya diresmikan (keputusan DPR kota
sementara No. 6/D/K/1956).
Jayakarta adalah nama yang identik dengan kerajaan, maka pada 4 Maret 1621 Belanda
mengganti nama Jayakarta menjadi Stad Batavia dan juga merubah sistem pemerintahannya.
Lalu pada 1 April 1905 diubah menjadi Gemeente Batavia dan diubah lagi menjadi Stad
Gemeente Batavia pada 8 Januari 1935.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, Jepang pun menggantikan kedudukan Belanda di
Indonesia. Pada 8 Agustus 1942 Batavia diganti menjadi Jakarta Toko Betsu Shi. Karena Jepang
menyerah tanpa syarat pada sekutu saat perang dunia ke II lalu,Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya. Pada September 1945 di masa Kemerdekaan Indonesia, pemerintah kota ini
mengubah nama menjadi Pemerintah Nasional Kota Jakarta.
Dibawah pemerintahan NICA, Jakarta mengubah nama kembali menjadi Stad Gemeente Batavia
kembali pada 20 Februari 1950. Tak lama setelah itu, tepatnya satubulan kemudian berganti
nama kembali menjadi Kota Prajs Jakarta pada 24 Maret 1950. Kemudian, kota ini dinyatakan
sebagai daerah Swatantra pada 18 Januari 1958 maka diubah kembali namanya menjadi Kota
Praja Djakarta Raya. Pada 1961 dibentuklah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya
(dengan PP no 2 Tahun 1961 jo UU No.2 PNPS 1961).
Berpedoman pada UU No. 10 Tahun 1964 nama Daerah Khusus Ibukota Jakarta resmi
ditetapkanpada 31 Agustus 1964 dan dinyatakan sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia
dengan nama Jakarta (dikuatkan dengan undang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia).
Pada 1999 setelah masa reformasi melalui UU No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan Pemerintah Daerah dirubah
menjadi Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan dengan otonominya berada
ditingkat provinsi dan bukan pada wilayah kota, yaitu Provinsi DKI Jakarta.
MAKNA LAGU SARINANDE

Sarinande
Lagu tersebut mengenai salah satu tradisi Maluku dulu yang mana jika sebelum memasuki
jenjang pernikahan, gadis-gadis diuji keterampilannya dalam bidang kewanitaan.
Jaman dulu para gadis diuji keterampilan memasaknya. Meniup api di depan tungku memerlukan
kesabaran dan sikap rendah hati.
Sarinande adalah seorang gadis yang beranjak dewasa. Ibunya melihat mata Sarinande dalam
keadaan bengkak matanya, menandakan bahwa ia belum bisa meniup api. Esok ia dapat
mecobanya lagi.
Hal tersebut dalam lagu, diilustrasikan dengan seorang gadis meniup api di depan tungku
sehingga mengepulkan asap.

Anda mungkin juga menyukai