Anda di halaman 1dari 80

PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI

DAYAH
KABUPATEN ACEH SINGKIL

Tesis
Diajukan Oleh:

KAHARUDDIN
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam
NIM: 201003089

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH 2022ABSTRAK
ABSTRAK
Nama : KAHARUDDIN
Nim : 201003089
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul : Pengaruh Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak di
dayah Kabupaten Aceh Singkil
Tanggal Sidang :
Tebal Skripsi :
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Mukhsin Nyak Umar, MA
Pembimbing II : Dr. Masbur, MA
Kata Kunci : Pengaruh Orang Tua, Pendidikan di Dayah

Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan manusia dalam kehidupan.

Keluarga berperan sebagai pusat pendidikan yang pertama. Perhatian dan motivasi

orang tua sangat bermanfaat bagi berlangsungnya kegiatan belajar anak. Anak

akan terdorong untuk lebih semangat dalam belajar. Disinilah pengaruh orang tua

diperlukan dalam dunia belajar, khususnya dalam belajar ilmu agama. Salah satu

lembaga keagamaan yang dapat memberikan pendidikan dan pengajaran ilmu

agama Islam adalah dayah. Kehadiran dayah juga telah memberikan sumbangan

nyata dalam pembentukan pribadi anak. Hal tersebut membuat sebagian besar

para orang tua di masyarakat Aceh Singkil Khususnya Kecamatan Gunung

Meriah memilih lembaga dayah sebagai lembaga pendidikan bagi anak-anaknya.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui faktor apa saja yang

mendorong orang tua di Gunung Meriah mempercayai anaknya ke dayah. Metode

yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif

kualitatif dengan penelitian lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data

i
dilakukan dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa faktor yang

mendorong orang tua di Tanah Merah Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten

Aceh Singkil memasukkan anaknya ke dayah adalah faktor agama, lingkungan,

kualitas dan ekonomi. Akan tetapi, faktor agama merupakan faktor yang sangat

berpengaruh terhadap motivasi orang tua dalam memasukkan anaknya ke dayah.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Swt,

yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga

penulisan tesis yang berjudul Pengaruh Orang Tua Terhadap Pendidika Anak

di Dayah Kabupaten Aceh Singkil ini dapat penulis selesaikan.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu beban studi untuk mendapatkan

gelar M.Pd pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Darussalam

Banda Aceh. Dalam usaha penyusunan tesis ini, penulis banyak sekali

menghadapi kesulitan, baik dalam penguasaan bahan maupun teknik penulisan.

Walaupun demikian, penulis tidak putus asa dalam berusaha dan dengan adanya

dukungan dari berbagai pihak, terutama sekali dosen pembimbing, kesulitan

tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima

kasih kepada:

1. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Mukhsin Nyak Umar, MA selaku

pembimbing pertama dan Bapak Dr. Masbur, MA selaku pembimbing

kedua, yang telah meluangkan waktunya dan mencurahkan pemikirannya

dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Dekan, Penasehat Akademik,

serta semua staf pengajar, karyawan-karyawati, pegawai di lingkungan

iii
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry yang telah memberikan

izin pelaksanaan penelitian untuk penulisan skripsi ini.

3. Ucapan terima kasih juga kepada Ketua Prodi Pasca Sarjana Jurusan

Pendidikan Agama Islam Ibu Dr. Zulfatmi, M.A, baik secara langsung

atau tidak langsung telah membantu proses pelaksanaan penelitian untuk

penulisan tesis ini.

4. Ucapan terima kasih pula kepada Bapak/Ibu staf pengajar/dosen Fakultas

Pascasarjana dan Keguruan UIN Ar-Raniry yang telah membekali penulis

dengan berbagai ilmu pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Keuchik Gampong Tanah Merah

Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Bapak . Muhammad

Ihsan, beserta masyarakat setempat yang telah memberi izin kepada

penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka menyelesaikan tesisi

ini.

6. Ucapan terima kasih juga kepada Pimpinan Dayah Pondok Pesantren

Darul Mutaallimin. Dayah Pesantren Ajzamzamiyah dan Dayah Pondok

Pesantren Abu Musa As’ary beserta para ustd dan ustzah yang ada di

Dayah Masing-masing Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh

Singkil yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengadakan

penelitian dalam rangka menyelesaikan tesisi ini.

7. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Alm Ayahanda dan Ibunda

tercinta yang telah memberikan dukungan dan Doa, serta seluruh keluarga

iv
yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi

ini.

8. Ucapan Teristimewa dan tanpa batas kepada Istri dan Anak-Anak yang

tercinta (TUTI NURHAYATI) yang telah merelakan dan mengurangi

waktu untuk bersama dan selalu memberikan motivasi dan Doa,

9. Ucapan terima kasih juga kepada teman dekat saya dan juga teman-teman

seperjuangan unit dua yang telah memberikan semangat dan dorongan

dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada Allah Swt penulis berserah diri karena tidak ada yang

terjadi tanpa kehendak-Nya. Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan

skripsi ini. Namun, penulis menyadari bahwa dalam keseluruhan tesis ini bukan

tidak mustahil dapat ditemukan kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di

masa yang akan datang. Semoga Allah Swt meridhai penulisan ini dan senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Amiin

Aceh Singkil, 06 Januari 2023

Yang Menyatakan,

KAHARUDDIN

NIM. 201003089

v
OUTLINE

LEMBARAN
PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGESAHAN SIDANG
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Kerangka Teori
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORITIS....................................................................

A. Peran Orang Tua


1. Pengertian Peran Orang Tua
2. Macam-macam Peran Orang Tua
3. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak

B. Dayah
1. Pengertian Dayah
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Dayah
3. Ciri-Ciri Pendidikan Dayah
4. Model-Model Dayah
5. Peran Dayah Dalam Masyarakat

C. Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
3. Peran Orang tua terhadap dunia Pendidikan Agama Islam

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................


A. Sifat dan Jenis Penelitian
B. Sumber Data
C. Lokasi dan Objek Penelitian
D. Instrument Penelitian

vi
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...............................


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Peran orang tua dalam Pendidikan
C. Kontribusi Orang Tua terhadap Dayah
D. Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V PENUTUP..................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungsi pendidikan sebenarnya adalah menyediakan fasilitas yang dapat


memungkinkan tugas pendidikan dapat berjalan lancar, baik secara struktural, maupun
secara institusional. Secara struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang
mengatur jalannya proses kependidikan. Secara institusional mengandung implikasi bahwa
proses kependidikan yang terjadi dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk lebih
menjamin proses pendidikan itu berjalan secara konsisten dan berkesinambungan
mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia yang cenderung ke arah tingkat
kemampuan yang optimal. 1
Untuk dapat mewujudkan tujuan dari Pendidikan maka perlu dukungan dari
beberapa komponen pendukung, salah satunya adalah keluarga. Keluarga merupakan
lingkungan utama yang memberikan pengajaran dalam segala sesuatunya dan nantinya
akan diperkuat dalam pengajaran di sekolah. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang
memiliki andil yang besar dalam keberhasilan belajar anak. Keluarga merupakan peranan
yang sangat penting bagi pendidikan anak, karena keluargalah terutama orang tua adalah
lingkungan serta orang yang pertama kali dikenal oleh anak. Sehingga pendidikan dasar
merupakan tanggung jawab orang tua.
Firman Allah SWT Q.S At-Tahrim : 6
       
         
    

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S At-Tahrim : 6)2

Ayat tersebut mengarahkan hati dan tanggung jawab diri sebagai orang tua. Orang
tua tertuntut untuk mengoptimalisasikan peran dan fungsinya dalam menjaga dan
mengarahkan keluarganya agara tidak terjerumus pada langkah-langkah yang merugikan
baik dunia maupun akhirat pada anggota keluarganya termasuk anak-anak.
1
Dessy Indah Saputri, Joko Siswanto, dan Sukamto Sukamto, Pengaruh Perhatian Orang Tua dan
Motivasi Terhadap Hasil Belajar,” Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran 2, no. 3 Tahun 2019, hal. 369.
2
Depag, Al-Qur’an Terjemah, (Bandung : Diponegoro ,2006), hlm. 448
9
Peran orang tua adalah suatu aktivitas yang tertuju pada suatu hal dalam hal ini
adalah aktivitas anak dalam belajar yang dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua terdiri
dari ayah dan Ibu atau wali dalam keluarga yang bertanggung jawab atas pendidikan
anaknya, perhatian, kasih saying dan materi harus seimbang diberikan oleh orang tua
kepada anaknya Orang tua perperan sebagai pendidik dan pembimbing yang bertanggung
jawab untuk memperhatikan kegiatan belajar anak ketika di rumah. Orang tua pastinya
menginginkan anaknya tumbuh, pintar dan cerdas. Untuk mencapai hal tersebut, peran
orang tua merupakan faktor yang sangat penting.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan3 bahwa orang tua yang kurang atau
tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar
anaknya, tidak memperhatikan sama sekali. Kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam
belajar, Seperti tidak mengatur waktunya belajar, tidak menyediakan atau melengkapi alat
belajarnya, tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, tidak mau tau
bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-
lain, hal itu dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya.
Perhatian merupakan suatu hal yang sangat penting diperlukan oleh anak karena
perhatian orang tua memiliki pengaruh pada perkembangan anak. Perhatian orang tua
sangat diperlukan sebagai penguatan dalam proses pembelajaran anak, perhatian ini bisa
dilakukan dengan cara mendampingi anak dalam kegiatan belajar di rumah,
memberlakukan jam belajar anak di rumah dan menanyakan anak tentang kegiatan belajar
di sekolah. Perhatian orang tua tersebut akan sangat berkesan pada anak sehingga semangat
belajar anak lebih tinggi. Perhatian yang terlalu disiplin juga bukan hal baik yang harus
diterapkan dalam keluarga karena akan menimbulkan sikap berontak pada anak karena
anak merasa tertekan dan tidak bisa mengungkapkan pendapatnya.4
Untuk dapat menjalankan fungsi tersebut secara maksimal, orang tua harus
memiliki kualitas diri yang memadai, sehingga anak-anak akan berkembang sesuai dengan
harapan. Orang tua dalam menjalankan perannya dalam pendidikan, perlu dengan terus-
menerus untuk mendorong, membimbing, memotivasi dan memfasilitasi demi tercapainya
pendidikan anak yang baik. Tingkat pendidikan orang tua secara tidak langsung
mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak.

3
Siti Nur Qomariyah, Pengaruh Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Menjahit pada
Siswa SMPN 2 Mojogedeng Kabupaten Karangayar, Jurnal KELUARGA 1, no. 1 Tahun 2015, hal. 55-61.
4
Eka Setiawati, Pengaruh Perhatian Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi PAI Siswa
SMPN 5 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018, Skripsi (2017).
10
Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama yang memiliki peranan penting
yang sangat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, sebab pendidik dalam islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya
dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa),
kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa)5
Pendidik juga mempunyai arti sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi pertolongan kepada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi
tingkat kedewasaannya, mampu melakukan tugassebagai makhluk individu yang mandiri
dan sekaligus sebagai makhluk social, serta mampu dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah (penguasa) Allah SWT dimuka bumi.
Sebagai seorang pendidik utama dan pertama, orang tua wajib memberikan
pendidikan yang baik dalam keluarga. Pendidikan keluarga yang baik adalah yang mau
memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. 6 Sebab
pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan
dengan aspek –aspek sikap dan nilai.
Setiap anak lahir dengan dorongan berbuat baik ia mencintai kebaikan secara
naluriah ingin menjaga diri dari kebaikan. Tetapi, pada saat lahir mereka belum bisa
membedakan antara kebaikan dan keburukan. Orang tuanyalah yang memberi keliru tepuk
tangan pada keburukannya, sementara saat berbuat baik justru kita mengabaikannya.7
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tak bisa lepas dari kehidupan
manusia seperti yang telah dijabarkan di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha sadar dan terencana untuksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.8
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu peran aktif seluruh elemen masyarakat dalam
membentuk generasi-generasi penerus yang berkualitas di mulai dari usia muda.
Menanggapi hal tersebut bayak ahli pendidikan yang sepakat mengatakan bahwa

5
H. Fuad Ikhsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, 1996. hal. 86
6
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.319.
7
M. Faudzilm Adzim, Positive Parenting , (Jakarta : Mizan Utama, 2006), hal.137
8
UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung : Citra Umbara, 2010),
hlm. 2-3.
11
pendidikan pada anak muda itu sangat penting dan harus dilakukan sejak anak dilahirkan.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang membuktikan bahwa pemberian pendidikan
sejak dini akan mempengaruhi perkembangan otak anak, kesehatan anak, kesiapan anak
bersekolah,kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik dimasa selanjutnya, jika
dibandingkan dengan anak-anak yang kurang terdidik pada usia dini.
Dewantara menyebutkan bahwa anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan
(mengembangkan) pikiran, mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan meningkatkan
keterampilan. Peranan orangtua dalam pendidikan pada anak usia dini tidak semua
dilaksanakan disebabkan karena kesibukan orang tua dalam mencari nafkah untuk
menghidupi keluarga dan kebutuhan dasar lainnya. Oleh karena itu, orang tua
membutuhkan lembaga pendidikan untuk meneruskan kebutuhan pendidikan untuk anak-
anaknya.
Lembaga-lembaga pendidikan formal seperti sekolah umum, pondok pasantren dan
semacamnya menjadi pilihan terbaik untuk mengisi dahaga pendidikan yang dibutuhkan
oleh sang anak. Maka oleh karena itu, orang tua mengantarkan anak-anaknya untuk
sekolah, masuk pasantren dan menaruh harapan besar pada lembaga-lembaga pendidikan
tersebut agar kelak anak-anaknya dapat menjadi insane berguna yang terdidik, sukses dunia
dan akhirat.
Penelitian ini menekankan pada peran orang tua yang menyekolahkan anaknya di
Dayah Darul Muta’allimin Tanah Merah Kabupaten Singkil. Ada banyak sekali orang tua
yang menyekolahkan anaknya dilembaga pendidikan ini, bisa jadi karena dayah ini
merupakan dayah yang sudah sangat mumpuni dan dikenal masyhur sejak dahulu telah
melahirkan banyak alumni berkualitas.
Dayah Darul Muta’allimin merupakah pondok Pasantren yang sudah berdiri sangat
lama sejak tahun 60-an, dan ada banyak orang tua yang telah manaruh perhatiannya
terhadap pendidikan di dayah ini guna mengharapkan anak-anak mereka agar dapat
menimba ilmu agama maupun ilmu umum di sini agar berkembang menjadi insan
berkemajuan.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini dengan
lebih mendalam, karena sebagaimana diketahui bersama, selama ini Dayah menjadi denyut
nadi dalam dunia pendidikan masyarakat Aceh. Tapi tentu saja, dayah tidak bisa berdiri
tanpa dukungan dan peranan para orang tua atau wali santri yang anaknya menimba ilmu di
dayah tersebut. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian ini dengan judul
“Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Singkil”
12
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran orang tua terhadap pendidikan anaknya di Dayah Darul
Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil ?
2. Apa saja kontribusi orang tua murid terhadap perkembangan Dayah Darul
Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peran orang tua terhadap pendidikan anaknya di Dayah Darul
Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil.
2. Untuk mengetahui kontribusi orang tua murid terhadap perkembangan Dayah Darul
Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya yang
menyangkut perananan orang tua terhadap pendidikan agama Islam pada anak dan lembaga
pendidikan pondok pasantren.

2. Secara Praktis
a. Bagi penulis; dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang konkrit dalam dunia
pendidikan.
b. Bagi instasi; dapat menjadi bahan masukan yang dapat dijadikan referensi agar
lebih baik lagi kedepannya
c. Bagi masyarakat; dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai koreksi dan
pedoman dalam melakukan pembinaan terhadap pendidikan agama Islam pada
anak.

13
E. Definisi Operasional
1. Peranan
Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang yang berkedudukan.9
Kedudukan atau status seseorang menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial. Status
inilah yang mempengaruhi peran seseorang. Jadi peranan adalah konsekuensi akibat
kedudukan atau status seseorang.

2. Orang Tua
Orang Tua adalah ayah dan ibu. 10Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi
pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan prilaku ayah dan ibu
dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku
anak.

3. Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama
Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.11

F. Kajian Terdahulu
Dalam melakukan sebuah penelitian maka dibutuhkan panduan yang dapat menjadi
referensi untuk melancarkan proses penelitian hal itu berupa beberapa penelitian yang
sudah diteliti terdahulu dan pembahasannya berkaitan dengan topik permasalahan yang
sedang diteliti. Beberapa referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik
permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Jurnal penelitian yang disusun oleh Mohammad Ilham Nudin, O.Abdurakhman, dan
Syukri Indra, dengan judul penelitian yaitu “Peran Orang Tua Memilih Pondok
Pesantren Sebagai Sarana Pendidikan”.12 Penelitian ini meneliti mengenai motivasi
orang tua dalam memasukan anaknya ke pondok pesantren Salafi Terpadu
9
Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 1991),
hlm.656.
10
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), hlm. 80.
11
Zuhaerini,Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hlm. 27.
12
Mohammad Ilham Nudin, dan O. Abdurakhman, dan Syukri Indra, “Motivasi Orang Tua Memilih Pondok
Pesantren Sebgai Sarana Pendidikan”, E-Journal Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 3 (1), 1-
27 Februari 2020
14
Darussyifa Al- Fitroh Perguruan Yaspida Sukabumi. Penelitian ini meneliti
mengenai motivasi orang tua secara umum dalam memilih pondok pesantren
sebagai sarana pendidikan yang terbagi dalam dua bentuk yaitu motivasi intristik
dimana motivasi datang dari dalam diri orang tua seperti menginginkan anaknya
memahami agama, ingin anaknya menjadi anak yang baik dan sopan, mandiri,
memiliki pegangan hidup, dan sebagianya. Dan motivasi ekstrinsik adalah motivasi
datang dari luar yang mempengaruhi orang tua memilih pondok pesantren sebagai
sarana pendidikan anak seperti alumni pondok yang mengaplikasikan didikan
pondoknya ke masyarakat, pondok dapat membentuk moral, akhlak, dan ajaran
agama yang baik. Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan
datang terdapat pada topik pembahasan yang mana topik pembahasan dalam
penelitian ini yaitu motivasi secara umum sedangkan pada penelitian yang akan
datang topik pembahasan mengenai peran orang tua secara khusus dalam
memberikan pendidikan kepada anaknya dengan cara mengantarkannya ke pondok
pasantren dan orang tua ikut berperan dalam berkontribusi terhadap perkembangan
pondok pasantren tersebut

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Saputri, Hambali, dan Gimin dengan judul
penelitian yaitu “Analisis Tentang Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren
Sebagai Sarana Pembinaan Moral di SMA Pondok Pesantren Babussalam
Pekanbaru”. Penelitian di atas meneliti tentang motivasi orang tua dalam bentuk
motivasi intrinsik maupun ekstrinsik dalam memilih SMA pondok pesantren
Babussalam sebagai sarana perkembangan moral. 13 Penelitian yang akan dilakukan
membahas tentang peran orang tua memilih pondok pesantren sebagai
perkembangan pendidikan anak dimana peran yang dimaksud dalam penelitian
yang akan datang yaitu kontribusi orang tua terhadap pendidian si anak di Pondok
Pasantren dan peran orang tua terhadap pondok pasantren tersebut. Selain itu pada
penelitian yang akan datang juga membahas bagaimana tanggapan orang tua setelah
anaknya melalui pendidikan di pondok pesantren. Tidak hanya itu perbedaan
tempat penelitian juga menjadi salah satu perbedaan dari penelitian diatas dengan
penelitian yang akan datang.

13
Rika Saputri ,dan Hambali, dan Gimin,”Analisis Tentang Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren
Sebagai Sarana Pembinaan Moral di SMA Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru” Jurnal Online
Mahasiswa Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Volume 5 Nomor 01, 2018
15
3. Penelitian yang diteliti oleh Ahmad Noor Muhib Hidayatulloh (2016) dengan Judul
“Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembinaan
Moral Anak (Studi Kasis Wali Santri Di Pondok Pesantren Wasilatul Huda
Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal)”. Penelitian ini membahas tentang mengapa
orang tua lebih memilih pondok pesantren Wasilatul Huda sebagai pengembangan
akhlak dan bagaimana cara pondok pesantren Wasilatul Huda dalam membina
moral santri dan apa saja hambata pondok pesantren Wasilatul Huda dalam
membina moral santri.14 Pada penelitian ini objek yang akan diteliti lebih condong
pada pengurus pondok pesantren Walimatul Huda dikarenakan pada penelitian ini
lebih banyak membahas mengenai bagaimana cara pembinaan moral serta
hambatan yang ada di pondok pesantren Walimatul Huda. Perbedaan penelitian ini
dengan yang akan di tulis atau di teliti adalah pada penelitian yang akan di teliti
lebih memfokuskan pada peran orang tua terhadap pendidikan anaknya di pondok
pesantren Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil, untuk mengembangkan
akhlak anak, dalam penelitian yang akan datang juga membahas mengenai adakah
kriteria khusus atau alasan khusus mengapa orang tua memilih pondok pesantren
Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil di bandingkan pondok pesantren
lainnya dan penelitian yang akan datang juga memfokuskan pada bagaimana
kontribusi orang tua setelah anaknya menempuh pendidikan di pondok pesantren
Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil. Karena sebelum memilih lembaga
pendidikan untuk anaknya orang tua pasti telah memiliki harapan dan tujuan
tertentu sehingga orang tua memilih pondok pesantren Darul Muta’allimin Tanah
Merah Kabupaten Aceh Singkil sebagai lembaga pendidikan anaknya. Sedangkan
dalam penelitian yang sudah ada objek penelitian lebih condong pada pengurus
pondok pesantren, namun pada penelitian yang akan datang objek yang akan di
teliti secara keseluruhan adalah wali murid dari santri yang menempuh pendidikan
di pondok pesantren Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil. Selain itu tempat
dilakukannya penelitian terdahulu dan yang akan di teliti juga berbeda dimana
penelitian terdahulu dilakukan kepada wali santri dan pengurus pondok pesantren
Wasilatul Huda sedangkan penelitian kali ini akan dilakukan kepada wali santri
pondok pesantren Darul Muta’allimin Tanah Merah Kabupaten Aceh Singkil.

14
Ahmad Noor Muhib Hidayatulloh, Skirpsi: “Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai
Sarana Pembinaan Moral Anak ( Studi Kasus Wali Santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan
Gemuh Kabupatem Kendal)” (Salatiga: IAIN, 2016)
16
Berdasarkan beberapa referensi kajian terdahulu yang penulis lakukan, maka
menurut hemat pandang penulis, penelitian yang akan penulis lakukan ini masih sangat
relevan untuk dilanjutkan, mengingat tulisan dan penelitian yang menyangkut terkait peran
orang tua terhadap pendidikan anaknya di Dayah masih sangat terbatas.

G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kajian lapangan yaitu penelitian kualitatif yang merupakan
suatu penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa
menggunakan teknik statistik.15 Tujuan kajian lapangan adalah untuk memahai kondisi
dunia pendidikan yang meliputi peikiran, pengalaman, pemahaan, persepsi dan buday yang
berkaitan dalam upaya peningkatan dan pengebangan mutu pendidikan. Penelitian
kualitatif merupakan jenis penyelidikan yang bertujuan untuk memahai peranan kelompok
atau interaksi pada situasi sosial tertentu.
Adapun jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif merupakan suatu penelitian yang tujuan utamanya dimaksudkan untuk
memaparkan keadaan yang terjadi. Namun secara metodologis penelitian ini termasuk
dalam lingkup penelitian lapangan, yaitu untuk mendeskripsikan tentang pendekatan dan
langkah yang digunakan dalam proses untuk mengetahui peran orang tua atau wali murid
terhadap pendidikan dayah di Darul Muta’allimin Aceh Singkil.
Deskripsi terrsebut dijelaskan dalam bentuk uraian narasi. Untuk itu akan dilakukan
analisis terhadap sumber data dan disajikan secara sistematis. Sebagaiman yang
dikemukakan oleh Sukardi bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan obyek sesuai dengan yang terjadi di
lapangan.16
Dalam hal ini, secara lebih detail, Nazir menggambarkan metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia. Suatu obyek, suatu kondisi, atau
sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau hubungan antar fenomena yang
diselidiki.17

15
Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab (Malang: Hilal Pustaka, 2007), hlm. 12.
16
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 157.
17
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 157.
17
Langkah yang ditempuh dalam memberi deskripsi analisis kualitatif, adalah dengan
menfasirkan data berdasarkan sudut pandang objek kajian penelitian. 18 Oleh karena itu,
kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data
yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat atau
terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terliat dan terucap tersebut. 19
Penelitian deskriptif secara teori memiliki beberapa hal yang dapat dideskripsikan
pada hasil penelitian, yakni menggambarkan, menjelaskan, mendeskripsikan, menganalisi
atau menginteprestasikan hasil kegiatan penelitian. Metode analisis deskrriptif
dimaksudkan untuk menjelaskan, mengumpulkan data atau informasi tentang pendekatan
dan langkah yang digunakan dalam proses mengetahui perang orang tua terhadap
pendidikan dayah di Darul Muta’allimin Aceh Singkil.

2. Sumber Data Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data. 20Pertama,
sumber data primer, yaitu data-data pokok yang penulis dapatkan pada saat melakukan
penelitian di lapangan yang dilakukan melalui wawancara dan observasi pada dayah Darul
Muta’allimin Aceh Singkil. Selain itu juga, data yang diperoleh dari diktat, arsip resmi
dayah Darul Muta’allimin Aceh Singkil serta sumber data lain yang termasuk ke dalam
kategori primer. Kedua, sumber data sekunder, yaitu sumber data lain yang penulis anggap
termasuk ke dalam ranah penelitian, seperti informasi tambahan yang penulis terima dari
berbagai pihak juga terkait profil dayah Darul Muta’allimin Aceh Singkil.

3. Lokasi dan Subjek Penelitian


a. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Dayah Darul Muta’allimin Gampong Tanah Merah
Kabupaten Aceh Singkil. Alasan memilih lokasi penelitian ini dengan pertimbangan
bahwa:
a. Pasantren tersebut merupakan pasabtren tertua di Kabupaten Aceh Singkil dan telah
memiliki banyak murid yang menimba ilmu di Dayah tersebut.

18
Lexy J. Meleong, Metode Peneltian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 9.
19
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 2.
20
Data dari bahasa Latin tunggal, pemberian, karunia, sajian, data jamak, hadiah-hadiah, sajian-
sajian. 1. Informasi aktual (pengukuran atau statistik) yang digunakan sebagai dasa untuk penelaahan, diskusi
atau pehitungan. 2. Kenyataan-kenyataan muni yang belum ditasirkan, diuba atau dimanipulasikan, tetapi
telah tesusun dalam sistematika tertentu. Lihat Komaruddin dkk, Kamus Istilah Karya Ilmiah (Jakarta: Bumi
Aksaa, 2000), hlm. 43.
18
b. Sebagai lembaga pendidikan tertua, masih banyak kekurangan dan kebutuhan
Dayah yang masih jauh dari harapan terpenuhi, sehingga memunculkan pertanyaan
bagaimana kontribusi orang tua selama ini terhadap Dayah tersebut.

b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan suatu yang kedudukannya sangat sentral, karena pada
subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh
peneliti21. Subjek penelitian ini adalah perwakilan beberapa orang tua murid yang nyantri
di dayah Darul Muta’allimin Aceh Singkil . Objek penelitian ini adalah peran dan
kontribusi orang tua terhadap pendidikan anaknya dan terhadap Dayah Darul Muta’allimin
Aceh Singkil.

4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung di lapangan
(observasi partisipan), wawancara, dan metode dokumenter.
a. Observation (pengamatan)
Observasi adalah pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematik terhadap
suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. 22 Dalam kajian ini peneliti
mengadakan pengamatan langsung terhadap peran dan kontribusi orang tua
terhadap pendidikan anaknya dan terhadap Dayah Darul Muta’allimin Aceh
Singkil.

b. Interview (wawancara)
Wawancara adalah metode yang berkaitan dengan tanya jawab dalam kegiatan dan
pengumpulan data yang sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan. 23 Penelitian
lapangan ini dihadapkan dengan interview secara intensif untuk menggali informasi dari
narasumber secara mendalam. Oleh karena itu peneliti harus mempersiapkan diri baik
secara mental maupun pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan, supaya pokok
pertanyaan terfokus. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan
yyang tidak sesuai dengan pokok permasalahan.
Adapun responden yang akan diwawancarai adalah :
1. Perwakilan Orang Tua/Wali Santri Dayah Darul Muta’allimin Aceh Singkil.

21
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet. Kelima (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 119.
22
Rudin Pohan, Metodologi Penelitian Islam (Banda Aceh: Ar-Rijal Institute, 2007), hlm. 71.
23
Sutrisno Hadi, Metode Research (Yokyakarta: Adi Offiset, 2007), hlm. 4.
19
2. Pimpinan Dayah Darul Muta’allimin Aceh Singkil.
3. Bidang sarana dan prasarana dayah Darul Muta’allimin Aceh Singkil.
Wawancara ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
informan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum ke lapangan, akan tetapi cara
penyampain pertanyaan tersebut dilakukan secara bebas. Dengan demikian sekalipun
pewawancara telah terikat dengan pedoman wawancara, tetapi pelaksanaanya dapat
berlangsung dalam suasana tidak formal.

c. Dokumentasi
Suarsimi Arikunto dalam bukunya yang berjududl Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, menyebutkan bahwa pengertian metode dokumentasi adalah metode
mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan, transkip,
prasasti, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.24 Dokumentasi yang peneliti maksud
di sini yaitu pengumpulan data yang peneliti peroleh melalui sumber seperti buku-buku
primer ataupun sekunder, majalah, diktat dan sumber data lain yang dapat dijadikan
pedoman dalam penelitian.

5. Teknik Analisis Data


Sesuai dengan sifat pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan kualitatif, maka dalam analisis data akan melalui tiga tahapan, yaitu tahap
reduksi data, display data dan verifikasi data.
Setelah data yang diperlukan terkumpul selanjutnya dianalisis dalam rangka
menemukan makna temuan. Menurut Lexy J. Moleong analisis data ialah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satu uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data.25
Data yang ditemukan terdiri dari catatan lapangan yang diperoleh melalui
observasi, wawancara dan telaah dokumentasi dianalisis terlebih dahulu agar dapat
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, cet. XIII (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 188.
25
Lexi J. Moleong, Penelitian Kualitatif.., hlm. 10
20
diketahui makna dan hubungannya dengan menyusun data, menghubungkan data,
mereduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan.
Analisis data dalam penelitian ini termasuk pola penelitian kualitatif, maka untuk
mengolah data penulis menggunakan teori Miles dan Huberman yaitu: reduksi data, display
data dan verifikasi data.26 Tehnik pengolahan data dan penafsiran data tersebut dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:

a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.27 Penulis menelaah kembali seluruh catatan yang diperoleh melalui teknik
observasi, wawancara dan telaah dokumentasi, kemudian data yang diperoleh disusun
dalam satuan-satuan yang teratur dengan cara meringkas dan memilih, mencari sesuai tipe,
urutan dan pola.

b. Penyajian data
Miles dan Huberman mengatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam proses penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 28 Penulis
merangkum hal-hal pokok dan kemudian penulis menyusun dalam bentuk deskriptif yang
naratif dan sistematik sehingga dapat memudahkan untuk mencari tema sentral tentang
peran dan kontribusi orang tua terhadap pendidikan anaknya dan terhadap Dayah Darul
Muta’allimin Aceh Singkil sesuai dengan fokus atau rumusan masalah. Data yang yang
sudah direduksi dan diklasifikasikan berdasarkan kelompok masalah yang diteliti dapat
memudahkan menarik kesimpulan.

c. Menarik kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. 29

26
Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terj. Tjetjep Rohindi,
(Jakarta: UI Pers, 1992), hlm. 15
27
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2002), hlm. 82
28
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif…, hal. 95
29
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif…, hal. 99
21
Makna-makna yang muncul dari data harus diuji validitasnya. Peneliti pada tahap ini
mencoba menarik kesimpulan berdasarkan tema untuk menemukan makna dari data yang
dikumpulkan.
.

D. Sistematika Pembahasan
Sebagai gambaran awal dan agar lebih mempermudah pembahasan tesis ini secara
sistematis, maka peneliti merumuskan sistematika pembahasan bahwa dalam penelitian ini
peneliti membuat laporan dalam bentuk tesis menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri
dari beberapa sub bab, dan sebelum memasuki bab pertama terlebih dahulu peneliti sajikan
beberapa bagian permulaan secara lengkap yang sistematikanya meliputi halaman sampul,
halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran dan abstrak dalam tiga bahasa
(Indonesia-Inggri dan bahasa Arab).

22
BAB II LANDASAB TEORITAS
A. Peran Orang Tua
1. Pengertian Peran Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik sekaligus pengasuh, mempunyai peranan penting dalam dunia
pendidikan anak-anak, karena dalam sebuah lembaga pendidikan peran orang tua penting untuk
mengenalkan dan membentuk potensi- potensi dasar anak dengan baik, baik itu potensi agama,
budaya maupun potensi sosial. Oleh karena itu, peran orang tua dalam membimbing serta
menyelamatkan anak merupakan tujuan utama dan membuat para orang tua bangga terhadap
potensi dan prestasi anak yang membanggakan terutama bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam
hal ini orang tua dituntut untuk bisa mengerti dan memahami kondisi fisik serta psikis dari
anak berkebutuhan khusus, sehingga memerlukan ekstra kesabaran dan keahlian khusus
dalam menanganinya dan masalah pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus sendiri
berbeda dengan pembelajaran anak normal lainnya.Pembelajaran untuk anak berkebutuhan
khusus membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang
studi, hendaknnya para orang tua sudah mengetahui dan memberikan pendidikan yang terbaik buat
buah hatinya serta mampu memberikan bimbingan yang baik kepada anak berkebutuhan
khusus.Model bimbingan terhadap anak berkebutuhan khusus seharusnya difokuskan dahulu
terhadap perilaku nonadaptif atau perilaku menyimpang sebelum mereka melakukan kegiatan
program pembelajaran individual. Bimbingan semacam ini dapat diterapkan melalui upaya-upaya
pengkondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya
mengembangkan perilaku-perilaku efektif sesuai dengan tugas-tugas perkembanganya. Tentunya
dengan mengacu pada teori-teori tentang perkembangan kepribadian diri Freud, Erickson, dan
Maslow yang dikembangkan sesuai dengan “keberadaan” peserta didik di sekolah (Gumaer, J.,
1984:7; Kartadinata, S., 2002:1).Bagi orang tua, mengasuh anak merupakan proses yang kompleks.
Mengasuh anak membutuhkan beberapa macam kemampuan yang perlu diperhatikan, hal-hal yang
23
perlu diperhatikan diantaranya adalah kemampuan orang tua dalam memberi kasih sayang,
penanaman sikap, rasa displin, pemberian hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman
sikap dan moral, perlakuan adil, pembuatan peraturan serta kecakapan mengatur anak.Adapun
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak berbeda- beda tergantung pada status
sosial, kebiasaan dan budaya tempat keluarga itu tinggal. Perbedaan tersebut tercermin dalam pola
pengasuhan kepada anaknya, karena setiap orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu.Di
dalam keluarga, peran kedua orang tua sangatlah penting yaitu, mengasuh membimbing, membantu
mengarahkan dan menghantarkan anak menjadi seorang yang sukses. Mengingat masa anak-anak
merupakan masa yang penting dalam proses perkembangan anak, maka pemahaman dan
kesempatanyang diberikan orang tua kepada anaknya amatlah penting. Meski dunia pendidikan
(sekolah) juga berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mencapai kesuksesan di
masa depan, keluarga merupakan pilar utama dan pertama pada anak guna mencapai cita-citanya.
1. Macam Macam Orang Tua
Sekarang ini, seiring dengan berkembangnya zaman, semakin banyak juga perubahan terhadap
pola kehidupan dalam bermasyarakat. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dialami, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilaku manusia.
Termasuk di dalamnya akhlak anak terhadap kedua orang tua yang tampaknya tidak sedikit di
antara mereka cenderung menjadi tidak patuh lagi, lalai terhadap kewajibannya dan lebih sibuk
dengan hal-hal yang bersifat kesenangan duniawi semata tanpa
memperhatikan kewajiban mutlak mereka.1
Sesungguhnya, krisis yang dialami oleh manusia sekarang ini tidak lain juga disebabkan oleh
karena tidak adanya panutan ketuhanan yang benar, yang tokohnya adalah Nabi Muhammad saw.
Supaya manusia kembali kepada petunjuk tuhan dan keluar dari kegelapan, Maka para orang tua
harus mngajarkan pada purta-putrinya untuk mencintai Nabi dan mengamalkan kepribadian
beliau kepada mereka.2
Pada realitanya, fenomena yang terjadi di zaman sekarang ini, mayoritas anak terbius dengan
angan-angan kosong. Mereka menggantungkan cita-cita yang tinggi, akan tetapi semakin tinggi
cita-cita

1 Syaikh ‘Ali Ahmad al-Jurjawi, Hikmah Dibalik Hukum Islam (Jakarta: Mustqim, 2003), 510-511.
2 Jamal Abdulrahman, Pendidikan ala kanjeng nabi (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004)
tersebut berdampak pada degradasi moral. Degradasi tersebut semakin tampak dan
memprihatinkan ketika banyak anak yang berbuat durhaka kepada kedua orang tua, bahkan ada
yang sampai tega membunuhnya. Diantara faktor penyebabnya karena adanya pengaruh internal
adalah kelalaian kedua orang tua dalam membimbing anak dan memberikan tauladan yang baik

24
kepada anak, kurangnya interaksi yang baik antara kedua orang tua dengan anak. kelalaian anak
terhadap perintah-perintah Allah swt.
Begitu juga pengaruh eksternal, seperti adanya paham liberal yang merusak pola kehidupan dalam
berkeluarga dan bermasyarakat (melalui media masa, internet, dan pergaulan lingkungan yang
tidak baik), sehingga mereka mudah terkontaminasi dengan pola gaya hidup bebas yang membuat
mereka tidak lagi menghargai kedua orang tua, membangkang dan tidak mematuhi
perintahnya.Al-Qur’an menjadi way of life dalam kehidupan seorang muslim untuk menyelesaikan
segala persoalan dan kesulitan. Hal ini dikarenakan dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang
membicarakan konsep kehidupan, di antaranya konsep tentang budi pekerti, ekonomi,
pemerintahan, hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya.3
Salah satu yang dibicarakan oleh al-Qur’an adalah tentang berbakti kepada kedua orang
tua.Kedua orang tua adalah sosok yang banyak mencurahkan kasih sayangnya sejak seorang anak
belum lahir dalam kandungan sampai menjadi3 Sayyid Qutb, Petunjuk Jalan, terj.: Abdul Hayyie al-
Kattani, Cet. I (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). 27dewasa dan mandiri.4 Sebagian orang
mungkin mengira, bahwa sopan santun hanya berlaku bagi seorang anak terhadap orang tuanya,
tidak sebaliknya. Kedua orang tua harus memperhatikan kesehatanya sejak dalam kandungan,
seperti makanan ibunya harus bergizi baik, ketenanggan dan ketentraman jiwanya jangan sampai
terganggu. Kemudian begitu anak lahir, diazankan dan diqamatkan, sebagai langkah awal
memperdengarkan dan menanamkan kalimat tauhid kepada si anak. Sesudah itu, tentu masih
banyak yang harus dilakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya, seperti menyusukanya,
menyediakan biaya hidup, biaya kesehatan, biaya pendidikan dan menanamkan ajaran Islam
secara sempurna.5Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada
anaknya, dan mereka mempunyai tanggung jawab yang besar. Jasa merekatidak dapat dihitung
dan dibandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan menjadi orang merdeka.6 Dalam
kehidupan sehari-hari mereka berusaha dengan segenap kemampuan, mengasuh, mendidik serta
memelihara anak-anaknya agar menjadi keturunan yang baik. Jerih payah mereka adalah untuk
kepentingan anak-anaknya. Hal inilah yang menuntut penghargaan anak-anak, penghargaan
dalam arti penghormatan dan rasa terima kasih secara wajar.7 Bahkan Allah telah menjadikan
keridhaan-Nya terletak pada keridhaan orang tua, kebencian-Nya pada kebencian orang tua,4
Shihab, Birrul Walidain: Wawasan al-Qur’an tentang Bakti Kepada Ibu Bapak(Tangerang: Lentara
Hati, 2014),1.5 M. Ali Hasan, Kumpulan tulisan M. Ali Hasan (jakarta: Prenada Media,2003),211.6
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 167.7 M. Ali Hasan, Mengamalkan
Sunnah Rasulullah (Jakarta: Prenada Media, 2003), 181.7dan menjadikan kedua orang tua sebagai
pintu tengah surga, bahkan menjadikan surga berada di bawah telapak kaki
keduanya.8Permohonan ampunan tidak akan diterima tanpa keridhaan orang tua, karena harum
25
surga yang tercium dari jarak perjalanan seribu tahun tidak akan tercium oleh seorang yang
durhaka kepada orang tuanya. Ini memberikan isyarat bahwa para pendurhaka kepada orang
tuanya bukan hanya tidak akan masuk surga, tetapi mereka juga akan tetap berada di tempat
yang jauh dari surga dan tidak sanggup mendekatinya.9Menghormati dan berbuat baik kepada
kedua orang tua sebenarnya merupakan dorongan fitrah manusiawi. Setiap anak yang dibesarkan
dalam sebuah keluarga yang normal dengan sendirinya akan memiliki rasa terima kasih dan
hormat kepada kedua orangtua. Namun, dalam perkembangannya 8kemudian, perasaan ini akan
mengambil bentuk dan kadar yang berbeda-beda pada masing-masing anak, dan tidak jarang
karena pengaruh budaya, pergaulan, dan pendidikan yang salah, rasa hormat dan terima kasih ini
mulai terkikis sedikit demi sedikit. Oleh karena itu, Islam tidak menyerahkan masalah ini pada
perasaan manusiawi semata. Islam memberikan aturan- aturan yang perlu dalam masalah
menghormati kedua orang tua dan menjaga hak-hak mereka.Rasulullah SAW sebagai teladan
utama yang menjadi kiblat segala laku perbuatan pengikutnya maka orang tua yang tidak dapat
memberikan8 Abdul Aziz ibn Fauzan ibn Shalih al-Fauzan, Fiqih Sosial: Tuntunan dan Etika Hidup
Bermasyarakat (Jakarta: Tim Qisthi Press, 2007), 239.9 Abu Hamida, Super Berkah Buah Manis
Berbakti Kepada Ibu Bapak (Bandung: Pustaka Hidayah, 2009), contoh teladan yang baik kepada
anak-anaknya, begitu pula anak-anaknya kepada orang tuanya, kesemuannya itu akan
mempengaruhi pandangan hidup si anak terutama adabnya.10 Sebenarnya orang tua itu ada tiga,
yaitu: pertama adalah orang yang menyebabkan seorang anak lahir yaitu ayah dan ibu, kedua
adalah orang yang mengajari berbagai ilmu pengetahuan, yaitu guru baik yang mengajar pada saat
masih kecil atau sudah dewasa, ketiga adalah orang yang menyebabkan seorang suami lahir, yaitu
bapak dan ibu mertua.
2.
3. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Peran orangtua dalam mendidik anak sangat dibutuhkan terutama di lingkungan
keluarga. Anak cenderung akan mengikuti kebiasaan yang ditanamkan oleh kedua orang
tua dan para pendidik yang berada di sekitar anak, terutama pada usia dini. Meskipun
secara biologis perkembangan anak pada usia dini berjalan dengan pesat namun secara
sosiologis masih terikat dengan lingkungan dan keluarganya. Orangtua mempunyai peran
penting sebagai pendidik pertama dalam masa pertumbuhan anak. Bukan saja soal
pertumbuhan, perkembangan karakter anak juga merupakan bagian dari peran orangtua.
Sejalan dengan hasil penelitian Hulukati, W. (2015), mengatakan bahwa orang tua
memfokuskan perannya akan memberikan dampak/ keyakinan yang kuat dan besar
terhadap perkembangan perilaku, sikap dan pribadi anak dengan baik dan benar.
26
Sebagai pemegang peran krusial terhadap tumbuh kembang anak, orangtua
membutuhkan pengetahuan dan pendidikan yang cukup mengenai hal tersebut. Tanpa adanya
pendidikan dan pengetahuan yang cukup, orang tua tidak dapat memberikan pendidikan yang
tepat pada kebutuhan tumbuh kembang anak. Dengan demikian, orang tua juga memerlukan
pendidikan dalam hal menjaga, merawat, mengasuh dan mendidik anak. Maka, dibutuhkan
parenting dalam upaya yang dapat membantu meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan orang tua dengan memberikan pembekalan pendidikan orang tua berupa informasi
dalam proses mendampingi tumbuh kembang anak di dalam lingkungan keluarga.
Morrison dalam (Roshonah. A. F.(2019)), mengatakan bahwa parenting
merupakan sebuah proses untuk mengembangkan dan memanfaatkan

Reistu Tri Yulianti, 2021


PANDANGAN ORANG TUA MENGENAI PEMANFAATAN BLOG PARENTING SEBAGAI
SARANA INFORMASI EDUKASI
Universitas Pendidikan Indonesia|Repository.upi.edu |Perpustakaan.upi.edu

pengetahuan, dengan keterampilan yang baik untuk menciptakan, merencanakan,


melahirkan, membesarkan dan merawat anak. Selain itu hasil penelitian Azhari, R.,
Irmawita, I., & Aini, W. (2018), mengatakan bahwa manfaat menerapkan parenting dapat
memperoleh informasi berupa waktu
1

Reistu Tri Yulianti, 2021


PANDANGAN ORANG TUA MENGENAI PEMANFAATAN BLOG PARENTING SEBAGAI
SARANA INFORMASI EDUKASI
Universitas Pendidikan Indonesia|Repository.upi.edu |Perpustakaan.upi.edu

pengasuhan, materi pengasuhan, pengetahuan, dan tempat pengasuhan yang baik


untuk anak.
27
Kegiatan parenting untuk orangtua dalam pelaksanaannya pada umumnya di
fasilitasi oleh pihak lembaga PAUD, dalam upaya untuk melibatkan orangtua agar aktif
dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan anak di sekolah. Tetapi, pada saat ini
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi orangtua sudah dapat
menambah wawasan parenting dengan menggunakan smartphone dengan mengakses
media online untuk mencari informasi secara online. Hal ini sejalan dalam hasil penelitian
yang dilakukan oleh Fitriani, D, 2019, mengatakan bahwa dengan mempertimbangkan
penggunaan besar-besaran media baru dalam komunitas, sangat strategis untuk
memperkenalkan program pengasuhan online, terutama masyarakat digital. Parenting
online dapat memberikan banyak keuntungan bagi orangtua yang sibuk kerja dengan
mengetahui pembaruan terbaru tentang anak-anak langsung dari mana saja serta,
menerima informasi terkini dan teori tentang pendidikan anak usia dini dari para ahli.
Perkembangan internet yang sangat pesat, dapat digunakan untuk memperoleh
informasi yang kondusif dalam meningkatkan pengetahuan serta pengembangan diri
terutama orang tua dengan memfasilitasi kegiatan parenting secara online. Maka, para
pakar dapat memanfaatkan internet untuk menunjang peningkatan pengetahuan orang
tua yaitu belajar mengenai parenting melalui media pembelajaran alternatif blog
parenting yang terdapat berbagai informasi yang bersentuhan dengan kegiatan
pembelajaran dan pengasuhan anak. Dalam hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Hapsari,dkk (2020) dinyatakan bahwa kehadiran media blog atau website parenting
sebagai wadah edukasi pengasuhan dengan memberikan berbagai konten dan topik
edukasi pengasuhan anak dapat menjadi jawaban atas sumber informasi untuk orang tua
dengan mampu mencerahkan orang tua dalam mengasuh anak dan mengoptimalkan
perannya.
Di dalam blog parenting menyediakan beberapa kegiatan umum dan

Reistu Tri Yulianti, 2021


PANDANGAN ORANG TUA MENGENAI PEMANFAATAN BLOG PARENTING SEBAGAI
SARANA INFORMASI EDUKASI
Universitas Pendidikan Indonesia|Repository.upi.edu |Perpustakaan.upi.edu

28
4

sarana dalam memberikan berbagai konten edukasi, tips-tips, saran, pengalaman


dan penyuluhan informasi dengan artikel berupa pengasuhan anak

Reistu Tri Yulianti, 2021


PANDANGAN ORANG TUA MENGENAI PEMANFAATAN BLOG PARENTING SEBAGAI
SARANA INFORMASI EDUKASI
Universitas Pendidikan Indonesia|Repository.upi.edu |Perpustakaan.upi.edu

dirumah dengan konten terupdate dan berkualitas. Serta, beberapa blog parenting
juga mengadakan seminar atau workshop melalui media online. Di Indonesia terdapat
beberapa blog parenting dengan insight terbaik versi iprice group, yaitu: The Asian Parent
Indonesia, Katalogibu.com, Mother and Baby, Parenting Indonesia, Bidanku, Ibu&Mama,
Family Guide Indonesia, Rumah Inspirasi, Klinik Bayi, The Urban Mama dan lain-lain.
Literasi parenting melalui blog parenting dapat menggiring dan membantu orang tua
untuk lebih terbuka dengan teknologi dan perkembangan zaman sehingga dapat
menyesuaikan gaya perenting yang baru. Dengan ini, dapat membantu kecakapan orang
tua dalam mendampingi anak yang bertumbuh bersama dengan tantangan generasi
pergaulan anak yang berbeda dengan generasi orang tuanya. Maka, orang tua perlu
meningkatkan kapasitas diri dengan terus- menerus belajar dalam mendidik diri, anak,
keluarga, dan lingkungan, kapanpun dimanapun orang tua berada dengan mengharapkan
tetap mendapatkan edukasi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan ulasan diatas maka, penulis menyadari perkembangan teknologi yang
sangat pesat dengan sudah adanya berbagai blog parenting yang tersedia. maka, penulis
lebih terfokus penelitiannya untuk mengkaji tentang bagaimana pandangan orang tua
tentang pemanfaatan blog parenting sebagai sarana memperoleh informasi edukasi untuk
orang tua. Menurut pandangan penulis, hal tersebut sangat menarik untuk dapat dikaji

29
lebih lanjut dikarenakan belum adanya penelitian mengenai pandangan orang tua pada
blog parenting yang sudah tersedia. Sehingga, memungkinkan dengan hasil yang
didapatkan untuk mengembangkan informasi edukasi berupa parenting secara online.
Berdasarkan berbagai paparan diatas maka peneliti tertarik untuk dapat mengkaji
mengenai parenting online melalui blog parenting dengan mengangkat judul penelitian
“Pandangan Orang Tua Mengenai Pemanfaatan Blog Parenting Sebagai Sarana Informasi
Edukasi”.

B. Dayah
1. Pengertian Dayah

Dayah merupakan sebuah lembaga yang pada awalnya memposisikan dirinya sebagai

pusat pendidikan pengkaderan ulama dan merupakan suatu lembaga pendidikan Islam

tradisional yang paling terkenal di Aceh yang tujuannya untuk mempelajari, memahami,

mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. 28 Kehadirannya sebagai institusi

pendidikan Islam di Aceh bisa diperkirakan hampir bersamaan tuanya dengan Islam di

nusantara dan telah banyak mempengaruhi masyarakat khususnya dalam menjalankan

praktek keagamaan.29 Di wilayah lain di Indonesia, lembaga ini dikenal dengan istilah

pesantren. Sementara di Aceh, hanya istilah dayah yang populer digunakan. Dengan
30
demikian, dayah sebenarnya adalah pesantren yang memiliki panggilan khusus daerah.

Kendatipun, dayah dianggap sama dengan pesantren di Jawa dan surau di Sumatera Barat,

namun ketiga lembaga tersebut tidaklah persis sama, perbedaannya terletak pada latar

belakang sejarahnya. Pesantren telah ada semenjak sebelum Islam tiba di Indonesia.

Dalam hal ini Poerbakawatja telah meneliti bahwa pesantren lebih mirip lembaga

pendidikan Hindu, ketimbang pendidikan Arab. Karena memang lembaga pendidikan ini

merupakan lembaga pendidikan Hindu, hanya saja filosofinya diubah ketika masyarakat

Islam telah menguasai lembaga pendidikan

28
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: NIS, 1994), h. 55.
29
Muhammad AR, Potret Aceh Pasca Tsunami (Mengintip Peran Dayah dalam
Menghadapi Akulturasi Akhlaq), (Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2007), h. 115.

31
ini.

Kata “pesantren” berasal dari bahasa sangsekerta yaitu “santri”, menurut Kamus

Bahasa Indonesia berarti pelayan. Tetapi secara umum lebih ditunjukkan kepada “murid

sekolah agama”. Kata ini juga berarti seseorang dengan sungguh- sungguh menjalankan

kewajiban keagamaannya. Istilah “santri” itu sendiri diambil dari kata sahastri (chastri =

India), dalam bahasa sangsekerta bermakna orang yang mengetahui kitab suci Hindu.

Sedangkan kata dayah berasal dari bahasa Arab, yakni zawiyah, yang berarti pojok/sudut,

diambil dari sejarah, ketika Rasulullah mendidik murid-muridnya diawal-awal dakwahnya

disetiap sudut- sudut mesjid. Perbedaan lain antara pesantren dan dayah, yakni pesantren

menerima pendidikan anak semenjak belajar mengaji dasar (alif ba ta), sementara dayah

hanya menerima orang dewasa saja. Syarat minimal yang bisa diterima di dayah adalah

telah menyelesaikan sekolah dasar, mampu membaca Al-Qur’an dan bisa menulis Arab.30

1. Dasar dan Tujuan Pendidikan Dayah

a. Dasar Pendidikan Dayah

Apabila kita melihat pada setiap lembaga pendidikan, disana akan ditemukan dasar

atau pedoman yang menjadi landasan berpijak bagi lembaga pendidikan tersebut. Adapun

dasar pendidikan dayah sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional adalah Al- Qur’an

dan Hadits. Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama dan Hadits merupakan sumber

hukum kedua setelah Al-Qur’an.

30
M. Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan Dayah di Aceh, (Banda
Aceh: Yayasan PeNa, 2008), h. 43.

32
Lembaga pendidikan Islam tidak diragukan lagi karena kegiatan yang ada

didalamnya banyak mengandung manfaat baik terhadap agama maupun masyarakat karena

mempunyai pedoman Al-Qur’an dan Hadits. Jadi pada dasarnya pendidikan dayah adalah

untuk mencapai keseimbangan hidup di dunia maupun akhirat karena dalam pendidikan

Islam, aspek keseimbangan sangat dijunjung tinggi. Pada prinsipnya semua manusia

menginginkan kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat untuk mencapai keduanya

hanya bisa dicapai dengan bekal iman, ilmu dan amal.

Kewajiban menuntut ilmu, terutama ilmu agama dalam Al-Qur’an surat At-

taubah ayat 122 Allah Swt menerangkan;

   

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah:122).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa diwajibkan untuk menuntut ilmu agama dan

kedudukan orang yang menuntut ilmu harus mampu menjadi pengingat bagi orang yang

tidak tau masalah agama serta mampu menjaga diri dari hal-hal yang bisa menjerumuskan

kedalam lembah kenistaan.

33
Keberadaan dayah dengan segala aspek kehidupan dan pejuangnya ternyata memiliki nilai

strategis dalam membina insan yang berkualitas iman, ilmu dan amal tersebut. 31 Karena

dalam Islam, ilmu merupakan persoalan pokok dalam ajarannya.

b. Tujuan Pendidikan Dayah

Dalam melaksanakan segala kegiatan tentunya disertai dengan tujuan yang jelas dan

kuat. Sehingga dengan tujuan yang jelas dan kuat akan memudahkan arah dan tujuan yang

hendak dicapai.

Adapun yang menjadi tujuan pendidikan dayah sebagai pendidikan Islam

tradisional ada dua macam, yaitu:

1) Tujuan umum

Tujuan umum pendidikan dayah adalah membimbing para santri untuk menjadi manusia

yang berkepribadian islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh islam

dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.32

2) Tujuan khusus

Mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang ’alim dalam ilmu agama yang

diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.

31
Muasfaroh, “Motivasi Orang Tua Memasukkan Anak ke Pesantren dan Implikasinya terhadap
Pengembangan Pesantren (Studi Kasus Di Desa Kendalasem Kec. Wedung Kab. Demak)”, Skripsi,
(Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2006), h. 31-32.
32
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 248.

34
Sedangkan menurut Mastuhu, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad tafsir dalam

bukunya ilmu pendidikan ada 8 prinsip yang berlaku pada pendidikan dayah, yang menjadi

tujuan khusus pendidikan dayah, antara lain sebagai berikut:33

a) Memiliki kebijaksanaan menurut ajaran Islam

b) Memiliki kebebasan terpimpin

c) Berkemampuan mengatur diri sendiri

d) Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi

e) Menghormati orang tua dan guru

f) Cinta kepada ilmu

g) Mandiri

h) Kesederhanaan

Lebih tegasnya tujuan dayah bukanlah untuk kepentingan kekuasaan, uang dan

keagungan duniawi, tetapi ditanamkan kepada santri bahwa belanja adalah semata- mata

kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan.

Sosok santri sebagaimana tergambar pada hakikat cara kehidupan santri tersebut

adalah sebagai bukti signifikansi peran dayah dalam membentuk pribadi muslim, yang ciri-

cirinya dapat disimpulkan sebagai berikut:

a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

b) Bermoral dan berakhlak seperti akhlak Rasulullah saw

c) Jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual

33
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 201-202.

35
d) Mampu hidup mandiri dan sederhana

e) Berilmu pengetahuan dan mampu mengaplikasikan ilmunya

f) Ikhlas dalam setiap perbuatannya karena Allah SWT

g) Tawadhu’, tadhim dan menjauhkan diri dari sikap congkak dan takabur

h) Sanggup menerima kenyataan dan mau bersikap qana’ah

i) Disiplin terhadap tata tertib hidup.

Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa dayah dapat menyumbang penanaman

iman, suatu yang diinginkan oleh tujuan pendidikan Nasional. Budi luhur, kemandirian.

Kesehatan rohani adalah tujuan-tujuan pendidikan Nasional yang juga merupakan tujuan

khusus pendidikan dayah. Dengan demikian jelaslah bahwa sumbangan dayah bagi

tercapainya tujuan pendidikan cukup besar.34

2. Ciri-Ciri Pendidikan Dayah

Dayah sebagai lembaga pendidikan keagamaan mengajarkan dan mengembangkan

serta menyebarkan ilmu pegetahuan agama Islam. Dari sekian banyak Dayah yang tersebar

di seluruh Indonesia, sebagian mengajarkan ilmu pengetahuan agama sedangkan sebagian

lainnya menambahkan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan lainnya.

Ciri-ciri pendidikan di dayah, antara lain:35

a. Adanya hubungan yang akrab antara santri dan kyai.

b. Tunduknya santri kepada kyai.

34
Muasfaroh, “Motivasi Orang Tua Memasukkan Anak ke Pesantren dan..., h. 34.
35
Pusat Studi Interdisipliner IAIN Sunan Ampel, Pembangunan Pendidikan Dalam Pandangan Islam,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel, t.th.), h. 76-77.

36
c. Hidup hemat dan sederhana.

d. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan lentara di kalangan santri.

e. Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai

pergaulan di dayah.

f. Pendidikan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan dayah.

g. Berani menderita untuk mencapai sesuatu tujuan adalah merupakan salah

satu pendidikan yang diperoleh santri di dayah.

h. Kehidupan agama yang baik dapat diperoleh oleh santri di dayah.

Ciri-ciri pendidikan dayah lainnya dalam hal sistem pengajaran dayah. Setiap

lembaga pendidikan memiliki model pembelajaran yang berbeda. Begitu juga halnya

dayah-dayah di Aceh di mana model pembelajarannya sangat berbeda dengan lembaga

pendidikan umum lainnya. Dalam pengajian, setiap pelajar diharuskan membawa kitab-

kitab yang telah ditetapkan, sesuai dengan jadwal belajar yang baku atau kitab-kitab yang

ingin dipelajarinya. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai kitab, pengajian tidak

diperkenankan kecuali sebagai mustami‘ (pendengar) saja.36

Mengenai kurikulum pendidikan dayah, sistem pendidikan di dayah tidak

didasarkan pada kurikulum yang digunakan secara luas, tetapi diserahkan pada

penyesuaian yang fleksibel antara kehendak kyai dan santri secara individual. Dalam hal

materi pendidikan dayah, umumnya dayah menggunakan kitab-kitab kuning baik

menggunakan tulisan Arab ada baris, tanpa baris dan Arab melayu, meskipun ada

diantaranya yang menggunakan kitab yang bertulisan latin, itupun hanya sebagian kecil.

36
Barrulwalidin, “Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren Di Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga”, Tesis,
(Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), h. 41.

37
Adapun metode yang lazim digunakan dalam pendidikan dayah adalah wetonan,

sorogan, dan hafalan. Metode wetonan merupakan metode kuliah dimana para santri

mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling teungku yang menerangkan pelajaran,

santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Meode sorogan sedikit

berbeda dengan metode wetonan dimana santri menghadap guru satu persatu dengan

membawa kitab yang dipelajari sendiri. Adapun metode hafalan berlangsung dimana santri

menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.37

Dengan ciri-ciri pendidikan semacam ini sudah barang tentu baik sekali. Pendidikan

dayah yang berupa berani menderita untuk mencapai tujuan adalah merupakan modal besar

bagi orang untuk sukses dalam hidupnya.

3. Model-Model Dayah

Dalam perkembangan lebih lanjut, dayah disamping memberikan pelajaran ilmu

agama, juga memberikan ilmu pengetahuan umum dengan sistem Madrasah atau sekolah.

Dayah memfokuskan pada pendidikan Islam dan dipimpin oleh teungku (ustadz) dayah.

Dalam Qanun Aceh membedakan dayah kepada dua macam, yaitu “Dayah Salafiah dan

Dayah Terpadu/ Modern”. Pasal 1 ayat (30) disebutkan bahwa Dayah Salafiah adalah

lembaga pendidikan yang memfokuskan diri pada penyelenggaraan pendidikan agama

Islam dalam Bahasa Arab klasik dan berbagai ilmu yang mendukungnya. Selanjutnya pada

ayat (31) disebutkan bahwa dayah terpadu/

37
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), h. 2.

38
modern adalah lembaga pendidikan dayah yang dipadukan dengan sekolah atau

madrasah.38

Berdasarkan tingkat-tingkat perkembangan dayah, dewasa ini terdapat

variasi dari berbagai dayah seperti yang terdapat pada bentuk-bentuk dayah dibawah

ini:

1) Dayah tradisional, adalah dayah yang lebih banyak mempertahankan

tradisinya yang lama dari pada menerima perubahan, kitab-kitab yang

dipelajari harus diseleksi, terutama dengan Mazhab tertentu. Cara belajar dan

mengajar serta kehidupan santrinya tetap dipertahankan. Pendapat guru tetap

menjadi pegangan yang utama di kalangan santri. Dalam banyak hal dayah

ini sangat dipengaruhi oleh masa lampau yang diterima sebagai suatu

pegangan yang sukar dirubah.

2) Dayah modern, adalah dayah yang dalam banyak hal telah meninggalkan

tradisi lama, banyak berorientasi pada sistem madrasah. Dayah dalam bentuk

ini menjalankan kurikulum yang disusun oleh Departemen Agama dan

menerima bantuan dari pemerintah.

3) Dayah terpadu, adalah diantara tradisional dan modern. Dayah ini berpegang

teguh pada tradisi lama dalam cara memperoleh ilmu agama. Kitab-kitabnya

yang diseleksi sebagai kitab wajib, berorientasi pada suatu Mazhab dan lain-

lain. Akan tetapi dalam hal lain terutama dalam hal keterampilan tetap

diterima. Bahkan ada diantara materinya pelajaran bahasa inggris

disamping bahasa

39
38
Barrulwalidin, “Manajemen Pendidikan …, h. 40.

40
Arab.39

Kitab-kitab klasik tersebut adalah yang dikarang oleh ulama terdahulu, mengenai

berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan Bahasa Arab. Pelajaran dimulai

dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang

berbagai ilmu yang mendalam. Tingkatan suatu pendidikan dan pengajarannya, biasanya

diketahui dari jenis kitab yang diajarkan.

Berdasarkan tingkat-tingkat perkembangan dayah, dewasa ini terdapat variasi dari

berbagai dayah seperti yang terdapat pada bentuk-bentuk dayah dibawah ini.

Ketiga bentuk dayah tersebut dibutuhkan oleh masyarakat sebagai tempat mencetak

kader-kader ulama di masa yang akan datang dan sebagai pembinaan mental dan rohani

para generasi muda dalam mengembangkan ilmu-ilmu di dayah sebagaimana yang mereka

dapatkan pada Kyai.

4. Peran Dayah dalam Masyarakat

Berdirinya lembaga pendidikan dayah di Aceh memiliki sejarah panjang dan sudah

dikenal sebelum kemerdekaan Indonesia hingga saat sekarang. Dayah sebagai lembaga

pendidikan Islam tidak asing lagi bagi masyarakat Aceh. Lembaga pendidikan non formal

ini memiliki peran penting dalam masyarakat Aceh. Sejarah telah mencatat lembaga inilah

yang memperkenalkan pendidikan pada masyarakat Aceh pada masa- masa awalnya.40

39
Ibrahim Husin, Persepsi Kalangan Dayah Terhadap Pendidikan Tinggi di Aceh, Pertemuaan Ilmiah
IAIN Jami’ah Ar-Raniry ,(Banda Aceh : IAIN Jami’ah Ar-Raniry, 1985), h. 22.
40
Muhammad AR, Potret Aceh Pasca Tsunami …, h. 115.

41
Dayah turut memainkan peran penting dalam menciptakan orang-orang terdidik.

Kebanyakan dari masyarakat Aceh mendapatkan pendidikan Islam dari sekolah- sekolah

Islam tradisional tersebut. Orang-orang Aceh diharapkan untuk belajar disana paling tidak

selama satu hingga tiga tahun. Ini merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwasanya

kebanyakan tokoh-tokoh agama Aceh dan pemimpin-pemimpin yang berkharismatik, baik

dalam pemerintah maupun dalam masyarakat telah pernah mendalami pendidikan agama di

dayah pada masa-masa awal kehidupan mereka.41

Realitas sejarah mengungkapkan bahwa lembaga dayah mempunyai 4 peranan yang

sangat signifikan bagi masyarakat Aceh, yaitu sebagai pusat belajar agama, sebagai

benteng pertahanan penjajah, sebagai agen pembangunan dan sebagai sekolah bagi

masyarakat.42

1. Sebagai Pusat Belajar Agama

Pada abad ke 17 Masehi, Aceh telah menjadi pusat kegiatan intelektual, banyak

sarjana dari negara-negara lain berbondong-bondong datang ke Aceh untuk menuntut ilmu

agama. Seorang ulama terkenal Syekh Muhammad Yusuf al-Makassari (1626-1699 M),

salah seorang ulama tersohor pada waktunya di kepulauan melayu pernah belajar di Aceh,

salah satu tarikat yang dipelajarinya di Aceh adalah tarikat al-Kadariah. Syekh

Burhanuddin dari minangkabau yang kemudian menjadi ulama terkenal dan menyebarkan

agama Islam dan mendirikan surau di minangkabau, juga pernah belajar di Aceh dibawah

bimbingan Syekh Abdurrauf Al- singkil.

41
M. Hasbi Amiruddin, Menatap Masa Depan …, h. 116.

42
M. Hasbi Amiruddin, Ulama Dayah, Pengawal Agama Masyarakat Aceh, (Lhokseumawe: Nadia
Pondantion, 2003), h. 42.

42
Atensi ulama terhadap ilmu-ilmu agama tidaklah pupus, walaupun kondisi ekonomi

dan politik pada masa kesultanan Aceh mengalami kemunduran. Sebelum kedatangan

Belanda dayah-dayah di Aceh sering dikunjungi oleh masyarakat-masyarakat luar Aceh.

Dari sejak Hamzah Fansuri sampai datangnya Belanda ada 13 ulama dayah yang menulis

kitab; karya yang ditulis jumlahnya 114 kitab-kitab tersebut terdiri dari berbagai subjek

kajian diantaranya; ilmu tasawuf, tauhid, tafsir, akhlak, astronomi, filsafat, ilmu logika,

ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lainnya

Menurut al-Atas, bahasa melayu juga dikembangkan pada abad-abad tersebut.

Hamzah Fansuri (1510-1580) merupakan seorang pionir dalam mengembangkan bahasa

melayu tersebut secara rasional dan sistematis serta dia menggunakan dalam filsafat.

Banyak karya-karya lain yang mengidentifikasikan bahwa Aceh pernah menjadi sebagai

pusat kajian ilmiah yang masyhur yang diperankan dan digerakkan oleh ulama beserta

dayah yang dipimpinnya.

2. Sebagai Benteng Pertahanan Penjajah

Pada saat peperangan melawan penjajah Belanda, dayah memainkan peranan yang

sangat penting beserta rakyat Aceh melawan tekanan penjajah Belanda. Ketika para sultan

dan kaum ningrat tidak sanggup menjalankan roda pemerintahannya, para tentara

menginginkan pemimpin lain untuk melanjutkan perlawanan dalam rangka

mempertahankan tanah air mereka, maka pada saat itulah ulama-ulama dan dayahnya

tampil sebagai benteng pertahanan yang cukup tangguh dan sulit untuk ditempuh oleh

penjajah.

Ulama dayah terkenal sebagai komandan perang antara lain Teungku Abdul Wahab

Tanoh Abee, Teungku Chik Kuta Karang dan Teungku Muhammad Saman yang
43
dikenal dengan Teungku Chik Di Tiro. kontribusi mereka bagi tanah Aceh dalam melawan

penjajah sangat besar dan perlu dikenang oleh generasi muda bahwa mereka santri dayah

yang menjelma sebagai panglima perang.

3. Sebagai Agen Pembangunan

Dalam beberapa waktu, beberapa luusan dayah ada yang menjadi pimpinan yang

duduk di kursi pemerintahan, dilain pihak ada yang menjadi informal, biasanya mereka

aktif dalam pembangunan masyarakat. Tradisi ini berlangsung sampai saat ini. Sebelum

kedatangan belanda ke Aceh beberapa ulama yang tamat dari dayah turut aktif dalam

bidang ekonomi dan bidang pertanian, sebagai contoh; Teungku Chik di Pasi memimpin

masyarakat membangun irigasi, seperti yang dilakukan oleh Teungku Chik Di Bambi dan

teungku Di Rambee.

4. Sebagai Sekolah bagi Masyarakat

Sekalipun pendidikan mahal, namun pendidikan dayah tidak teralu mahal. Inilah

yang menjadi faktor bagi masyarakat yang secara ekonomi tidak mampu, rakyat bisa

belajar meskipun miskin. Umumnya dayah-dayah tidak membebankan santri-santrinya

untuk membayar uang pendidikan. Bagi santri yang fakir miskin dayah dengan sendirinya

menyediakan makanan yang disediakan oleh pimpinan dayah atau dari masyarakat yang

siap membantunya.

Tidak seperti halnya dayah, sekolah dasar dan madrasah mewajibkan murid- murid

untuk membayar uang pendidikan. Sekolah juga mewajibkan murid-murid memakai

pakaian seragam karena banyak tuntutan banyak mengeluarkan uang bagi masyarakat

menjadi alasan mengapa mereka memilih dayah sebagai tempat belajar. Lebih dari itu

sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, belajar didayah sangatlah

44
komprehensif ketimbang belajar ditempat lainnya karena dayah tidak hanya mengajarkan

materi agama Islam tetapi juga bimbingan spiritual dan latihan fisik.

B. Tri Pusat Pendidikan

1. Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi di kehidupan

sehari-hari di dalam keluarga terdekat. Sebagai orang tua atau orang dekat lainnya di dalam

keluarga itu mengenalkan nama benda-benda dan cara mengucapkan yang benar, cara

makan minum yang benar, cara menghormati orang, cara menulis, cara menggambar dan

cara beribadah dan sebagainya untuk dasar anak memasuhi dunia formal (sekolah dan

masyarakat) nantinya. Pada prinsipnya pendidikan dalam keluarga adalah untuk membantu

anak bagaimana belajar Pendidikan dalam keluarga lebih menonjolkan bagaimana kita

mengajar diri kita sendiri, dimana kita cenderung untuk berbicara dan bergabung dalam

kegiatan dengan orang lain di sekitar anak, dan ini berlangsung secara tidak sadar dalam

waktu selama pergaulan dengan anak terjadi, mulai dari anak bangun sampai akan tidur

didengarkan cerita dan nyanyian yang mengandung nilai pendidikan sebagai bekal anak

nemasuki dunia formal. Pendidikan keluarga adalah suatu pergaulan yang berlangsung

alami, dimana keluarga menempatkan diri sesuai dengan “ikatan” perasaan yang sedang

berlangsung dengan anak, di mana pada situasi ini keluarga mencari posisi yang tepat

untuk diterima anak dengan baik.

Peranan keluarga dalam pendidikan adalah sangat penting dalam perkembangan

keilmuan dan sikap dari seorang peserta didik. Hal itu dapat dilihat dari faktor fisik yang

menunjukkan bahwa di dalam tubuh seorang anak dapat dipastikan ada kemiripan-

kemiripan bentuk tubuh meskipun hanya sedikit. Kemudian jika dilihat dari faktor psikis,

45
banyak perbuatan-perbuatan dan sikap orang tua dengan disadari ataupun tanpa

disadari akan ditiru oleh anak, hal ini disebabkan karena orang tua bagi anak adalah

tauladan pertama yang dilihat oleh anak dan akan menjadi pegangan di dalam menempuh

kehidupannya nanti. Terutama dalam masalah cara beribadah dan berakhlak, misalnya cara

berwudlu, sholat, bersuci ataupun bemuamalah dengan lingkungannya. Semakin baik

kualitas dari keluarga tersebut, maka kemungkinan semakin besar pula akan

menumbuhkan anak-anak yang berkualitas. Akan tetapi sebaliknya, jika kualitas dari

keluarga itu buruk, maka kemungkinan semakin besar akan menumbuhkan anak-anak yang

kurang berkualitas. Rasulullah menjelaskan dalam hadist yang artinya: “Dari Abu Hurairoh

berkata: Tak seorang anak pun lahir kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang

tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”.

Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerja

sama antara keluarga dengan sekolah.43 Berikut ini beberapa contohnya:

a. Adanya kunjungan ke rumah peserta didik.

b. Diundangnya orang tua ke Sekolah.

c. Case Conference, biasanya dalam bentuk bimbimgan konseling.

d. Badan Pembantu Sekolah (Komite Sekolah).

e. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.

f. Adanya daftar nilai atau Raport.

g. Adanya Buku Pribadi Peserta Didik yang merupakan Buku aktivitas

peserta didik yang disertai Penghubung antara Guru dengan Orang tua.

43
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), h. 91-
94.

46
3) Pendidkan Sekolah

Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk mengajarkan siswa (atau "murid") di

bawah pengawasan guru. Sekolah berasal dari bahasa Yunani: schole), dalam bahasa

Inggris school, merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat

menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala

sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah

berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. Bangunan sekolah disusun meninggi untuk

memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Sebagian

besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini,

siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah yang berbeda di

setiap negara tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak dan sekolah

menengah bagi remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.

Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas

kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai

tanggung jawab atas tiga faktor:44

a. Tanggung Jawab Normal

Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan sesuai fungsi tugas dan

tujuan pendidikan harus melaksanakan pembinaan menurut ketentuan yang

berlaku.

b. Tanggung Jawab Keilmuan

Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab

mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.

47
44
Herry Noor, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 223-226.

48
Sekolah atau madrasah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan yang

berlaku, sekolah juga harus bertanggung jawab melalui pendidik (guru) untuk

melaksanakan program yang terstuktur di dalam kurikulum.

2. Pendidikan Masyarakat

Pendididikan masyarakat adalah pendidikan non formal yang tidak dapat

dikesampingkan dari pendidikan keluarga dan sekolah, karena menurut Ahmadi (1991)

kedua lembaga tadi tidak boleh terlepas dari tatanan kehidupan sosial dan berjenis-jenis

kebudayaan yang sedang berkembang di dalam masyarakat di mana keluarga dan sekolah

itu berada. Oleh karena itu pendidikan non-formal menjadi bagian dari wacana

internasional tentang kebijakan pendidikan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an.

Hal ini dapat dilihat sebagai berkaitan dengan konsep berulang dan pembelajaran seumur

hidup.

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana

masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh

kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita,

peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam

memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau

penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki

agar setiap anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik

dalam lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan

sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai

warga desa, warga kota dan warga Negara. Dengan demikian, di pundak mereka terpikul

keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa

pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya


49
merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan

maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari sebagai ajaran Islam,

secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan. Prof Dr. Oemar Muhammad

Al-Toumy Al-Syaibany45, mengemukakan sebagai berikut:

Di antara ulama-ulama muttakhir yang telah menyentuh persoalan

tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa

tanggung jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada

pengertian al- Qur’an dan Islam, sehingga dapat ditafsirkan manusia

sebagai: “Makhluk yang bertanggung jawab”.

Hubungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Dalam Pendidikan Dalam Garis Besar

Haluan Negara No. IV/ MPR-1978 dinyatakan “pendidikan pada hakekatnya adalah usaha

sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah

dan berlangsung seumur hidup”. Dengan kata lain perkembangan kepribadian serta

kemampuan seseorang terjadi:46

a. Atas pengaruh hal-hal yang tidak sengaja, berlangsung secara tidak terencana

atau selektif bersifat insedental yang diperolehnya melalui pendidikan

informal, antara lain dalam lingkungan keluarga.

b. Atas pengaruh hal-hal yang sengaja, berlangsung secara sadar dan berencana,

baik yang diperolehnya melalui pendidikan lingkungan sekolah, maupun

lingkungan masyarakat. Masing-masing jenis lingkungan pendidikan tersebut

berarti dan bermakna bagi perkembangan seseorang sebagai individu dan

sebagai anggota masyarakat. Ketiga jenis lingkungan pendidikan tersebut

sangat penting, karena ketiganya merupakan komponen yang saling mengisi .

C. Pendidikan Agama Islam


50
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Tak asing lagi di telinga kita dengan kata “Agama” dan “Islam“. Dimana agama yang

merupakan keyakinan atau kepercayaan bagi setiap manusia yang memeluknya. Di

negara Indonesia terdapat 6 agama yang dianut, diantaranya yaitu Islam, Katolik,

Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu. Mayoritas penduduk Indonesia menganut agama

Islam.

Pengertian Agama Islam

Agama adalah peraturan, pedoman, ajaran, atau sistem yang mengatur tentang

keyakinan, keimanan atau kepercayaan. Islam adalah agama samawi yang diturunkan

oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhamad SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah

menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmatal lil ‘aalamiin (rahmat bagi seluruh

alam). Sebagaimana Allah berfirman dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 107:

“Kami tidak mengutus engkau wahai Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat

bagi seluruh alam semesta“.

Secara bahasa kata “Islam” berasal dari kata “sallama” yang berarti selamat, dan

bentuk mashdar dari kata “aslama” yang berarti taat, patuh, tunduk dan berserah diri.

Sedangkan secara istilah, Islam ialah tunduk, taat dan patuh kepada perintah Allah SWT

seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan-Nya serta

menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah ta’ala.

Pengertian Agama Islam Menurut Para Ulama

Nabi Muhamad SAW.

Nabi Muhamad menjawab pertanyaan Umar r.a, tentang apa itu Islam, dan beliau

menjawab Islam itu adalah “bahwa engkau mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan

bahawasanya Muhamad itu utusan Allah, dan engkau mendirikan sholat, dan

51
mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau mengerjakan ibadah

haji di Baitullah jika engkau sanggup melakukannya“.

Umar bin Khatab

Menjelaskan Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhamad

SAW. Di dalam agama Islam terdapat tiga hal yakni: Akidah, Syariat dan Akhlak.

Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tawaijiri

Mengatakan bahwa Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah

dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-syariat-Nya dengan penuh

keikhlasan.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab

Beliau mengatakan Islam ialah berserah diri kepada Allah SWT dengan cara

mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada-Nya dengan ketaatan dan berlepas diri

dari perbuatan-perbuatan syirik dan para pelakunya.

Pengertian Agama Islam Secara Umum

Secara umum yang dimaksud dengan agama Islam ialah agama yang diridhoi Allah,

yang paling benar dan sempurna serta agama yang membawa rahmat bagi semesta

alam. Islam merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW.,

sebagai Nabi terakhir pilihan-Nya. Didalamnya terdapat aturan dan hukum yang dapat

dijadikan sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat agar selamat dan

bahagia di dunia sampai akhirat. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam“. (QS. Ali-Imran: 19)

52
Jadi, agama Islam adalah agama yang benar, yang mengajarkan segala sesuatunya

dengan baik dan sempurna. Ajaran Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits.

Ibadah diambil dari bahasa Arab yang artinya adalah menyembah. Konsep ibadah

memiliki makna yang luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan baik sosial, politik

maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama, karena

pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada

Tuhannya.Berbicara tentang ibadah berarti membahas mengenai posisi diantara dua

dimana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari yang lain dan didasari oleh

kesadarannnya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh karena itu kesadaran

ibadah bersifat fitriah, karena manusia menyadari akan kekurangan dan kelemahan

dirinya, sehingga ia membutuhkan kekuatan lain yang dapat memberikan bantuan dan

pertolongan dari allah. Ibadah adalah wujud pengabdian seorang hamba pada Tuhan-

Nya yang didasari sikap ikhlas dan pasrah diri. Dengan demikian tujuan ibadah tidak lain

adalah mendapat Keridhaan Allah SWT semata. Oleh karena itu, hambanya yang

menjalankan ibadah dengan ikhlas dia akan merasakan dirinya akan selalu dekat

dengan Tuhannya, sehingga ibadah dapat menjadi sarana taqarub ilallah atau

pendekatan diri pada Allah. Melalui jalan taqarub ilallah Allah, maka kita baru bisa

menyerap sifat sifat ALLAH yang mulia, sehingga mampu melahirkan seorang hamba

yang shaleh.

Jenis kegiatan ibadah agama islam

Dalam suatu pelaksanaan kegiatan ibadat atau ibadah terdapat beberpa yang cukup

beragam tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Adapaun Bermacam Macam Ibadah

Dalam Islam dapat kami rangkai sebagai berikut :

Ibadah dari segi umum dan khusus, terbagi menjadi dua macam:

53
Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang aturannya ditetapkan dalam nash (dalil/dasar

hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;

Ibadah Ammah adalah semua perilaku yang baik yang dilakukan semata-mata karena

Allah SWT (contohnya : bekerja, makan, minum, dan tidur), sebab semua itu untuk

menjaga kehidupan serta kesehatan badani dalam pengambian kita kepada Sang

Pencipta..

Ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka dapat terbagi

menjadi dua macam: ibadah wajib (fardhu) yaitu sholat dan puasa; ibadah ijtima’i, yaitu

zakat dan haji.

Ibadah dari segi tata pelaksanaannya, maka dapat dibagi menjadi tiga bagian: 1.ibadah

jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)

ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)

ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (berangkat haji)

Ibadah dari segi segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:

ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti

sholat, zakat, puasa, dan haji;

ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir;

ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri,

menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;

ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid)

ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau

membebaskan utang orang lain

54
Implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari

Peran dan Fungsi Shalat

Shalat adalah suatu ibadah yang mengandung beberapa ucapan dan perbuatan

tertentu,yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat adalah tiang

agama,barangsiapa yang ,menegakkannya maka dia telah menegakkan

agama,barangsiapa yang menghancurkannya dia menghancurkan agama. Implikasi nilai

ibadah sholat dalam kehidupan sehari hari yaitu

Shalat dapat memberikan ketentraman dan ketabahan hati, sehingga orang tidak

mudah kecewa/gelisah mentalnya

jika menghadapi musibah,dan tak mudah lupa daratan jika mendapat

kenikmatan/kesenangan,

Mencegah seseorang melakukan perbuatan keji dan munkar,sebagaimana

Menumbuhkan Disiplin Pribadi

Dalam shalat kita dituntut untuk fokus dan selalu tepat waktu sehingga akan

menumbuhkan rasa disiplin bagi setiap individu yang melaksanakan shalat.

Menyehatkan Fisik

Ternyata Manfaat dan Fungsi Ibadah dalam Kehidupan tak hanya berupa manfaat

ruhani tapi, manfaat shalat juga berupa manfaat fisik.

Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menyatakn bahwa posisi

dalam shalat sangat berguna untuk kesehatan fisik.

Salah satunya adalah posisi badan ketika sujud yang dapat memperlancar darah masuk

ke otak sehingga otak lebih banyak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi.

Hal ini dapat menyebabkan pikiran kita terasa lebih jernih dan berpikir secara positif.

Lebih baik lagi apabila anda juga membaca artikel mengenai

55
Dari tiap ayat Al Quran yang dibaca mengandung kebaikan di dalamnya

Al Quran sebagai pedoman hidup manusia untuk menuntun kepada jalan kebaikan,

kebenaran dan keselamatan

Al Quran sebagai penyejuk hati bagi siapa saja yang membacanya

Al Quran mampu memotivasi diri dan pemberi semangat

Al Quran sebagai sebuah peringatan besar dan teguran akan sifat dan perilaku manusia

Al Quran sebagai pelebur segala emosi dan amarah yang mampu mendamaikan dan

memberi ketenangan yang tidak dapat dilukiskan atau digambarkan seperti halnya yang

terjadi pada Sayyid Quthb Rahimakumullah

Al Quran sebagai sarana komunikasi diri dengan Allah SWT

Dan masih banyak manfaat kegiatan mengaji dalam kehidupan sehari hari

Implikasi berdzikir dalam kehidupan sehari hari

FUNGSI DZIKIR

Dzikir dengan lidah, fikir, perasaan, keyakinan maupun dengan perbuatan lisan, dapat

memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, anatara lain :

56
Meneguhkan Iman

Dzikir merupakan sarana untuk selalu ingat kepada kekuasaan Allah, sehingga dengan

sendirinya dapat berfungsi memantapkan iman. Dalam mengarungi kehidupan

diperlukan pembimbing (pemberi hidayah)kearah jalan yang lurus. Oleh karena itu

ingatlah Allah (dzikrulah) agar lebih dekat kepada-Nya, karena hanya Dia-lah yang dapat

memberikan hidayah.

Sumber Energi Akhlak

Dzikir dapat menjadi sumber energi akhlak. Dan bila dzikir telah demikian adanya, maka

orang itu akan menjadi manusia yang baik, berbudi luhur dan dijamin masuk surga.

Terhindar Dari Bahaya

Ingat kepada Allah akan terhindar dari bahaya karena mendapat perlindungan dan

pertolongan Allah. Salah satu contoh adalah peristiwa Nabi Yunus yang tertelan ikan.

Dalam Keadaan yang sangat gelap di malam hari di dalam perut ikan dan di dalam laut,

beliau tetap selalu ingat kepada Allah.

Mendatangkan Nikmat Dan Rahmat

Bagi orang yang selalu berdzikir (ingat) Allah dengan sesungguhnya, maka Allah akan

melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya, serta akan dilapangkan hidupnya.

57
Penentram Jiwa

Pada saat seseorang mengalami kegelisahan atau kegoncangan jiwa karena

menghadapi banyak masalah duniawi, maka obatnya adalah dzikir.

Akan Beruntung

Banyak berdzikir akan banyak pula meraih sukses atau keberuntungan.

Dosa Diampuni

Dalam dzikir terdapat ampunan Allah. Ucapan kita yang berisi dosa semua akan dihapus

dengan dzikir lidah. Dosa perbuatan akan dihapus dengan dzikir perbuatan dan akan

muncul amal saleh. Kemudian dzikirfikir akan menghapus dosa pikiran karena pikiran

yang negatif sehingga berubah menjadi pikiran posisif. Dan demikian seterusnya. itulah

beberapa contoh implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari

58
Dampak Negatif Tidak Menjalankan Ibadah

Tidak bisa mendapatkan anugrah dari Tuhan

Selalu di bayangi rasa ketakutan

Mudah terpancing emosinya

Selalu menurut pada ajakan setan

Tidak bisa saling bertoleransi

Dampak Positif Menjalankan Ibadah

59
Dampak positif :

Masyarakat bisa saling menghargai sesama umat beragama.

Terjadi kerukunan.

Semakin percaya akan adanya Tuhan.

Semakin tidak percaya pada unsur – unsur yang berbaur mistis.

Iman pada Tuhan semakin kuat

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

PAI dibangun oleh dua makna esesnsial yakni “pendidikan” dan “agama Islam”. Salah

satu pengertian pendidikan menurut Plato adalah mengembangkan potensi siswa,

sehingga moral dan intelektual mereka berkembang sehingga menemukan kebenaran

sejati, dan guru menempati posisi penting dalam memotivasi dan menciptakan

lingkungannya (Musyafa’Fathoni, 2010). Dalam etiknya Aristoteles, pendidikan

diartikan mendidik manusia untuk memiliki sikap yang pantas dalam segala perbuatan

(Bunyamin, 2018).

Dalam pandangan al-Ghazali pendidikan adalah usaha pendidik untuk

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

60
Firmansyah

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam

Firmansyah

menghilangkan akhlak buruk dan menanamkan akhlak yang baik kepada siswa sehingga

dekat kepada Allah dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (Hamim, 2014).

Sedangkan Ibnu Khaldun memandang bahwa pendidikan itu memiliki makna luas.

Menurutnya pendidikan tidak terbatas pada proses pembelajaran saja dengan

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

Firmansyah

Pendidikan Agama Islam

61
Pendidikan Agama Islam

Firmansyah

ruang dan waktu sebagai batasannya, tetapi bermakna proses kesadaran manusia

untuk menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa alam sepanjang zaman (Akbar,

2015).

Bagi John Dewey, pendidikan adalah pertumbuhan, perkembangan, dan hidup itu

sendiri. Ia memandang secara progresif dan berprinsip pada sikap optimistis tentang

kemajuan siswa dalam proses pendidikannya (Mualifah, 2013). Kihajar Dewantara

mengemukakan pendidikan sebagai tuntunan untuk tumbuhnya potensi siswa agar

menjadi pribadi dan bagian dari masyarakat yang merdeka sehingga mencapai

keselamatan dan kebahagiaan (Yanuarti, 2017).

Dari pendapat beberapa tokoh yang telah menjelaskan makna pendidikan tersebut,

maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

Pendidikan merupakan suatu proses yang terjadi secara timbal balik.

Siswa adalah manusia merdeka yang dipandang memiliki potensi untuk selanjutnya

potensi tersebut ditumbuhkan dan dikembangkan melalui pendidikan.

Pendidik adalah orang yang memiliki posisi penting proses pendidikan, termasuk dalam

memotivasi dan menciptakan lingkungan kondusif.

Manusia dengan intelektual cerdas dan karakter yang baik tujuan dari pendidikan

sehingga menemukan keselamatan dan kebahagiaan.

Selanjutnya, menurut Darajat (1992), pendidikan dalam perjalannya telah diwarnai oleh

agama dalam peran dan prosesnya. Menurutnya agama merupakan motivasi hidup dan

kehidupan, termasuk sebagai alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat

penting. Bukan sekedar diketahui, memahami dan mengamalkan agama adalah sangat

62
penting bagi dalam mencetak manusia yang utuh. Oleh karena agama Islam adalah

salah satu agama yang diakui negara, maka tentunya PAI mewarnai proses pendidikan

di Indonesia.

PAI adalah usaha dan proses penanaman sesuatu (pendidikan) secara kuntinyu antara

guru dengan siswa, dengan akhlakul karimah sebagai tujuan akhir. Penanaman nilai-

nilai Islam dalam jiwa, rasa, dan pikir; serta keserasian dan keseimbangan adalah

karaktersitik utamanya (Rahman, 2012). Karaktersitik utama itu dalam pandangan

Muhaimin (2004) sudah menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup seseorang).

Untuk melengkapkan wawasan kita, perlu kiranya menelisik pengertian

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

Firmansyah

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam

Firmansyah

63
PAI dalam regulasi di Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab 1

Pasal 1 dan 2 ditegaskan,

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

10

10

Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17 No. 2 - 2019

Firmansyah

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam

Firmansyah

“Pendidikan agama dan keagamaan itu merupakan pendidikan dilaksanakan melalui

mata pelajaran atau kuliah pada semua jenjang pendidikan yang bertujuan untuk

memberikan pengetahuan serta membentuk sikap, kepribadian manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga keterampilan dan kemampuan

peserta didik dalam menyikapi nilai-nilai agama, serta untuk mempersiapkan peserta

64
didik menjadi manusia yang dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran agamanya”

(Kementerian Hukum, 2015).

Dalam regulasi lain disebutkan bahwa PAI adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,

bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber

utamanya kitab suci al-Quran dan Hadits (Nasional, 2006)

Berkaitan dengan tujuan PAI di sekolah, Darajat (1993) mengemukakan beberapa

tujuan sebagai berikut. Kesatu, menumbuhsuburkan dan mengembangkan serta

membentuk sikap siswa yang positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam

berbagai kehidupan sebagai esensi takwa; taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Kedua, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik siswa

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sehingga mereka sadar akan iman dan ilmu

dan pengembangannya untuk mencapai keridlaan Allah Swt. Ketiga, menumbuhkan

dan membina siswa dalam memahami agama secara benar dan dengannya pula

diamalkan menjadi keterampilan beragama dalam berbagai dimensi kehidupan.

Ahmad Tafsir mengemukakan tiga tujuan PAI, yakni: (1) terwujudnya insan kamil,

sebagai wakil-wakil Tuhan di muka bumi, (2) terciptanya insan kaffah, yang memiliki

tiga dimensi; religius, budaya, dan ilmiah, dan (3) terwujudnya penyadaran fungsi

manusia sebagai hamba, khalifah Allah, pewaris para nabi, dan memberikan bekal yang

memadai untuk menjalankan fungsi tersebut. (Tafsir, 2017)

3. Peran Orang tua terhadap dunia Pendidikan Agama Islam

65
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam sebuah karya ilmiah merupakan cara utama yang

digunakan untuk mencapai tujuan secara teratur. Karena itu, metode penelitian yang

digunakan dalam penulisan karya ilmiah selalu memberi pengaruh terhadap suatu

tulisan. Untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam uraian berikut, penulis akan menjelaskan

hal-hal yang menyangkut metode dan teknis penulisan skripsi ini.

G. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menyelidiki suatu

masalah tertentu sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah

penelitian. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif, yaitu suatu

bentuk penelitian yang paling dasar, yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-

fenomena yang ada, sesuai dengan kenyataan kehidupan manusia apa adanya. 47 Penulis

membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan

mengklasifikasikan fakta secara faktual dan cermat, kemudian menuangkan dalam

bentuk kesimpulan.

Adapun lokasi penelitian ini terletak di Gampong Tanah Merah, Kabupaten Aceh

Singkil.penulis memilih lokasi penelitian di Gampong Tanah Merah pernah melakukan

pengabdian di gampong

47
Lihat Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2007), h. 73.

66
tersebut selama dua bulan, sehingga penulis telah mengenal baik warga gampong

tersebut. Hal ini akan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data dari warga

gampong tersebut.

Penetapan sumber data dalam penelitian karya ilmiah merupakan hal yang sangat

penting. Oleh sebab itu, dengan adanya penetapan sumber data ini, peneliti mampu

mendapatkan data yang akurat. Adapun jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung baik dilakukan

melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. 48 Data primer merupakan hal

yang sangat pokok dalam pembahasan sebuah permasalahan dan sebuah

penelitian. Dengan demikian, yang menjadi data primer dalam penelitian ini

adalah hasil wawancara dengan orang tua yang memasukkan anaknya ke dayah.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang digunakan peneliti dalam

penyusunan penelitian ini. Data sekunder diperoleh seperti melalui telaah

kepustakaan, dan dokumentasi yang berasal dari dokumen gampong yang

merupakan tempat diadakan penelitian ini.

Dengan menggunakan kedua data tersebut, maka pembahasan penelitian

dalam tesis kan terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

48
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), h. 87.

67
H. Subyek Penelitian/Populasi dan Sampel Penelitian
Subyek penelitian atau sumber data adalah orang, benda atau hal yang dijadikan

sumber penelitian.49 Segala sesuatu yang menjadi subjek penelitian dinamakan populasi.

Populasi adalah jumlah subjek yang akan dijadikan sebagai objek dari penelitian.

Populasi digunakan ketika hendak meneliti keseluruhan dari objek yang ada dalam

wilayah penelitian. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 10 orang kepala

keluarga yang memasukkan anaknya ke dayah. Sedangkan sampel merupakan sebagian

atau segala sesuatu yang mewakili populasi. Adapun yang menjadi subyek dalam

penelitian ini adalah 1 orang geuchik, 1 orang Tgk pengajian, 1 orang tuha 4, dan 10

kepala keluarga yang merupakan warga Gampong Tanah matan Kuta, Kabupaten Aceh

Singkil mengingat populasi kurang dari 100, maka yang menjadi sampel adalah semua

jumlah populasi sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebagaimana

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa, “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya

jika jumlah subjeknya besar atau lebih dari 100, maka dapat diambil 10%-15% atau

20%-25% atau lebih besar”.50

I. Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan suatu cara atau metode yang digunakan

untuk mendapatkan data yang sedang atau yang akan diteliti. Adapun

49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), h. 134.

50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian …, h. 102.

68
instrumen/alat pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini ialah

sebagai berikut:

1. Lembar wawancara, diperlukan untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan secara sistematis. Wawancara ini dilakukan terhadap 1 orang

geuchik, 1 orang Tgk pengajian, 1 orang tuha 4, dan 10 kepala keluarga

sebagai data primer.

2. Lembar dokumentasi, ialah pedoman untuk mengumpulkan informasi

mengenai sejarah atau peristiwa yang tertulis dalam dokumen dan hal-hal

lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

J. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Nazir, pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan.51

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu langsung terjun ke

lokasi penelitian, sesuai dengan pendapat tersebut untuk mendapatkan data dan

informasi yang akurat demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, penulis

melakukan pengumpulan data teoritis dan praktis dengan menggunakan teknik-

teknik sebagai berikut.

1. Penelitian perpustakaan (library research), bertujuan untuk

mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam

material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti: buku-buku,

51
Nazir, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), h. 127.

69
majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah dan lain sebagainya. 52

Penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah buku-buku bacaan sebagai

sumber data dan yang berhubungan dengan teori-teori yang akan dibahas.

Data yang didapat melalui telaah kepustakaan akan bermanfaat untuk

mendukung pembahasan dan analisa terhadap penyelesaian masalah yang

dibahas.

2. Penelitian lapangan (field research), bertujuan untuk memecahkan

masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Penelitian ini dilakukan dalam

kehidupan yang sebenarnya.53 Penelitian ini dilakukan dengan cara

mengadakan penelitian lapangan untuk memperoleh informasi dan data-

data dari objek penelitian.

Sehubungan dengan judul dan permasalahan, maka penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut.

a. Wawancara

Menurut Esterberg, seperti dikutip oleh Sugiono, wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.54 Sedangkan

menurut Moleong, wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviener) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

52
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), h. 28.

53
Mardalis, Metode Penelitian ..., h. 28.

54
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 72.
70
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.55 Adapun

wawancara yang dilakukan meliputi tanya jawab langsung dengan 1 geuchik, 1

orang Tgk pengajian, 1 orang tuha 4, dan 10 kepala keluarga yang memasukkan

anaknya ke dayah dan merupakan warga Gampong Tanah Merah Kec. Gungung

Meriah Aceh Singkil.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 56

Pencermatan dokumen adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari

dokumen yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip dan lain-lain yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

Adapun objek dokumentasi data kampung yang akan dikumpulkan ialah

mengenai sejarah kampung, kondisi kampung, serta orang-orang yang terlibat di

dalamnya.

K. Teknik Analisis Data


Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca. Pada tahapan analisis data, penulis menganalisis data yang telah

terkumpul sebelumnya, sesuai dengan metode deskriptif. Adapun teknik yang

digunakan dalam menganalisis data yang telah diolah yaitu dengan

55
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 186.

56
Sugiyono, Memahami Penelitian ..., h. 82.

71
menggunakan teknik deskriptif, yaitu menjabarkan dan menjelaskan fakta yang

ditemukan di lapangan.

Dalam menyusun skrip ini, penulis berpedoman pada buku “Panduan

Akademik dan Penulisan yang diterbitkan oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Ar-Raniry Banda Aceh 2016.

72
73
Bab I: Pendahuluan
Pembahasan dalam bab ini merupakan gambaran umum isi tesis. Dalam
bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, kajian penelitian
terdahulu, metode penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan Teori
Pada bab ini, peneliti akan mengemukakan kajian pustaka yang meliputi
definisi-definisi dan tinjauan tentang peranan orang tua, macam-macam peran
orang tua dalam menumbuhkan minat anak, pengertian dayah, peran dan fungsi
dayah, usaha dayah dalam meningkatkan pendidikan masyarakat dan lain
sebagainya.
Bab III: Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan mengurai tentang gambaran gambaran umum lokasi
penelitian. Selanjutnya membahas tentang peranan orang tua terhadap pendidikan
anak, kontribusi orang tua terhadap pendidikan dayah dan analisis terhadap hal
tersebut.
Bab IV: Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir, berisi tentang penutup yang meliputi,
kesimpulan dan saran-saran.
Setelah penelitian selesai, peneliti tidak lupa untuk menuliskan daftar
rujukan sebagai wujud kejujuran dan membuktikan bahwa penelitian ini
dilakukan secara ilmiah, serta lampiran-lampiran pendukung lainnya yang terkait
dengan penelitian ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Noor Muhib Hidayatulloh, Skirpsi: “Motivasi Orang Tua Memilih


Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembinaan Moral Anak ( Studi Kasus
Wali Santri di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan Gemuh
Kabupatem Kendal)” Salatiga: IAIN, 2016.

Dessy Indah Saputri, Joko Siswanto, dan Sukamto Sukamto, Pengaruh Perhatian
Orang Tua dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar,” Jurnal Pedagogi dan
Pembelajaran 2, no. 3 Tahun 2019.

Depag, Al-Qur’an Terjemah, Bandung : Diponegoro ,2006

Eka Setiawati, Pengaruh Perhatian Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Bidang


Studi PAI Siswa SMPN 5 Metro Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018,
Skripsi 2017.

Fuad Ikhsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, 1996

Komaruddin dkk, Kamus Istilah Karya Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksaa, 2000

Lexy J. Meleong, Metode Peneltian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


1999

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009

Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI


Pers, 1992

M. Faudzilm Adzim, Positive Parenting , Jakarta : Mizan Utama, 2006

Mohammad Ilham Nudin, dan O. Abdurakhman, dan Syukri Indra, “Motivasi


Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebgai Sarana Pendidikan”, E-
Journal Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 3 (1), 1-27
Februari 2020

Moch Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab,Malang: Hilal Pustaka, 2007

M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English


Press, 1991

2
Rika Saputri ,dan Hambali, dan Gimin,”Analisis Tentang Motivasi Orang Tua
Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana Pembinaan Moral di SMA
Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru” Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Volume 5 Nomor 01, 2018

Rudin Pohan, Metodologi Penelitian Islam, Banda Aceh: Ar-Rijal Institute, 2007

Siti Nur Qomariyah, Pengaruh Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar
Menjahit pada Siswa SMPN 2 Mojogedeng Kabupaten Karangayar, Jurnal
KELUARGA 1, no. 1 Tahun 2015,.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2013

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


Rineka Cipta, 2006

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Sutrisno Hadi, Metode Research, Yokyakarta: Adi Offiset, 2007

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2007

Zuhaerini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983

3
REVIEW TIGA JURNAL
REVIEW 1
Penulis : Ilham Nurdin, O. Abdurrahman, dan Syukri Indra
Nama Jurnal : Jurnal Darussyifa
Judul : Peran Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai
Sarana Pendidikan

Hasil Review:
Penelitian ini meneliti mengenai motivasi orang tua dalam memasukan
anaknya ke pondok pesantren Salafi Terpadu Darussyifa Al- Fitroh Perguruan
Yaspida Sukabumi. Penelitian ini meneliti mengenai mtivasi orang tua secara
umum dalam memilih pondok pesantren sebagai sarana pendidikan yang terbagi
dalam dua bentuk yaitu motivasi intristik dimana motivasi datang dari dalam diri
orang tua seperti menginginkan anaknya memahami agama, ingin anaknya
menjadi anak yang baik dan sopan, mandiri, memiliki pegangan hidup, dan
sebagianya.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi datang dari luar yang mempengaruhi
orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pendidikan anak seperti
alumni pondok yang mengaplikasikan didikan pondoknya ke masyarakat, pondok
dapat membentuk moral, akhlak, dan ajaran agama yang baik. Perbedaan dalam
penelitian ini dengan penelitian yang akan datang terdapat pada topik pembahasan
yang mana topik pembahasan dalam penelitian ini yaitu motivasi secara umum
sedangkan pada penelitian yang akan datang topik pembahasan mengenai peran
orang tua secara khusus dalam memberikan pendidikan kepada anaknya dengan
cara mengantarkannya ke pondok pasantren dan orang tua ikut berperan dalam
berkontribusi terhadap perkembangan pondok pasantren tersebut

4
REVIEW 2
Penulis : Ahmad Noor Muhib Hidayatullah
Nama Jurnal : Jurnal Darussyifa
Judul : Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai
Sarana Pembinaan Moral Anak (Studi Kasis Wali Santri
Di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Kecamatan Gemuh
Kabupaten Kendal)”.

Hasil Review:
Penelitian yang diteliti oleh Ahmad Noor Muhib Hidayatulloh (2016)
dengan Judul “Motivasi Orang Tua Memilih Pondok Pesantren Sebagai Sarana
Pembinaan Moral Anak (Studi Kasis Wali Santri Di Pondok Pesantren Wasilatul
Huda Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal)”. Penelitian ini membahas tentang
mengapa orang tua lebih memilih pondok pesantren Wasilatul Huda sebagai
pengembangan akhlak dan bagaimana cara pondok pesantren Wasilatul Huda
dalam membina moral santri dan apa saja hambata pondok pesantren Wasilatul
Huda dalam membina moral santri. Pada penelitian ini objek yang akan diteliti
lebih condong pada pengurus pondok pesantren Walimatul Huda dikarenakan
pada penelitian ini lebih banyak membahas mengenai bagaimana cara pembinaan
moral serta hambatan yang ada di pondok pesantren Walimatul Huda. Perbedaan
penelitian ini dengan yang akan di tulis atau di teliti adalah pada penelitian yang
akan di teliti lebih memfokuskan pada peran orang tua terhadap pendidikan
anaknya di pondok pesantren Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil, untuk
mengembangkan akhlak anak, dalam penelitian yang akan datang juga membahas
mengenai adakah kriteria khusus atau alasan khusus mengapa orang tua memilih
pondok pesantren Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil di bandingkan
pondok pesantren lainnya dan penelitian yang akan datang juga memfokuskan
pada bagaimana kontribusi orang tua setelah anaknya menempuh pendidikan di
pondok pesantren Darul Muta’allimin Kabupaten Aceh Singkil. Karena sebelum
memilih lembaga pendidikan untuk anaknya orang tua pasti telah memiliki
harapan dan tujuan tertentu sehingga orang tua memilih pondok pesantren Darul

5
Muta’allimin Tanah Merah Kabupaten Aceh Singkil sebagai lembaga pendidikan
anaknya. Sedangkan dalam penelitian yang sudah ada objek penelitian lebih
condong pada pengurus pondok pesantren, namun pada penelitian yang akan
datang objek yang akan di teliti secara keseluruhan adalah wali murid dari santri
yang menempuh pendidikan di pondok pesantren Darul Muta’allimin Kabupaten
Aceh Singkil. Selain itu tempat dilakukannya penelitian terdahulu dan yang akan
di teliti juga berbeda dimana penelitian terdahulu dilakukan kepada wali santri dan
pengurus pondok pesantren Wasilatul Huda sedangkan penelitian kali ini akan
dilakukan kepada wali santri pondok pesantren Darul Muta’allimin Tanah Merah
Kabupaten Aceh Singkil.

Review 3:
Penulis : Rika Saputri, Hambali dan Gimin
Judul : Analisis Tentang Motivasi Orang Tua Memilih Pondok
Pesantren Sebagai Sarana Pembinaan Moral di SMA
Pondok Pesantren Babussalam Pekanbaru
Hasil Review:
Penelitian yang dilakukan oleh Rika Saputri, Hambali, dan Gimin dengan
judul penelitian yaitu “Analisis Tentang Motivasi Orang Tua Memilih Pondok
Pesantren Sebagai Sarana Pembinaan Moral di SMA Pondok Pesantren
Babussalam Pekanbaru”. Penelitian di atas meneliti tentang motivasi orang tua
dalam bentuk motivasi intrinsik maupun ekstrinsik dalam memilih SMA pondok
pesantren Babussalam sebagai sarana perkembangan moral. Penelitian yang akan
dilakukan membahas tentang peran orang tua memilih pondok pesantren sebagai
perkembangan pendidikan anak dimana peran yang dimaksud dalam penelitian
yang akan datang yaitu kontribusi orang tua terhadap pendidian si anak di Pondok
Pasantren dan peran orang tua terhadap pondok pasantren tersebut. Selain itu pada
penelitian yang akan datang juga membahas bagaimana tanggapan orang tua
setelah anaknya melalui pendidikan di pondok pesantren. Tidak hanya itu
perbedaan tempat penelitian juga menjadi salah satu perbedaan dari penelitian
diatas dengan penelitian yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai