Anda di halaman 1dari 155

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS LOMPE NTODEA
KECAMATAN PARIGI BARAT
KABUPATEN PARIGI
MOUTONG

SKRIPSI

Skripsi Ini Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (S.Km)

MUHAMMAD ALFAED PANEO


P 101 17 191

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS LOMPE NTODEA
KECAMATAN PARIGI BARAT
KABUPATEN PARIGI
MOUTONG

SKRIPSI

MUHAMMAD ALFAED PANEO


P 101 17 191

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalan tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palu, 08 September 2022


Penulis

Muhammad Alfaed Paneo

ii
ABSTRAK

MUHAMMAD ALFAED PANEO : Faktor - Faktor yang berhubungan dengan


kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan
Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong (di bawah bimbingan Herman)
Peminatan Promosi kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Tadulako
2021

Prevalensi stunting di seluruh dunia tahun 2019 yaitu sebesar 21,9%. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting cukup tinggi yaitu sebesar
38,6% dan menempati urutan ke-5 di dunia. Prevalensi stunting untuk wilayah
Kabupaten Parigi Moutong diperoleh kasus yang tinggi yaitu Kecamatan Parigi Barat
sebesar 40,7%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas lompe ntodea
kecamatan parigi barat kabupaten parigi moutong. Metode penelitian yang digunakan
adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 832
balita dan jumlah sampel sebanyak 90 orang diambil melalui teknik simple random
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, data di analisis menggunakan
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji regresi logistic dengan nilai α <0,05.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel yaitu: Pengatahuan Gizi ibu
(p=0,004), praktik kesehatan dasar (p= 0,005), dan status ekonomi (p=0,007),
berubungan dengan kejadian stunting pada balita. Kesimpulannya, terdapat hubungan
antara variabel pengetahuan Gizi ibu, status ekonomi dan praktik kesehatan dasar,
dengan kejadian stunting pada balita Sebaiknya ibu balita lebih berperan aktif dalam
mencari-cari informasi mengenai gizi yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak,
sehingga anak memiliki status gizi yang baik.

Kata Kunci: Stunting, Pengetahuan Gizi Ibu, Status Ekonomi dan Praktik
Kesehatan Dasar

iii
ii
KATA PENGANTAR

Assalaamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting

Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi

Barat Kabupaten Parigi Moutong” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat

dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

Salawat dan salam dihaturkan atas junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi

wassalam beserta keluarga dan para sahabat sekalian.

Tulisan ini penulis persembahkan untuk ibunda tercinta Wahyuni A.G

Tahir dan ayahanda tercinta Sutrisno Paneo sebagai ucapan terima kasih yang

setulus hati untuk kedua orang tua penulis yang senantiasa mengingatkan dalam

kebaikan, memberi kasih sayang, dukungan dan terutama do‟a restu yang tulus dan

tak terhingga kepada penulis.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis sangat berterima kasih kepada

bapak Herman Kurniawan, S.KM., M.Med, Ed. selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta memberi banyak masukan yang sangat

membantu penulis.

iii
Penulis juga banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah mambantu baik secara langsung maupun tidak sejak awal sampai pada

proses penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahfudz, MP selaku Rektor Universitas Tadulako.

2. Bapak Prof. Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Tadulako.

3. Bapak Dr. Muh Ryman Napirah S.KM., M.Kes.,selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako.

4. Ibu Dr. Rasyika Nurul Fadjriah, S.KM., M.Kes., selaku Wakil Dekan Bidang

Umum dan Keuangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako

5. Bapak Herman Kurniawan, S.KM., M.Med., selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan.

6. Bapak Herawanto, S.KM., M.Kes selaku Koordinator Program Studi Kesehatan

Masyarakat Universitas Tadulako, dan sebagai dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan masukan serta bimbingan bagi kesempurnaan tugas akhir ini.

7. Bapak Prof. Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes, selaku dosen penguji I, penulis

mengucapkan terima kasih atas segala masukan dan saran yang sangat bermanfaat

diberikan kepada penulis.

8. Bapak Firmansyah S.KM., M.Kes., selaku penguji II, penulis mengucapkan

terima kasih atas segala ilmu, kritik maupun saran yang sangat bermanfaat yang

diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

iv
9. Seluruh Dosen pengajar dan staf administrasi dalam lingkungan fakultas

kesehatan masyarakat yang telah membimbing dan telah membagikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis serta telah membantu dalam pengurusan

administrasi penulis selama studi.

10. Kepada bapak/ibu dosen Promosi Kesehatan yang telah banyak memberikan

semangat, motivasi, saran, serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis

11. Kepada Kepala Puskesmas Lompe Ntodea, Staf Administrasi dan seluruh

jajarannya terima kasih telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan

Parigi Barat.

12. Kepada masyarakat Parigi Barat yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini, serta khususnya papa bela dan mama bela yang telah mengizinkan

penulis tinggal selama penelitian.

13. Kepada keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat, dukungan serta

do‟a demi kesuksesan peneliti.

14. Kepada kedua orang tua Fathur, om Dodo dan tante Hajar yang telah

memberikan tempat tinggal sekaligus memberi makan kepada penulis sampai

dengan selesai penelitian.

15. Kepada teman-teman Gazebo Authentic yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu namanya yang telah memberikan semangat dan membantu penulis untuk

menyelesaikan tugas akhir ini.

v
16. Kepada teman-teman CK501 Legends yang telah menyemangati dan membantu

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

17. Kepada Sahabat-sahabat Penulis (Orang Paling Berpengaruh) yakni Fathur,

Hasan, Arifin, Afri, Yuda, Sidik, Fauzan, Herdi yang sudah banyak membantu

penulis.

18. Kepada teman-teman penelitian payung yakni Fathur Rahman dan Hasan yang

telah memberikan semangat dan membantu penulis untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

19. Kepada Teman-teman Seperejuangan yakni Erick, Noveria, Arnanda, bella,

Saffana, Tere, Amel, Yana, Ferdiansyah, Andi, Ayu beo, Ega, Ayu beo,

Moh.Pratama Aji S, Purwati, Putri Sarman, Deca, Ade Fitriani, Darul dan Bayu

yang telah memberikan semangat dan membantu penulis untuk menyelesaikan

tugas akhir ini.

20. Kepada Teman-teman Boy‟s 2017 atas semangat dan doa yang telah diberikan

kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan tugas akhir ini.

21. Teman-teman Kelas E 2017 Terima kasih untuk kebersamaan kekeluargaan dan

kebahagiaan yang telah diberikan hingga saat ini.

22. Teman-Teman peminatan Hero 2017, terima kasih atas semua dukungan dan

doanya.

23. Teman-Teman seperjuangan VERTINITY 2017 yang telah sama-sama menjalani

setiap proses dalam menepuh pendidikan di FKM UNTAD.

vi
24. Dan orang-orang yang sudah mendukung dan membantu saya yang tidak dapat

saya sebutkan satu-satu namanya. Semoga Allah SWT sembalas kebaikan kalian.

Teriring doa yang tulus dari penulis, semoga Allah Subhanahu Wa Ta‟ala

berkenan membalas kebaikan-kebaikan yang telah diberikan dengan amal pahala

yang berlimpah dan keberkahan dalam hidup kepada semua pihak yang telah

membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik memberikan dukungan

materil maupun imateril kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

Olehnya, kritik dan saran yang membangun semangat penulis butuhkan untuk

kesempurnaan penulisan ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat

bermafaat untuk pembacanya. Aamiin.

Wasssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palu, 08 September 2021

Muhammad Alfaed Paneo

vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................................... ii


ABSTRAK .................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN .................................................................. x
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ...............................................................................................9
1.4.2 Manfaat Praktis ...............................................................................................9
BAB II ........................................................................................................................ 10
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 10
2.1 Stunting......................................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Stunting ........................................................................................10
2.1.2 Penyebab Stunting ..........................................................................................11
2.1.3 Dampak Stunting ............................................................................................15
2.1.4 Pencegahan dan Penanggulangan stunting .....................................................17
2.1.5 Kelompok Usia Beresiko Stunting..................................................................19

iii
2.2 Balita ............................................................................................................ 20
2.2.1 Pengertian Balita ............................................................................................20
2.2.2 Pertumbuhan Balita ........................................................................................21
2.2.3 Penilaian Status Gizi Balita ............................................................................23
2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting .................... 28
2.3.4 Pengatahuan Gizi Ibu .....................................................................................28
2.3.7 Ekonomi .........................................................................................................31
3.3.7 Praktik Kesehatan Dasar ................................................................................32
2.4 Tabel Sintesa Penelitian ............................................................................... 34
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 44
BAB III ....................................................................................................................... 45
KERANGKA KONSEP ............................................................................................ 45
3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................................ 45
3.3.1 Variabel Dependen (Terikat) ..........................................................................46
3.3.2 Variabel Independen (Bebas) .........................................................................47
3.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 51
BAB IV ....................................................................................................................... 52
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 52
4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 52
4.2 Lokasi dan Waktu......................................................................................... 52
4.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 52
4.1 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................................ 53
4.2 Pengumpulan Data ....................................................................................... 55
4.2.1 Data Primer................................................................................................... 55
4.3 Analisis Data dan Penyajian Data ................................................................ 56
4.3.1 Analisis Data ................................................................................................ 56
4.3.2 Penyajian Data.............................................................................................. 56
BAB V ........................................................................................................................ 57

iv
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 57
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 57
5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Lompe Ntodea ................................................57
5.1.2 Analisis Univariat ...........................................................................................59
5.1.3 Analisis Bivariat ...............................................................................................70
5.2 Pembahasan ...................................................................................................... 73
5.2.1 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balit 73
5.2.2 Hubungan Status Ekonomi dengan kejadian stunting pada balita ....... 78
5.2.3 Hubungan Praktik Kesehatan Dasar dengan kejadian stunting pada
balita .................................................................................................... 83
5.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 88
BAB VI ....................................................................................................................... 89
PENUTUP .................................................................................................................. 89
6.1 Kesimpulan................................................................................................... 89
6.2 Saran ................................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U ......... 28
Tabel 2. 2 Tabel Sintesa Penelitian ............................................................................. 35
Tabel 5.1 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Alamat Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong .................................................................................................... 60
Tabel 5.2 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong ........... 61
Tabel 5.3 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pendidikan Ayah (Suami)
di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 62
Tabel 5.4 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pendidikan Ibu (Istri) di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 63
Tabel 5.5 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan Ayah (Suamu)
di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 64
Tabel 5.6 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan Ibu (Istri) di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 64
Tabel 5.7 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut ukuran LILA selama Ibu
Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab.
Parigi Moutong ........................................................................................... 65
Tabel 5.8 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Jenis Kelamin Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ..................................................................................................... 66
Tabel 5.9 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Umur Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong 66
Tabel 5.10 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Berat Badan Lahir di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong .................................................................................................... 67
Tabel 5.11 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Kejadian Stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong .................................................................................................... 68

vi
Tabel 5.12 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Peraktik Kesehatan
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab.
Parigi Moutong ........................................................................................ 68
Tabel 5.13 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pengetahuan Gizi Ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Lompe ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi
Moutong ................................................. ……………………………….72
Tabel 5.14 Distribusi Responden kejdadian Stunting menurut Status Ekonomi dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Siniu
Kecamatan Siniu Kabupaten Parigi Moutong ........................................ 73

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Engle (1996) .................................................................................. 44

Gambar 3.1 Alur Pola Pikir Peneliti ........................................................................... 46

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Persetujuan Pengambilan Gambar Responden

Lampiran 5 : Permohonan Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Kuesioner

Lampiran 7 : Master Tabel

Lampiran 8 : Frequency Tabel

Lampiran 9 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 10 : Dokumentasi Hasil Penelitian

Lampiran 11 : Riwayat Hidup

ix
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti Simbol/Singkatan


% Satuan Persen

≥ Lebih dari atau sama dengan


< Kurang Dari
p Volue
n Jumlah
OR Ods Ratio
ANC Ante Natal Care

ASI Air Susu Ibu

BALITA Bayi Lima Tahun

BBLR Berat Bayi Lahir Rendah

BCG Bacillus Calmette-Guérin

DINKES Dinas Kesehatan

DEPKES Departemen Kesehatan

DPT Difteri, Pertusis dan Tetanus

HB Hemoglobin

HPK Hari Pertama Kehidupan

IMD Inisiasi Menyusu Dini

IPM Indeks Pembangunan Manusia

ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut

KEK Kurang Energi Kronis

x
Kemenkes Kementrian Kesehatan

LGG Larutan Gula Garam


MCK Mandi, Cuci, Kakus
MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu
PB/U Panjang Badan menurut Umur
PDB Pendapatan Domestik Bruto
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Posyandu Pos Pelayanan Terpadu
PSG Pemantauan Status Gizi
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
SD Standar Deviasi
TB/U Tinggi Badan menurut Umur
WHO World Health Organization
IUGR Intrauterine Growth Restriction
BB/U Berat Badan Menurut Umur
BB/TB Berat Badan menurut Tinggi Badan
UMR Upah Minimum Rupiah
DKK Dan Kawan Kawan
MGRS Multientre Greutch Refrence Study
IUGR Intrauterine Grouwth Restricon
SD Sekolah Dasar
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMA Sekolah Menengah Atas
IRT Ibu Rumah Tangga
PNS Pegawai Negeri Sipil

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pertumbuhan yang dialami oleh anak umur dibawah lima tahun

(balita) merupakan hasil kumulatif sejak balita tersebut dilahirkan. Keadaan gizi

yang baik dan sehat pada masa balita merupakan pondasi yang sangat penting

bagi kesehatannya di masa yang akan datang. Kondisi yang berpotensi

mengganggu pemenuhan zat gizi terutama energi dan protein pada anak akan

menyebabkan masalah gangguan pertumbuhan (Mugianti dkk, 2018).

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan

penurunan kecepatan pertumbuhan dan merupakan dampak dari keseimbangan

gizi. Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh

akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi

berulang pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu dari janin hingga anak

berusia 2 tahun. Status gizi stunting dapat diukur dengan tinggi badan menurut

usia (TB/U) di bawah standar deviasi (<-2 SD). Masyarakat belum menyadari

bahwa stunting adalah suatu masalah serius dikarenakan belum banyak yang

mengetahui penyebab, dampak dan pencegahannya (Apriluana dkk, 2018).

Stunting menjadi permasalahan yang ada di dunia karena berhubungan dengan

meningkatnya resiko terjadinya kesakitan, kematian, perkembangan otak sehingga

perkembangan motorik anak lambat dan akan menghambat pertumbuhan mental

anak (Manggala dkk, 2018).

1
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi

yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan gizi. Prediktor terkuat terjadinya stunting pada usia 12

bulan adalah berat badan lahir rendah. Sebagian besar bayi dengan BBLR

mengalami gangguan pertumbuhan pada masa kanak-kanak. Tingkat sosial

ekonomi atau tingkat kemakmuran seseorang mempengaruhi kemampuan

keluarga untuk mencukupi kebutuhan zat gizi balita. Keadaan sosial ekonomi juga

berpegaruh pada pemilihan macam makanan tambahan dan waktu pemberian

makanannya serta kebiasan hidup sehat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap

kejadian stunting balita (Astutik, Rahfiludin, 2018).

Salah satu kelompok rawan akan masalah gizi adalah balita. Hal ini

dikarenakan pada masa balita memerlukan asupan zat gizi dalam jumlah besar

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan dalam pemenuhan zat gizi

balita akan membawa dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan saat

dewasa. Balita yang kekurangan gizi akan berisiko mengalami penurunan IQ,

penurunan imunitas dan produktivitas, masalah kesehatan mental dan emosional,

serta kegagalan pertumbuhan (Ni‟mah, 2015).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, di

wilayah Asia Tenggara prevalensi balita stunting mencapai 33,8% dan pada

tahun 2017 menurun menjadi 22,2%. Pada tahun 2011, Indonesia berada di

peringkat ke lima dari 81 negara dengan jumlah anak stunting terbesar didunia

yang mencapai 7.547.000 anak. Prevalensi balita stunting di Indonesia pada

2
tahun 2007 adalah 36,8%, tahun 2010 turun menjadi 35,6%, tahun 2013 kembali

meningkat menjadi 37,2%, tahun 2016 turun kembali menjadi 27,45%, tahun

2017 naik menjadi 29,6%, tahun 2018 naik menjadi 30,8%, dan pada tahun 2019

kembali turun menjadi 27,67%. Meskipun prevalensi balita stunting di Indonesia

masih naik turun tetapi standar yang ditentukan oleh WHO adalah 20%. Jika

prevalensi stunting melebihi dari 20% maka di katakan sebagai masalah

kesehatan masyarakat kategori kronis. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

bahwa sekitar 8,9 juta anak di Indonesia mengalami pertumbumbuhan yang

tidak maksimal atau satu dari tiga anak mengalami stunting. Dibandingkan

dengan beberapa negara tetangga lainnya, prevalensi balita pendek yang ada di

Indonesia juga tinggi dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia

(17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%) (Apriluana dkk, 2018).

Angka prevalensi stunting di Indonesia pada balita umur 0-59 bulan dari

tahun 2016 sampai 2018 terus meningkat. Pada tahun 2016 angka prevalensi

stunting pada balita sebesar 27,45%, kemudian meningkat pada tahun 2017

sebesar 29,60%, dan pada tahun 2018 meningkat sebesar 30,8%. Data 34

Provinsi di Indonesia menunjukan prevalensi stunting pada balita umur 0-59

bulan yang tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (42,7%), Provinsi Sulawesi

Barat (41,6%) dan Provinsi Aceh (37,10%). Sedangkan prevalensi terendah yaitu

DKI Jakarta (17,60%), DI Yogyakarta (21,40%) dan Bali (21,90%). Sulawesi

Tengah berada pada urutan ke tiga belas dengan prevalensi balita stunting

sebesar 32,3%. (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

3
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2018, pada

pemetaan prevalensi stunting untuk setiap wilayah Sulawesi Tengah diperoleh

Data kasus untuk kejadian stunting yaitu di Kabupaten Banggai Laut sebesar

36,7%, sedangkan yang terendah di Kabupaten Touna 15,7%. Beberapa wilayah

lainnya seperti kota palu (32,2%), kabupaten Donggala (32,8%), Kabupaten

Morowali (22,5%), Kabupaten Banggai kepulauan (35,8%), Kabupaten Sigi

(19,8%), Kabupaten Poso (24,9%), Kabupaten Toli-toli (22,1%), Kabupaten Parigi

Moutong (30,1%), Kabupaten Morowali Utara (34,4%), dan Kabupaten Buol

(19,6%). Data pada tahun 2018 menunjukan Kabupaten Parigi Moutong berada di

peringkat keenam untuk kasus stunting pada balita sebesar (30,1%). Sedangkan

pada tahun 2017 Kabupaten Parigi Moutong berada di peringkat ketujuh dengan

prevalensi sebesar (34,4%) (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2018).

Prevalensi untuk tahun 2019 Kabupaten Parigi Moutong sebesar

(21,4%). Pemetaan prevalensi stunting untuk setiap wilayah Kabupaten Parigi

Moutong diperoleh kasus tertinggi pertama, untuk kejadian stunting yaitu

Kecamatan Siniu sebesar 41,2%, kedua, terdapat di Kecamatan Parigi Barat

sebesar 40,7% dan ketiga, terdapat di Kecamatan Tinombo Selatan sebesar

34,4% sedangkan yang terendah terdapat di Kecamatan Parigi Selatan sebesar

7,2%. Dari 23 Puskesmas yang ada di Kabupaten Parigi Moutong salah satunya

berada di Kecamatan Parigi barat merupakan kecamatan dengan prevalensi

stunting yang tinggi, yang berada di Kabupaten Parigi Mautong yaitu sebanyak

40,7% (Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Mautong, 2019).

4
Menurut Wati (2018), bahwa ibu responden yang memiliki tingkat

pengetahuan tentang asupan makan balita baik akan mempengaruhi tingkat

kejadian sstunting. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil ada hubungan antara

pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian stunting. Menurut

Susilowati dan Himawati (2017), Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman

yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan. Tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi balita memiliki hubungan yang signifikan dengan

status gizi balita.

Malnutrisi terutama stunting juga dipengaruhi oleh dimensi sosial

ekonomi. Selain itu, status ekonomi rumah tangga dipandang memiliki dampak

yang signifikan terhadap probabilitas anak menjadi pendek dan kurus. Status

ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi status gizi anak. Sebagai

contoh, keluarga dengan status ekonomi baik bisa mendapatkan pelayanan umum

yang lebih baik juga, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya.

Penelitian terdahulu yang dilakukan di Maluku Utara menunjukan status

ekonomi keluarga yang rendah berhubungan signifikan dengan kejadian stunting

pada balita usia 0 sampai 59 bulan. Apabila ditinjau dari karakteristik pendapatan

keluarga bahwa akar masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan berbagai

masalah gizi lainnya salah satunya disebabkan dan berasal dari krisis ekonomi.

Sebagian besar anak balita yang mengalami gangguan pertumbuhan memiliki

status ekonomi yang rendah. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pendapatan keluarga terhadap kejadian stunting pada anak

5
balita baik yang berada di daerah pedesaan maupun di perkotaan (Sari dan

Medhyana, 2019).

Menurut penelitian Fikrina (2017), tingkat sosial ekonomi keluarga dapat

dilihat dari penghasilan dalam satu keluarga. Hal ini merupakan modal dasar

menuju keluarga sejahtera, sehingga semua keluarga mengharapkan mendapatkan

penghasilan yang maksimal untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Stunting

umumnya berhubungan dengan rendahnya kondisi sosial ekonomi secara

keseluruhan dan atau eksposur yang berulang yang dapat berupa penyakit atau

kejadian yang dapat merugikan kesehatan.

Tingkat per ekonomian keluarga di klasifikasikan menjadi 2 yaitu rendah

dan tinggi dan sebagai batasannya adalah upah minimum regional (UMR) Parigi

Moutong Sulawesi tengah tahun 2020. Berdasarkan surat keputusan pemerintahan

daerah Sulawesi Tengah upah minimum regional kabupaten Parigi Moutong

sebesar Rp. 2.445.950. untuk memudahkan pengisian batasan UMR dibulatkan

menjadi Rp. 2.400.000.

Menurut Rahman dan Nur (2018), pola asuh perawatan anaka dalam

imunisasi lengkap merupakan faktor risiko stunting, balita yang tidak

mendapatkan imunisasi lengkap memiliki risiko menjadi stunting 7,667 kali lebih

besar dibandingkan dengan balita yang mendapatkan imunisasi lengkap.

Imunisasi dapat memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang telah

dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk

membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk

6
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau

mengurangi penyakit tertentu.

Berdasarkan Data Status Gizi Bayi Baru Lahir di Puskesmas Lompe

Ntodea, jumlah bayi yang stunting pada tahun 2017 berjumlah 164 orang,

kemudian pada tahun 2018 berjumlah 48 orang, pada tahun 2019 kembali

menurun menjadi 46 orang (Puskesmas Lompe Ntodea, 2020).

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

Faktor yang mempengaruhi kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Lompe

Ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan yakni “Apakah terdapat hubungan antara Peraktik

Kesehatan Dasar, Status Ekonomi, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian

Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan

Parigi barat Kabupaten Parigi Moutong?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja

puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi

Moutong.

7
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi ibu dengan kejadian

stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas Lompe Ntodea

Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi moutong.

2. Untuk mengetahui hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting

pada balita di wilayah kerja puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan

Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong.

3. Untuk mengetahui hubungan praktik kesehatan dengan kejadian

stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas Lompe Ntodea

Kecamatan Parigi Moutong Kabupaten Parigi moutong.

8
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

pengetahuan tentang pola asuh pada balita stunting di wilayah kerja

puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi

Moutong.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat

menjadi bahan masukkan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi

Moutong dan instansi terkait dalam pemecahan masalah kesehatan terkait

stunting.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi seorang anak yang lebih pendek dibanding

anak tumbuh normal yang seumur. Hal ini merupakan salah satu bentuk

gangguan pertumbuhan masa bayi dan anak. Stunting merupakan

pertanda telah terjadi gangguan kekurangan gizi kronik (waktu lama)

yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah

lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu

pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam

kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, kondisi stunting baru

nampak setelah bayi berusia 2 tahun (Setiawan, 2018).

Stunting merupakan bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan.

Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks

panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur

(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunded (pendek) dan severely

stunded (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila

seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu

dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal.

10
Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang

atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar

baku WHO MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005,

nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika

nila z-scorenya kurang dari -3SD (Kementerian Kesehatan RI, 2016)

Stunting merupakan hasil dari tidak adekuatnya asupan makanan,

kualitas makan yang buruk, peningkatan infeksi, atau kombinasi dari

beberapa faktor tersebut dalam periode lama. Pada umumnya kasus ini

ditemukan yang memiliki perekonomian buruk di beberapa negara yang

memiliki tingkat pendapatan per kapita rendah (Gibson, 2005).

2.1.2 Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun

anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi

pervalensi Stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari

Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Menurut Setiawan (2018),

beberapa faktor yang menjadi penyebab Stunting dapat digambarkan

sebagai berikut:

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante

Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan)

Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.

11
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.

4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013),

membagi penyebab terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori.

Empat faktor tersebut adalah faktor keluarga dan rumah tangga, makanan

tambahan/ komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi.

Empat faktor tersebut dipengaruhi oleh penyebab dasar faktor sosial dan

Komunitas seperti politik, sosial ekonomi, air, sanitasi lingkungan,

budaya, pendidikan, pelayanan kesehatan dan sistem pertanian.

Menurut WHO (2013), penyebab stunting yaitu:

1. Faktor Keluarga dan Rumah Tangga

Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor

maternal dan faktor lingkungan rumah. Faktor maternal berupa gizi

yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan dan laktasi, tinggi

badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilan pada usia remaja, kesehatan

mental, Intrauterine Growth Restriction (IUGR), jarak kelahiran yang

pendek, dan hipertensi. Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan

aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan

pasukan air yang tidak adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang

kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak sesuai, dan

edukasi pengasuh yang rendah.

12
2. Makanan Komplementer

Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer

yang tidak adekuat, yang dibagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan

yang rendah, cara pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan

makanan dan minuman. Kualitas makanan yang rendah dapat berupa

kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang

dikonsumsi dan sumber makanan hewani yang rendah, makanan yang

tidak mengandung gizi, dan makanan komplementer yang

mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa

frekuensi pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang

tidak adekuat ketika sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang

terlalu halus, pemberian makan yang rendah dalam kuantitas.

Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan

minuman yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah, penyimpanan

dan persiapan makanan yang tidak aman.

3. Pemberian ASI

Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah

pemberian ASI (Air Susu Ibu) yang salah, karena inisiasi yang

terlambat, tidak ASI eksklusif, dan penghentian penyusuan yang

terlalu cepat.

13
4. Penyakit Infeksi

Faktor keempat adalah infeksi klinis dan sub klinis seperti

infeksi pada usus : diare, environmental enteropathy, infeksi cacing,

infeksi pernafasan, malaria, nafsu makan yang kurang akibat infeksi,

dan inflamasi.

Masalah gizi disebabkan banyak faktor yang saling terkait.

Penyebab yang sering terjadi karena kurangnya makanan, distribusi

pangan yang kurang baik, rendahnya praktik menyusui dan penyapihan,

praktik pengasuhan yang kurang, sanitasi, dan penyakit (CORE, 2003).

Secara garis besar masalah gizi disebabkan karena kurangnya asupan

makanan dan penyakit infeksi. Asupan makan yang kurang dapat

disebabkan karena tidak tersedianya makanan, anak yang tidak

mendapatkan makanan bergizi seimbang dan pola asuh yang salah

(Nency, dan Arifin, 2005).

1. Tidak tersedianya makanan

2. Keadaan sosial ekomoni berkaitan langsung dengan masalah ini. Data

di Indonesia menunjukkan adanya hubungan yang timbal balik antara

kurang gizi dan kemiskinan.

3. Anak yang tidak mendapat gizi seimbang

4. ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan. Setelah itu

anak perlu diberikan makanan pendamping agar kebutuhan gizinya

terpenuhi.

14
5. Pola asuh makan yang salah

6. Pola pengasuhan berpengaruh terhadap keadaan gizi balita. Anak yang

diasuh oleh ibunya sendiri yang paham akan pola asuh yang baik maka

gizi anak pun akan ikut menjadi baik.

Penyebab dari stunting adalah BBLR, ASI yang tidak memadai,

makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi

pernafasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan

stunting mengkonsumsi makanan yang berada dibawah ketentuan

rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah

keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan

komunitas pedesaan (Gibson, 2005).

2.1.3 Dampak Stunting

Dampak yang diakibatkan oleh stunting dibagi menjadi 2, terdiri

dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari

stunting adalah di bidang kesehatan, yaitu dapat menyebabkan

peningkatan mortalitas dan morbiditas, serta di bidang perkembangan

berupa penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan di

bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran untuk biaya kesehatan.

Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang

kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk

obesitas dan komorbiditasnya, dan penurunan kesehatan reproduksi, di

bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar,

15
dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja

(WHO, 2013).

Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum

usia 6 bulan, akan mengalami kekerdilan lebih berat menjelang usia dua

tahun. Bila hal tersebut terjadi, maka salah satu organ tubuh yang paling

cepat mengalami resiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf

yang sangat berkaitan dengan respon anak termasuk dalam melihat,

mendengar, dan berpikir selama proses belajar. Anak stunting pada usia

dua tahun secara signifikan mengalami kinerja kognitif yang lebih rendah

dan nilai yang lebih rendah disekolah pada masa anak-anak, serta

penurunan kecerdasan. Anak yang stunting mempunyai resiko kehilangan

IQ 10-15 poin (Grantham dkk, 2007).

Stunting bukan masalah kecil. Hasil riset menggambarkan

kerugian akibat stunting mencapai 3-11% dari Pendapatan Domestik

Bruto (PDB). Kerugian ekonomi akibat stunting di Indonesia diperkirakan

mencapai Rp. 300 hingga 1.210 triliun per tahun. Selain itu, dampak

buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting dalam jangka pendek adalah

terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan

fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan akibat buruk

yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang adalah menurunnya

kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh

sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit

16
diabetes, kegemukan, penyakit jantung, sirkulasi darah, kanker, stroke

dan disabilitas pada masa dewasa. Dampak tersebut dapat menurunkan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di suatu negara (Sandjojo, 2017).

2.1.4 Pencegahan dan Penanggulangan stunting

Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai

sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut

dengan periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Perbaikan gizi

diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari

selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang

dilahirkannya (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Kemenkes RI (2016), Pencegahan dan penanggulangan

stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama

kehidupan, meliputi:

1. Pada ibu hamil

a. Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik

dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang

baik. Apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah

mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan

makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.

b. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90

tablet selama kehamilan.

c. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

17
2. Pada saat bayi lahir

a. Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi

lahir melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).

b. Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi ASI saja (ASI Eksklusif).`

3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

a. Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi

berumur 2 tahun atau lebih.

b. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi,

dasar lengkap.

4. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang

sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan

pertumbuhan.

5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap

rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan

fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS

menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat

membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan

tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan

terhambatnya pertumbuhan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting,

yaitu meningkatkan gizi pada wanita usia reproduksi dengan cara

18
menetapkan kebijakan dan/atau memperkuat intervensi untuk

meningkatkan gizi dan kesehatan ibu, dimulai dari gadis remaja,

mendukung praktek pemberian ASI optimal dengan cara menerapkan

intervensi untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan praktik

pemberian makanan tambahan dan memberikan strategi berbasis

masyarakat untuk mencegah infeksi terkait penyebab stunting

memperkuat intervensi berbasis masyarakat, termasuk memperbaiki air,

sanitasi dan kebersihan (Kemenkes RI, 2016).

2.1.5 Kelompok Usia Beresiko Stunting

Masa balita merupakan kelompok usia yang berisiko mengalami

kurang gizi salah satunya adalah stunting. Kejadian stunting sering

dijumpai pada anak usia 12-36 bulan dengan prevalensi sebesar 38,3-

41,5% (Anugraheni, 2012). Kelompok usia 24-35 bulan adalah kelompok

usia yang berisiko besar untuk mengalami stunting (Hagos, 2017).

Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa anak balita merupakan hal

yang penting bagi kesehatannya di masa depan. Masa usia 12-24 bulan

adalah masa rawan dimana balita sering mengalami infeksi atau gangguan

status gizi, karena pada usia ini balita mengalami peralihan dari bayi

menjadi anak. Apabila pola pengasuhan tidak betul diperhatikan, maka

balita akan sering mengalami penyakit terutama penyakit infeksi (Bayu

Dwi Welasasih, 2012).

19
2.2 Balita

2.2.1 Pengertian Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu

penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu, usia balita

dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2

tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan golongan prasekolah (>3-5 tahun)

menurut WHO kelompok usia balita adalah 0-60 bulan (Adriani, 2012).

Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 tahun dan anak pra

sekolah (3-5 tahun). Saat usia balita, anak masih tergantung penuh kepada

orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air, dan

makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.

Namun, kemampuan lain masih terbatas (Sutomo, 2010).

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi

penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering

disebut golden age atau masa keemasan (Sutomo, 2010).

20
2.2.2 Pertumbuhan Balita

Menurut Tanuwidjaya dalam Anisa (2012), Anak memiliki ciri

khas yang selalu tumbuh dan berkembang sejak saat konsepsi sampai

masa remaja akhir. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah

sel serta jaringan interseluler, yang berarti juga bertambahnya ukuran

fisik dan struktur tubuh sebagian atau secara keseluruhan. Pertumbuhan

bersifat kuantitatif, dengan demikian pertumbuhan dapat diukur dengan

menggunakan satuan panjang atau satuan berat. Pertumbuhan memiliki

ciri-ciri sebagi berikut: (1) perubahan ukuran, (2) perubahan proporsi, (3)

menghilangnya ciri-ciri lama, dan (4) timbulnya ciri-ciri baru.

Berdasarkan usia, pertumbuhan pada anak sebagai berikut Hidayat

(2008):

1. Berat badan

Berat badan anak usia 1-3 tahun akan mengalami penambahan

berat badan sekitar empat kali lipat dari berat badan lahir pada usia

kurang lebih 2,5 tahun. Penambahan berat badan setiap tahunnya

adalah 2-3 kg.

2. Tinggi badan

Tinggi badan anak usia 1-3 tahun akan mengalami penambahan

tinggi badan kurang lebih 12 cm selama tahun kedua. Sedangkan

penambahan untuk tahun ketiga rata-rata 4-6 cm.

21
3. Lingkar kepala

Pertumbuhan lingkar kepala terjadi sangat cepat pada 6 bulan

pertama melahirkan yaitu 35-43 cm. pada usia selanjutnya lingkar

kepala akan mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya

mengalami pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. pada usia 2 tahun

mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian bertambah 1

cm sampai usia 3 tahun.

4. Gigi

Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang dibagi menjadi

dua bagian, yaitu bagian rahang atas dan rahang bawah.

a. Pertumbuhan gigi rahang atas

1) Gigi insisi sentral pada usai 8-12 bulan

2) Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan

3) Gigi taring (caninus) pada usia 16-22 bulan

4) Molar pertama usia 14-18 bulan dan molar kedua 24-30 bulan

b. Pertumbuhan gigi rahang bawah

1) Gigi insisi sentral pada usai 6-10 bulan

2) Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan

3) Gigi taring (caninus) pada usia 17-23 bulan

4) Molar pertama usia 14-18 bulan dan molar kedua 24-30 bulan

5. Organ penglihatan

Perkembangan organ penglihatan anak dapat dimulai sejak

22
anak itu lahir, usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mencapai 20/20,

dapat mengikuti objek bergerak, pada usia 12-18 bulan mampu

mengidentifikasi bentuk geometric, pada usia 18-24 bulan penglihatan

mampu berakomodasi dengan baik.

6. Organ pendengaran

Perkembangan pada pendengaran dapat dimulai saat anak itu

lahir. Pada usia 10-12 bulan anak mampu mengenal beberapa kata dan

artinya, pada usia 18 bulan organ pendengaran anak dapat membedakan

bunyi, pada usia 36 bulan mampu membedakan bunyi yang halus

dalam berbicara.

2.2.3 Penilaian Status Gizi Balita

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu atau perwujudan nutriture dalam bentuk variabel

tertentu (Supariasa, 2013).

1. Paramater Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros.

Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi, antropometri

adalah ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi ialah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai

jenis ukuran tubuh antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

atas dan tebal lemak di bawah kulit. Antropometri sangat umum

23
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak

seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya

terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2013).

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Keselahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status

gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan

yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat.

b. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang

terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan

anak pada tiap kelompok umur.Berat badan merupakan hasil

peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan

lain-lainnya, merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu

ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Berat badan

dimanfaatkan dalam klinik untuk.

1) Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.

2) Monitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.

3) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi atau tumbuh

kembang atau kesehatan.

24
Perlu diperhatikan bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam

sehari sebagai akibat masukan (intake) makanan atau minuman dan

keluaran (output) urine, feses, dan insensible loss. Besarnya

fluktuasi bergantung pada kelompok usia dan bersifat sangat

individual, mungkin kecil sekali 100-200gr, sampai 500-1.000gr

bahkan lebih, sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian

(Adriani, 2012).

Menurut Supariasa (2013), menimbang anak dapat

dilakukan dengan menggunakan kantong celana timbang, kain

karung atau keranjang. Harus selalu ingat bahwa sebelum anak

ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 setelah ditambahkan kain

sarung atau keranjang.

c. Panjang Badan

Panjang badan atau tinggi badan merupakan ukuran

antropometri terpenting kedua, keistimewaannya adalah nilai tinggi

badan meningkat terus, walaupun laju tumbuh berubah dari pesat

pada masa bayi kemudian melambat dan pesat lagi pada masa

remaja (Adriani, 2012). Tinggi badan merupakan ukuran kedua

yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap

tinggi badan (quac stick). Pengukuran tinggi badan untuk anak

balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur

tinggi mikrotoa (microtoice) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm

25
(Supariasa, 2013).

d. Lingkaran Kepala

Lingkaran kepala mencerminkan volume intracranial

digunakan untuk menaksir pertumbuhan otak, laju tumbuh pesat

pada enam bulan pertama bayi, dari 35 cm saat lahir menjadi 43 cm

pada enam bulan. Laju tumbuh kemudian berkurang, hanya menjadi

46,5 cm pada usia satu tahun dan 49 cm pada usia dua tahun.

Selanjutnya, akan berkurang secara drastis hanya bertambah 1 cm

sampai usia 3 tahun dan bertambah lagi kira-kira 5 cm sampai usia

remaja atau dewasa. Oleh karena itu, manfaat pengukuran lingkar

kepala terbatas sampai usia 3 tahun, kecuali jika diperlukan seperti

pada kasus hidrosefalus (Adriani, 2012).

e. Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang

jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh

keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. Dapat

dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan tumbuh kembang

pada usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat

lahir menjadi 16 cm pada usia 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak

berubah selama 1-3 tahun (Adriani, 2012).

f. Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subscapular

26
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit

yang mencerminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi,

lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal jika masukan energy

berlebihan. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai

terdapatnya keadaan gizi lebih (Adriani, 2012).

2. Indeks Antropometri

Data antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan, tinggi

badan sedangkan indeks antropometri yang sering dipakai untuk menilai

status gizi yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks

tinggi badan menurut umur merupakan indeks yang digunakan untuk

mengetahui stunting atau tidak karena tinggi badan menggambarkan

keadaan pertumbuhan skelatal, pengaruh defisiensi zat gizi terhadap

tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks TB/U

mempunyai kelebihan menilai status gizi masa lampau, alat ukur panjang

dapat dibuat sendiri tetapi memilki kekurangan tinggi badan tidak cepat

naik bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit dilakukan

karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk

melakukannya serta ketepatan umur sulit didapat (Adriani, 2012).

Pengukuran tinggi badan membutuhkan dua macam teknik

pengukuran, anak umur <2 tahun dengan posisi tidur terlentang (panjang

supinasi) dan pada umur >2 tahun denga posisi berdiri. Panjang supinasi

27
umumnya 1 cm lebih panjang daripada tinggi berdiri pada anak yang

sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik secara cermat

(Soetjiningsih, 2014)

Tabel 2.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan


Indeks TB/U

Indeks Ambang Batas (Z-Score) Kategori Status

Tinggi badan < -3 SD Sangat Pendek


menurut -3 SD s/d -2 SD Pendek
-2 SD s/d 2 SD Normal
Umur (TB/U) Anak
umur > 2 SD Tinggi
0-60 Bulan
Sumber: Kemenkes RI, 2011.

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting

2.3.4 Pengatahuan Gizi Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

ini terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetuan

manusia diperoleh melalui indra penglihatan dan pendengaran

(Notoadmodjo, 2012).

Menurut Notoadmodjo (2012), terdapat enam tingkatan

pengetahuan manusia yaitu:

28
a. Tahu (Know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension), memahami diartikan sebagai mengingat

suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication), aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipejari pada situasi atau kondisi

sebenarnya.

d. Analisis (Analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

e. Sintesis (synthetis), sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan

dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi

pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan

29
memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang

terjadi apabila tubuh mengalami ekurangan satu atau lebih zat gizi

essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh

zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang

membahayakan (Almatsier, 2003).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi asupan makan

seseorang adalah pengetahuan gizi yang akan berpengaruh terhadap status

gizi seseorang. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan terkait makanan dan

zat gizi. Sikap dan perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan

dikonsumsi oleh balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

adalah tingkat pengetahuan seseorang tentang gizi sehingga dapat

mempengaruhi status gizi balita tersebut. Pengetahuan gizi ibu yang

kurang dapat menjadi salah satu penentu status gizi balita karena

menentukan sikap atau perilaku ibu dalam memilih makanan yang akan

dikonsumsi oleh balita serta pola makan terkait jumlah, jenis dan

frekuensi yang akan mempengaruhi asupan makan pada bayi tersebut.

Jika seorang ibu memiliki pengetahuan gizi yang kurang maka asupan

makanan yang akan diberikan kepada balita juga kurang tepat dan dapat

mempengaruhi status balita tersebut (Puspasari dan Andriani, 2017).

30
Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yang tinggi dapat

mempengaruhi pola makan balita dan akhirnya akan mempengaruhi status

gizi balita. Jika pengetahuan ibu baik, maka ibu dapat memilih dan

memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas maupun kuantitas

yang dapat memenuhi angka kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh balita

sehingga dapat mempengaruhi status gizi balita tersebut (Puspasari dan

Andriani, 2017).

2.3.7 Ekonomi

Ekonomi adalah aktivitas masnusia yang berhubungan dengan

produksi, distibusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa. Ekonomi

secara umum atau secara khusus adalah aturan rumah tangga atau

manejemen rumah tangga. Ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu yang

menerangkan cara-cara menghasil, mengedarkan, membagi serta

memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan materi

masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya (Fitria, 2016).

Salah satu penyebab tidak langsung dari masalah stunting adalah

status sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

orang tua, karena jika pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk

mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk

hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan pekerjaan yang

lebih baik orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk

memperhatikan masalah yang dihadapi anakanaknya, padahal sebenarnya

31
anak-anak tersebut benar-benar membutuhkan kasih sayang orang tua.

(Ngaisyah, 2015)

3.3.7 Praktik Kesehatan Dasar

Praktik kesehatan bagi anak dapat berupa upaya preventif seperti

pemberian imunisasi. Imunisasi adalah cara meningkatkan kekebalan

tubuh terhadap suatu penyakit dan sehingga apabila seseorang terpapar

penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Matondang, Siregar, dan

Akib, 2011). Balita yang diimunisasi lebih banyak yang sehat jika

dibandingkan dengan balita yang tidak pernah diimunisasi. Imunisasi

diberikan oleh orang perorang atau ibu yang membawa anaknya untuk

diberikan imunisasi. Tindakan seorang ibu dalam memberikan imunisasi

merupakan bentuk tanggung jawab terhadap keluarga untuk melindungi

anaknya dari serangan penyakit menular (Hidayat dan Jahari, 2012).

Bagi seorang ibu, memberikan imunisasi kepada anak merupakan

hal biasa, namun memiliki makna yang mulia. Dengan membawa

anaknya untuk imunisasi seorang ibu telah memberikan sumbangan bagi

kekebalan kelompok. Dengan kata lain, imunisasi memiliki dimensi

tanggung jawab ganda, yaitu memberikan perlidungan kepada anak agar

tidak terkena penyakit menular juga telah berkontribusi sosial yang tinggi,

yaitu anak yang telah diberikan imunisasi dan mendapat kekebalan maka

akan menghambat perkembangan penyakit di masyarakat (Achmadi,

2006).

32
Imunisasi merupakan proses menginduksi imunitas secara buatan

baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian

antibodi (imunisasi pasif). Dalam hal ini, imunisasi aktif menstimulasi

sistem imun untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang

dapat melawan agen penginfeksi. Lain halnya dengan imunisasi pasif,

imunisasi ini menyediakan proteksi sementara melalui pemberian

antibodi yang diproduksi secara eksogen maupun transmisi transplasenta

dari ibu ke janin (Anisa, 2012).

Pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting yaitu

untuk mengurangi risiko mordibitas (kesakitan) dan mortalitas (kematian)

anak akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Penyakit-penyakit tersebut antara lain: TBC, difteri, tetanus, pertusis,

polio, campak, hepatitis B, dan sebagainya (Narendra, 2002). Status

imunisasi pada anak adalah salah satu indikator kontak dengan pelayanan

kesehatan. Kontak dengan pelayanan kesehatan diharapkan akan

membantu memperbaiki masalah gizi baru jadi, status imunisasi juga

diharapkan akan memberikan efek positif terhadap status gizi jangka

panjang (Anisa, 2012).

33
2.4 Tabel Sintesa Penelitian

Tabel 2.2 Tabel Sintesa Penelitian

Karakteristik
Peneliti
No. Judul Temuan
(Tahun)
Metode/desai
Subjek Instrumen
n

1. (Paudel, Risk Factors form Balita usia 6- Instrumen Penelitian ini (OR=6.90, 95% CI 2.81-16.97)
Pradhan, stunting Among 59 bulan dan penelitian ini menggunakan ASI Eksklusif tidak memadai
Wagle, Children: A ibunya yang menggunakan pendekatan merupakan faktor risiko
Pahari, & CommunityBased telah lembar case control stunting. Anak yang tidak
Onta, Case control Study dibedakan kuesioner. diberikan ASI Eksklsif hingga 6
2012) in Nepal menjadi bulan memiliki risiko menjadi
kelompok underweight dan stunting.
kasus dan Sebab, ASI mengandung zat gizi
kontrol setelah yang sesuai dengan kebutuhan
dilakukan sesuai umur bayi
matching
umur.
2. (Manggal Risk factors of Populasi dalam wawancara Penelitian ini Hasil Dari 166 subjek, 37
a, Kenwa, Stunting in children penelitian ini menggunakan menggunakan (22,3%) anak-anak
Kenwa, aged 24-59 months adalah 166 kuesioner. metode terhambat. AnalisisbMultivariat
Sakti, & anak-anak, kuantitatif mengungkapkan tinggi ibu

34
Sawitri, yang dengan kurang dari 150 cm (AOR 7,64;
2018) dikumpulkan menggunakan 95% CI 2,03 hingga 28,74; P =
secara studi cross 0,003), ibu berisiko tinggi usia
berurutan, sectional (AOR 4.24; 95% CI 1.56 hingga
berusia 24-59 11.49; P = 0.005), berat lahir
bulan rendah (AOR 5.09; 95% CI 1.03
hingga 25.31; P = 0.047), dan
panjang lahir rendah (AOR 9.92;
95% CI 1.84 hingga 53.51 ; P =
0,008) dan tidak menerima ASI
eksklusif (OR 6,56; 95% CI
1,49-28,9; P = 0,05) sangat
terkait dengan Stunting.

3. (Ulfah, Faktor-Faktor Populasi dalam Wawancara, Penelitian ini Uji Chi square bahwa umur
2019) Yang Berhubungan penelitian ini studi menggunakan balita p= 0,033 (< 0,05), faktor
Dengan seluruh ibu dan perpustakaan pendekatan sosial ekonomi p= 0,006 (<
Kejadian Status balita usia 24- dan quisioner studi cross 0,05), pendidikan ibu p= 0,014
Stunting Pada 59 bulan sectional (< 0,05), pengetahuan ibu p =
Balita Usia 24-59 dengan teknik 0,001 (< 0,05). Ada hubungan
Bulan pengambilan faktor umur, sosial ekonomi,
Di Wilayah Kerja sampel random pendidikan dan pengetahuan
Puskesmas Rawat sampling dengan kejadian stunting.
Inap dengan jumlah
Cempaka sampel 80
Banjarbaru Tahun balita..
2018

35
4. (Lestari, Correlation Subjek Kuesioner Penelitian ini Analisis multivariat dengan uji
Hasanah, between non- penelitian menggunakan regresi logistik menunjukkan
& exclusive adalah anak pendekatan korelasi yang signifikan secara
Nugroho, breastfeeding and usia 24-59 case control statistik antara stunting dan
2018) low birth weight to bulan yang menyusui non-eksklusif (OR
stunting in children mengunjungi untuk ASI eksklusif 0,234; 95%
posyandu dan CI 0,061 untuk 0,894), serta
dimasukkan berat badan lahir rendah (OR
secara 10,510; 95% CI 1,180-93,572)
purposive Nilai ini menunjukkan bahwa
sampling. pemberian ASI eksklusif adalah
Anak-anak faktor melindungi terhadap
diklasifikasika stunting, yang berarti ASI
n sebagai eksklusif dapat menurunkan
kerdil yang prevalensi stunting pada anak di
dialokasikan bawah usia lima tahun.
untuk
kelompok
kasus,
sedangkan
anak-anak
diklasifikasika
n dengan status
gizi normal
dialokasikan
untuk
kelompok
control
5 (Kullu, Faktor-Faktor Sampel Teknik Penelitian ini Hasil uji statistik Chi-Square

36
Yusnani, Yang Berhubungan sebanyak 95 pengumpulan merupakan pada taraf kepercayaan 95%
& Lestari, Dengan Kejadian balita Cara data jenis (0,05) menunjukkan bahwa p
2018) Stunting Pada pengambilan menggunakan penelitian Value = 0,001, jadi p Value ≤ α
Balita Usia 24-59 sampel kuesioner observasional sehingga adanya hubungan
Bulan Di Desa dalam analitik antara pola asuh Ibu dengan
Wawatu penelitian ini dengan desain kejadian stunting. Hasil uji
Kecamatan adalah dengan penelitian statistik Chi-Square pada taraf
Moramo Utara menggunakan cross kepercayaan 95% (0,05)
Kabupaten Konawe teknik sectional study menunjukkan bahwa p Value =
Selatan Tahun Exhaustive 0,002, jadi p Value ≤ α sehingga
2017 Sampling adanya hubungan antara riwayat
penyakit infeksi dengan kejadian
stunting. Hasil uji statistik Chi-
Square pada taraf kepercayaan
95% (0,05) menunjukkan bahwa
p Value = 0,280, jadi p Value ≥
α sehingga Hal ini menunjukkan
bahwa tidak
adanya hubungan antara
rangsangan psikososial dengan
kejadian stunting
6. (Dewi, Faktor Yang Jumlah sampel Instrument Desain Hasil analisis bivariate
Suhartatik Mempengaruhi yang dalam penelitian didapatkan pola makan
, & Kejadian Stunting didapatkan penelitian yang (ρ=0,001), kebersihan/hygiene
Suriani, Pada Balita 24-60 sebanyak 80 berupa digunakan (ρ=0,242),
2019) Bulan Di Wilayah responden pengukuran metode dan pemanfaatan pelayanan
Kerja Puskesmas tinggi badan penelitian kesehatan
Lakudo Kabupaten menggunakan analitik (ρ=0,027).dikarenakan nilai
Buton Tengah microtoise dengan ρ<α=0,005 sehingga dapat

37
dan pendekatan disimpulkan bahwa ada
kuesioner. cross sectional hubungan antara pola makan dan
pemanfaatan pelayanan
kesehatan dengan kejadian
stunting pada balita 24-60 bulan
di wilayah kerja Puskesmas
Lakudo kabupaten Buton
Tengah. Sedangkan
kebersihan/hygiene tidak
memiliki hubungan dengan
kejadian
stuntingpada balita 24-60 bulan
di wilayah kerja Puskesmas
Lakudo kabupaten Buton
Tengah di karenakan nilan
ρ>α=0,05
7. (Rahman, Pengaruh Pola Populasi Kuesioner Jenis Analisis data dilakukan secara
Farah Pemberian penelitian penelitian ini bivariat menggunakan uji
. Danita., Makanan Terhadap sebanyak observasional Regresi Logistik. Hasil
2018) Kejadian Stunting 12.459 balita analitik penelitian menunjukkan besaran
Pada Balita (Studi dan sampel dengan risiko pada pola pemberian
Di Wilayah Kerja penelitian rancangan makan sebesar 5,1 yang artinya
Puskesmas sebesar 142 case control keluarga yang menerapkan pola
Sumberjambe, responden (71 pemberian makan yang baik
Kasiyan, Dan kasus dan 71 pada balita akan mengurangi
Puskesmas kontrol) risiko stunting. Uji analisis
Sumberbaru menunjukkan nilai koefisien
Kabupaten Jember) pengaruh sebesar 1,7
menunjukkan bahwa terdapat

38
pengaruh yang searah antara
pola pemberian makan terhadap
kejadian stunting.

8. Lutfia Hubungan tingkat Populasinya Pengumpulan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan
Tazki social ekonomi adalah semua data merupakan proporsi sampel yang
Fikrina dengan kejadian balita yang menggunakan penelitian mengalami stunting sebesar
(2017) stunting pada balita terdapat di kuesioner dan korelasi 38,8% dan status gizi TB/U
usia 24-59 bulan di Desa pengukuran dengan normal sebesar 61,2%. Balita
desa karangrejek Karangrejek tinggi badan pendekatan stunting dengan pendapatan
wonosari gunung yaitu 173. dengan waktu cross keluarga rendah sebesar 19%
kidul Jumlah sampel microtoise sectional dan pendapatan tinggi 19,8% (p-
121 balita value = 0,000), ibu
berpendidikan rendah sebesar
24,8% dan pendidikan tinggi
14% (p-value = 0.019), serta ibu
yang tidak bekerja sebesar
32,2% dan ibu yang bekerja
6,6% (p-value = 0,154). Ada
hubungan bermakna antara
pendapatan keluarga dan
pendidikan ibu dengan kejadian
stunting pada balita.

9. (Rahman Faktor Risiko Cara Data Penelitian ini Hasil analisis Odds Ratio OR
& Nur, Kejadian Stunting pengambilan imunisasi menggunakan dengan confidence interval 95%
2018) Pada Anak Umur 2 sampel kasus dasar lengkap metode menunjukkanadanya risiko
– 5 Tahun Di dengan cara dan pola asuh kuantitatif imunisasi dasar lengkap
Puskesmas total sampling praktik dengan terhadap stunting OR= 7,667
Biromaru dan sampel pemberian menggunakan (3,753-15,662), pola asuh

39
kontrol makan, berat studi cross praktik pemberian makan
purposive badan lahir sectional terhadap stuntingOR= 30,565
sampling rendah dan (9,043-103,314), berat badan
berdasarkan garam lahir rendah terhadap stunting
pertimbangan beryodium OR= 6,956 (4,446-14,104)
tertentu diperoleh sedangkan garam beryodium OR
dengan melalui = 8,632 (4,268-17,456).
perbandingan wawancara
1:2, dengan menggunakan
sampel kasus kuesioner dan
pada penelitian test yodium.
ini sebanyak
60 anak dan
sampel kontrol
sebanyak 120

10. (Agus, Stunting Cause Populasi dalam Penelitian ini Penelitian ini Analisis uji Hosmer dan
2017) Factors in the penelitian ini menggunakan menggunakan Lemeshow menunjukkan nilai p
Village of 260 anak balita web dan metode = 0,854 (p> 0,05) berarti data
Traditional Bali berbasis kuantitatif variabel independen yang faktor
wawancara dengan konsumsi dan faktor perilaku
survei menggunakan sesuai dengan regresi. Nilai
studi cross Nagelkerke R Square sebesar
sectional 0,096, yang berarti hanya 9,6%
dari Stunting yang disebabkan
oleh variabel independen secara
bersamaan dan sisanya 90,4%
diresepkan faktor lain. Regresi
logistik menunjukkan hasil
konsumsi protein dengan Exp

40
(B) = 0,45, p = 0,01, bahwa
asupan protein yang rendah
menyebabkan kejadian stunting
2,2 kali lebih tinggi daripada
mereka yang mengonsumsi
cukup protein. Berbagai jenis
konsumsi dengan Exp (B) =
1,91, p = 0,04, bahwa berbagai
jenis konsumsi rendah
menyebabkan kejadian stunting
1,91 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan berbagai
jenis konsumsi yang cukup.
Variabel independen lainnya
tidak menunjukkan korelasi
yang signifikan. Konsumsi
protein lebih rendah dari
kebutuhan nutrisi yang
disarankan, yaitu 80,0%.

11. (Hagos et Spatial Ukuran sampel pengumpulan Penelitian ini Prevalensi stunting ditemukan
al., 2017) heterogeneity and (1723 anak- data menggunakan lebih tinggi di antara anak-anak
risk factors for anak) menggunakan desain cross yang disampaikan di rumah
stunting among dialokasikan kuesioner sectional (45,2%), yang ibunya berada
children under age ke 34 kebeles tanpa pendidikan formal
five in sebanding (44,2%), dan di antara mereka
Ethiopia: A dengan jumlah yang tinggal di tidak aman parah
Bayesian geo- rumah tangga. makanan (49,6%) dan rumah
statistical model tangga termiskin (47,6%).
Prevalensi tingkat kabupaten

41
keseluruhan stunting berat
adalah 21,3% [95% CI: 19,5,
23,3]
12. (Rizaldi, Determinan Populasi pengumpulan Jenis Hasil penelitian yaitu ASI
2019) Stunting Pada sebanyak 1069 data penelitian Eksklusif dan waktu pemberian
Balita Usia 24-59 balita, setelah menggunakan adalah MP-ASI masing-masing nilai
Bulan menggunakan wawancara kuantitatif OR 4,286 (1,903 - 9,652), BBLR
Di Wilayah Kerja rumus dan pengisian dengan OR 3,927 (1,638 -9,417),
Puskesmas Tompe Standley kuesioner pendekatan riwayat penyakit infeksi OR
Lameshow oleh kasus-kontrol 5,114 (2,216 -11,804), jarak
didapatkan responden kelahiran OR 3,255 (1,256 -
sampel 8,433) dan pengetahuan gizi ibu
sebanyak 138 OR 4,324 (1,955 -9,563)
balita dengan merupakan faktor risiko stunting
perbandingan pada balita di wilayah kerja
1:2 (46 kasus : Puskesmas Tompe.
92 kontrol).
13. (Ibrahim Hubungan Pola Jumlah sampel data Penelitian ini Hasil uji chi-square,
& Asuh Ibu Dengan sebanyak 62 menggunakan merupakan menunjukkan adanya hubungan
Damayati, Kejadian Stunting orang dengan wawancara jenis yang signifikan antara praktik
2014) Anak Usia teknik dan pengisian penelitian pemberian makan (P=0,007),
24-59 Bulan Di pengambilan kuesioner kuantitatif rangsangan psikososial
Posyandu Asoka II sampel oleh melalui (P=0,000), praktik kebersihan/
Wilayah Pesisir menggunakan responden pendekatan higyene (P=0,000), sanitasi
Kelurahan total analitik lingkungan (P=0,000) dan
Barombong sampling. observasional pemanfaatan pelayanan
Kecamatan dengan desain kesehatan (P=0,016) dengan
Tamalate Kota cross- kejadian stunting anak usia 24-
Makassar Tahun sectional. 59 bulan di posyandu Asoka II

42
2014 wilayah pesisir kelurahan
barombong

14. (Pengan Hubungan Antara Jumlah sampel data Jenis Hasil uji statistik chi square
et al., Riwayat Pemberian 88 anak usia menggunakan penelitian ini menunjukkan nilai p=0,003
2015) Asi Eksklusif 12-36 bulan wawancara adalah analitik (p≤0,05) dengan nilai OR 3,750
Dengan Kejadian yang dibagi dan pengisian observasional yang berarti anak usia 12-36
Stunting Pada Anak menjadi 2 kuesioner dengan bulan yang tidak mendapat ASI
Usia 12-36 Bulan kelompok oleh rancangan Eksklusif memiliki resiko 3,7
Di Wilayah Kerja yaitu 44 anak responden penelitian case kali lebih besar daripada anak
Puskesmas Luwuk pada kelompok control usia 12-36 bulan yang mendapat
Kecamatan Luwuk kasus dan 44 ASI Eksklusif
Selatan Kabupaten anak pada
Banggai Sulawesi kelompok
Tengah. control
15. (Goyal, Exposure to Subjek Bangladesh Pengukuran OR = 1,121 (CI 95%: 1.054,
2017) Ambient Fine penelitian ini Demographi pada anak 1.192). Pada saat sakit,
Particulate Air yaitu 29.697 c and Health dibawah katabolisme cadangan zat gizi
Pollution in balita usia 0- Surveys lima tahun dalam tubuh akan lebih cepat
Utero as a Risk 59 bulan (DHS) dengan sehingga cadangan zat gizi tidak
Factor for Child menganalisi cukup.
Stunting s data the
in Bangladesh Bangladesh
Demograph
ic
and
Health
Surveys
(DHS)

43
2.5 Kerangka Teori

Dari banyaknya teori yang di dapat, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teori Engle. Dari teori tersebut dapat dijelaskan bahwa ada 4

sumber yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan

perkembangannya yaitu pola asuh, sumber kesehatan, sumber mengasuh, dan

sumber makanan/ ekonomi. Dari penjelasan dapat digambarkan sebagai berikut.

Kelangsungan Hidup Anak

Pertumbuhan Perkembangan

Pemberian Makanan Kesehatan

Pola Asuh:
 Perhatian Kepada Perempuan
Ketersediaan pangan  Pemberian ASI/ Makanan Pelayanan kesehatan
dalam keluarga  Persiapan dan Penyiapan makanan dan lingkungan
 Dukungan Psikososial Kognitif
 Kebersihan diri
 Praktek kesehatan dasar

Sumber makanan/ Sumber Kesehatan:


ekonomi:  Ketersediaan
Sumber mengasuh:
 Pengeluaran sumber air bersih
 Status kesehatan
makanan  Sanitasi lingkungan
 Kesehatan mental
 Kepemilikan  Pelayanan
 Waktu yang tersedia
tanah kesehatan
 Pengendalian terhadap
 Pendapatan  Pelayanan
sumber/autonomi
keluarga keselamatan
 Dukungan sosial
 Peraktik kesehaan
 Pengatahuan Gizi Ibu
dasar

Budaya, Politik, Sosial

Gambar 2.1 Teori Engle (1996)

44
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Stunting merupakan masalah gizi utama yang akan berdampak pada

kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Stunting adalah bentuk dari

proses pertumbuhan yang terhambat dan merupakan salah satu masalah gizi yang

perlu mendapat perhatian. Anak balita yang stunting cenderung akan lebih sulit

mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik

maupun psikomotorik.

Praktik kesehatan dasar balita merupakan satu aspek pola asuh yang dapat

mempengaruhi status gizi balita. Praktik kesehatan dasar meliputi pengobatan

penyakit pada balita apabila balita menderita sakit dan tindakan pencegahan

terhadap timbulnya suatu penyakit.

Status ekonomi secara tidak langsung dapat memengaruhi status gizi

anak. Sebagai contoh, keluarga dengan status ekonomi baik bisa mendapatkan

pelayanan umum yang lebh baik juga, yaitu pendidikan, pelayanan kesehatan dan

sebagainya. Selain itu, daya beli keluarga akan semakin meningkat sehingga

akses keluarga terhadap pangan akan menjadi lebih baik. Status ekonomi yang

rendah dianggap memiliki dampak yang signifikan terhadap kemungkinan anak

45
menjadi kurus dan pendek. Status ekonomi sendiri dapat dilihat dari pendapatan

keluarga dan daya beli keluarga dalam mengakses pangan.

Pengetahuan tentang gizi akan mempengaruhi kebiasaan makan atau

perilaku makan pada balita. Jika ibu memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

maka akan mempengaruhi kebiasaan makan balita dan akan berdampak pada

masalah stunting.

3.2 Alur Kerangka Konsep

Praktik Kesehatan Dasar

Status Ekonomi Stunting

Pengatahuan Gizi Ibu

Ket:

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

Gambar 3.1 Alur Pola Pikir Peneliti


3.3.1 Variabel Dependen (Terikat)

1. Kejadian Stunting

a. Definisi Operasional

Stunting ialah masalah status gizi kronis ditandai dengan nilai

zscore tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar

46
deviasi sehingga lebih pendek daripada tinggi badan seharusnya.

Standar pengukuran tersebut dilihat dari ketentuan peraturan menteri

kesehatan republik Indonesia nomor 2 tahun 2020 standar

antropometri anak. Stunting diukur dengan menggunakan Skala

nominal.

b. Kriteria Objektif

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif dari

Stunting adalah :

Stunting : Jika TB/U Kurang dari -2 standar deviasi

Tidak stunting : Jika TB/U dari -2 sampai 2 standar deviasi

3.3.2 Variabel Independen (Bebas)

a. Praktik Kesehatan Dasar

I. Definisi Operasional

Praktik kesehatan dasar berupa perilaku preventif dengan

memberikan imunisasi dasar lengkap, pengobatan penyakit apabila

anak menderita sakit dan tindakan pencegahan terhadap timbulnya

suatu penyakit, melakukan pemantauan status gizi anak melalui

posyandu dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan anak.

47
II. Kriteria Objektif

Praktik kesehatan dasar diukur berdasarkan pertanyaan dari

kuesioner dengan jawaban tertinggi diberi skor 1 dan terendah diberi

skor 0. Dihitung dengan menggunakan Skala Guttman :

Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x Bobot tertinggi (100%)

= 5 x 1 = 5 (100 %)

Skor terendah= Jumlah pertanyaan x Bobot terendah

=5x0=0

Tentukan persentase: 0 / 5 (100%) = 0%

Interval = Skor tertinggi – Skor terendah

Banyaknya pilihan

= 100 % - 0 %

= 50 %

Skor standar = 100 % - 50 %

= 50 %

Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria objektif dari praktik

kesehatan dasar:

Baik : Jika skor jawaban dari responden ≥ 50 %

Kurang Baik : Jika skor jawaban dari responden < 50 %

48
b. Status Ekonomi

I. Definisi Operasional

Status ekonomi secara tidak langsung dapat memengaruhi

status gizi anak.Sebagai contoh, keluarga dengan status ekonomi baik

bisa mendapatkan pelayanan umum yang lebh baik juga, yaitu

pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Selain itu, daya beli

keluarga akan semakin meningkat sehingga akses keluarga terhadap

pangan akan menjadi lebih baik. Status ekonomi sendiri dapat dilihat

dari pendapatan keluarga dalam mengakses pangan.

II. Kriteria objektif

Berdasarkan definisi oprasional di atas maka kriteria objektif

dari status ekonomi adalah :

Tinggi : Jika pendapatan keluarga lebih dari sama dengan

Rp. 2.400.000,00

Rendah : Jika pendapatan keluarga kurang dari

` Rp. 2.400.000,00

c. Pengetahuan gizi ibu

I. Definisi Operasional

Tingkat pengetahuan gizi ibu adalah sejauh mana ibu

mengetahui arti gizi dan penerapannya dikehidupan sehari-hari.

49
Tingkat pengetahuan gizi ibu diukur berdasarkan pertanyaan

dari kuesioner dengan jawaban tertinggi diberi skor 1 dan terendah

diberi skor 0. Dihitung dengan menggunakan Skala Guttman :

Skor tertinggi = Jumlah pertanyaan x Bobot tertinggi (100%)

= 5 x 1 = 5 (100 %)

Skor terendah = Jumlah pertanyaan x Bobot terendah

=5x0=0

Tentukan persentase: 0 / 5 (100%) = 0%

Interval = Skor tertinggi – Skor terendah

Banyaknya pilihan

= 100 % - 0 %

= 50 %

Skor standar = 100 % - 50 %

= 50 %

II. Kriteria Objektif

Pengetahuan Cukup : Jika skor jawaban responden ≥ 50%

Pengetahuan Rendah : Jika skor jawaban responden < 50%

50
3.4 Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh Peraktik Dasar Kesehatan dengan kejadian Stunting di

Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten

Parigi Moutong.

2. Adanya pengaruh Status ekonomi dengan kejadian Stunting di Wilayah kerja

Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi

Moutong.

3. Adanya pengaruh pengatahuan gizi ibu sanitasi lingkungan dengan kejadian

Stunting di Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat

Kabupaten Parigi Moutong.

51
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

desain penelitian Cross-sectional (potong lintang). Data variabel dependen dan

independen diambil dalam waktu bersamaan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lompe

Ntodea Kabupaten Parigi Moutong.

4.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Lompe

Ntodea kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong. Waktu pelaksanaan

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret Tahun 2021.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah Jumlah Balita yang berada di wilayah

Kerja Puskesmas Lompe Ntodea, kecamatan Parigi Barat, Kabupaten

Parigi Moutong sebanyak 832 balita.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Jumlah balita yang tercatat di

wilayah kerja puskesmas Lompe Ntodea kecamatan Parigi Barat dengan

52
besaran sampel menggunakan rumus Slovin (0,1) dari suatu populasi

yaitu sebagai berikut :

4.1 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Probability

sampling dilakukan dengan teknik simple random sampling. menggunakan

metode Cluster random sampling. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil

adalah sebagian balita yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea.

Puskesmas Lompe Ntodea mencakup 6 Wilayah kerja yaitu Desa Kayuboko

193 balita, Parigimpuu 158 balita, Baliara 161 balita, Air panas 110, Jonokalora

123 balita dan Lobu Mandiri 87 balita. Adapun rumus yang digunakan untuk

penentuan sampel setiap desa sebagai berikut:

1. Desa Kayuboko

53
2. Desa Parigimpuu

3. Desa Baliara

4. Desa Air Panas

5. Desa Jonokalora

6. Desa Lobu Mandiri

Adapun Kriteria inklusi sampel pada penelitian di Puskesmas Lompe

Ntodea yaitu:

1. Responden bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Lompe ntodea.

2. Responden merupakan ibu dari balita

3. Bersedia diwawancarai, mengisi kuesioner dan dapat diajak bekerjasama.

4. Responden mampu berkomunikasi dengan baik

54
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian di Puskesmas Lompe Ntodea yaitu:

1. Responden tidak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Lompe Ntodea.

2. Responden bukan merupakan ibu dari balita

3. Responden tidak bersedia diwawancarai, mengisi kuesioner dan dapat

diajak bekerjasama.

4.2 Pengumpulan Data

4.2.1 Data Primer


Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

oleh peneliti melalui kegiatan observasi, wawancara dan kuesioner atau

cara lainnya. Data primer memerlukan pengolahan data lebih lanjut agar

data tersebut memiliki makna.

4.2.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak diambil secara langsung oleh

peneliti dan telah tersedia sebelumnya di fasilitas kesehatan seperti

catatan posyandu, catatan Puskesmas Lompe Ntodea, Dinas Kesehatan

Kabupaten Parigi Moutong dan Dinas Keshatan Provinsi Sulawesi

Tengah serta pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup studi.

55
4.3 Analisis Data dan Penyajian Data

4.3.1 Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputer.

Adapun langkah-langkah analisis data pada penelitianini yaitu:

1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan sampel respondendan karakteristik setiap variabel

penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat

digunakan untuk menggambarkan karateristik sampel responden, serta

variabel independen Pengetahuan Gizi Ibu, Status Ekonomi, dan

Praktik Kesehatan Dasar.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan

derajat kepercayaan 95%.

4.3.2 Penyajian Data

Penyajian data secara deskriptif akan ditampilkan dalam bentuk

narasi dan beberapa tabel distribusi dan diikuti uji statistik

hubungan antara variable independen (bebas) dan dependen (terikat).

56
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Lompe Ntodea

A. Letak Geografis

Luas wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea adalah 118,26

Km², sebesar 1,90 % dari luas wilayah kabupaten Parigi Moutong.

Adapun batas wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea yaitu sebelah

utara berbatasan dengan Kecamatan Parigi tengah (desa Jonokalora),

sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Parigi (desa

Kayuboko), sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Donggala,

serta sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Parigi (baliara).

Adapun luas wilayah Puskesmas Lompe Ntodea dari beberapa desa

ialah Desa Parigimpu‟u sebesar 27,32%, Desa kayuboko 25,53%,

Desa Jonokalora 25,3%, Desa Air panas 21,36%, Desa Lobu 13,67%,

dan Desa Baliara 4,88%.

B. Sarana Kesehatan

1. Fasilitas Puskesmas

a. Jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu) tahun 2019 sebanyak 2

unit, yaitu Pustu Parigimpu‟u dan Pustu Kayuboko.

57
b. Puskesmas Keliling Roda 4 sebanyak 2 unit dan Roda 2

sebanyak 3 unit

2. Sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Puskesmas Lompe Ntodea memiliki 6 unit Poskesdes, 2 unit

Pustu dan 9 Posyandu.

C. Pelayanan Kesehatan Rujukan

1. Rawat Jalan.

Pada Tahun 2019 jumlah kunjungan rawat jalan sebanyak

7.678 pasien, yang meliputi Kunjungan ke Balai Pengobatan

Umum, KIA, Pertolongan Persalinan dan Malaria.

2. Pelayanan Rujukan.

Pelayanan Kesehatan rujukan dilaksanakan untuk kasus-

kasus yang tidak dapat ditangani di puskesmas dan perlu

mendapatkan pelayanan yang lebih lanjut di rumah sakit.

D. Tenaga kesehatan

Keadaan tenaga kesehatan diwilayah kerja puskesmas Lompe

Ntodea pada tahun 2019 sebagai berikut: Dokter Umum 1 Orang,

Asisten Apoteker 2 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat 10 Orang,

Sarjana 9 Orang, Bidan 16, Tenaga Non Kesehatan 1 orang, Perawat

gigi 1 Orang, Analisis Kesehatan 1 orang.

58
5.1.2 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat,

maupun deskripsi karakteristik responden, sebagai berikut:

1. Alamat Responden

Distribusi responden kejaian stunting menurut alamat

responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1 Sebagai

berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut alamat di


Wilayah Kerja Puskesmas Lompentodea Kec. Parigi Barat
Kab. Parigi Moutong

Alamat n (%)
Responden
Kayuboko 21 23.3
Parigimpu‟u 18 20.0
Jonokolora 13 14.4
Baliara 17 18.9
Lobu Mandiri 9 10.0
Air Panas 12 13.3
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut alamat, responden dengan alamat yang tertinggi

adalah pada kelompok alamat Kayuboko berjumlah 21 responden

(23.3%), sedangkan alamat yang terendah ada pada alamat Lobu

Mandiri berjumlah 9 responden (10.0%).

59
2. Umur Responden

Distribusi responden kejadian stunting menurut umur

responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai

berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut umur


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Lompentodea
Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Umur Responden n (%)

21-25 Tahun 16 17.8


26-30 Tahun 29 32.2
31-35 Tahun 24 26.7
36-40 Tahun 15 16.7
41-45 Tahun 6 6.7
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut umur, responden yang tertinggi adalah pada

kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebanyak 29 responden (32.2%)

sedangkan kelompok umur yang terendah ada pada kelompok umur

41-45 tahun yaitu sebanyak 6 responden (6%).

60
3. Pendidikan Ayah (Suami)

Distribusi responden kejadian stunting menurut pendidikan

ayah (suami) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai

berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut


Pendidikan Ayah (Suami) di Wilayah Kerja Puskesmas
Lompentodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong.

Pendidikan Ayah n (%)


(Suami)
SD/Sederajat 23 25.6
SMP/Sederajat 32 35.6
SMA/Sederajat 26 28.9
Sarjana/Universitas 9 10.0
Total 87 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut pendidikan ayah (suami) yang tertinggi adalah SMP/sederajat

yaitu sebanyak 32 responden (35.6%), sedangkan yang terendah

Sarjana/Universitas yaitu sebanyak 9 responden (10.0%).

61
4. Pendidikan Ibu (Istri)

Distribusi responden kejadian stunting menurut pendidikan ibu

(Istri) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pendidikan


Ibu (Istri) di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec.
Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Pendidikan Ibu n (%)


(Istri)
SD/Sederajat 19 21.1
SMP/Sederajat 31 34.4
SMA/Sederajat 38 42.2
Sarjana/Universitas 2 2.2
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut pendidikan ibu (istri) yang tertinggi adalah SMA/sederajat

yaitu sebanyak 38 resonden (42,2 %), sedangkan yang terendah

Sarjana/Universitas yaitu sebanyak 2 responden (2,2%).

62
5. Pekerjaan Ayah (Suami)

Distribusi responden kejadian Stunting menurut pekerjaan ayah

(Suami) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai

berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan


Ayah (Suami) di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea
Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Pekerjaan Ayah (Suami) n (%)


Petani 57 63.3
Wiraswasta 12 13.3
Guru 2 2.2
PNS 2 2.2
Honorer 6 6.7
Pegawai 10 11.1
Security 1 1.1
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut pekerjaan ayah (suami) yang tertinggi adalah petani sebanyak

57 responden (63,3%) sedangkan yang terendah ada pada security

sebanyak 1 responden (1,1%).

63
6. Pekerjaan Ibu (Istri)

Distribusi responden kejadian Stunting menurut pekerjaan ibu

(Istri) pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan


Ibu (Istri) di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec.
Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Pekerjaan Ibu n (%)


(Istri)
IRT 90 100
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut pekerjaan ibu (istri) secara keseluruhan adalah IRT.

7. Ukuran LILA Selama Ibu Hamil

Distribusi responden kejadian stunting menurut ukuran LILA

selama ibu hamil pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.7

sebagai berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Ukuran


LILA Selama Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Lompe Ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Ukuran LILA n (%)


Selama Ibu Hamil
Normal 57 63.3
Tidak Normal 33 36.7
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

64
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut ukuran LILA selama ibu hamil yang tertinggi adalah normal

sebanyak 57 responden (63,3%).

8. Jenis Kelamin Balita

Distribusi responden kejadian stunting menurut jenis kelamin

balita pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.8 sebagai berikut:

Tabel 5.8 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Jenis


Kelamin Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe
Ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Jenis Kelamin Balita n (%)


Laki-Laki 50 55.6
Perempuan 40 44.4
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut jenis kelamin balita yang tertinggi adalah laki-laki sebanyak

50 blita (55.6 %).

65
9. Umur Balita

Distribusi responden kejadian stunting menurut umur balita

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9 sebagai berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Umur


Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec.
Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Umur Balita n (%)


7 Bln-12 Bln 7 7.8
2 Thn-3 Thn 50 55.6
4 Thn-5 Thn 33 36.7
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.9 menunjukan bahwa distribusi responden

menurut umur balita yang tertinggi adalah 2 - 3 tahun sebanyak 50

balita (55.6 %), sedangkan yang terendah adalah 7 - 12 bulan

sebanyak 7 responden (7.8%0).

10. Berat Badan Lahir

Distribusi responden kejadian stunting menurut berat badan

lahir pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut:

Tabel 5.10 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Berat


Badan Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe
Ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong
Berat Badan Lahir n (%)
Kurus 14 15.6
Normal 75 83.3
Obesitas 1 1.1
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

66
Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut berat badan lahir yang tertinggi adalah normal

sebanyak 75 balita (83,3 %) sedangkan yang terendah adalah obesitas

sebanyak 1 balit (1.1%).

11. Kejadian Stunting

Distribusi responden kejadian stunting menurut kejadian

stunting pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.11 sebagai

berikut:

Tabel 5.11 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Kejadian


Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec.
Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Kejadian Stunting n (%)


Tidak Stunting 44 48.9
Stunting 46 51.1
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 5.11 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut kejadian stunting yang tertinggi adalah stunting

sebanyak 46 responden (51.1%).

67
12. Peraktik Kesehatan Dasar

Distribusi responden kejadian stunting menurut peraktik

kesehatan dasar pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.12

sebagai berikut:

Tabel 5.12 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Peraktik


Kesehatan Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe
Ntodea Kec. Parigi Barat Moutong, Kab. Parigi Moutung.
Peraktek kesehatan Dasar n (%)
Baik 66 73.3
Kurang Baik 24 26.7
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021
Berdasarkan Tabel 5.12 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut peraktik kesehatan dasar yang tertinggi adalah baik

sebanyak 66 responden (73,3%).

13. Pengetahuan Gizi Ibu

Distribusi responden kejadian stunting menurut pengatahuan

gizi ibu pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.13 sebagai

berikut:

Tabel 5.13 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut


Pengatahuan Gizi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
Lompe Ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Pengatahuan Gizi Ibu n (%)


Baik 58 64.4
Kurang Baik 32 35.6
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

68
Berdasarkan Tabel 5.13 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut pengatahuan gizi ibu yang tertinggi adalah baik

sebanyak 58 responden (64,4%).

14. Status Ekonomi

Distribusi responden kejadian stunting menurut status ekonomi

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.14 sebagai berikut:

Tabel 5.14 Distribusi Responden kejadian stunting menurut

Pekerjaan Ayah (Suami) di Status Ekonomi

Distribusi responden kejadian stunting menurut status ekonomi

pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.14 sebagai berikut:

Tabel 5.14 Distribusi Responden kejadian Stunting menurut Pekerjaan


Ayah (Suami) di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea
Kec. Parigi Barat Kab. Parigi Moutong

Status Ekonomi n (%)


Tinggi 30 33.3
Rendah 60 66.7
Total 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 5.14 menunjukan bahwa distribusi

responden menurut status ekonomi yang tertinggi adalah pendapatan

keluarga yang kurang dari Rp. 2.400.000 sebanyak 60 responden

(66.7%).

69
5.1.3 Analisis Bivariat

1. Hubungan Peraktik Kesehatan Dasar dengan Kejadian Stunting di

Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec. Parigi Barat Kab.

Parigi Moutong

Tabel 5.15 Hasil Analisis Bivariat Pengaruh Peraktik Kesehatan


Dasar dengan Kejadian Stunting
Stunting
Peraktik Total
Tidak
Kesehtan Stunting
Stunting
Dasar
n % n % N %
Baik 26 59,1 13 28,3 39
100 0,005
Tidak Baik 18 40,9 33 71,7 51
Total 44 48,9 46 51,1 90 100

Berdasarkan tabel 5.15 Menunjukan bahwa dari 39 orang

responden yang peraktik kesehatan dasar baik terdapat 13 orang (28,3%)

mengalami stunting dan terdapat 26 orang (59,1%) yang tidak

stunting. Kemudian tabel menunjukan bahwa dari 51 orang responden

yang tidak baik peraktik kesehatan terdapat 33 orang (71,7%) yang

mengalami stunting dan 18 orang (40,9%) yang tidak stunting.

70
Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Square pada tabel 5.1

dapat diketahui bahwa ρ= 0,005 (<0,05) maka Ho pada penelitian ini di

tolak, artinya adanya pengaruh Hubungan peraktik kesehatan dasar

dengan kejadian Stunting diwilayah kerja Puskesmas Lompe ntodea

Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong.

2. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan kejadian Stunting di

wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec. Parigi Barat Kab.

Parigi mouotong.

Tabel 5.16 Hasil Analisa Bivariat Pengetahuan Gizi Ibu dengan


Kejadian Stunting
Stunting
Pengetahuan Tidak Total
Stunting
Gizi Ibu Stunting
n % n % N %
Baik 35 79,5 23 50,0 58
100 0,004
Tidak Baik 9 20,5 23 50,0 32
Total 44 48,9 46 51,1 90 100

Berdasarkan tabel 5.16 Menunjukan bahwa dari 58 orang

responden yang pengetahuan gizi ibu baik terdapat 23 orang (50,0%)

mengalami stunting dan terdapat 35 orang (79,5%) yang tidak

stunting. Kemudian tabel menunjukan bahwa dari 32 orang responden

yang tidak baik pengetahuan gizi ibu terdapat 23 orang (50,0%) yang

mengalami stunting dan 9 orang (20,5%) yang tidak stunting.

71
Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Square pada tabel 5.16

dapat diketahui bahwa ρ= 0,004 (<0,05) maka Ho pada penelitian ini di

tolak, artinya adanya pengaruh Hubungan pengetahuan gizi ibu dengan

kejadian Stunting diwilayah kerja Puskesmas Lompe ntodea Kecamatan

Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong.

3. Hubungan Status Ekonomi dengan kejadian Stunting di wilayah

kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kec. Parigi Barat Kab. Parigi

mouotong.

Tabel 5.17 Hasil Analisa Bivariat Status Ekonomi dengan Kejadian


Stunting
Stunting
Status Tidak Total
Stunting
Ekonomi stunting
n % n % N %
Baik 21 47,7 9 19,6 30
100 0,007
Tidak Baik 23 52,3 37 80,4 60
Total 47 48,9 46 51,1 90 100

Berdasarkan tabel 5.17 Menunjukan bahwa dari 30 orang

responden yang status ekonomi baik terdapat 9 orang (19,6%)

mengalami stunting dan terdapat 21 orang (47,7%) yang tidak

stunting. Kemudian tabel menunjukan bahwa dari 60 orang responden

yang tidak baik status ekonomi terdapat 37 orang (80,4%) yang

mengalami stunting dan 23 orang (52,3%) yang tidak stunting.

72
Dari hasil analisis menggunakan uji Chi-Square pada tabel 5.1

dapat diketahui bahwa ρ= 0,007 (<0,05) maka Ho pada penelitian ini di

tolak, artinya adanya pengaruh Hubungan status ekonomi dengan

kejadian Stunting diwilayah kerja Puskesmas Lompe ntodea Kecamatan

Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Kejadian Stunting pada

Balita

Menurut Wati (2018), bahwa ibu responden yang memiliki tingkat

pengetahuan tentang asupan makan balita baik akan mempengaruhi tingkat

kejadian stunting. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil ada hubungan

antara pengetahuan ibu tentang asupan makan balita dengan kejadian

stunting. Menurut Susilowati dan Himawati (2017), pengetahuan yang

didasari dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru

yang diharapkan. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita memiliki

hubungan yang signifikan dengan status gizi balita.

Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan

dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi

pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan

memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi

73
seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh

memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang

terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi

essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat

gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang

membahayakan (Almatsier, 2017).

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan ibu tentang gizi yang

sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak. Proses pembentukan

perilaku adalah evolusi dari pengetahuan yang dapat membentuk sikap

dan kemudian dapat mempengaruhi terciptanya perilaku. Hal tersebut

dapat terwujud dengan memberikan suatu informasi atau pengalaman

responden. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan

untuk lebih memahami bagaimana mendidik anak dan mengarahkan anak

dalam pendidikan serta dalam memberikan makanan gizi seimbang

sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Chirande

et al, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, di dapatkan sebagian

besar responden pengatahuan gizi ibu kurang baik dikarenakan tingkat

pendidikan responden rata-rata SD dan SMP (rendah) sehinggah

mempengaruhi kejadian stunting. Ketika seorang ibu tidak mengatahui

dan memberikan gizi yang baik kepada anaknya maka hal tersebut bisa

74
mempengaruhi tumbuh kembang anak dalam kejadian stunting. Selain

tingkat pendidikan yang rendah hasil penelitian juga didapatkan 13

responden jarang mendatangi posyandu dengan tidak adanya kendaraan.

Dimana dalam kegiatan posyandu tersebut terdapat edukasi terkait

pengatahuan gizi pada anak. Hal tersebut menjadikan beberapa responden

yang tidak mendatangi posyandu memiliki pengatahuan yang kurang

terkait pengtahuan gizi ibu dan anak, hal tersebut adalah salah satu faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.

Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian

tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang

konstribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah

gizi. Ibu balita mengeluhkan bahwa anak mereka sulit makan dan selalu

meminta makanan yang sama setiap kali makan. Sebagian besar balita

hanya makan nasi dengan frekuensi 2-3 kali sehari dengan lauk sayur sop

atau bening bayam, telur dadar, kadang ditambah dengan susu. Namun

susu yang dikonsumsi bukan susu formula atau susu pertumbuhan

melainkan kental manis. Orang tua lebih memilih susu kental manis

karena harganya yang terjangkau padahal susu kental manis bukan

termasuk susu untuk pemenuhan asupan gizi. Hal ini tentu tidak dapat

mencukupi kebutuhan energi pada balita. Hasil penelitian ini sesuai

dengan teori Prasetyono (2009), bahwa salah satu manfaat ASI ekslusif

75
adalah mendukung pertumbuhan bayi karena kalsium ASI lebih efisien

diserap dibanding susu pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi

yang diberikan ASI ekslusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih

tinggi dan sesuai dengan kurva pertumbuhan dibandingkan dengan bayi

yang diberiakan susu formula. Hasil ini sesuai dengan yang di dapatkan

oleh (Rifiana & Agustina, 2018), Menurut peneliti masih banyaknya

kejadian tersebut dikarenakan banyak ibu yang mengira bayinya tidak

cukup kenyang ketika hanya diberikan ASI saja sehingga pemberian

makanan tambahan di usia kurang dari 6 bulan sudah dilakukan, sebagian

lagi diakarenakan banyak ibu balita yang bekereja sehingga bayinya

dititipkan pada pengesuh rumahan, makanan yang diberikan pun cukup

beragam seperti bubur serelac, buah – buahan dan khususnya susu

formula.

Hasil analais bivariat menunjukan bahwa ada hubungan

pengatahuan gizi ibu dengan kejadian stuning di wilayah Kerja

Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi

Moutong. Didapatkan hasil analisis menggunakan uji regresi logistik

dengan ρ=0,004 < 0,005 artinya ada pengaruh Pengatahuan Gizi Ibu

dengan kejadian stunting.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Gibney et al (2008), bahwa

semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka

76
penilaian terhadap mekanan semakin baik, sedangkan pada keluarga yang

pengetahuannya rendah seringkali anak makan dengan tidak memenuhi

kebutuhan gizi. Pengetahuan ibu tentang gizi akan menentukan sikap dan

perilaku ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya termasuk jenis

dan jumlah yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ulfah (2019), bahwa Hasil

uji statistik dengan uji chi square didapatkan hasil < 0,05. Hal ini sejalan

dengan hasil peneliti dapatkan karena terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu dengan kejadian status stunting pada balita di Puskesmas

Lompe Ntodea. Berdasarkan hasil penilitian Ulfah terdapat responden

yang memiliki pengetahuan Gizi rendah berasal dari responden yang

memiliki pendidikan rendah sehinga seuasi dengan peneliti dapatkan,

bahwa responden yang memiliki pengetahuan gizi rendah berasal dari

responden yang memiliki pendidikian rendah yang mana pada wilayah

kerja Pusksemas Lompe Ntodea terdapat responden yang memiliki

pendidikan mulai dari SD – SMP (rendah) sehingga pengetahuan ibu

terhadap kejadian stunting masih kurang dan responden juga masih

menanyakan apa itu stunting. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan

ibu dapat dikaitkan sebagai salah satu penyebab adanya kejadian stunting.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hapsari (2018), di wilayah

77
kerja Puskesmas Bayudono II di Kabupaten Boyolali, bahwa tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi berpengaruh secara bermakna terhadap

stunting pada balita (p=0,027;OR=3,801).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Ni‟mah

(2015), berdasarkan hasil >0,05 tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin

di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan hasil penilitian

Ni‟mah terdapat responden yang memiliki pengetahuan Gizi rendah tidak

berasal dari responden yang memiliki pendidikan rendah sehinga tidak

sesuai dengan peneliti dapatkan, bahwa responden yang memiliki

pengetahuan gizi rendah berasal dari responden yang memiliki

pendidikian rendah. Penelitian Syabandini (2018), yang menyatakan

bahwa tingkat pengetahuan ibu bukan merupakan faktor risiko stunting.

Hal ini dikarenakan ibu dengan pengetahuan yang cukup/ baik risiko

anaknya mengalami stunting dan tidak stunting sama besarnya,

sedangkan nilai CI didapatkan rentang 0,927-16,048 dan OR> 1 yang

menunjukkan bahwa variabel pengetahuan cenderung merupakan faktor

risiko, namun belum cukup bukti untuk dinyatakan sebagai faktor risiko.

5.2.2 Hubungan Status Ekonomi dengan kejadian stunting pada balita

Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping itu keadaan sosial

78
ekonomi juga berpengaruh pada pemilihan macam makanan tambahan

dan waktu pemberian makanan serta kebiasaan hidup sehat (Dewi, 2016).

Status ekonomi berkaitan dengan kemampuan rumah tangga

tersebut dalam memenuhi kebutuhan hidup baik primer, sekunder,

maupun tersier. Pendapatan keluarga yang tinggi memudahkan dalam

memenuhi kebutuhan hidup, sebaliknya pendapatan keluarga yang rendah

lebih memalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kualitas maupun

kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Makanan yang

di dapat biasanya akan kurang bervariasi dan sedikit jumlahnya terutama

pada bahan pangan yang berfungsi untuk pertumbuhan anak sumber

protein, vitamin, dan mineral, sehingga meningkatkan risiko kurang gizi.

Keterbatasan tersebut akan meningkatkan risiko seorang balita

mengalami stunting. Rendahnya tingkat pendapatan dan lemahnya daya

beli memunngkinkan unntuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-

cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif tertutama

untuk anak-anak mereka (Teferi et al, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian ini di dapatkan kebanyakan

responden yaitu berjumlah 60 yang memiliki pendapatan yang kurang

dari Rp. 2.400.000. Sebagian responden bekerja sebagai petani responden

hanya berharap dari hasil tani yang panen, ada yang 3 bulan sekali panen

79
dan ada juga 6 bulan sekali panen. Sehingga kebutuhan gizi anak yang

kurang terpenuhi di karenakan pendapatan keluarga yang tidak sesuai

dengan Upah Minium Rupiah (UMR). Selain itu ada beberapa

responeden yang memiliki upah minimum rendah yaitu 26 responden

memiliki balita yang tidak mengalami kejadian stunting di karenakan

seorang petani tersebut menanam sayur-sayuran untuk di konsumsi oleh

keluarganya.

Responden dalam penelitian ini seluruhnya tidak bekerja sehingga

pendapatan keluarga hanya berasal dari suami. Hasil tersebut sama

dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa stunting lebih

banyak terjadi pada keluarga dengan pendapatan rata-rata/bulan yang

rendah. Keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah biasanya

mengkonsumsi makanan yang lebih murah dan menu yang kurang

bervariasi, sebaliknya pendapatan yang tinggi umumnya mengkonsumsi

makanan yang lebih tinggi harganya, tetapi penghasilan yang tinggi tidak

menjamin tercapainya gizi yang baik. Pendapatan yang tinggi tidak

selamanya meningkatkan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,

tetapi kenaikan pendapatan akan menambah kesempatan untuk memilih

bahan makanan dan meningkatkan konsumsi makanan yang disukai

meskipun makanan tersebut tidak bergizi tinggi. Terdapat keluarga

dengan pendapatan tinggi kurang baik dalam mengatur belanja keluarga,

80
mereka membeli pangan dalam jumlah sedikit serta mutu yang kurang,

sehingga dapat mempengaruhi keadaan gizi anak.

Status ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi

status gizi anak. Sebagai contoh, keluarga dengan status ekonomi baik

bisa mendapatkan pelayanan umum yang lebih baik juga, yaitu

pendidikan, pelayanan kesehatan, aksesibilitas jalan, dan sebagainya.

Melalui fasilitas tersebut keluarga dengan status ekonomi baik akan

berdampak positif terhadap status gizi anak, Hal ini menunjukkan

perbaikan kecil dalam status sosial ekonomi memiliki dampak penting

pada kesehatan anak (Soetjiningsih, 2014).

Menurut teori Sudirman (2008), bahwa status ekonomi dapat

mempengaruhi terjadinya stunting, karena keadaan sosial ekonomi atau

keadaan rumah tangga yang tergolong rendah akan mempengaruhi

tingkat pendidikan rendah, kualitas sanitasi dan air minum yang rendah,

daya beli yang rendah serta layanan kesehatan yang terbatas, semuanya

dapat berkontribusi terkena penyakit dan rendahnya asupan zat gizi

sehingga berpeluang untuk terjadinya stunting.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa responden yang

status ekonomi tinggi cenderung tidak mengalami stunting

dibandingkan dengan responden yang status ekonominya rendah lebih

cenderung untuk mengalami stunting. Hasil analisis menggunakan uji

81
Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (0,05) yang dilakukan terhadap

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita

didapatkan hasil ρ Value = 0,007 (<0,05) jadi ρ Value ≤ α sehingga Ho

ditolak, yang artinya ada hubungan antara status ekonomi dengan

kejadian stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas lompe ntodea

kecamatan parigi barat kabupaten parigi moutong.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Cipriano (2017),

menyatakan bahwa masalah sosial ekonomi seperti pendapatan keluarga

rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting

pada anak, dimana keluarga berpenghasilan rendah memiliki

kemungkinan mengalami masalah gizi dibandingankan anak yang

keluarganya berpenghasilan tinggi. Dimana responden yang memiliki

ekonomi rendah anaknya mengalami stunting akibat kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan gizi anak. Hal ini sesuai dengan peneliti dapatkan

dikarenakan responden memiliki Upah Minimum Rendah sehinggah

kebutuhan gizi pada anak tidak terpenuhi dikarenakan responden

berstatus sebagai honorer dan petani sehinggah ekonomi yang mereka

dapatkan tidak tercukupi. Faktor sosial ekonomi merupakan akar

permasalahan gizi buruk keluarga dengan pendapatan yang relatif

rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi.

82
Sehingga secara stataistik terdapat hubungan yang bermakna antara

status ekonomi dengan kejadian stunting dengan hasil a<0,05.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Rizalina (2018), status sosial ekonomi keluarga menurut tingkat

pendapatan dengan kejadian dengan hasil a>0,05). Karena dalam

penelitian ini didapatkan tingkat pendapatan keluarga cukup tinggi

sebesar 87,5% terjadi pada anak yang tidak mengalami stunting. Hal ini

juga tidak sesuai dengan peneliti dapatkan dikarenakan tingkat

pendapatan keluarga dapatkan sangat tinggi sehingga kebutuhan

responden tercukupi. Penelitian lain juga yang tidak sejalan yaitu

Penelitian Hapsari (2017), yang menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian stunting pada

anak dengan hasil a>0,05. Dalam penelitian ini menyatakan apabila

suatu keluarga mampu mengelola makanan yang bergizi dengan bahan

yang sederahana dan murah maka pertumbuhan anak juga akan menjadi

baik.

5.2.3 Hubungan Praktik Kesehatan Dasar dengan kejadian stunting pada

balita

Praktik kesehatan bagi anak dapat berupa upaya preventif seperti

pemberian imunisasi. Imunisasi adalah cara meningkatkan kekebalan

tubuh terhadap suatu penyakit dan sehingga apabila seseorang terpapar

83
penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit (Matondang, Siregar, & Akib,

2011). Balita yang diimunisasi lebih banyak yang sehat jika dibandingkan

dengan balita yang tidak pernah diimunisasi. Imunisasi diberikan orang

perorang atau ibu yang membawa anaknya untuk diberikan imunisasi.

Tindakan seorang ibu dalam memberikan imunisasi merupakan bentuk

tanggung jawab terhadap keluarga untuk melindungi anaknya dari

serangan penyakit menular (Hidayat, & Jahari 2016).

Pemberian imunisasi kepada anak merupakan hal biasa, namun

memiliki makna yang mulia. Dengan membawa anaknya untuk imunisasi

seorang ibu telah memberikan sumbangan bagi kekebalan kelompok.

Dengan kata lain, imunisasi memiliki dimensi tanggung jawab ganda,

yaitu memberikan perlidungan kepada anak agar tidak terkena penyakit

menular juga telah berkontribusi sosial yang tinggi, yaitu anak yang telah

diberikan imunisasi dan mendapat kekebalan maka akan menghambat

perkembangan penyakit di masyarakat (Achmadi, 2018).

Kehadiran di posyandu yang rutin sangat berpengaruh terhadap

pemantauan status gizi, serta ibu baduta yang datang ke posyandu akan

memperoleh informasi terbaru tentang kesehatan maupun gizi yang

bermanfaat untuk pola hidup sehat. Berbeda dengan baduta yang tidak

pernah hadir dalam posyandu, ia akan sulit untuk dilakukan monitoring

terhadap tumbuh kembangnya.

84
Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat 13 responden yang jarang

membawa anak pergi ke posyandu untuk melakukan pemantauwan status

gizi sehingga balita tersebut mengalami kejadian stunting, dan terdapat

10 responden yang tidak memberikan anaknya imunisasi lengkap,

sehingga balita rentan mengalami stunting. Hasil penelitian ini juga

mendapatkan beberapa responden yang praktik kesehatannya kurang

tetapi anak tersebut tidak mengalami stunting, hal ini di karenakan para

ibu memahami gizi pada balita sehingga ibu tersebut mampu memenuhi

kebutuhan balita.

Hal ini sejalan dengan literatur yang dikemukakan oleh

Prasetyono (2009), pengetahuan ibu diperoleh dari pendidikan,

pengamatan ataupun informasi yang didapat seseorang, dengan adanya

pengetahuan seseorang dapat melakukan perubahan-perubahan sehingga

tingkah laku dari seseorang dapat berkembang. Semua kegiatan yang

dilakukan ibu mengenai pelaksanaan imunisasi bayi tidak lain adalah

hasil yang didapatkan dari pendidikan. Menurut Ningrum (2008), bahwa

semakin tinggi pendidikan ibu, ada kecenderungan semakin lengkap

imunisasi, dan tingkat pendidikan akan berpengaruh positif terhadap

kelengkapan imunisasi dasar.

Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk menurunkan angka

kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah

85
dengan imunisasi. kelengkapan imunisasi berpengaruh signifikan

terhadap stunting. Imunisasi memberikan efek kekebalan tubuh terhadap

manusia, dibutuhkan terutama pada usia dini yang merupakan usia rentan

terkena penyakit. Dampak dari sering dan mudahnya terserang penyakit

adalah masalah status gizi (Swathma, Lestari, & Teguh, 2016).

Walaupun demikian, berdasarkan wawancara dengan responden,

didapatkan hasil terdapat 14 balita yang memiliki praktek kesehatan baik

tetapi mengalami stunting. imunisasi yang lengkap belum tentu dapat

mempengaruhi manfaat dan efektivitas dari pemberian imunisasi seperti

kualit.

adanya vaksin yang diberikan tidak memenuhi standar atau

kurang baik. Hal ini berarti baik anak balita yang imunisasinya lengkap

maupun yang tidak lengkap memiliki peluang yang sama untuk

mengalami stunting (Aridiyah, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan Rahman dan Nur (2018), bahwa

imunisasi dasar lengkap merupakan faktor risiko stunting, bahwa

kelompok kasus jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi dasar

lengkap 76,7% lebih banyak dibandingkan dengan anak yang

mendapatkan imunisasi dasar lengkap 23,3%, dengan nilai sebaliknya

pada kelompok kontrol jumlah anak lebih banyak mendapatkan imunisasi

dasar lengkap 70% dibandingkan yang tidak mendapatkan imunisasi

86
dasar lengkap 30%, hal ini menunjukkan bahwa nilai p value < 0,05.

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa

responden yang memiliki atau melakukan praktek kesehatan dasar

anaknya tidak mengalami kejadian stunting, dan sebaliknya ibu dengan

praktik kesehatan kurang membuat anaknya mengalami kejadian stunting.

Menurut Swathma (2016), Berdasarkan hasil analisis besar risiko riwayat

imunisasi dasar terhadap kejadian stunting, diperoleh OR sebesar 6,044.

Artinya responden yang memiliki balita dengan riwayat imunisasi dasar

tidak lengkap mempunyai risiko mengalami stunting 6,044 kali lebih

besar dibandingkan dengan responden yang memiliki balita dengan

riwayat imunisasi dasar lengkap.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Setiawan and

Machmud (2018), bahwa pemberian imunisasi tidak berhubungan dengan

kejadian stunting dengan hasil (>0,05). Anak yang tidak diberikan

imunisasi dasar yang lengkap tidak serta-merta menderita penyakit

infeksi. Imunitas anak dipengaruhi oleh faktor lain seperti status gizi dan

keberadaan patogen. Hasil ini berbanding terbalik dengan hasil yang

peneliti dapatkan bahwa responden yang memiliki atau melakukan

praktek kesehatan dasar anaknya tidak mengalami kejadian stunting, dan

sebaliknya ibu dengan praktik kesehatan kurang membuat anaknya

mengalami kejadian stunting.

87
5.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini yaitu peneliti hanya dapat mengkaji

dari faktor pengetauan gizi ibu, peraktik kesehaatan dasar dan status

ekonomi. Sementara masih ada faktor lain yang tidak diteliti seperti

penyakit infeksi, sosial budaya, ketahanan pangan, akses pelayanan

kesehatan yang berpengaruh juga terhadap kejadian stunting

88
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor yang

berhubungan kejadian stunting pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Lompe

Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong, didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kejadian stunting di

wilayah kerja puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi barat Kabupaten

Parigi Mautong. Hal ini disebabkan pendidikan ibu yang masih rendah.

2. Terdapat hubungan antara praktek kesehatan dasar dengan kejadian stunting

di wilayah kerja puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat

Kabupaten Parigi Mautong. Hal ini disebabkan balita dengan riwayat

imunisasi tidak lengkap.

3. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian stunting pada

balita di Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat

Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini disebabkan pendapatan keluarga yang

rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi pada anak

89
6.2 Saran

1. Sebaiknya ibu balita lebih berperan aktif dalam mencari-cari informasi

mengenai gizi yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak, sehingga anak

memiliki status gizi yang baik.

2. Kepada pihak puskesmas dan pemerintah bekerjasama untuk memberikan

bantuan berupa makanan tambahan yang bergizi seimbang bukan hanya

untuk balita yang stunting tetapi juga kepada ibu yang mempunyai balita

untuk mencegah terjadinya stunting.

3. Sebaiknya pihak puskesmas lebih aktif meningkatkat pengetahuan kepada ibu

hamil tentang peraktik kesehatan dasar pada masa kehamilan, serta pihak

puskesmas memberitahukan cara-cara melakukan praktik kesehatan dasar

kepada keluarga ibu hamil yang diharapkan agar pihak keluarga dapat

membantu ibu hamil tersebut dalam memenuhi praktik kesehatan dasarnya.

90
DAFTAR PUSTAKA

Aridiyah, Farah Okky, Ninna Rohmawati, and Mury Ririanty. 2015. “The Factors
Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas.” E-Jurnal Pustaka
Kesehatan 3(1):163–70.

Albi, A. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Https: //Doi. Org/10.20473/Ijosh.


V6i2. 2017. 135-145.

Adriani, Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi Dalam Sikulus Kehidupan. Jakarta:


kencana.

Aridiyah dkk. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Balitadi Pedesaan
dan Perkotaan.e-Jurnal Pustaka Kesehatan,3: 163-170.

Achmadi, U. F. 2006. Imunisasi : Mengapa Perlu ? Seri Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Astutik, M. Zen Rahfiludin, R. A. (2018). FAKTOR RISIKO KEJADIAN
STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 24-59 BULAN (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 409–418.

Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan: Gizi Bayi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Astutik, R. Y. 2016. Payudara Dan Laktasi. Salemba Medika. Jakarta.

Amir, A. (2009). Pengaruh Penyuluhan Model Pendampingan Terhadap Perubahan Status


Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan. In Pt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: Pt Gramedia
Pustaka Utama.

Anak Agung Gede Dwinaldo Putra Jaya Sakti, and Anak Agung Sagung Sawitri.
2018. “Risk Factors of Stunting in Children Aged 24-59 Months.” Paediatrica
Indonesiana 58(5):205–12.
Ayu. 2008. “Pengaruh Program Pendampingan Gizi Terhadap Pola Asuh, Kejadian
Infeksi Dan Status Gizi Balita Kurang Energi Protein.”
Azis, N. R. A., &. H. Muzakki. 2014. “Faktor Risiko Gizi Buruk Pada Anak Balita.”
Journal of Pediatric Nursing 1(2):63–69.

xiii
BPS. 2016. Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) Di Indonesia.
Badriah. 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Radika Aditama.
Bayu Dwi Welasasih, R. Bambang Wirjatmadi. 2012. “Beberapa Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Stunting.” The Indonesian Journal of
Public Health 8(3):99–104.
Bentian I, Mayulu N, Rattu AJM. 2015. “Faktor Risiko Terjadinya Stunting Pada
Anak TK Di Wilayah Kerja Puskesmas Siloam Tamako Kabupaten Kepulauan
Sangihe Provinsi Sulawesi Utara.” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat
5(1):1–7.
CORE. 2003. Positive Deviance & Hearth : Sebuah Buku Panduan Pemulihan Yang
Berkesinambungan Bagi Anak Malnutrisi.
Chirande, L., Charwe, D., Mbwana, H., Victor, R., Kimboka, S., & Issaka, A. (2015).
Determinants of stunting and severe stunting among under five in Tanzania:
evidence from the 2010 cross sectional household survey. BMC Pediatric, Vol
15 No 165, 2-13.

DEPKES. 2008. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak, Gerakan Nasional Pemantauan
Tumbuh Kembang Anak.
DINKES. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2018. Palu.
Dinas Kesehatan Parimo. (2019). Dinas Kesehatan Kabupaten Parimo. In
Dinkes Parimo (Vol. 12).

Dewi, Indra, Suhartatik Suhartatik, and Suriani Suriani. 2019. “Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Balita 24-60 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lakudo Kabupaten Buton Tengah.” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis 14(1):85–90.

Ersiyoma, Erida. 2012. “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Pola Asuh, Status Gizi,
Dan Status Kesehatan Anak Balita Di Wilayah Program Warung Anak Sehat
(WAS) Kabupaten Sukabumi.” Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor.
Engle, P. L. (1996) Care And Nutrition : Concept And Measurement. International
Food Policy research Institute.
Farida, et al. 2014. Dukungan Sosial Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Suku
Osing (Husband‟s Social Support in Giving Exclusive Breastfeeding in Osing

xiv
Tribe). e–Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. (1-7) November 2014.
Fitri, Lidia. 2019. “Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dan Mp Asi Dini Dengan
Kejadian Stunting Pada Balita.” Journal of Midwifery Sciences 8(1):19–24.
Goyal, Nihit. 2017. “Exposure to Ambient Fine Particulate Air Pollution in Utero as a
Risk Factor Exposure to Ambient Fine Particulate Air Pollution in Utero as a
Risk Factor for Child Stunting in Bangladesh.” International Journal of
Environmental Research and Public Health 15(12):1–12.
Giri, . K. W., Suryani, N. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Pemberian Asi Serta Pemberian Asi Eksklusif Dengan Status Gizi Balita Usia
6– 24 Bulan (Di Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng). Jurnal
Magister Kedokteran Keluarga, 01(01), 24–37.

Gibney, M, Barrie M, John M dan Lenore Arab. Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:


EGC, 2008.

Hidayat, T. S., & Jahari, A. B. (2012). Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya


Dengan Status Gizi Dan Morbiditas Balita. Kesmas, 40(3), 1–10.

Hadi, H. And Astria, B. 2016. “Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI ) Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan Di
Kecamatan Sedayu‟.” Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia 4(2).

Heryani, R. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. TIM. Jakarta.

Hagos, Seifu, Damen Hailemariam, Tasew WoldeHanna, and Bernt Lindtjørn. 2017.
“Spatial Heterogeneity and Risk Factors for Stunting among Children under Age
Five in Ethiopia: A Bayesian Geo-Statistical Model.” PLoS ONE 12(2):1–18.

Hapsari, Dian Indahwati. 2017. “Deteminan Kejadian Stunting Pada Balita Di


Wilayah 3T ( Tertinggal , Terdepan Dan Terluar).” Jurnal Publikasi Kesehatan
Masyarakat Indonesia 6(2):72–78.
Ibrahim, Irviani A., and Dwi Santy Damayati. 2014b. “Hubungan Pola Asuh Ibu
Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan Di Posyandu Asoka II
Wilayah Pesisir Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Tahun 2014.” Public Health Science Journal VI(2):424–36.
Irviani A. Ibrahim, R. F. (2014) „Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga dengan
Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Barombong Kota Makassar Tahun 2014‟, Public Health Science Journal,
1(2), pp. 63–75.

xv
Khomsan, A., & Ridhayani, S. 2008. Menu Sehat Untuk Tumbuh Kembang Anak
Usia 6-24 Bulan. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Kemenkes, RI. 2018. Pedoman Strategi Komuniksi Perubahan Perilaku Dalam
Percepatan Pencegahan Stunting Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral
Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016.

Khasanah, N. 2013. ASI atau Susu Formula Ya?. FlashBooks. Yogjakarta.

Lestari, W., Margawati, A. And Rahfiludin, M. Z. 2014. “Faktor Risiko Stunting


Pada Anak Umur 6-24 Bulan Di Kecamatan Penanggalan Kota Subulussalam
Provinsi Aceh.” Jurnal Gizi Indonesia 3(1):126–34.
Lestari, Endang Dewi, Faraissa Hasanah, and Novianti Adi Nugroho. 2018.
“Correlation between Non-Exclusive Breastfeeding and Low Birth Weight to
Stunting in Children.” Paediatrica Indonesiana 58(3):123–27.
Liem, S., Panggabean, H., & Farady, R. M. (2019). Persepsi Sosial Tentang
Stunting Di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan, 18(1), 37–47.

Manggala, Arya Krisna, Komang Wiswa Mitra Kenwa, Made Me Lina Kenwa,

Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan Ibu, Pola Makan Dan Status
Gizi Pada Anak Stunting Usia 1-5 Tahun Di Kelurahan Bangetayu,
Kecamatan Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia, 6(2), 82.

Maryunani, A. 2015. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: CV. Trans Info Media.

Muharyani, Putri Widita. 2012. “Hubungan Praktik Pemberian Makan Dalam


Keluarga Dengan Kejadian Sulit Makan Pada Populasi Balita Di Koto Batu Kota
Palembang.” Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Maxwell, S. 2011. Module 5: Cause Of Malnutrition.
Manggala, Arya Krisna, Komang Wiswa Mitra Kenwa, Made Me Lina Kenwa, Anak
Agung Gede Dwinaldo Putra Jaya Sakti, and Anak Agung Sagung Sawitri.
2018. “Risk Factors of Stunting in Children Aged 24-59 Months.” Paediatrica
Indonesiana 58(5):205–12.
Matondang, C. S., Siregar, S. P., & Akib, A. A. P. 2011. S. Imunisasi Pedoman
Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ni‟mah, Cholifatun. 2015. “Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Dan

xvi
Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan Stuntng Pada Balita Keluarga Miskin.”
Media Gizi Indonesia 10(01):84–90.

Nugraha. (2019). Social Support Family To Increase Parenting Pattern To Prevent


Stunting. International Journal Of Nursing And Midwifery Science (Ijnms), 3.

Notoatmodjo. (2012a). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan (Vol. 14).


Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Nihwan. (2019). Bimbingan Penyuluhan Terhadap Pemahaman Orang Tua Dalam
Mencegah Stunting Pada Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 1

Ningrum. 2008. “Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar


Pada Bayi Di Puskesmas Bayudono Kabupaten Boyolali.”
Trihono. 2015. PENDEK (Stunting) DI INDONESIA, MASALAH DAN SOLUSINYA.
Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan.
Paudel, Rajan, B. Pradhan, R. R. Wagle, D. P. Pahari, and S. R. Onta. 2012. “Risk
Factors for Stunting among Children: A Community Based Case Control Study
in Nepal.” Kathmandu University Medical Journal 10(39):18–24.
Pengan, Johan, Shirley Kawengian, Dina V Rombot, Fakultas Keshetana, Masyrakat
Sam, and Ratulangi Manado. 2015. “Hubungan Antara Riwayat Pemberian Asi
Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Luwuk Kecamatan Luwuk Selatan Kabupaten Banggai.”
Puspasari, N. And Andriani, M. 2017. “Association Mother ‟ S Nutrition Knowledge
And Toddler ‟ S Nutrition Intake With Toddler ‟ S Nutritional Status ( Waz ) At
The Age 12-24 M‟.” Amerta Nutr 3(2):369–378.
Prasetyono. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, Dan
Kemanfaatan-Kemanfaatannya. yogyakarta: DIVA Press.
Rahman, Nurdin, and Rosmala Nur. 2018. “Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
Anak Umur 2-5 Tahun Di Puskesmas Biromaru.” Jurnal Gizi Dan Kesehatan
2(1):39–43.
Risna. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Responsive Feeding Dengan
Kejadian Stunting Pada Baduta Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bandarharjo, Semarang. Journal Of Nutrition College, 8, 17–21.

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (Riskesdas). Journal


Of Physics A: Mathematical And Theoretical, 44(8), 1–200.

xvii
Rahman, Farah Danita. 2018. “Pengaruh Pola Pemberian Makanan Terhadap Angka
Kejadian Stunting Pada Balita.” The Indonesian Jorunal of Health Science
10(1):15–24.
Rizaldi, Mohamad. 2019. “Determinan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tompe.”
Susilowati, Endang, and Alin Himawati. 2017. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah 1 Demak.” Jurnal Kebidanan 6(13):21–25.
Soetardjo, Susirah. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan Gizi Anak. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sari,K. 2011. Teori Dukungan Sosial. https://id.scribd.com/document/261727551/
Teori-Dukungan-Sosial. 16 Januari 2018 (06:03).
Sopiyani, L. 2014. Hubungan antara Dukungan Sosial (Suami) dengan Motivasi
Memberikan ASI Eksklusif pada Ibu-Ibu Di Kabupaten Klaten. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sebayang, W. (2018). Perilaku Seks Remaja. In Cv Budi Utama, Yogyakarta (Vol. 4).

Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. yogyakarta: Graha
Ilmu.
Soetjiningsih. (2014).Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Swathma, Lestari, dan Ardiansyah. (2016). Analisis Faktor Risiko BBLR, Panjang
Badan Bayi Saat Lahir dan Riwayat Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 12-36 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai
Kota Kendari Tahun 2016. 2(3).

Setiawan, Eko, and Rizanda Machmud. 2018. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018.”
Jurnal Kesehatan Andalas 7(2):275–84.
Swathma, Dandara, Hariati Lestari, and Ririn Teguh. 2016. “Riwayat Imunisasi
Dasar Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-36 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kandai Kota Kendari.” 1–10.
Sudirman (2008) Stunting atau Pendek. Awal Perubaan Patologis atau adaptasi

xviii
karena perubaan sosial ekonomi yang berkepanjangan. Jakarta: Litbang
Kesehatan.
Susilowati, Endang, and Alin Himawati. 2017. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Gajah 1 Demak.” Jurnal Kebidanan 6(13):21–25.
Syabandini, isninda priska. 2018. “Faktor-Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada
Anak Usia 6-24 Bulan Di Daerah Nelayan (Studi Case-Control Dikampung
Tambak Lorok Kecamatan Tanjung Mas Kota Semarang.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat 6(1):496–507.
Tarupay Aditya. (2014). Perilaku Merokok Mahasiswa Di Kota Makassar. In Unhas
(Vol. 14). Https://Doi.Org/10.35791/Agrsosek.14.3.2018.21534
Tridhonanto. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. In Elex Media, ,
Jakarta. Https://Doi.Org/10.21109/Kesmas.V8i2.349

Teferi, M. B., Hussen, H. Y., Kabede, A., Adugnaw, E., Gebrekrstos, G., & Guesh,
M. (2016). Prevalence of Stunting and Associated factors among Children
Aged 06-59 Months In Southwest Ethiopia:A Cross-sectional Study.
Department Of Public Health, Vol 4 No 6, 1-6.

Ulfah, Bardiati. 2019. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Status


Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap
Cempaka Banjarbaru Tahun 2018.” Jurnal Siklus 08(2):122–29.

UNICEF. 2018. “Joint Malnutrition Estimates Regional and Global Estimates.”


Nugraha. (2019). Social Support Family To Increase Parenting Pattern To Prevent
Wati, Eka Pangestu. 2018. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus Ii Kabupaten Pati.”
PROSIDING HEFA 2nd 34–39.
Wismalinda. (2019). Hubungan Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting
(Rekomendasi Pengendaliannya Di Kabupaten Lebong). Journal Riset
Informasi Kesehatan, 8(2), 140–151.

Wilda Aprilia,Budiman, E. P. H. B. (2018). Hubungan Pola Makan Dan Asuh


Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mepanga
Kabupaten Parigi Moutong. Journal Muhammadiyah, 53(9), 1689–1699.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan
Menyusui. Pustaka Baru Press.

xix
WHO. 2017. Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health
Of Infants.
Zeitlin, M. (2000). Gizi Balita Di Negara-Negara Berkembang, Peran Pola Asuh
Anak : Pemanfaatan Hasil Studi Penyimpangan Positif Untuk Program
Gizi. Journal Kesehatan, 321–328.

xx
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

Judul : Faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec. Parigi
barat Kab. Parigi Moutong
Nama : Muhammad Alfaed Paneo
Stambuk : P 101 17 191

Oktober November Desember Januari Februari Maret


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Penyusunan Instrumen
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pelaksanaan Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan Data
8 Ujian Hasil Penelitian
9 Perbaikan
10 Ujian Skripsi
Perbaikan dan Penyerahan
11
Skripsi
Lampiran 2
PENJELASAN PENELITIAN

(Informed)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Alfaed Paneo

NIM : P 101 17 191

Konsentrasi : Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku

Prog. Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Universitas Tadulako

Alamat : Vatutela Kel. Tondo, Kec. Mantikolore, Kota Palu

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Faktor yang mempengaruhi

kejadian Stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec.

Parigi barat Kab. Parigi Moutong”. Penelitian ini akan menggunakan desain

kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Oleh karena itu, saya akan

menjelaskan beberapa hal terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan

sebagai berikut:

1. Tujuan dari penelitian ini yaitu untukmengetahui “Faktor yang mempengaruhi

kejadian Stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec.

Parigi barat Kab. Parigi Moutong”.

2. Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah dapat dijadikan landasan bagi

praktisi kesehatan dalam memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting serta dapat memelihara kesehatan anak dan dapat mencegah

terjadinya stunting khusunya di Kabupaten Parigi Moutong.


3. Responden penelitian ini ibu balita stuntingdi Wilayah kerja Puskesmas

Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten Parigi Moutong

4. Pengambilan data ini akan dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan

melakukan wawanacara selama beberapa kali dengan responden dan

berlangsung dengan menyesuaikan waktu yang dibutuhkan, sesuai dengan

kesepakatan.

5. Waktu dan tempat pengisian kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan

keinginan responden.

6. Selama pengisian kuesioner dan wawancara dilakukan, peneliti akan

menggunakan alat bantu penelitian berupa catatan, perekam suara, dan kamera

foto untuk membantu kelancaran pengumpulan data.

7. Proses pengisian kuesioner dan wawancara akan dihentikan jika responden

mengalami kelelahan, kesedihan atau ketidaknyamanan dan akan dilanjutkan

lagi jika responden sudah merasa tenang untuk memberikan informasi, baik

pada hari yang sama maupun hari yang berbeda.

8. Penelitian ini tidak berdampak negatif bagi responden dan Petugas Kesehatan.

9. Semua catatan dan data yang berhubungan dengan penelitian ini akan

disimpan dan dijaga kerahasiaannya. Hasil rekaman akan dihapus segera

setelah kegiatan penelitian selesai dilakukan.

10. Pelaporan hasil penelitian ini akan menggunakan kode, bukan nama

sebenarnya dari Responden.

11. Responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk

mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal yang tidak


berkenan dan selanjutnya akan dicari penyelesaian masalahnya berdasarkan

kesepakatan antara peneliti dan responden.

12. Setelah selesai dilakukan pengisian kuesioner dan wawancara, peneliti akan

memberikan transkrip hasil kuesioner dan wawancara kepada responden jika

dibutuhkan untuk dibaca dan dilakukan klarifikasi.

Palu,…………………..2020

Peneliti

( Muhammad Alfaed Paneo )


Lampiran 3
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan

memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan

manfaat dari penelitian, maka dengan ini menyatakan kesediaan untuk menjadi

responden dan bersedia diwawancarai dan menjawab kuesioner penelitian yang

berjudul “Faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting pada balita di wilayah

kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec. Parigi barat Kab. Parigi Moutong”.

Yang dibuat oleh:

Nama : Muhammad Alfaed Paneo

NIM : P 101 17 191

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya serta

penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,……………………2020

Yang Menyatakan

(……………………………..)
Lampiran 4

PERSETUJUAN PENGAMBILAN GAMBAR KUESIONER

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan ini saya bersedia foto/gambar saya dipublikasikan

untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penyusunan Skripsi bagi peneliti dan

tidak akan merugikan saya

Demikian persetujuan ini saya buat dengansebenar-benarnya serta penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Palu,……………………2020

Yang Menyatakan

(…………………………….)
Lampiran 5
PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lompe Ntodea Kecamatan Parigi Barat Kabupaten

Parigi Moutong

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dalam rangka memenuhi Tugas Akhir Skripsi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako, bersama ini saya

mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk menjadi responden penelitian

saya yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi kejadian Stunting pada balita di

Wilayah kerja Puskesmas Lompe Ntodea kec. Parigi barat Kab. Parigi Moutong”.

Untuk itu mohon bantuan Ibu/Saudari mengisi kuesioner ini berdasarkan

kondisi Ibu/Saudari masing-masing saat ini, apa adanya. Semua informasi yang

didapatkan ini akan menjadi bahan penelitian secara akademis dan semua jawaban

akan dirahasiakan. Keberhasilan penelitian ini sangat tergantung pada partisipasi Ibu/

Saudari.

Atas dukungan dan partisipasinya saya mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Hormat saya,

Muhammad Alfaed Paneo


P 101 17 155
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN

No. Responden

PETUNJUK PENGISIAN:

1. Berilah tanda check silang (X) pada jawaban yang palingsesuai.

2. Jawaban yang ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya maka diharapkan ibu

menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat

ataukeyakinan.

3. Tiap jawaban yang ibu kembalikan kepada kami merupakan bantuan yang tak

ternilai bagi penelitian ini, untuk itu peneliti mengucapkan penghargaan yang

setinggi-tingginya.

Nama Peneliti : Muhammad Alfaed Paneo


NIM : P 101 17 191
Fakultas : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Hari/Tanggal :
Desa :
I. DATA UMUM

No Responden :

Nama Responden :

Umur Reponden :

Pendidikan :

Ayah (suami):

Ibu:

Pekerjaan :

Ayah (suami):

Ibu:

Pendapatan keluarga :

< Rp 2.400.000,00

≥ Rp 2.400.000,00

Ukuran LILA selama hamil:

Nama Balita :

Jenis Kelamin :

Tanggal lahir/umur :

Berat badan lahir : kg

Berat Badan Sekarang : kg

Tinggi badan : cm

Anak ke : ……… dari ……… bersaudara


II. DATA KHUSUS

Kejadian Stunting

A. Praktik Kesehatan Dasar

1. Apakah Ibu rutin membawa anak ke posyandu untuk melakukan Pemantauan

status Gizi?

a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anak ibu diberi Imunisasi lengkap ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ketika anak sakit, ibu membawa ke pelayanan kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu memandikan anak 2 kali dalam sehari ?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila anak sedang bermain di luar rumah, apakah anak memakai alas kaki ?
a. Ya
b. Tidak
B. Pengatahuan Gizi Ibu

Berilah tanda ceklist () pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda:

No Pernyataan YA TIDAK
1. ASI merupakan zat gizi sempurna yang
dapat memenuhi kebutuhan gizi balita
hingga 6 bulan pertama kehidupan.
2. Anak tidak boleh diberikan makanan selain
ASI sebelum usia 6 bulan
3. Salah satu manfaat ASI Eksklusif yaitu
dapat mempercepat tumbuh kembang bayi
4. Sayuran harus dicuci sebelum dipotong-
potong
5. Kandungan ASI lebih baik daripada susu
formula
6. Kolostrum (Air Susu Pertama)
mengandung zat gizi dan antibodi pertama
untuk bayi
7. Jika anak ibu sering menderita penyakit
infeksi seperti diare dapat menyebabkan
tinggi badanya tidak bertambah
8. Ubi dan Beras merupakan jenis makanan
sumber karbohidrat
9. Ikan dan Daging merupakan jenis makanan
sumber protein
10. Jika tinggi badan anak kurang, dapat
menyebabkan perkembangan otak
terhambat
MASTER TABEL

TABEL RESPONDEN
TABEL TABULASI STUNTING
FREQUENCY TABEL

Desa
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Kayuboko 21 23.3 23.3 23.3
Parigimpu‟u 18 20.0 20.0 43.3
Jonokolora 13 14.4 14.4 57.7
Baliara 17 18.9 18.9 76.6
Valid Lobu 9 10.0 10.0 86,7
Mandiri
Air Panas 12 13.3 13.3 100.0
Total 90 100.0 100.0

Umur Responden
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
21-25 Tahun 16 17.8 17.8 17.8
26-30 Tahun 29 32.2 32.2 50.0
Valid 31-35 Tahun 24 26.7 26.7 76.7
36-40 Tahun 15 16.7 16.7 93.3
41-45 Tahun 6 6.7 6.7 100.0
Total 90 100.0

Pendidikan Ayah
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD/Sederajat 23 25.6 25.6 25.6
SMP/Sederajat 32 35.6 35.6 61.2
Valid SMA/Sederajat 26 28.9 28.9 90.0
Sarjana/Universitas 9 10.0 10.0 100.0
Total 90 100.0
Pendidikan Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD/Sederajat 19 21.1 21.1 21.1
SMP/Sederajat 31 34.4 34.4 55.5
Valid SMA/Sederajat 38 42.2 42.2 97,8
Sarjana/Universitas 2 2.2 2.2 100.0
Total 90 100.0 100.0

Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Petani 57 63.3 63.3 63.3
Wiraswasta 12 13.3 13.3 76.6
Guru 2 2.2 2.2 78.8
Valid PNS 2 2.2 2.2 81.0
Honorer 6 6.7 6.7 87.7
Pegawai 10 11.1 11.1 98.9

Security 1 1.1 1.1 100.0


Total 90 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid IRT 90 100.0 100.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Ukuran LILA Selama Hamil
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Normal 57 63.3 63.3 63.3
Valid Tidak Normal 33 36.7 36.7 100.0
Total 90 100.0 100.0

Jenis Kelamin Balita


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Laki-Laki 50 55.6 55.6 55.6
Valid Perempuan 40 44.4 44.4 100.0
Total 90 100.0 100.0

Umur Balita
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
7 Bln-12 Bln 7 7.8 7.8 7.8
Valid 2 Thn-3 Thn 50 55.6 55.6 63.3
4 Thn-5 Thn 33 36.7 36.7 100.0
Total 90 100.0 100.0

Berat Badan Lahir


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Kurus 14 15.6 15.6 15.6
Normal 75 83.3 83.3 98.9
Obesitas 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
Berat Badan Sekarang

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 10 kg 8 8.9 8.9 8.9
10 Kg 13 14.4 14.4 23.3
10,2 Kg 1 1.1 1.1 24.4
10,3 Kg 2 2.2 2.2 26.7
11 kg 1 1.1 1.1 27.8
11 Kg 12 13.3 13.3 41.1
11,2 kg 2 2.2 2.2 43.3
11,8 kg 1 1.1 1.1 44.4
12 Kg 10 11.1 11.1 55.6
12,1 kg 1 1.1 1.1 56.7
13 Kg 6 6.7 6.7 63.3
13,5 Kg 1 1.1 1.1 64.4
14 Kg 6 6.7 6.7 71.1
15 Kg 3 3.3 3.3 74.4
15Kg 1 1.1 1.1 75.6
16 kg 1 1.1 1.1 76.7
16 Kg 4 4.4 4.4 81.1
18 kg 1 1.1 1.1 82.2
23 kg 1 1.1 1.1 83.3
6 Kg 2 2.2 2.2 85.6
7 Kg 1 1.1 1.1 86.7
7,3 kg 1 1.1 1.1 87.8
8 Kg 2 2.2 2.2 90.0
8,5 Kg 2 2.2 2.2 92.2
8,6 Kg 2 2.2 2.2 94.4
9 Kg 4 4.4 4.4 98.9
9,2 kg 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0

Tinggi Badan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 100 cm 1 1.1 1.1 1.1
101 cm 1 1.1 1.1 2.2
110 cm 1 1.1 1.1 3.3
36 cm 1 1.1 1.1 4.4
54 cm 1 1.1 1.1 5.6
61 cm 2 2.2 2.2 7.8
62 cm 1 1.1 1.1 8.9
68 cm 1 1.1 1.1 10.0
68 Cm 1 1.1 1.1 11.1
69 cm 1 1.1 1.1 12.2
70 cm 1 1.1 1.1 13.3
71 cm 1 1.1 1.1 14.4
72 cm 1 1.1 1.1 15.6
74 cm 3 3.3 3.3 18.9
75 cm 2 2.2 2.2 21.1
76 cm 2 2.2 2.2 23.3
77 cm 3 3.3 3.3 26.7
79 cm 1 1.1 1.1 27.8
80 cm 9 10.0 10.0 37.8
80,2 cm 1 1.1 1.1 38.9
80,3 cm 1 1.1 1.1 40.0
82 cm 1 1.1 1.1 41.1
83 cm 1 1.1 1.1 42.2
84 cm 3 3.3 3.3 45.6
85 cm 3 3.3 3.3 48.9
86 cm 3 3.3 3.3 52.2
87 cm 11 12.2 12.2 64.4
88 cm 4 4.4 4.4 68.9
89 cm 4 4.4 4.4 73.3
90 cm 6 6.7 6.7 80.0
90,2 kg 1 1.1 1.1 81.1
90,5 cm 1 1.1 1.1 82.2
91 cm 4 4.4 4.4 86.7
91,5 kg 1 1.1 1.1 87.8
92 cm 1 1.1 1.1 88.9
93 cm 1 1.1 1.1 90.0
96 cm 2 2.2 2.2 92.2
97 cm 5 5.6 5.6 97.8
99 cm 2 2.2 2.2 100.0
Total 90 100.0 100.0
Anak Ke Berapa
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 28 31.1 31.1 31.1
2 31 34.4 34.4 65.6
3 23 25.6 25.6 91.1
4 3 3.3 3.3 94.4
5 4 4.4 4.4 98.9
8 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0

Kejadian Stunting
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak
44 48.9 48.9 48.9
Stunting
Stunting 46 51.1 51.1 100.0
Total 90 100.0 100.0

Praktik Kesehatan Dasar


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 66 73.3 73.3 73.3
Kurang Baik 24 26.7 26.7 100.0
Total 90 100.0 100.0
Status Ekonomi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 30 33.3 33.3 33.3
Rendah 60 66.7 66.7 100.0
Total 90 100.0 100.0

Pengetahuan Gizi Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 58 64.4 64.4 64.4
Kurang Baik 32 35.6 35.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
Hasil Uji Statistik

Praktek Kesehatan Dasar * Kejadian Stunting

Pengetahuan Gizi Ibu * Kejadian Stunting


Status Ekonomi * Kejadian Stunting
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
Muhammad Alfaed Paneo, memiliki nama panggilan AL, lahir di Salumpaga

pada tanggal 23 Juli 1999. Anak kedua dari pasangan Bapak Sutrisno Paneo dan Ibu

Wahyuni A.G Tahir, yang bertempat tinggal Desa Salumpaga Kec. Tolitoli Kab.

Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah.

Penulis memulai pendidikan di SDN 1 Salumpaga dan lulus pada tahun 2011.

Penulis menyelesaikan sekolah lanjutan pertama pada MTS H.I Hayyun Salumpaga

dan lulus pada tahun 2014. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN

Tolitoli dan lulus pada tahun 2017. Kini penulis tengah melanjutkan Starata satu (S1)

nya pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako, Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Peminatan Promosi Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai