SKRIPSI
Skripsi Ini Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.Km)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalan tugas akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
ii
ABSTRAK
Prevalensi stunting di seluruh dunia tahun 2019 yaitu sebesar 21,9%. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting cukup tinggi yaitu sebesar
38,6% dan menempati urutan ke-5 di dunia. Prevalensi stunting untuk wilayah
Kabupaten Parigi Moutong diperoleh kasus yang tinggi yaitu Kecamatan Parigi Barat
sebesar 40,7%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas lompe ntodea
kecamatan parigi barat kabupaten parigi moutong. Metode penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 832
balita dan jumlah sampel sebanyak 90 orang diambil melalui teknik simple random
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, data di analisis menggunakan
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji regresi logistic dengan nilai α <0,05.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel yaitu: Pengatahuan Gizi ibu
(p=0,004), praktik kesehatan dasar (p= 0,005), dan status ekonomi (p=0,007),
berubungan dengan kejadian stunting pada balita. Kesimpulannya, terdapat hubungan
antara variabel pengetahuan Gizi ibu, status ekonomi dan praktik kesehatan dasar,
dengan kejadian stunting pada balita Sebaiknya ibu balita lebih berperan aktif dalam
mencari-cari informasi mengenai gizi yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak,
sehingga anak memiliki status gizi yang baik.
Kata Kunci: Stunting, Pengetahuan Gizi Ibu, Status Ekonomi dan Praktik
Kesehatan Dasar
iii
ii
KATA PENGANTAR
Barat Kabupaten Parigi Moutong” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
Salawat dan salam dihaturkan atas junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi
Tahir dan ayahanda tercinta Sutrisno Paneo sebagai ucapan terima kasih yang
setulus hati untuk kedua orang tua penulis yang senantiasa mengingatkan dalam
kebaikan, memberi kasih sayang, dukungan dan terutama do‟a restu yang tulus dan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis sangat berterima kasih kepada
bapak Herman Kurniawan, S.KM., M.Med, Ed. selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta memberi banyak masukan yang sangat
membantu penulis.
iii
Penulis juga banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah mambantu baik secara langsung maupun tidak sejak awal sampai pada
2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Bapak Dr. Muh Ryman Napirah S.KM., M.Kes.,selaku Wakil Dekan Bidang
4. Ibu Dr. Rasyika Nurul Fadjriah, S.KM., M.Kes., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
banyak memberikan masukan serta bimbingan bagi kesempurnaan tugas akhir ini.
7. Bapak Prof. Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes, selaku dosen penguji I, penulis
mengucapkan terima kasih atas segala masukan dan saran yang sangat bermanfaat
terima kasih atas segala ilmu, kritik maupun saran yang sangat bermanfaat yang
iv
9. Seluruh Dosen pengajar dan staf administrasi dalam lingkungan fakultas
10. Kepada bapak/ibu dosen Promosi Kesehatan yang telah banyak memberikan
semangat, motivasi, saran, serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis
11. Kepada Kepala Puskesmas Lompe Ntodea, Staf Administrasi dan seluruh
Parigi Barat.
12. Kepada masyarakat Parigi Barat yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini, serta khususnya papa bela dan mama bela yang telah mengizinkan
13. Kepada keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat, dukungan serta
14. Kepada kedua orang tua Fathur, om Dodo dan tante Hajar yang telah
15. Kepada teman-teman Gazebo Authentic yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu namanya yang telah memberikan semangat dan membantu penulis untuk
v
16. Kepada teman-teman CK501 Legends yang telah menyemangati dan membantu
Hasan, Arifin, Afri, Yuda, Sidik, Fauzan, Herdi yang sudah banyak membantu
penulis.
18. Kepada teman-teman penelitian payung yakni Fathur Rahman dan Hasan yang
akhir ini.
Saffana, Tere, Amel, Yana, Ferdiansyah, Andi, Ayu beo, Ega, Ayu beo,
Moh.Pratama Aji S, Purwati, Putri Sarman, Deca, Ade Fitriani, Darul dan Bayu
20. Kepada Teman-teman Boy‟s 2017 atas semangat dan doa yang telah diberikan
kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan tugas akhir ini.
21. Teman-teman Kelas E 2017 Terima kasih untuk kebersamaan kekeluargaan dan
22. Teman-Teman peminatan Hero 2017, terima kasih atas semua dukungan dan
doanya.
vi
24. Dan orang-orang yang sudah mendukung dan membantu saya yang tidak dapat
saya sebutkan satu-satu namanya. Semoga Allah SWT sembalas kebaikan kalian.
Teriring doa yang tulus dari penulis, semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
yang berlimpah dan keberkahan dalam hidup kepada semua pihak yang telah
membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik memberikan dukungan
Olehnya, kritik dan saran yang membangun semangat penulis butuhkan untuk
kesempurnaan penulisan ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat
vii
DAFTAR ISI
iii
2.2 Balita ............................................................................................................ 20
2.2.1 Pengertian Balita ............................................................................................20
2.2.2 Pertumbuhan Balita ........................................................................................21
2.2.3 Penilaian Status Gizi Balita ............................................................................23
2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting .................... 28
2.3.4 Pengatahuan Gizi Ibu .....................................................................................28
2.3.7 Ekonomi .........................................................................................................31
3.3.7 Praktik Kesehatan Dasar ................................................................................32
2.4 Tabel Sintesa Penelitian ............................................................................... 34
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 44
BAB III ....................................................................................................................... 45
KERANGKA KONSEP ............................................................................................ 45
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................................ 45
3.3.1 Variabel Dependen (Terikat) ..........................................................................46
3.3.2 Variabel Independen (Bebas) .........................................................................47
3.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 51
BAB IV ....................................................................................................................... 52
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 52
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 52
4.2 Lokasi dan Waktu......................................................................................... 52
4.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 52
4.1 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................................ 53
4.2 Pengumpulan Data ....................................................................................... 55
4.2.1 Data Primer................................................................................................... 55
4.3 Analisis Data dan Penyajian Data ................................................................ 56
4.3.1 Analisis Data ................................................................................................ 56
4.3.2 Penyajian Data.............................................................................................. 56
BAB V ........................................................................................................................ 57
iv
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 57
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 57
5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Lompe Ntodea ................................................57
5.1.2 Analisis Univariat ...........................................................................................59
5.1.3 Analisis Bivariat ...............................................................................................70
5.2 Pembahasan ...................................................................................................... 73
5.2.1 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balit 73
5.2.2 Hubungan Status Ekonomi dengan kejadian stunting pada balita ....... 78
5.2.3 Hubungan Praktik Kesehatan Dasar dengan kejadian stunting pada
balita .................................................................................................... 83
5.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 88
BAB VI ....................................................................................................................... 89
PENUTUP .................................................................................................................. 89
6.1 Kesimpulan................................................................................................... 89
6.2 Saran ................................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U ......... 28
Tabel 2. 2 Tabel Sintesa Penelitian ............................................................................. 35
Tabel 5.1 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Alamat Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong .................................................................................................... 60
Tabel 5.2 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong ........... 61
Tabel 5.3 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pendidikan Ayah (Suami)
di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 62
Tabel 5.4 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pendidikan Ibu (Istri) di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 63
Tabel 5.5 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan Ayah (Suamu)
di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 64
Tabel 5.6 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan Ibu (Istri) di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 64
Tabel 5.7 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut ukuran LILA selama Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab.
Parigi Moutong ........................................................................................... 65
Tabel 5.8 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Jenis Kelamin Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 66
Tabel 5.9 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Umur Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong 66
Tabel 5.10 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Berat Badan Lahir di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong .................................................................................................... 67
Tabel 5.11 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Kejadian Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong .................................................................................................... 68
vi
Tabel 5.12 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Peraktik Kesehatan
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab.
Parigi Moutong ........................................................................................ 68
Tabel 5.13 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pengetahuan Gizi Ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ................................................. ……………………………….72
Tabel 5.14 Distribusi Responden kejdadian Stunting menurut Status Ekonomi dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Siniu
Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong ........................................ 73
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 : Kuesioner
ix
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
HB Hemoglobin
x
Kemenkes Kementrian Kesehatan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pertumbuhan yang dialami oleh anak umur dibawah lima tahun
(balita) merupakan hasil kumulatif sejak balita tersebut dilahirkan. Keadaan gizi
yang baik dan sehat pada masa balita merupakan pondasi yang sangat penting
mengganggu pemenuhan zat gizi terutama energi dan protein pada anak akan
gizi. Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh
akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi
berulang pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu dari janin hingga anak
berusia 2 tahun. Status gizi stunting dapat diukur dengan tinggi badan menurut
usia (TB/U) di bawah standar deviasi (<-2 SD). Masyarakat belum menyadari
bahwa stunting adalah suatu masalah serius dikarenakan belum banyak yang
1
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Prediktor terkuat terjadinya stunting pada usia 12
bulan adalah berat badan lahir rendah. Sebagian besar bayi dengan BBLR
keluarga untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita. Keadaan sosial ekonomi juga
makanannya serta kebiasan hidup sehat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
Salah satu kelompok rawan akan masalah gizi adalah balita. Hal ini
dikarenakan pada masa balita memerlukan asupan zat gizi dalam jumlah besar
dewasa. Balita yang kekurangan gizi akan berisiko mengalami penurunan IQ,
wilayah Asia Tenggara prevalensi balita stunting mencapai 33,8% dan pada
tahun 2017 menurun menjadi 22,2%. Pada tahun 2011, Indonesia berada di
peringkat ke lima dari 81 negara dengan jumlah anak stunting terbesar didunia
2
tahun 2007 adalah 36,8%, tahun 2010 turun menjadi 35,6%, tahun 2013 kembali
meningkat menjadi 37,2%, tahun 2016 turun kembali menjadi 27,45%, tahun
2017 naik menjadi 29,6%, tahun 2018 naik menjadi 30,8%, dan pada tahun 2019
masih naik turun tetapi standar yang ditentukan oleh WHO adalah 20%. Jika
kesehatan masyarakat kategori kronis. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
tidak maksimal atau satu dari tiga anak mengalami stunting. Dibandingkan
dengan beberapa negara tetangga lainnya, prevalensi balita pendek yang ada di
Angka prevalensi stunting di Indonesia pada balita umur 0-59 bulan dari
tahun 2016 sampai 2018 terus meningkat. Pada tahun 2016 angka prevalensi
stunting pada balita sebesar 27,45%, kemudian meningkat pada tahun 2017
sebesar 29,60%, dan pada tahun 2018 meningkat sebesar 30,8%. Data 34
bulan yang tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (42,7%), Provinsi Sulawesi
Barat (41,6%) dan Provinsi Aceh (37,10%). Sedangkan prevalensi terendah yaitu
Tengah berada pada urutan ke tiga belas dengan prevalensi balita stunting
3
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018, pada
Data kasus untuk kejadian stunting yaitu di Kabupaten Banggai Laut sebesar
(19,6%). Data pada tahun 2018 menunjukan Kabupaten Parigi Moutong berada di
peringkat keenam untuk kasus stunting pada balita sebesar (30,1%). Sedangkan
pada tahun 2017 Kabupaten Parigi Moutong berada di peringkat ketujuh dengan
7,2%. Dari 23 Puskesmas yang ada di Kabupaten Parigi Moutong salah satunya
stunting yang tinggi, yang berada di Kabupaten Parigi Mautong yaitu sebanyak
4
Menurut Wati (2018), bahwa ibu responden yang memiliki tingkat
kejadian sstunting. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil ada hubungan antara
pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian stunting. Menurut
pengetahuan ibu tentang gizi balita memiliki hubungan yang signifikan dengan
ekonomi. Selain itu, status ekonomi rumah tangga dipandang memiliki dampak
yang signifikan terhadap probabilitas anak menjadi pendek dan kurus. Status
ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi anak. Sebagai
contoh, keluarga dengan status ekonomi baik bisa mendapatkan pelayanan umum
yang lebih baik juga, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya.
pada balita usia 0 sampai 59 bulan. Apabila ditinjau dari karakteristik pendapatan
keluarga bahwa akar masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan berbagai
masalah gizi lainnya salah satunya disebabkan dan berasal dari krisis ekonomi.
status ekonomi yang rendah. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang
5
balita baik yang berada di daerah pedesaan maupun di perkotaan (Sari dan
Medhyana, 2019).
dilihat dari penghasilan dalam satu keluarga. Hal ini merupakan modal dasar
keseluruhan dan atau eksposur yang berulang yang dapat berupa penyakit atau
dan tinggi dan sebagai batasannya adalah upah minimum regional (UMR) Parigi
Menurut Rahman dan Nur (2018), pola asuh perawatan anaka dalam
mendapatkan imunisasi lengkap memiliki risiko menjadi stunting 7,667 kali lebih
Imunisasi dapat memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang telah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk
6
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau
Ntodea, jumlah bayi yang stunting pada tahun 2017 berjumlah 164 orang,
kemudian pada tahun 2018 berjumlah 48 orang, pada tahun 2019 kembali
Moutong.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
8
1.4 Manfaat Penelitian
Moutong.
stunting.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
anak tumbuh normal yang seumur. Hal ini merupakan salah satu bentuk
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, kondisi stunting baru
Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
10
Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang
nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika
beberapa faktor tersebut dalam periode lama. Pada umumnya kasus ini
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
sebagai berikut:
11
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.
Empat faktor tersebut adalah faktor keluarga dan rumah tangga, makanan
Empat faktor tersebut dipengaruhi oleh penyebab dasar faktor sosial dan
badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilan pada usia remaja, kesehatan
aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan
pasukan air yang tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang
kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai, dan
12
2. Makanan Komplementer
yang tidak adekuat, yang dibagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan
tidak adekuat ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang
3. Pemberian ASI
pemberian ASI (Air Susu Ibu) yang salah, karena inisiasi yang
terlalu cepat.
13
4. Penyakit Infeksi
dan inflamasi.
4. ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan. Setelah itu
terpenuhi.
14
5. Pola asuh makan yang salah
diasuh oleh ibunya sendiri yang paham akan pola asuh yang baik maka
dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari
15
dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja
(WHO, 2013).
usia 6 bulan, akan mengalami kekerdilan lebih berat menjelang usia dua
tahun. Bila hal tersebut terjadi, maka salah satu organ tubuh yang paling
cepat mengalami resiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf
mendengar, dan berpikir selama proses belajar. Anak stunting pada usia
dua tahun secara signifikan mengalami kinerja kognitif yang lebih rendah
dan nilai yang lebih rendah disekolah pada masa anak-anak, serta
mencapai Rp. 300 hingga 1.210 triliun per tahun. Selain itu, dampak
buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting dalam jangka pendek adalah
16
diabetes, kegemukan, penyakit jantung, sirkulasi darah, kanker, stroke
sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut
diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari
selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang
kehidupan, meliputi:
baik. Apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
c. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
17
2. Pada saat bayi lahir
a. Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi
b. Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi ASI saja (ASI Eksklusif).`
dasar lengkap.
pertumbuhan.
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap
terhambatnya pertumbuhan.
18
menetapkan kebijakan dan/atau memperkuat intervensi untuk
dijumpai pada anak usia 12-36 bulan dengan prevalensi sebesar 38,3-
Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa anak balita merupakan hal
yang penting bagi kesehatannya di masa depan. Masa usia 12-24 bulan
adalah masa rawan dimana balita sering mengalami infeksi atau gangguan
status gizi, karena pada usia ini balita mengalami peralihan dari bayi
19
2.2 Balita
tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan golongan prasekolah (>3-5 tahun)
menurut WHO kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Adriani, 2012).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 tahun dan anak pra
sekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air, dan
berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering
20
2.2.2 Pertumbuhan Balita
khas yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai
ciri-ciri sebagi berikut: (1) perubahan ukuran, (2) perubahan proporsi, (3)
(2008):
1. Berat badan
berat badan sekitar empat kali lipat dari berat badan lahir pada usia
2. Tinggi badan
21
3. Lingkar kepala
4. Gigi
4) Molar pertama usia 14-18 bulan dan molar kedua 24-30 bulan
4) Molar pertama usia 14-18 bulan dan molar kedua 24-30 bulan
5. Organ penglihatan
22
anak itu lahir, usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mencapai 20/20,
6. Organ pendengaran
lahir. Pada usia 10-12 bulan anak mampu mengenal beberapa kata dan
dalam berbicara.
1. Paramater Antropometri
adalah ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi ialah
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai
jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
23
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak
terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
a. Umur
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
b. Berat Badan
ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Berat badan
24
Perlu diperhatikan bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam
(Adriani, 2012).
c. Panjang Badan
pada masa bayi kemudian melambat dan pesat lagi pada masa
25
(Supariasa, 2013).
d. Lingkaran Kepala
46,5 cm pada usia satu tahun dan 49 cm pada usia dua tahun.
f. Lipatan Kulit
26
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit
2. Indeks Antropometri
status gizi yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks
tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks TB/U
mempunyai kelebihan menilai status gizi masa lampau, alat ukur panjang
dapat dibuat sendiri tetapi memilki kekurangan tinggi badan tidak cepat
karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk
pengukuran, anak umur <2 tahun dengan posisi tidur terlentang (panjang
supinasi) dan pada umur >2 tahun denga posisi berdiri. Panjang supinasi
27
umumnya 1 cm lebih panjang daripada tinggi berdiri pada anak yang
sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik secara cermat
(Soetjiningsih, 2014)
(Notoadmodjo, 2012).
28
a. Tahu (Know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
sebenarnya.
tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
29
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang
terjadi apabila tubuh mengalami ekurangan satu atau lebih zat gizi
zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang
zat gizi. Sikap dan perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan
kurang dapat menjadi salah satu penentu status gizi balita karena
menentukan sikap atau perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan
dikonsumsi oleh balita serta pola makan terkait jumlah, jenis dan
Jika seorang ibu memiliki pengetahuan gizi yang kurang maka asupan
makanan yang akan diberikan kepada balita juga kurang tepat dan dapat
30
Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yang tinggi dapat
gizi balita. Jika pengetahuan ibu baik, maka ibu dapat memilih dan
memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas
yang dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh balita
Andriani, 2017).
2.3.7 Ekonomi
secara umum atau secara khusus adalah aturan rumah tangga atau
orang tua, karena jika pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk
hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan pekerjaan yang
lebih baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk
31
anak-anak tersebut benar-benar membutuhkan kasih sayang orang tua.
(Ngaisyah, 2015)
Akib, 2011). Balita yang diimunisasi lebih banyak yang sehat jika
diberikan oleh orang perorang atau ibu yang membawa anaknya untuk
tidak terkena penyakit menular juga telah berkontribusi sosial yang tinggi,
yaitu anak yang telah diberikan imunisasi dan mendapat kekebalan maka
2006).
32
Imunisasi merupakan proses menginduksi imunitas secara buatan
sistem imun untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang
imunisasi pada anak adalah salah satu indikator kontak dengan pelayanan
33
2.4 Tabel Sintesa Penelitian
Karakteristik
Peneliti
No. Judul Temuan
(Tahun)
Metode/desai
Subjek Instrumen
n
1. (Paudel, Risk Factors form Balita usia 6- Instrumen Penelitian ini (OR=6.90, 95% CI 2.81-16.97)
Pradhan, stunting Among 59 bulan dan penelitian ini menggunakan ASI Eksklusif tidak memadai
Wagle, Children: A ibunya yang menggunakan pendekatan merupakan faktor risiko
Pahari, & CommunityBased telah lembar case control stunting. Anak yang tidak
Onta, Case control Study dibedakan kuesioner. diberikan ASI Eksklsif hingga 6
2012) in Nepal menjadi bulan memiliki risiko menjadi
kelompok underweight dan stunting.
kasus dan Sebab, ASI mengandung zat gizi
kontrol setelah yang sesuai dengan kebutuhan
dilakukan sesuai umur bayi
matching
umur.
2. (Manggal Risk factors of Populasi dalam wawancara Penelitian ini Hasil Dari 166 subjek, 37
a, Kenwa, Stunting in children penelitian ini menggunakan menggunakan (22,3%) anak-anak
Kenwa, aged 24-59 months adalah 166 kuesioner. metode terhambat. AnalisisbMultivariat
Sakti, & anak-anak, kuantitatif mengungkapkan tinggi ibu
34
Sawitri, yang dengan kurang dari 150 cm (AOR 7,64;
2018) dikumpulkan menggunakan 95% CI 2,03 hingga 28,74; P =
secara studi cross 0,003), ibu berisiko tinggi usia
berurutan, sectional (AOR 4.24; 95% CI 1.56 hingga
berusia 24-59 11.49; P = 0.005), berat lahir
bulan rendah (AOR 5.09; 95% CI 1.03
hingga 25.31; P = 0.047), dan
panjang lahir rendah (AOR 9.92;
95% CI 1.84 hingga 53.51 ; P =
0,008) dan tidak menerima ASI
eksklusif (OR 6,56; 95% CI
1,49-28,9; P = 0,05) sangat
terkait dengan Stunting.
3. (Ulfah, Faktor-Faktor Populasi dalam Wawancara, Penelitian ini Uji Chi square bahwa umur
2019) Yang Berhubungan penelitian ini studi menggunakan balita p= 0,033 (< 0,05), faktor
Dengan seluruh ibu dan perpustakaan pendekatan sosial ekonomi p= 0,006 (<
Kejadian Status balita usia 24- dan quisioner studi cross 0,05), pendidikan ibu p= 0,014
Stunting Pada 59 bulan sectional (< 0,05), pengetahuan ibu p =
Balita Usia 24-59 dengan teknik 0,001 (< 0,05). Ada hubungan
Bulan pengambilan faktor umur, sosial ekonomi,
Di Wilayah Kerja sampel random pendidikan dan pengetahuan
Puskesmas Rawat sampling dengan kejadian stunting.
Inap dengan jumlah
Cempaka sampel 80
Banjarbaru Tahun balita..
2018
35
4. (Lestari, Correlation Subjek Kuesioner Penelitian ini Analisis multivariat dengan uji
Hasanah, between non- penelitian menggunakan regresi logistik menunjukkan
& exclusive adalah anak pendekatan korelasi yang signifikan secara
Nugroho, breastfeeding and usia 24-59 case control statistik antara stunting dan
2018) low birth weight to bulan yang menyusui non-eksklusif (OR
stunting in children mengunjungi untuk ASI eksklusif 0,234; 95%
posyandu dan CI 0,061 untuk 0,894), serta
dimasukkan berat badan lahir rendah (OR
secara 10,510; 95% CI 1,180-93,572)
purposive Nilai ini menunjukkan bahwa
sampling. pemberian ASI eksklusif adalah
Anak-anak faktor melindungi terhadap
diklasifikasika stunting, yang berarti ASI
n sebagai eksklusif dapat menurunkan
kerdil yang prevalensi stunting pada anak di
dialokasikan bawah usia lima tahun.
untuk
kelompok
kasus,
sedangkan
anak-anak
diklasifikasika
n dengan status
gizi normal
dialokasikan
untuk
kelompok
control
5 (Kullu, Faktor-Faktor Sampel Teknik Penelitian ini Hasil uji statistik Chi-Square
36
Yusnani, Yang Berhubungan sebanyak 95 pengumpulan merupakan pada taraf kepercayaan 95%
& Lestari, Dengan Kejadian balita Cara data jenis (0,05) menunjukkan bahwa p
2018) Stunting Pada pengambilan menggunakan penelitian Value = 0,001, jadi p Value ≤ α
Balita Usia 24-59 sampel kuesioner observasional sehingga adanya hubungan
Bulan Di Desa dalam analitik antara pola asuh Ibu dengan
Wawatu penelitian ini dengan desain kejadian stunting. Hasil uji
Kecamatan adalah dengan penelitian statistik Chi-Square pada taraf
Moramo Utara menggunakan cross kepercayaan 95% (0,05)
Kabupaten Konawe teknik sectional study menunjukkan bahwa p Value =
Selatan Tahun Exhaustive 0,002, jadi p Value ≤ α sehingga
2017 Sampling adanya hubungan antara riwayat
penyakit infeksi dengan kejadian
stunting. Hasil uji statistik Chi-
Square pada taraf kepercayaan
95% (0,05) menunjukkan bahwa
p Value = 0,280, jadi p Value ≥
α sehingga Hal ini menunjukkan
bahwa tidak
adanya hubungan antara
rangsangan psikososial dengan
kejadian stunting
6. (Dewi, Faktor Yang Jumlah sampel Instrument Desain Hasil analisis bivariate
Suhartatik Mempengaruhi yang dalam penelitian didapatkan pola makan
, & Kejadian Stunting didapatkan penelitian yang (ρ=0,001), kebersihan/hygiene
Suriani, Pada Balita 24-60 sebanyak 80 berupa digunakan (ρ=0,242),
2019) Bulan Di Wilayah responden pengukuran metode dan pemanfaatan pelayanan
Kerja Puskesmas tinggi badan penelitian kesehatan
Lakudo Kabupaten menggunakan analitik (ρ=0,027).dikarenakan nilai
Buton Tengah microtoise dengan ρ<α=0,005 sehingga dapat
37
dan pendekatan disimpulkan bahwa ada
kuesioner. cross sectional hubungan antara pola makan dan
pemanfaatan pelayanan
kesehatan dengan kejadian
stunting pada balita 24-60 bulan
di wilayah kerja Puskesmas
Lakudo kabupaten Buton
Tengah. Sedangkan
kebersihan/hygiene tidak
memiliki hubungan dengan
kejadian
stuntingpada balita 24-60 bulan
di wilayah kerja Puskesmas
Lakudo kabupaten Buton
Tengah di karenakan nilan
ρ>α=0,05
7. (Rahman, Pengaruh Pola Populasi Kuesioner Jenis Analisis data dilakukan secara
Farah Pemberian penelitian penelitian ini bivariat menggunakan uji
. Danita., Makanan Terhadap sebanyak observasional Regresi Logistik. Hasil
2018) Kejadian Stunting 12.459 balita analitik penelitian menunjukkan besaran
Pada Balita (Studi dan sampel dengan risiko pada pola pemberian
Di Wilayah Kerja penelitian rancangan makan sebesar 5,1 yang artinya
Puskesmas sebesar 142 case control keluarga yang menerapkan pola
Sumberjambe, responden (71 pemberian makan yang baik
Kasiyan, Dan kasus dan 71 pada balita akan mengurangi
Puskesmas kontrol) risiko stunting. Uji analisis
Sumberbaru menunjukkan nilai koefisien
Kabupaten Jember) pengaruh sebesar 1,7
menunjukkan bahwa terdapat
38
pengaruh yang searah antara
pola pemberian makan terhadap
kejadian stunting.
8. Lutfia Hubungan tingkat Populasinya Pengumpulan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan
Tazki social ekonomi adalah semua data merupakan proporsi sampel yang
Fikrina dengan kejadian balita yang menggunakan penelitian mengalami stunting sebesar
(2017) stunting pada balita terdapat di kuesioner dan korelasi 38,8% dan status gizi TB/U
usia 24-59 bulan di Desa pengukuran dengan normal sebesar 61,2%. Balita
desa karangrejek Karangrejek tinggi badan pendekatan stunting dengan pendapatan
wonosari gunung yaitu 173. dengan waktu cross keluarga rendah sebesar 19%
kidul Jumlah sampel microtoise sectional dan pendapatan tinggi 19,8% (p-
121 balita value = 0,000), ibu
berpendidikan rendah sebesar
24,8% dan pendidikan tinggi
14% (p-value = 0.019), serta ibu
yang tidak bekerja sebesar
32,2% dan ibu yang bekerja
6,6% (p-value = 0,154). Ada
hubungan bermakna antara
pendapatan keluarga dan
pendidikan ibu dengan kejadian
stunting pada balita.
9. (Rahman Faktor Risiko Cara Data Penelitian ini Hasil analisis Odds Ratio OR
& Nur, Kejadian Stunting pengambilan imunisasi menggunakan dengan confidence interval 95%
2018) Pada Anak Umur 2 sampel kasus dasar lengkap metode menunjukkanadanya risiko
– 5 Tahun Di dengan cara dan pola asuh kuantitatif imunisasi dasar lengkap
Puskesmas total sampling praktik dengan terhadap stunting OR= 7,667
Biromaru dan sampel pemberian menggunakan (3,753-15,662), pola asuh
39
kontrol makan, berat studi cross praktik pemberian makan
purposive badan lahir sectional terhadap stuntingOR= 30,565
sampling rendah dan (9,043-103,314), berat badan
berdasarkan garam lahir rendah terhadap stunting
pertimbangan beryodium OR= 6,956 (4,446-14,104)
tertentu diperoleh sedangkan garam beryodium OR
dengan melalui = 8,632 (4,268-17,456).
perbandingan wawancara
1:2, dengan menggunakan
sampel kasus kuesioner dan
pada penelitian test yodium.
ini sebanyak
60 anak dan
sampel kontrol
sebanyak 120
10. (Agus, Stunting Cause Populasi dalam Penelitian ini Penelitian ini Analisis uji Hosmer dan
2017) Factors in the penelitian ini menggunakan menggunakan Lemeshow menunjukkan nilai p
Village of 260 anak balita web dan metode = 0,854 (p> 0,05) berarti data
Traditional Bali berbasis kuantitatif variabel independen yang faktor
wawancara dengan konsumsi dan faktor perilaku
survei menggunakan sesuai dengan regresi. Nilai
studi cross Nagelkerke R Square sebesar
sectional 0,096, yang berarti hanya 9,6%
dari Stunting yang disebabkan
oleh variabel independen secara
bersamaan dan sisanya 90,4%
diresepkan faktor lain. Regresi
logistik menunjukkan hasil
konsumsi protein dengan Exp
40
(B) = 0,45, p = 0,01, bahwa
asupan protein yang rendah
menyebabkan kejadian stunting
2,2 kali lebih tinggi daripada
mereka yang mengonsumsi
cukup protein. Berbagai jenis
konsumsi dengan Exp (B) =
1,91, p = 0,04, bahwa berbagai
jenis konsumsi rendah
menyebabkan kejadian stunting
1,91 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan berbagai
jenis konsumsi yang cukup.
Variabel independen lainnya
tidak menunjukkan korelasi
yang signifikan. Konsumsi
protein lebih rendah dari
kebutuhan nutrisi yang
disarankan, yaitu 80,0%.
11. (Hagos et Spatial Ukuran sampel pengumpulan Penelitian ini Prevalensi stunting ditemukan
al., 2017) heterogeneity and (1723 anak- data menggunakan lebih tinggi di antara anak-anak
risk factors for anak) menggunakan desain cross yang disampaikan di rumah
stunting among dialokasikan kuesioner sectional (45,2%), yang ibunya berada
children under age ke 34 kebeles tanpa pendidikan formal
five in sebanding (44,2%), dan di antara mereka
Ethiopia: A dengan jumlah yang tinggal di tidak aman parah
Bayesian geo- rumah tangga. makanan (49,6%) dan rumah
statistical model tangga termiskin (47,6%).
Prevalensi tingkat kabupaten
41
keseluruhan stunting berat
adalah 21,3% [95% CI: 19,5,
23,3]
12. (Rizaldi, Determinan Populasi pengumpulan Jenis Hasil penelitian yaitu ASI
2019) Stunting Pada sebanyak 1069 data penelitian Eksklusif dan waktu pemberian
Balita Usia 24-59 balita, setelah menggunakan adalah MP-ASI masing-masing nilai
Bulan menggunakan wawancara kuantitatif OR 4,286 (1,903 - 9,652), BBLR
Di Wilayah Kerja rumus dan pengisian dengan OR 3,927 (1,638 -9,417),
Puskesmas Tompe Standley kuesioner pendekatan riwayat penyakit infeksi OR
Lameshow oleh kasus-kontrol 5,114 (2,216 -11,804), jarak
didapatkan responden kelahiran OR 3,255 (1,256 -
sampel 8,433) dan pengetahuan gizi ibu
sebanyak 138 OR 4,324 (1,955 -9,563)
balita dengan merupakan faktor risiko stunting
perbandingan pada balita di wilayah kerja
1:2 (46 kasus : Puskesmas Tompe.
92 kontrol).
13. (Ibrahim Hubungan Pola Jumlah sampel data Penelitian ini Hasil uji chi-square,
& Asuh Ibu Dengan sebanyak 62 menggunakan merupakan menunjukkan adanya hubungan
Damayati, Kejadian Stunting orang dengan wawancara jenis yang signifikan antara praktik
2014) Anak Usia teknik dan pengisian penelitian pemberian makan (P=0,007),
24-59 Bulan Di pengambilan kuesioner kuantitatif rangsangan psikososial
Posyandu Asoka II sampel oleh melalui (P=0,000), praktik kebersihan/
Wilayah Pesisir menggunakan responden pendekatan higyene (P=0,000), sanitasi
Kelurahan total analitik lingkungan (P=0,000) dan
Barombong sampling. observasional pemanfaatan pelayanan
Kecamatan dengan desain kesehatan (P=0,016) dengan
Tamalate Kota cross- kejadian stunting anak usia 24-
Makassar Tahun sectional. 59 bulan di posyandu Asoka II
42
2014 wilayah pesisir kelurahan
barombong
14. (Pengan Hubungan Antara Jumlah sampel data Jenis Hasil uji statistik chi square
et al., Riwayat Pemberian 88 anak usia menggunakan penelitian ini menunjukkan nilai p=0,003
2015) Asi Eksklusif 12-36 bulan wawancara adalah analitik (p≤0,05) dengan nilai OR 3,750
Dengan Kejadian yang dibagi dan pengisian observasional yang berarti anak usia 12-36
Stunting Pada Anak menjadi 2 kuesioner dengan bulan yang tidak mendapat ASI
Usia 12-36 Bulan kelompok oleh rancangan Eksklusif memiliki resiko 3,7
Di Wilayah Kerja yaitu 44 anak responden penelitian case kali lebih besar daripada anak
Puskesmas Luwuk pada kelompok control usia 12-36 bulan yang mendapat
Kecamatan Luwuk kasus dan 44 ASI Eksklusif
Selatan Kabupaten anak pada
Banggai Sulawesi kelompok
Tengah. control
15. (Goyal, Exposure to Subjek Bangladesh Pengukuran OR = 1,121 (CI 95%: 1.054,
2017) Ambient Fine penelitian ini Demographi pada anak 1.192). Pada saat sakit,
Particulate Air yaitu 29.697 c and Health dibawah katabolisme cadangan zat gizi
Pollution in balita usia 0- Surveys lima tahun dalam tubuh akan lebih cepat
Utero as a Risk 59 bulan (DHS) dengan sehingga cadangan zat gizi tidak
Factor for Child menganalisi cukup.
Stunting s data the
in Bangladesh Bangladesh
Demograph
ic
and
Health
Surveys
(DHS)
43
2.5 Kerangka Teori
Dari banyaknya teori yang di dapat, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori Engle. Dari teori tersebut dapat dijelaskan bahwa ada 4
Pertumbuhan Perkembangan
Pola Asuh:
Perhatian Kepada Perempuan
Ketersediaan pangan Pemberian ASI/ Makanan Pelayanan kesehatan
dalam keluarga Persiapan dan Penyiapan makanan dan lingkungan
Dukungan Psikososial Kognitif
Kebersihan diri
Praktek kesehatan dasar
44
BAB III
KERANGKA KONSEP
kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Stunting adalah bentuk dari
proses pertumbuhan yang terhambat dan merupakan salah satu masalah gizi yang
perlu mendapat perhatian. Anak balita yang stunting cenderung akan lebih sulit
mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik
maupun psikomotorik.
Praktik kesehatan dasar balita merupakan satu aspek pola asuh yang dapat
penyakit pada balita apabila balita menderita sakit dan tindakan pencegahan
anak. Sebagai contoh, keluarga dengan status ekonomi baik bisa mendapatkan
pelayanan umum yang lebh baik juga, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan dan
sebagainya. Selain itu, daya beli keluarga akan semakin meningkat sehingga
akses keluarga terhadap pangan akan menjadi lebih baik. Status ekonomi yang
45
menjadi kurus dan pendek. Status ekonomi sendiri dapat dilihat dari pendapatan
perilaku makan pada balita. Jika ibu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah
maka akan mempengaruhi kebiasaan makan balita dan akan berdampak pada
masalah stunting.
Ket:
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
1. Kejadian Stunting
a. Definisi Operasional
46
deviasi sehingga lebih pendek daripada tinggi badan seharusnya.
nominal.
b. Kriteria Objektif
Stunting adalah :
I. Definisi Operasional
47
II. Kriteria Objektif
= 5 x 1 = 5 (100 %)
=5x0=0
Banyaknya pilihan
= 100 % - 0 %
= 50 %
= 50 %
kesehatan dasar:
48
b. Status Ekonomi
I. Definisi Operasional
pangan akan menjadi lebih baik. Status ekonomi sendiri dapat dilihat
Rp. 2.400.000,00
` Rp. 2.400.000,00
I. Definisi Operasional
49
Tingkat pengetahuan gizi ibu diukur berdasarkan pertanyaan
= 5 x 1 = 5 (100 %)
=5x0=0
Banyaknya pilihan
= 100 % - 0 %
= 50 %
= 50 %
50
3.4 Hipotesis Penelitian
Parigi Moutong.
Moutong.
51
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
52
besaran sampel menggunakan rumus Slovin (0,1) dari suatu populasi
metode Cluster random sampling. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil
adalah sebagian balita yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea.
193 balita, Parigimpuu 158 balita, Baliara 161 balita, Air panas 110, Jonokalora
123 balita dan Lobu Mandiri 87 balita. Adapun rumus yang digunakan untuk
1. Desa Kayuboko
53
2. Desa Parigimpuu
3. Desa Baliara
5. Desa Jonokalora
Ntodea yaitu:
54
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian di Puskesmas Lompe Ntodea yaitu:
Lompe Ntodea.
diajak bekerjasama.
cara lainnya. Data primer memerlukan pengolahan data lebih lanjut agar
Data sekunder adalah data yang tidak diambil secara langsung oleh
Tengah serta pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup studi.
55
4.3 Analisis Data dan Penyajian Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara
56
BAB V
A. Letak Geografis
Desa Jonokalora 25,3%, Desa Air panas 21,36%, Desa Lobu 13,67%,
B. Sarana Kesehatan
1. Fasilitas Puskesmas
57
b. Puskesmas Keliling Roda 4 sebanyak 2 unit dan Roda 2
sebanyak 3 unit
1. Rawat Jalan.
2. Pelayanan Rujukan.
D. Tenaga kesehatan
58
5.1.2 Analisis Univariat
1. Alamat Responden
responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1 Sebagai
berikut:
Alamat n (%)
Responden
Kayuboko 21 23.3
Parigimpu‟u 18 20.0
Jonokolora 13 14.4
Baliara 17 18.9
Lobu Mandiri 9 10.0
Air Panas 12 13.3
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi
59
2. Umur Responden
responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai
berikut:
60
3. Pendidikan Ayah (Suami)
ayah (suami) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai
berikut:
61
4. Pendidikan Ibu (Istri)
(Istri) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut:
62
5. Pekerjaan Ayah (Suami)
(Suami) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai
berikut:
63
6. Pekerjaan Ibu (Istri)
(Istri) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut:
selama ibu hamil pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.7
sebagai berikut:
64
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukan bahwa distribusi responden
menurut ukuran LILA selama ibu hamil yang tertinggi adalah normal
balita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.8 sebagai berikut:
65
9. Umur Balita
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9 sebagai berikut:
lahir pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut:
66
Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan bahwa distribusi
stunting pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.11 sebagai
berikut:
67
12. Peraktik Kesehatan Dasar
kesehatan dasar pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.12
sebagai berikut:
gizi ibu pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.13 sebagai
berikut:
68
Berdasarkan Tabel 5.13 menunjukan bahwa distribusi
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.14 sebagai berikut:
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.14 sebagai berikut:
(66.7%).
69
5.1.3 Analisis Bivariat
Parigi Moutong
70
Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Square pada tabel 5.1
Parigi mouotong.
yang tidak baik pengetahuan gizi ibu terdapat 23 orang (50,0%) yang
71
Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Square pada tabel 5.16
mouotong.
72
Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Square pada tabel 5.1
5.2 Pembahasan
Balita
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
73
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang
terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi
essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat
et al, 2015).
dan memberikan gizi yang baik kepada anaknya maka hal tersebut bisa
74
mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam kejadian stunting. Selain
terkait pengtahuan gizi ibu dan anak, hal tersebut adalah salah satu faktor-
tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang
gizi. Ibu balita mengeluhkan bahwa anak mereka sulit makan dan selalu
meminta makanan yang sama setiap kali makan. Sebagian besar balita
hanya makan nasi dengan frekuensi 2-3 kali sehari dengan lauk sayur sop
atau bening bayam, telur dadar, kadang ditambah dengan susu. Namun
melainkan kental manis. Orang tua lebih memilih susu kental manis
termasuk susu untuk pemenuhan asupan gizi. Hal ini tentu tidak dapat
dengan teori Prasetyono (2009), bahwa salah satu manfaat ASI ekslusif
75
adalah mendukung pertumbuhan bayi karena kalsium ASI lebih efisien
diserap dibanding susu pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi
yang diberikan ASI ekslusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih
yang diberiakan susu formula. Hasil ini sesuai dengan yang di dapatkan
formula.
dengan ρ=0,004 < 0,005 artinya ada pengaruh Pengatahuan Gizi Ibu
76
penilaian terhadap mekanan semakin baik, sedangkan pada keluarga yang
kebutuhan gizi. Pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan sikap dan
dan jumlah yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.
uji statistik dengan uji chi square didapatkan hasil < 0,05. Hal ini sejalan
ibu dapat dikaitkan sebagai salah satu penyebab adanya kejadian stunting.
77
kerja Puskesmas Bayudono II di Kabupaten Boyolali, bahwa tingkat
pengetahuan ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin
Hal ini dikarenakan ibu dengan pengetahuan yang cukup/ baik risiko
risiko, namun belum cukup bukti untuk dinyatakan sebagai faktor risiko.
78
ekonomi juga berpengaruh pada pemilihan macam makanan tambahan
dan waktu pemberian makanan serta kebiasaan hidup sehat (Dewi, 2016).
hanya berharap dari hasil tani yang panen, ada yang 3 bulan sekali panen
79
dan ada juga 6 bulan sekali panen. Sehingga kebutuhan gizi anak yang
keluarganya.
makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi penghasilan yang tinggi tidak
80
mereka membeli pangan dalam jumlah sedikit serta mutu yang kurang,
status gizi anak. Sebagai contoh, keluarga dengan status ekonomi baik
tingkat pendidikan rendah, kualitas sanitasi dan air minum yang rendah,
daya beli yang rendah serta layanan kesehatan yang terbatas, semuanya
81
Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (0,05) yang dilakukan terhadap
memenuhi kebutuhan gizi anak. Hal ini sesuai dengan peneliti dapatkan
82
Sehingga secara stataistik terdapat hubungan yang bermakna antara
sebesar 87,5% terjadi pada anak yang tidak mengalami stunting. Hal ini
yang sederahana dan murah maka pertumbuhan anak juga akan menjadi
baik.
balita
83
penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Matondang, Siregar, & Akib,
2011). Balita yang diimunisasi lebih banyak yang sehat jika dibandingkan
menular juga telah berkontribusi sosial yang tinggi, yaitu anak yang telah
pemantauan status gizi, serta ibu baduta yang datang ke posyandu akan
bermanfaat untuk pola hidup sehat. Berbeda dengan baduta yang tidak
84
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 responden yang jarang
tetapi anak tersebut tidak mengalami stunting, hal ini di karenakan para
ibu memahami gizi pada balita sehingga ibu tersebut mampu memenuhi
kebutuhan balita.
85
dengan imunisasi. kelengkapan imunisasi berpengaruh signifikan
manusia, dibutuhkan terutama pada usia dini yang merupakan usia rentan
kualit.
kurang baik. Hal ini berarti baik anak balita yang imunisasinya lengkap
86
dasar lengkap 30%, hal ini menunjukkan bahwa nilai p value < 0,05.
infeksi. Imunitas anak dipengaruhi oleh faktor lain seperti status gizi dan
87
5.3 Keterbatasan Penelitian
dari faktor pengetauan gizi ibu, peraktik kesehaatan dasar dan status
ekonomi. Sementara masih ada faktor lain yang tidak diteliti seperti
88
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Parigi Mautong. Hal ini disebabkan pendidikan ibu yang masih rendah.
89
6.2 Saran
mengenai gizi yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak, sehingga anak
untuk balita yang stunting tetapi juga kepada ibu yang mempunyai balita
hamil tentang peraktik kesehatan dasar pada masa kehamilan, serta pihak
kepada keluarga ibu hamil yang diharapkan agar pihak keluarga dapat
90
DAFTAR PUSTAKA
Aridiyah, Farah Okky, Ninna Rohmawati, and Mury Ririanty. 2015. “The Factors
Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas.” E-Jurnal Pustaka
Kesehatan 3(1):163–70.
Aridiyah dkk. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Balitadi Pedesaan
dan Perkotaan.e-Jurnal Pustaka Kesehatan,3: 163-170.
Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Bayi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anak Agung Gede Dwinaldo Putra Jaya Sakti, and Anak Agung Sagung Sawitri.
2018. “Risk Factors of Stunting in Children Aged 24-59 Months.” Paediatrica
Indonesiana 58(5):205–12.
Ayu. 2008. “Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh, Kejadian
Infeksi Dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein.”
Azis, N. R. A., &. H. Muzakki. 2014. “Faktor Risiko Gizi Buruk Pada Anak Balita.”
Journal of Pediatric Nursing 1(2):63–69.
xiii
BPS. 2016. Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) Di Indonesia.
Badriah. 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Radika Aditama.
Bayu Dwi Welasasih, R. Bambang Wirjatmadi. 2012. “Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Stunting.” The Indonesian Journal of
Public Health 8(3):99–104.
Bentian I, Mayulu N, Rattu AJM. 2015. “Faktor Risiko Terjadinya Stunting Pada
Anak TK Di Wilayah Kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan
Sangihe Provinsi Sulawesi Utara.” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat
5(1):1–7.
CORE. 2003. Positive Deviance & Hearth : Sebuah Buku Panduan Pemulihan Yang
Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi.
Chirande, L., Charwe, D., Mbwana, H., Victor, R., Kimboka, S., & Issaka, A. (2015).
Determinants of stunting and severe stunting among under five in Tanzania:
evidence from the 2010 cross sectional household survey. BMC Pediatric, Vol
15 No 165, 2-13.
DEPKES. 2008. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak, Gerakan Nasional Pemantauan
Tumbuh Kembang Anak.
DINKES. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018. Palu.
Dinas Kesehatan Parimo. (2019). Dinas Kesehatan Kabupaten Parimo. In
Dinkes Parimo (Vol. 12).
Dewi, Indra, Suhartatik Suhartatik, and Suriani Suriani. 2019. “Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita 24-60 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lakudo Kabupaten Buton Tengah.” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis 14(1):85–90.
Ersiyoma, Erida. 2012. “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Pola Asuh, Status Gizi,
Dan Status Kesehatan Anak Balita Di Wilayah Program Warung Anak Sehat
(WAS) Kabupaten Sukabumi.” Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor.
Engle, P. L. (1996) Care And Nutrition : Concept And Measurement. International
Food Policy research Institute.
Farida, et al. 2014. Dukungan Sosial Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Suku
Osing (Husband‟s Social Support in Giving Exclusive Breastfeeding in Osing
xiv
Tribe). e–Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. (1-7) November 2014.
Fitri, Lidia. 2019. “Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dan Mp Asi Dini Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita.” Journal of Midwifery Sciences 8(1):19–24.
Goyal, Nihit. 2017. “Exposure to Ambient Fine Particulate Air Pollution in Utero as a
Risk Factor Exposure to Ambient Fine Particulate Air Pollution in Utero as a
Risk Factor for Child Stunting in Bangladesh.” International Journal of
Environmental Research and Public Health 15(12):1–12.
Giri, . K. W., Suryani, N. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Pemberian Asi Serta Pemberian Asi Eksklusif Dengan Status Gizi Balita Usia
6– 24 Bulan (Di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng). Jurnal
Magister Kedokteran Keluarga, 01(01), 24–37.
Hadi, H. And Astria, B. 2016. “Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI ) Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan Di
Kecamatan Sedayu‟.” Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia 4(2).
Heryani, R. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. TIM. Jakarta.
Hagos, Seifu, Damen Hailemariam, Tasew WoldeHanna, and Bernt Lindtjørn. 2017.
“Spatial Heterogeneity and Risk Factors for Stunting among Children under Age
Five in Ethiopia: A Bayesian Geo-Statistical Model.” PLoS ONE 12(2):1–18.
xv
Khomsan, A., & Ridhayani, S. 2008. Menu Sehat Untuk Tumbuh Kembang Anak
Usia 6-24 Bulan. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Kemenkes, RI. 2018. Pedoman Strategi Komuniksi Perubahan Perilaku Dalam
Percepatan Pencegahan Stunting Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral
Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016.
Manggala, Arya Krisna, Komang Wiswa Mitra Kenwa, Made Me Lina Kenwa,
Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan Ibu, Pola Makan Dan Status
Gizi Pada Anak Stunting Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Bangetayu,
Kecamatan Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia, 6(2), 82.
Maryunani, A. 2015. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
xvi
Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan Stuntng Pada Balita Keluarga Miskin.”
Media Gizi Indonesia 10(01):84–90.
xvii
Rahman, Farah Danita. 2018. “Pengaruh Pola Pemberian Makanan Terhadap Angka
Kejadian Stunting Pada Balita.” The Indonesian Jorunal of Health Science
10(1):15–24.
Rizaldi, Mohamad. 2019. “Determinan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tompe.”
Susilowati, Endang, and Alin Himawati. 2017. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah 1 Demak.” Jurnal Kebidanan 6(13):21–25.
Soetardjo, Susirah. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan Gizi Anak. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sari,K. 2011. Teori Dukungan Sosial. https://id.scribd.com/document/261727551/
Teori-Dukungan-Sosial. 16 Januari 2018 (06:03).
Sopiyani, L. 2014. Hubungan antara Dukungan Sosial (Suami) dengan Motivasi
Memberikan ASI Eksklusif pada Ibu-Ibu Di Kabupaten Klaten. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Sebayang, W. (2018). Perilaku Seks Remaja. In Cv Budi Utama, Yogyakarta (Vol. 4).
Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. yogyakarta: Graha
Ilmu.
Soetjiningsih. (2014).Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Swathma, Lestari, dan Ardiansyah. (2016). Analisis Faktor Risiko BBLR, Panjang
Badan Bayi Saat Lahir dan Riwayat Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai
Kota Kendari Tahun 2016. 2(3).
xviii
karena perubaan sosial ekonomi yang berkepanjangan. Jakarta: Litbang
Kesehatan.
Susilowati, Endang, and Alin Himawati. 2017. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah 1 Demak.” Jurnal Kebidanan 6(13):21–25.
Syabandini, isninda priska. 2018. “Faktor-Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 6-24 Bulan Di Daerah Nelayan (Studi Case-Control Dikampung
Tambak Lorok Kecamatan Tanjung Mas Kota Semarang.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat 6(1):496–507.
Tarupay Aditya. (2014). Perilaku Merokok Mahasiswa Di Kota Makassar. In Unhas
(Vol. 14). Https://Doi.Org/10.35791/Agrsosek.14.3.2018.21534
Tridhonanto. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. In Elex Media, ,
Jakarta. Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V8i2.349
Teferi, M. B., Hussen, H. Y., Kabede, A., Adugnaw, E., Gebrekrstos, G., & Guesh,
M. (2016). Prevalence of Stunting and Associated factors among Children
Aged 06-59 Months In Southwest Ethiopia:A Cross-sectional Study.
Department Of Public Health, Vol 4 No 6, 1-6.
Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan
Menyusui. Pustaka Baru Press.
xix
WHO. 2017. Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health
Of Infants.
Zeitlin, M. (2000). Gizi Balita Di Negara-Negara Berkembang, Peran Pola Asuh
Anak : Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program
Gizi. Journal Kesehatan, 321–328.
xx
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
Judul : Faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec. Parigi
barat Kab. Parigi Moutong
Nama : Muhammad Alfaed Paneo
Stambuk : P 101 17 191
(Informed)
Universitas Tadulako
kejadian Stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec.
Parigi barat Kab. Parigi Moutong”. Penelitian ini akan menggunakan desain
kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Oleh karena itu, saya akan
menjelaskan beberapa hal terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan
sebagai berikut:
kejadian Stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec.
2. Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah dapat dijadikan landasan bagi
kejadian stunting serta dapat memelihara kesehatan anak dan dapat mencegah
4. Pengambilan data ini akan dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan
kesepakatan.
keinginan responden.
menggunakan alat bantu penelitian berupa catatan, perekam suara, dan kamera
lagi jika responden sudah merasa tenang untuk memberikan informasi, baik
8. Penelitian ini tidak berdampak negatif bagi responden dan Petugas Kesehatan.
9. Semua catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian ini akan
10. Pelaporan hasil penelitian ini akan menggunakan kode, bukan nama
11. Responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk
12. Setelah selesai dilakukan pengisian kuesioner dan wawancara, peneliti akan
Palu,…………………..2020
Peneliti
(Consent)
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan
manfaat dari penelitian, maka dengan ini menyatakan kesediaan untuk menjadi
kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec. Parigi barat Kab. Parigi Moutong”.
Palu,……………………2020
Yang Menyatakan
(……………………………..)
Lampiran 4
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi bagi peneliti dan
Palu,……………………2020
Yang Menyatakan
(…………………………….)
Lampiran 5
PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten
Parigi Moutong
saya yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting pada balita di
Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec. Parigi barat Kab. Parigi Moutong”.
kondisi Ibu/Saudari masing-masing saat ini, apa adanya. Semua informasi yang
didapatkan ini akan menjadi bahan penelitian secara akademis dan semua jawaban
akan dirahasiakan. Keberhasilan penelitian ini sangat tergantung pada partisipasi Ibu/
Saudari.
Hormat saya,
No. Responden
PETUNJUK PENGISIAN:
2. Jawaban yang ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya maka diharapkan ibu
ataukeyakinan.
3. Tiap jawaban yang ibu kembalikan kepada kami merupakan bantuan yang tak
ternilai bagi penelitian ini, untuk itu peneliti mengucapkan penghargaan yang
setinggi-tingginya.
No Responden :
Nama Responden :
Umur Reponden :
Pendidikan :
Ayah (suami):
Ibu:
Pekerjaan :
Ayah (suami):
Ibu:
Pendapatan keluarga :
< Rp 2.400.000,00
≥ Rp 2.400.000,00
Nama Balita :
Jenis Kelamin :
Tanggal lahir/umur :
Tinggi badan : cm
Kejadian Stunting
status Gizi?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anak ibu diberi Imunisasi lengkap ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ketika anak sakit, ibu membawa ke pelayanan kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu memandikan anak 2 kali dalam sehari ?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila anak sedang bermain di luar rumah, apakah anak memakai alas kaki ?
a. Ya
b. Tidak
B. Pengatahuan Gizi Ibu
Berilah tanda ceklist () pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda:
No Pernyataan YA TIDAK
1. ASI merupakan zat gizi sempurna yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi balita
hingga 6 bulan pertama kehidupan.
2. Anak tidak boleh diberikan makanan selain
ASI sebelum usia 6 bulan
3. Salah satu manfaat ASI Eksklusif yaitu
dapat mempercepat tumbuh kembang bayi
4. Sayuran harus dicuci sebelum dipotong-
potong
5. Kandungan ASI lebih baik daripada susu
formula
6. Kolostrum (Air Susu Pertama)
mengandung zat gizi dan antibodi pertama
untuk bayi
7. Jika anak ibu sering menderita penyakit
infeksi seperti diare dapat menyebabkan
tinggi badanya tidak bertambah
8. Ubi dan Beras merupakan jenis makanan
sumber karbohidrat
9. Ikan dan Daging merupakan jenis makanan
sumber protein
10. Jika tinggi badan anak kurang, dapat
menyebabkan perkembangan otak
terhambat
MASTER TABEL
TABEL RESPONDEN
TABEL TABULASI STUNTING
FREQUENCY TABEL
Desa
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Kayuboko 21 23.3 23.3 23.3
Parigimpu‟u 18 20.0 20.0 43.3
Jonokolora 13 14.4 14.4 57.7
Baliara 17 18.9 18.9 76.6
Valid Lobu 9 10.0 10.0 86,7
Mandiri
Air Panas 12 13.3 13.3 100.0
Total 90 100.0 100.0
Umur Responden
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
21-25 Tahun 16 17.8 17.8 17.8
26-30 Tahun 29 32.2 32.2 50.0
Valid 31-35 Tahun 24 26.7 26.7 76.7
36-40 Tahun 15 16.7 16.7 93.3
41-45 Tahun 6 6.7 6.7 100.0
Total 90 100.0
Pendidikan Ayah
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD/Sederajat 23 25.6 25.6 25.6
SMP/Sederajat 32 35.6 35.6 61.2
Valid SMA/Sederajat 26 28.9 28.9 90.0
Sarjana/Universitas 9 10.0 10.0 100.0
Total 90 100.0
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD/Sederajat 19 21.1 21.1 21.1
SMP/Sederajat 31 34.4 34.4 55.5
Valid SMA/Sederajat 38 42.2 42.2 97,8
Sarjana/Universitas 2 2.2 2.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Petani 57 63.3 63.3 63.3
Wiraswasta 12 13.3 13.3 76.6
Guru 2 2.2 2.2 78.8
Valid PNS 2 2.2 2.2 81.0
Honorer 6 6.7 6.7 87.7
Pegawai 10 11.1 11.1 98.9
Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid IRT 90 100.0 100.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Ukuran LILA Selama Hamil
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Normal 57 63.3 63.3 63.3
Valid Tidak Normal 33 36.7 36.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
Umur Balita
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
7 Bln-12 Bln 7 7.8 7.8 7.8
Valid 2 Thn-3 Thn 50 55.6 55.6 63.3
4 Thn-5 Thn 33 36.7 36.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 10 kg 8 8.9 8.9 8.9
10 Kg 13 14.4 14.4 23.3
10,2 Kg 1 1.1 1.1 24.4
10,3 Kg 2 2.2 2.2 26.7
11 kg 1 1.1 1.1 27.8
11 Kg 12 13.3 13.3 41.1
11,2 kg 2 2.2 2.2 43.3
11,8 kg 1 1.1 1.1 44.4
12 Kg 10 11.1 11.1 55.6
12,1 kg 1 1.1 1.1 56.7
13 Kg 6 6.7 6.7 63.3
13,5 Kg 1 1.1 1.1 64.4
14 Kg 6 6.7 6.7 71.1
15 Kg 3 3.3 3.3 74.4
15Kg 1 1.1 1.1 75.6
16 kg 1 1.1 1.1 76.7
16 Kg 4 4.4 4.4 81.1
18 kg 1 1.1 1.1 82.2
23 kg 1 1.1 1.1 83.3
6 Kg 2 2.2 2.2 85.6
7 Kg 1 1.1 1.1 86.7
7,3 kg 1 1.1 1.1 87.8
8 Kg 2 2.2 2.2 90.0
8,5 Kg 2 2.2 2.2 92.2
8,6 Kg 2 2.2 2.2 94.4
9 Kg 4 4.4 4.4 98.9
9,2 kg 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Tinggi Badan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 100 cm 1 1.1 1.1 1.1
101 cm 1 1.1 1.1 2.2
110 cm 1 1.1 1.1 3.3
36 cm 1 1.1 1.1 4.4
54 cm 1 1.1 1.1 5.6
61 cm 2 2.2 2.2 7.8
62 cm 1 1.1 1.1 8.9
68 cm 1 1.1 1.1 10.0
68 Cm 1 1.1 1.1 11.1
69 cm 1 1.1 1.1 12.2
70 cm 1 1.1 1.1 13.3
71 cm 1 1.1 1.1 14.4
72 cm 1 1.1 1.1 15.6
74 cm 3 3.3 3.3 18.9
75 cm 2 2.2 2.2 21.1
76 cm 2 2.2 2.2 23.3
77 cm 3 3.3 3.3 26.7
79 cm 1 1.1 1.1 27.8
80 cm 9 10.0 10.0 37.8
80,2 cm 1 1.1 1.1 38.9
80,3 cm 1 1.1 1.1 40.0
82 cm 1 1.1 1.1 41.1
83 cm 1 1.1 1.1 42.2
84 cm 3 3.3 3.3 45.6
85 cm 3 3.3 3.3 48.9
86 cm 3 3.3 3.3 52.2
87 cm 11 12.2 12.2 64.4
88 cm 4 4.4 4.4 68.9
89 cm 4 4.4 4.4 73.3
90 cm 6 6.7 6.7 80.0
90,2 kg 1 1.1 1.1 81.1
90,5 cm 1 1.1 1.1 82.2
91 cm 4 4.4 4.4 86.7
91,5 kg 1 1.1 1.1 87.8
92 cm 1 1.1 1.1 88.9
93 cm 1 1.1 1.1 90.0
96 cm 2 2.2 2.2 92.2
97 cm 5 5.6 5.6 97.8
99 cm 2 2.2 2.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
Anak Ke Berapa
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 28 31.1 31.1 31.1
2 31 34.4 34.4 65.6
3 23 25.6 25.6 91.1
4 3 3.3 3.3 94.4
5 4 4.4 4.4 98.9
8 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Kejadian Stunting
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak
44 48.9 48.9 48.9
Stunting
Stunting 46 51.1 51.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 30 33.3 33.3 33.3
Rendah 60 66.7 66.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 58 64.4 64.4 64.4
Kurang Baik 32 35.6 35.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
Hasil Uji Statistik
pada tanggal 23 Juli 1999. Anak kedua dari pasangan Bapak Sutrisno Paneo dan Ibu
Wahyuni A.G Tahir, yang bertempat tinggal Desa Salumpaga Kec. Tolitoli Kab.
Penulis memulai pendidikan di SDN 1 Salumpaga dan lulus pada tahun 2011.
Penulis menyelesaikan sekolah lanjutan pertama pada MTS H.I Hayyun Salumpaga
dan lulus pada tahun 2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN
Tolitoli dan lulus pada tahun 2017. Kini penulis tengah melanjutkan Starata satu (S1)