Anda di halaman 1dari 111

PENERAPAN SMART TOURISM DALAM PENGELOLAAN

PARIWISATA DI ERA PANDEMI COVID-19


KABUPATEN BANTAENG

Hasrul Nur

Nomor Stambuk: 105641100416

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021
PENERAPAN SMART TOURISM DALAM PENGELOLAAN
PARIWISATA DI ERA PANDEMI COVID-19
KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

Hasrul Nur

Nomor Stambuk: 105641100416

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

i
PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan


Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten
Bantaeng
Nama mahasiswa : Hasrul Nur
Nomor Stambuk : 105641100416
Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Ansyari Mone,M.Pd Rudi Hardi, S.Sos., M.Si

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ketua Program Studi Ilmu


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pemerintahan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si

ii
PENERIMA TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan

Menguji Skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor :

0199/FSP/A.3-VIII/VIII/43/2021 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan di

Makassar pada Hari Kamis 19 Agustus 2021.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr.Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr.Burhanuddin,S.Sos., M. Si

Penguji

1. Dr. H. Muhammadiah, MM (Ketua) (………………)

2. Abdul Kadir Adys, SH., MM (………………)

3. Rudi Hardi, S.Sos., M.Si (………………)

4. Muh. Randhy Akbar, S.IP., M.Si (………………)

iii
PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Hasrul Nur

Nomor Stambuk : 105641100416

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan

plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 07 Juli 2021

Yang Menyatakan,

Hasrul Nur

iv
ABSTRAK

Hasrul Nur 2021. Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata


Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian


Deskriptif yaitu menggambarkan kejadian secara umum mengenai masalah yang
diteliti yaitu Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era
Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng. Informan dalam penelitian ini sebanyak
tujuh orang terdiri dari Dinas Pariwisata, pengelola permandian Eremerasa,
Pengunjung dan masyarakat, dengan teknik pengumpulan datanya melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi serta analisis data melalui reduksi data,
penyajian data dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan empat (4) indikator dalam Penerapan Smart
Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten
Bantaeng, yaitu: Pertama Pelaku wisata adalah stakeholder yang terlibat dalam
kegiatan penegelolaan wisata yang terdiri dari Dinas Pariwisata pengambil
kebijakan dalam merumuskan keberlangsungan program wsiata di tengah Covid-
19, Kedua, Atraksi merupakan daya tarik bagi wisatawan dalam mengunjungi
permandian Eremerasa baik yang terbentuk secara alami dan buatan manusia yang
meliputi kolam berenang, gazebo, wisata kuliner, spot foto, dan pemandangan
alam serta udaranya yang sejuk. Ketiga, Transportasi yaitu pemerintah Kabupaten
Bantaeng telah menyiapkan akses bagi wisatawan berupa kendaraan BUS
pariwisata dalam memudahkan perjalanan wisatawan. Keempat, Sarana penunjang
wisata yaitu dimana pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam menjalankan kegiatan
pariwisata di tengah Covid-19 menambahkan beberapa sarana dalam menerapkan
protokol kesehatan seperti hand zanitiser, tempat cuci tangan, penyemprotan
disenfektan dan mewajibkan pengunjung memakai masker. Faktor pendukung
yaitu dalam mendukung pengelolaan wisata di permandian Eremerasa di topang
oleh panorama alam yang indah serta ketersediaan infrastrukur yang merupakan
daya tarik wisata. Faktor penghambat yaitu dapat dilihat dari dua faktor
kurangnya biaya dalam melakukan pengelolaan dan minimnya informasi sehingga
kegaiatan promosi wisata tidak berjalan secara maksimal.

Kata Kunci : Smart Tourism, Pengelolaan Pariwisata dan Pandemi Covid 19.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan Hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata

Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :

1. Kedua Orang tua tercinta yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan,

merawat, memberi pendidikan sampai pada jenjang saat ini, mendoakan,

memberi semangat dan motivasi serta bantuan baik moril ataupun materi

dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. pembimbing I dan pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya

membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

3. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.Ip, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

vi
4. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kantor Dinas Pariwisata, pengelola pariwisata Eremerasa, Pengunjung dan

masyarakat yang berada di ruang lingkup Kabupaten Bantaeng yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan sewaktu proses

penelitian.

6. Seluruh bapak dan ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis

selama menempuh perkuliahan.

7. Kepada para pegawai atau karyawan Fisipol Universitas Muhammadiyah

Makassar yang senantiasa memberikan pelayanan dan membantu saya

dalam segala urusan perkuliahan.

8. Saudara(i) Sospol angkatan 2016 yang sama-sama berjuang dalam meraih

cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukungnya

terselesaikan skripsi ini.

9. Keluarga besar HIMJIP, IMM Kom. Sospol, BEM Fisipol Unismuh

Makassar yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dan

suport dalam menyelesaikan skripsi kami.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini

sangatlah jauh dari kesempurnaan karena segala sesuatu yang sempurna itu hanya

milik ALLAH SWT, dan oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, kritik

dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya

vii
skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak

yang membutuhkan.

Makasssar, 07 Juli 2021

Yang menyatakan,

Hasrul Nur

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ii
PENERIMA TIM . ............................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..........................................iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. .. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terahulu .................................................................................12
B. Konsep Good Tourism Governance ........................................................16
C. Konsep Pariwisata ...................................................................................25
D. Konsep Pengelolaan Pariwisata di Tengah Covid-19 .............................31
E. Kerangka Pikir ........................................................................................38
F. Fokus Penelitian ......................................................................................39
G. Deskripsi Fokus Penelitian .....................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................................40
B. Jenis dan Tipe Penelitian ........................................................................40
C. Sumber Data ...........................................................................................41
D. Informan Penelitian ................................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................42
F. Teknik Analisis Data ..............................................................................43
G. Keabsahan Data ......................................................................................45

ix
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi Obyek Penelitian ....................................................................47
B. Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era
Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng ................................................58
a. Pelaku Wisata ..................................................................................59
b. Atraksi .............................................................................................63
c. Transportasi ......................................................................................68
d. Sarana Penunjang Wisata .................................................................72
C. Faktor Yang Melatarbelakangi Pemerintah Kabupaten Bantaeng Dalam
Penerapan Smart Tourism .......................................................................76
a. Faktor Pendukung ............................................................................77
b. Faktor Penghambat...........................................................................82
D. Perbandingan Smart Tourism di Bantaeng dan Pangandaran .................86
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................89
B. Saran .......................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................92

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor penting dalam peningkatan pendapatan

nasional maupun daerah. Pariwisata dapat menjadi sektor utama dalam

meningkatan sektorsektor lainnya dalam penyelenggaraan pemerintah,

seperti sektor ekonomi, budaya maupun sosial (Suwantoro : 2004)

Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam, budaya,

adat istiadat. Memiliki ribuan pulau dengan ciri khas dan keunikan

tersendiri yang tidak dimilki oleh negara manapun di dunia.

Keanekaragaman hayati, keindahan alam dan keragaman budaya yang

dimiliki setiap daerah di Tanah Air Indonesia merupakan suatu anugerah

Tuhan dan menjadi modal utama dalam kepariwisataan di Indonesia.(Gettel

: 2011)

Dalam penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik, maka di

butuhkan dari sektor publik dengan perubahan yang baik pula dalam cara

berpikir maupun bertindak. Negara-negara yang telah mengelola sektor

kepariwisataannya secara intensif khususnya adalah negara yang potensi

wisatanya tidak begitu menonjol, namun karena ditangani secara profesional

menjadi industry. (Sugiama : 2011)

Teknologi Informasi dan Komunikasi di era globalisasi yang semakin

lama semakin berkembang maju membuka peluang bagi sektor pariwisata

untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas pelayanannya. Saat ini industri

pariwisata di berbagai daerah sedang berupaya untuk meningkatkan nilai

1
2

jual dan daya tarik wisatanya dengan berbagai cara agar lebih kompetitif.

Oleh karena itulah, konsep smart tourism dalam pengembangan pariwisata

sangatlah dibutuhkan mengingat bahwa saat ini berwisata telah menjadi

kebutuhan banyak orang dan sudah saatnya mengoptimalkan industri

pariwisata dengan sentuhan teknologi dan meningkatkan komersialisasi

kawasan pariwisata melalui alternatif wisata yang lebih modern. Penerapan

platform smart tourism yang dapat diakses melalui gadget dan internet dapat

dijadikan alat bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik dan peningkatan ekonomi daerah melalui bidang

pariwisata yang diiringi pengintegrasian infrastruktur dan TIK yang

dijadikan ujung tombak dalam meningkatkna nilai jual dan memperluas

pasar pariwisata daerah (Ismayanti : 2010)

Smart Tourism memuat beberapa tujuan, pertama membuat data base

terkait sumber daya pariwisata, didukung dengan perkembangan internet of

things dan cloud computing yang berfokus pada peningkatan wisata melalui

identifikasi dan pemantauan yang ada. Kedua, memajukan daerah destinasi

wisata dengan inovasi industri pariwisata untuk promosi pariwisata,

peningkatan pelayanan wisata dan manajemen pariwisata. Ketiga,

memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real time,

mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat local

(Mulajadi : 2009)

Dengan hadirnya undang-undag nomor 23 Tahun 2014 tentang

otonomi Daerah maka pemerintah di tingkat daerah memiliki tanggung

jawab terkait pengelolaan daya tarik wisata, pengelolaan strategis


3

pariwisata, pengelolaan destinasi pariwisata, serta penetapan tanda daftar

pariwisata sesuai tingkat daerah. Seiring dengan pemenuhan kebutuhan

melalui aspirasi masyarakat setempat, maka pemerintah daerah sebagai

pengelola daerah dituntut untuk memiliki daya inovasi, kreasi serta inovasi

dan kreatifitas dalam mengembangkan potensi daerah tersebut.

Covid-19 adalah wabah global yang berdampak buruk pada dimensi

manusia dan sosial. Setelah menyebar dari Cina, pandemi meluas dengan

cepat ke 210 negara termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 adalah kejutan

besar bagi ekonomi global termasuk Indonesia. Ekonomi mengalami

penurunan setidaknya untuk paruh pertama tahun ini dan mungkin lebih

lama jika tindakan penahanan wabah Covid-19 tidak efektif. Pandemi

Covid-19 menyebabkan gangguan pada rantai pasok global, dalam negeri,

volatilitas pasar keuangan, guncangan permintaan konsumen dan dampak

negatif di sektor-sektor utama seperti perjalanan dan pariwisata. Dampak

wabah Covid-19 tidak diragukan lagi akan terasa di seluruh rantai nilai

pariwisata. Perusahaan kecil dan menengah diperkirakan akan sangat

terpengaruh.

Tidak terkecuali dengan industry pariwisata tekanan pada industri

pariwisata sangat terlihat pada penurunan yang besar dari kedatangan

wisatawan mancanegara dengan pembatalan besar-besaran dan penurunan

pemesanan. Penurunan juga terjadi karena perlambatan perjalanan domestik,

terutama karena keengganan masyarakat Indonesia untuk melakukan

perjalanan, khawatir dengan dampak Covid-19. Penurunan bisnis pariwisata

dan perjalanan berdampak pada usaha UMKM, dan terganggunya lapangan


4

kerja. Padahal selama ini pariwisata merupakan sektor padat karya yang

menyerap lebih dari 13 juta pekerja. Angka itu belum termasuk dampak

turunan atau multiplier effect yang mengikuti termasuk industri turunan

yang terbentuk di bawahnya.

Organisasi pariwisata dunia (UNWTO) pada bulan Maret 2020

mengumumkan bahwa dampak wabah covid-19 akan terasa di seluruh rantai

nilai pariwisata. Sekitar 80% usaha kecil dan menengah dari sektor

pariwisata dengan jutaan mata pencaharian di seluruh dunia terkena dampak

covid-19. UNWTO memperkirakan kedatangan wisatawan internasional

bisa menurun sebesar 1% hingga 3% pada tahun 2020 secara global.

Intervensi kuat untuk meminimalisasi penyebaran virus covid-19 dapat

menurunkan pertumbuhan ekonomi lebih parah dibandingkan skenario

minimal intervension.

Wabah covid-19 memberikan dampak yang parah terhadap sektor

pariwisata, setelah sebelumnya sektor ini mengalami serangan wabah serupa

dan berbagai cobaan lain namun dapat bangkit kembali. Wabah covid-19

berdampak lebih berat. Pariwisata menyangkut tenaga kerja yang banyak,

dan peranannya secara ekonomi sedang didorong oleh pemerintah

Indonesia. Tujuan respon kebijakan yang diusulkan agar penanganan krisis

dapat dilakukan dengan baik, dan wisatawan segera kembali lagi di

Indonesia.

Adapun beberapa permasalahan untuk dapat merespon dengan cepat

mitigasi dampak covid-19 di sektor pariwisata yaitu, belum tersedia


5

standard baku tata kelola tentang perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian dampak wabah atau bencana di sektor pariwisata, lemahnya

dukungan teknologi untuk memetakan data dasar by name, by address

mengenai tenaga kerja pelaku industri yang terkait pariwisata, lemahnya

koordinasi lintas sektor, lintas wilayah baik dalam pemerintahan maupun

berbagai asosiasi industri pariwisata dari tingkat pusat sampai ke tingkat

daerah, belum ada kelembagaan yang khusus menangani mitigasi dampak

bencana di sektor pariwisata, rendahnya kemampuan pendanaan untuk

penanggulangan bencana di sektor pariwisata.

Situasi epidemiologis merupakan prasyarat untuk melanjutkan

kembali kegiatan wisata yakni kejadian covid-19 telah menurun ke tingkat

yang rendah. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan pengunjung dan

pengelola menjadi prioritas utama. Pengelolaan dilakukan melalui

koordinasi berkelanjutan antara otoritas kesehatan publik lokal dan nasional

untuk memastikan bahwa aturan dan peraturan terbaru dalam wilayah

geografis tertentu dibagikan, diterapkan, dan implementasinya dipantau.

Variasi dan tren iklim memengaruhi berbagai hasil kesehatan. Dinas

kesehatan perlu mencari alokasi sumber daya medis di wilayah yang

memiliki kasus tetapi memiliki sedikit sumber daya medis, serta daerah

pegunungan yang mengalami kesulitan akses.

Industri pariwisata perlu mempersiapkan new normal pasca pandemi

covid-19. Protokoler kesehatan wajib diterapkan untuk memutus mata rantai

penyebaran virus corona. Di beberapa wilayah, masyarakat telah memulai


6

menggerakkan kembali roda perekonomian yang sempat lumpuh akibat

diterapkannya sistem physical distancing. Industri pariwisata menyatakan

bahwa mereka sudah siap menyambut new normal dengan mengedepankan

beberapa prosedur baru.

Semua pihak tidak boleh terus menerus terpuruk, sesegera mungkin

saatnya bangkit meneruskan pembangunan dengan menyusun strategi.

Skema tatanan kenormalan baru dianggap sangat penting dalam menghadapi

sektor pariwisata ke depan. Pertama, modifikasi cara kerja, kemudian

implementasi perilaku meminimalisir sentuhan lalu sanitasi yang harus

diperbaiki dengan menyesuaikan protokol kesehatan.

Pariwisata dipandang sebagai potensi yang besar untuk

dikembangkan. Disisi lain, potensi pariwisata ini juga dapat menimbulkan

dampak positif lainnya, contohnya semakin meningkatnya jumlah

wisatawan, otomatis akan membuka lapangan pekerjaan di daerah tersebut.

Oleh karena itu, hampir seluruh provinsi di Indonesia beramai-ramai

memperkuat sektor pariwisatanya demi memajukan daerahnya masing-

masing. Termasuk Kabupaten Bantaeng yang dinilai memiliki potensi objek

pariwisata yang sangat melimpah, yang dikembangkan di kawasan

peruntukan pariwisata berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan

konservasi budaya (BPS Kab.Bantaeng Prov.Sulsel , 2016)

Kabupaten Bantaeng merupakan Kabupaten yang memiliki potensi

sumber daya alam yang berlimpah, keanekaragaman hayati dan peninggalan

sejarah/budaya. Berlimpahnya sumber daya alam yang ada dapat


7

meningkatkan pertumbuhan ekonomi ketika sumber daya tersebut dapat di

kelola dengan baik sesuai dengan apa yang paling diminati masyarakat

sehingga pemanfaatan sumber daya alam tersebut tidak akan menghabiskan

waktu ataupun materi akibat ketidakberhasilan dalam mengelola suatu

sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Dalam pengelolaan pariwisata pemerintah Kabupaten Bantaeng

senantiasa melibatkan unsur swasta dan masyarakat untuk terlibat demi

menciptakan tata kelola wisata yang baik dan berkelanjutan. Hal tersebut

terlihat dari data kunjungan wisata dalam 4 tahun terakhir:

Tabel 1.1

Peningkatan kunjungan wisatawan di Kabupaten Bantaeng (Persen)

Tahun Jumlah Wisatawan


2016 8,28
2017 10,74
2018 16,60
2019 16,62

(BPS Kabupaten Bantaeng 2019)

Dari tabel diatas menunjukkan terjadi peningkatan signifikan jumlah

kunjungan wisatawan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Hal ini

menunjukkan ada tingkat pengelolaan yang baik dalam mendukung kegiatan

industry pariwisata.

Semenjak keluar aturan Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2020

tentang pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) dan keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 tentang gugus tugas percepatan


8

penanganan Covid-19 maka seluruh sektor di Kabupaten Bantaeng menjadi

terhenti termasuk sektor pariwisata. Terhitung semenjak bulan maret sampai

dengan sekarang pariwisata di Bantaeng di tutup total sampai waktu yang

belum di tentukan.

Penyebaran virus Corona menyebabkan wisatawan yang berkunjung

ke Bantaeng akan berkurang. Sektor-sektor penunjang pariwisata seperti

hotel, restoran maupun pengusaha retail pun juga akan terpengaruh dengan

adanya virus Corona. Sepinya wisatawan juga berdampak pada restoran atau

rumah makan yang sebagian besar konsumennya adalah para wisatawan.

Spserti pantai Seruni adalah salah satu tempat wisata yang terpengaruh oleh

adanya covid-19 tersebut.

Sementara itu dalam menghadapi era baru pemerintah Kabupaten

Bantaeng perlu menetapkan strategi dalam membangun pariwisata di tengah

wabah Covid 19. Protokol Kesehatan untuk penanggulangan covid-19

terdiri dari fase pencegahan, fase deteksi dan fase respon. Peran dari

masyarakat dalam setiap fase sangat dibutuhkan untuk menghindari

terjadinya penularan yang lebih banyak. Pemerintah telah mengeluarkan

pedomankesiapsiagaan dalam menghadapi penyebaran covid-19. Upaya

yang dapat dilakukan pada fase pencegahan oleh setiap individu antara lain

memakai masker, memakai sarung tangan, menggunakan hand sanitizer atau

desinfektan, mencuci tangan dengan sabun, menghindari menyentuh wajah,

menghindari berjabat tangan, menghindari pertemuan atau antrian panjang,

menghindari menyentuh benda atau permukaan benda di area publik,


9

menghindari naik transportasi umum, menjaga jarak setidaknya dua meter

dari orang lain ketika di luar rumah, dan jika menunjukkan gejala penyakit

segera memberi tahu orang-orang di sekitar (Kemenkes, 2020). Sebagian

besar telah menerapkan upaya protokol kesehatan meliputi kegiatan

memakai masker, menghindari berjabat tangan dan mencuci tangan dengan

sabun.

Walau pada dasarnya belum ada data terkait jumlah penurunan

wisatawan di Kabupaten Bantaeng selama Covid-19, namun Dinas

Pariwisata Kabupaten Bantaeng sebagai struktur kerja dalam mengelola

pariwisata meyakini ada penurunan jumlah wisatawan selama Corona. Hal

tersebut di latar belakangi kurangnya mobilisasi massa, penutupan lokasi

objek wisata sampai kepada larangan untuk berkumpul yang mengacu dari

peraturan yang telah di tetapkan menteri kesehatan (Dinas Pariwisata

Kabupaten Bantaeng 2020).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan

Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng untuk melihat

sejauh mana penerapan tata kelola wisata di era Pandemi.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis merumuskan rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata

Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng?

2. Apa saja faktor yang melatarbelakangi pemerintah Kabupaten

Bantaeng dalam Penerapan Smart Tourism?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahaui Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan

Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng.

2. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi pemerintah

Kabupaten Bantaeng dalam Penerapan Smart Tourism.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitin ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Secara Teoritis

Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan suatu bahan studi

perbandingan selanjutnya dan akan menjadi sumbansi pemikiran ilmiah

dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu

pengetahuan hususnya pada, pengelolaan wisata dengan pendekatan Smart

Tourism .
11

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan

pemikiran dan bahan masukan untuk pelaksanaan bagaimana penerapan

Smart Tourism dalam mengelola objek wisata di tengah pandemi Covid-19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Farania (2017). Kesiapan Kota Surakarta Dalam Mewujudkan

Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau Dari Aspek Fasilitas Dan

Sistem Pelayanan. Adanya masalah kota membutuhkan kota dan komunitas

di dalamnya untuk menyelesaikan masalah, ditambah dengan tantangan

global terkait bagaimana kota ini mampu bersaing baik skala nasional

maupun internasional. Kemajuan perkembangan kota diwujudkan melalui

inovasi dalam kehidupan kota yang ada kemudian sering disebut sebagai

Smart City. Konsep Smart City juga dibutuhkan dalam dunia pariwisata.

Aspek atau biasa disebut Smart Tourism. Perkembangan pariwisata terus

berkembang dan telah disinergikan dengan Information and Communication

Technology (ICT) termasuk di Kota Surakarta yang mencoba menerapkan

konsep Smart Tourism, seperti peluncuran Kota Solo Aplikasi destinasi dan

kerjasama pemerintah dan Perusahaan Telekomunikasi untuk mewujudkan

pariwisata cerdas. Namun penerapannya masih belum sempurna, apalagi

jika dilihat dari fasilitasnya dan sistem pelayanan. Hal ini terlihat dari

ketersediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung

kegiatan pariwisata yang minim. Masalahnya juga terlihat pada pelayanan

yang kurang memadai kualitas di semua komponen pariwisata. Makalah ini

mengetahui kesiapan Kota Surakarta dalam masuk mewujudkan pariwisata

cerdas dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat

12
13

komponen (1) pelaku pariwisata, (2) atraksi, (3) transportasi dan (4) sarana

penunjang pariwisata. Itu Pendekatannya menggunakan deduktif, sedangkan

metode analisisnya kuantitatif dengan menggunakan analisis skoring dari

hasil observasi lapangan dan telaah data. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kota Surakarta siap menerapkan konsep smart tourism, meski

komponen atraksi kurang siap yang menyebabkan atraksi belum mampu

memainkan komponen utama pariwisata yang mampu menarik banyak

pengunjung turis. Komponen lainnya seperti pelaku pariwisata, transportasi

dan pariwisata fasilitas penunjang sudah menunjukkan siap.

Trinanda (2020). Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam

Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung. Saat ini penerapan platform Smart Tourism

lebih banyak diterapkan di kawasan wisata kota, sedangkan Provinsi

Lampung memiliki potensi dan daya tarik yang besar pada kawasan

pariwisata pesisirnya. Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi

Lampung melalui Bappeda memiliki rencana pengembangan Kawasan

Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Dalam penelitian ini akan mengkaji

objek wisata pesisir pantai di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten

Pesawaran. Tujuan dari penelitian ini adalah tingkat kesiapan objek wisata

pesisir pantai Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung dalam menerapkan Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan

dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi

Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Penelitian ini menggunakan


14

pendekatan penelitian Deduktif Kualitatif dengan teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini data kualitatif

yang didapat akan diproses dengan analisis deduktif, yaitu analisis skoring.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapann Smart

Tourism pada objek wisata pesisir pantai di Teluk Pandan dinyatakan Agak

Siap. Kesiapan penerapan Smart Tourism ditinjau dari ketersediaan dan

kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi

Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Berdasarkan hasil tinjauan pada

seluruh komponen penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir

pantai di Teluk Pandan yang dikaji dar infrastruktur, fasilitas dan sistem

pelayanan menunjukkan hanya komponen infrastruktur dasar dan TIK yang

menunjukan adanya kesiapan, untuk atraksi dan fasilitas penunjang wisata

menunjukkan agak siap, dan untuk komponen trasnportasi menunjukkan

tidak siap dalam penerapan Smart Tourism.

Tirtawati (2016). Kesiapan Industri Pariwisata Bali Dalam

Mendukung Bali Sebagai Smart Tourism Destination. Penelitian ini

menggunakan 6 indikator yang diambil dari konsep organisasi pariwisata

oleh Buhalis dan Amaranggana, 6 indikator tersebut yaitu 1) Adanya sebuah

basis data yang memiliki semua informasi yang relevan dan bisa diakses

dengan mudah oleh konsumen, 2) digitalisasi proses bisnis utama dalam

organisasi/industri, 3) adanya penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk

mengoptimalkan energi yang digunakan, 4) melibatkan dan meningkatkan

pengalaman berwisata dengan melibatkan masyarakat lokal, wisatawan dan


15

pemerintah, 5) kecepatan organisasi atau industri dalam penentuan

keputusan dan tanggapan ke kebutuhan konsumen berbasis keinginan pada

waktu itu, dan 6) memiliki sistem informasi yang terkait dengan mengenali

customer behavior sesuai target pasar. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan menjadikan 13 usaha jasa pariwisata dalam UU Nomor 10

Tahun 2009 tentang Kepariwisataan sebagai populasi penelitian,

menggunakan teknik pengambilan sampel snowball sampling dengan

informan awal adalah asosiasi industri pariwisata yang ada di Bali,

penelitian ini menggunakan 13 asosiasi dan 23 industri untuk menjadi

informan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data

berupa wawancara dan dokumentasi dan data yang terkumpul dianalisis

dengan teknik analisis data kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan

bahwa untuk indikator 1 sebanyak 22 dari 23 informan penelitian sudah

melaksanakan, indikator 2 sebanyak 22 dari 23 industri pariwisata sudah

melaksanakan, indikator 3 sebanyak 11 dari 23 industri pariwsiata sudah

melaksanakan, indikator 4 sebanyak 17 dari 23 industri pariwisata sudah

melaksanakan, indikator 5 sebanyak 12 dari 23 industri pariwisata sudah

melaksanakan, dan indikator 6 sebanyak 16 dari 23 industri pariwisata

sudah melaksanakan. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui

bagaimana kesiapan Industri pariwisata di Bali dalam mendukung Bali

sebagai Smart Tourism Destination, berupa sejauh mana perkembangan

tersebut, serta memberikan rekomendasi langkah berikutnya bagi industri

pariwisata yang ada di Bali.


16

B. Konsep Smart Tourism

Keberadaan sektor pariwisata dalam suatu wilayah dapat memberikan

dampak positif maupun negatif. Pencapaian tujuan dan misi pembangunan

kepariwisataan yang baik, berkelanjutan (sustainable tourism) dan

berwawasan lingkungan hanya dapat terlaksana manakala dalam proses

pencapaiannya dapat dilakukan melalui tata kelola kepariwisataan yang baik

(good tourism governance). Prinsip dari penyelenggaraan tatakelola

kepariwisataan yang baik yaitu dengan melakukan koordinasi dan

sinkronisasi program antar stakeholder, serta dengan pelibatan partisipasi

aktif yang bersinergi antara pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat yang

terkait (Suardana, 2016).

Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang dilakukan secara sukarela dengan tujuan berlibur,

atau tujuan lain selain mencari nafkah, bersifat sementara, mengunjungi

tempat tertentu untuk keperluan pribadinya (keluarga, belanja, kesehatan,

atau tempat hiburan dan tempat untuk bersantai lainnya) (Pribadi & Zaenuri,

2017).

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berawal dari konsep

pembangunan berkelanjutan. Secara umum, konsep pembangunan

mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi

ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi

generasi yang akan datang, pengurangan ketidakadilan, dan peningkatan

penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat (Kurniawati, 2013).


17

Pariwisata dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,

industri pariwisata, dan kebutuhan masyarakat lokal saat ini tanpa

mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pembangunan berkelanjutan dalam tujuannya harus menganut tiga prinsip

dasar, yaitu (Trisnawati, 2018):

a. Kelangsungan ekologi

b. Kelangsungan sosial budaya

c. Kelangsungan ekonomi dimana pembangunannya mampu memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi

mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Kata pemerintah memiliki makna sebagai proses pembuatan

keputusan dan bagaimana mengimplementasikan keputusan tersebut. Tata

kelola good governance di artikan sebagai kompetensi manajemen sumber

daya wilayah dalam etika yang terbuka, akuntabel, adil dan responsive

terhadap kebutuhan masyarakat. Pemerintah masyarakat dan pihak swasta

merupakan orang-orang yang memiliki legitimasi minat terhadap pariwisata

sehingga merekapun akan memainkan peran yang saling bersinergi dalam

memajukan pariwisata yang ada di daerah (Ningrum, 2016).

Pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana serta

memberikan bimbingan dan material dalam pelaksanaan pembangunan,

sedangkan masyarakat berkewajiban untuk menunjang dan berperan secara

aktif dalam rangka pembangunan dan kualitas administrasi dari pemerintah.


18

Sementara pihak swasta juga memiliki kewajiban dalam proses

pembangunan daerah melalui kerjasama dengan pemerintah dalam

mengelola sumber daya yang ada termasuk industry pariwisata (Fachruddin,

2017).

Prinsip pengelolaan pariwisata yang baik oleh (Maulia, 2015)

dijelaskan sebagai berikut.

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata harus didasarkan pada

kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan

peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi (pemeliharaan), proteksi (perlindungan), dan peningkatan

kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan

pariwisata.

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada

kekhasan budaya lokal.

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan budaya dan

lingkungan lokal.

e. Pemberian dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan

pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif

tetapi sebaliknya mengendalikan dan/atau menghentikan aktivitas

pariwisata tersebut jika melampaui ambang batas (carrying capacity)

lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain

mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.


19

Rancangan smart city atau kota cerdas adalah suatu rancangan dari

perkembangan kota terkhususnya kota yang sedang berkembang.

Pertumbuhan rancangan smart city memiliki arti yang berbeda dari beberapa

pihak. Pengertiannya tidak hanya pada factor tunggal namun memiliki arti

serta pembahasan dari berbagai perspektif yang dipergunakan sebagai dasar.

Konsep kota cerdas dapat diambil pemahamannya dengan cara

melihat dan me-resume karakteristik yang tepat untuk sebuah kota cerdas

yang cenderung umum dari beberapa sumber. Smart city merupakan

rancangan kota dengan penggunaan teknologi untuk membantu dalam

kehidupan sehari-hari. Beberapa pendapat menyatakan rancangan smart city

bisa menjawab dari keperluan masyarakat sekarang dalam keringanan dari

sisi hidup serta kesehatan, namun rancangan smart city ini sedang

mengalamii perbedaan pendapat dari para ahli serta belum ada pengertian

dan perancangan umum yang dapat digunakan oleh seluruh kota didunia

(Supangkat, 2015).

Suatu kota dapat dianggap smart dengan dilakukan tinjauan terhadap

definisi, komponen serta langkah-langkah kinerja kota. Deskripsi dari smart

city termasuk didalamnya adalah kualitas dari masyarakat dan komunitas

dalam melibatkan teknologi. Banyak elemen dan dimensi yang menjadi

karakteristik smart city (Albino, 2015).

Tujuan utama smart tourism adalah manfaatkan sistem untuk

meningkatkan pengalaman wisata dan meningkatkan efektivitas pengelolaan

sumber daya untuk memaksimalkan daya saing dan kepuasan konsumen


20

sekaligus menunjukkan kesinambungan dalam jangka waktu yang panjang

(Buhalis & Amaranggana, 2014).

Smart tourism pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan

pengalaman pengunjung, menyediakan platform (model) cerdas untuk

menyatukan dan mendistribusikan informasi di dalam destinasi,

memfasilitasi pengalokasian sumberdaya yang lebih efisien,

mengintegrasikan pemasok kepariwisataan pada tingkat makro dan mikro,

agar keuntungan yang didapat oleh masyarakat lokal dapat dipastikan

(Rong, 2012)

Smart Tourism didefinisikan sebagai suatu platform pariwisata yang

mengedepankan penerapan Information and Communication Technologies

(ICT) secara terintegrasi. Dalam pengaplikasiannya plarform ini

mengintegrasikan teknologi informasi dalam mengoptimalkan pemberian

informasi dan pelayanan yang efisien untuk wisatawan. Smart Tourism

memuat beberapa tujuan sebagai berikut :

1. Membuat data base terkait sumber daya pariwisata, didukung dengan

perkembangan Internet of Things dan Cloud Computing yang

berfokus pada peningkatan wisata melalui identifikasi dan

pemantauan yang ada.

2. Memajukan daerah destinasi wisata dengan inovasi industri pariwisata

untuk promosi pariwisata, peningkatan pelayanan wisata dan

manajemen pariwisata.
21

3. Memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real

time, mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat

local.

Disinilah Organisasi Pariwisata Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan dapat memainkan peran penting, terutama melakukan

koordinasi terhadap semua potensi dan sumber-sumber daya yang terdapat

di daerah itu, sehingga harapan terhadap pariwisata sebagai katalisator bagi

pembangunan daerah dapat menjadi kenyataan dan dapat meningkatkan

kesejahteraan bagi masyarakat di daerah itu. Pemerintah daerah memiliki

peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai Pitana

dan Gayatri dalam (Hamzah, 2013):

a. Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah

sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus

berjalan. Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang pariwisata

merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi

agar perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik.

b. Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran

pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung

segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan. Adapun pada prakteknnya pemerintah bisa mengadakan

kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun

masyarakat.
22

c. Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung

pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat

harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah

satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk

mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu

simbiosis mutualisme demi perkembangan pariwisata.

Pada dasarnya, konsep tata kelola wisata dirancang khusus untuk

diterapkan pada daerahdaerah atau pedesaan (rural area) yang kurang

berkembang, Target sasaran adalah daerah atau wilayah yang menunjukkan

tanda-tanda tidak atau kurang berkembang (underdeveloped) tetapi

mempunyai potensi dan daya tarik untuk dikembangkan menjadi Daerah

Tujuan Wisata (DTW). Tanda-tanda tidak atau kurang berkembang itu

antara lain: daerah dengan pendapatan per kapita rendah (miskin), terpencil

atau terpinggirkan, infrastruktur buruk sehingga agak terisolasi,

pertumbuhan ekonomi tertekan, kelompok etnis minoritas, komunitas adat

(indigenous), dan sebagainya (Pratama & Bhaskara, 2019).

Sistem pariwisata cerdas ditinjau dari fasilitas dan sistem pelayanan

meliputi elemen-elemen sebagai berikut (Farania, 2017):

1. Pelaku wisata Pelaku wisata yang dimaksud adalah individu ataupun

organisasi yang bergerak di bidang pariwisata yang dapat berupa

institusi atau lembaga pemerintah, kelompok sadar wisata, akademisi

di bidang wisata dan swasta dibidang pariwisata. Variabel pelaku

wisata pada konteks pariwisata cerdas lebih menekankan adanya


23

integrasi antara pelaku wisata dan didukung oleh TIK seperti software

komputer yang digunakan yaitu untuk memudahkan dalam kegiatan

koordinasi.

2. Atraksi Atraksi merupakan sesuatu yang menarik dan menjadi tujuan

wisatawan seperti objek wisata baik objek wisata dan event, namun

event tidak termasuk karena terdapat kesulitan dalam mengukur event

yang pengunjung wisatanya hanya ada saat berlangsung event serta

lokasi event berubah setiap tahunnya. Fasilitas dan sistem pelayanan

pada atraksi dilihat dari ketersediaan TIK seperti software komputer

dan RFID serta kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi.

3. Transportasi Transportasi wisata merupakan sarana dan prasarana

perjalanan yang menuju objek dan event wisata. Transportasi wisata

ini didukung dengan pilihan moda transportasi umum yang merupakan

fasilitas publik yang disediakan oleh pemerintah. Elemen transportasi

ini, dikaji berdasarkan ketersediaan TIK dan kualitas pelayanan yang

baik dalam transportasi.

4. Fasilitas penunjang wisata Fasilitas penunjang wisata merupakan

fasilitas yang mampu membantu wisatawan memenuhi kebutuhan

pelayanan dasar maupun khusus saat berwisata. Fasilitas tersebut

meliputi fasilitas keamanan, perbankan, akomodasi, rumah makan,

perbelanjaan, kesehatan, sanitasi dan kebersihan, lahan parkir, ibadah

dan pusat informasi pelayanan pariwisata. Elemen fasilitas penunjang


24

wisata ini juga dikaji mengenai ketersediaan TIK dan kualitas

pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata.

Distribusi peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan

(stakeholder) dalam pengembangan dan pengelolaan wisata yang baik

dapat dijabarkan sebagai berikut (Afif & Pigawati, 2015):

a. Pemerintah yatiu pemimpin visioner, pembuat kebijakan, koordinator,

fasilitator, pengarah, pemberi anggaran, pengetahuan, pengalaman,

pendidikan & pelatihan, pemberdayaan lokal, pengambil keputusan,

kepemilikan dan pendistribusian biaya/manfaat.

b. Swasta merupakan pendukung selaku mitra kerja,

pengembang,investor, fasilitator, pengarah, penerima manfaat,

pemberi anggaran, pengetahuan, pengalaman, know how, pendidikan

& pelatihan, pemberi kerja.

c. Komunitas lokal adalah bagian dari produk, produsen,pemasok,

pekerja, pengguna, pemilik, investor, penerima manfaat – pemberi

informasi, pengetahuan, pengalaman dan upaya untuk

mengembangkan wisata.

Partisipasi masyarakat berjalan dalam format kelembagaan, hukum

dan politik yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga yang terjadi adalah

partisipasi semu (false participation) atau bahkan tidak ada partisipasi.

Menyikapi hal itu, muncul gagasan mengembangkan model pendekatan

bottom up sebagai upaya untuk mewujudkan partisipasi masyarakat yang

sebenarnya di semua level pembangunan, termasuk pada sektor pariwisata.


25

Partisipasi benar-benar diupayakan berawal dari bawah yang diukur dari

seberapa jauh masyarakat dilibatkan di dalam proses pengambilan

keputusan (Sidiq & Resnawaty, 2017).

Dalam penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik, maka di

butuhkan dari sektor publik dengan perubahan yang baik pula dalam cara

berpikir maupun bertindak. Negara-negara yang telah mengelola sektor

kepariwisataannya secara intensif khususnya adalah negara yang potensi

wisatanya tidak begitu menonjol, namun karena ditangani secara profesional

menjadi industri. Tidak hanya dengan lembaga pemerintahan saja yang

terkait akan tetapi keseluruhan dari stakeholders ikut terlibat dengan

menjadikannya suatu good governance.

C. Konsep Pariwisata

Menurut etimologi kata, Pariwisata berasal dari dua suku kata bahasa

Sansekerta, pari yang berarti banyak atau berkali-kali dan wisata yang

berarti perjalanan atau bepergian. Jadi, pari-wisata diartikan sebagai suatu

perjalanan yang dilakukan berkali-kali.

Pariwisata adalah semua tentang kenyamanan dan kesenangan, orang

suka mengunjungi tempat-tempat dan peristiwa yang mampu membuat

mereka berkesempatan untuk bersantai dan bersenang-senangan. Tempat-

tempat dan acara menarik bisa seperti; alam, budaya atau buatan (situasi dan

peristiwa buatan manusia). Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan

rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau

mencari suasana lain (Primadany, 2013).


26

Undang – Undang No. 9 Tahun 1990 dalam (Al-Bakry, 2013) tentang

kepariwisataan disebutkan bahwa usaha pariwisata adalah suatu perusahaan

dibidang pariwisata yang menghasilkan produk tertentu. Produk wisata

sebenarnya bukan saja merupakan produk yang nyata (tangible), akan tetapi

merupakan rangkaian produk (barang dan jasa) yang tidak hanya

mempunyai segi – segi yang bersifat ekonomis, namun juga bersifat social,

psikologis, dan alam. Produk wisata merupakan berbagai jasa dimana satu

dengan yang lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan

pariwisata, misalnya akomodasi, angkutan wisata, biro perjalanan, restoran,

daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang terkait. Sebagai suatu produk

yang kompleks, produk wisata berbeda dari jenis produk dan jasa yang

dihasilkan oleh industri lainnya. Kekhasan inilah yang menjadikan produk

wisata suatu jenis barang dan jasa yang unik, dan memerlukan penanganan.

Pariwisata ialah suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara

bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri di luar

negeri untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka

ragam dan berbeda beda dengan apa yang dialaminya di mana ia

memperoleh pekerjaan tetap, (Wahab, 2003).

Pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu proses kepergian

sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat

tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan

baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan

maupun kepentingan lain (Trisnoasih, 2019).


27

Menurut UU RI No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,Daya

Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan. Pariwisata dapat dimanfaatkan untuk mendorong perubahan

hidup dan menghidupkan melalui peluang kerja yang tersedia,

meningkatkan pendapatan, dan membaiknya kualitas hidup masyarakat

(Wahyuhana & Sukmawati, 2019).

Kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur, diantaranya (Gunawan,

2016):

1. Manusia (man) yang merupakan orang yang melakukan perjalanan

dengan maksud menikmati keindahan dari suatu tempat (alam).

2. Ruang (space) yang merupakan daerah atau ruang lingkup tempat

melakukan perjalanan.

3. Waktu (time) yang merupakan waktu yang digunakan selama dalam

perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Berdasarkan klasifikasi sistem pariwisata terdiri dari tujuh (7)

komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan sektor utama

dalam kepariwisatan yang memerlukan keterkaitan, ketergantungan, dan

keterpaduan, yaitu (Primadany, 2013):

1. Sektor pemasaran (the marketing sector)

Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata,

misalnya, kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor


28

pemasaran maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah

tujuan wisata tertentu, dan sebagainya.

2. Sektor perhubungan (the carrier sector)

Mencakup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya

yang beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat

asal wisatawan (traveller generating region) dengan tempat tujuan

wisatawan (tourist destination region). Misalnya, perusahaan

penerbangan (airlines), bus (coachline), penyewaan mobil, kereta api, dan

sebagainya.

3. Sektor akomodasi (the accommodation sector)

Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan

pelayanan yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan

makanan dan minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya

berada di daerah tujuan wisata dan tempat transit.

4. Sektor daya tarik/ atraksi wisata (the attraction sector)

Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi

wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan

wisata tetapi dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit.

Misalnya, taman budaya, hiburan (entertainment), even olah raga dan

budaya, tempat dan daya tarik wisata alam, peninggalan budaya, dan

sebagainya. Jika suatu daerah tujuan wisata tidak memiliki sumber daya

atau daya tarik wisata alam yang menarik, biasanya akan dikompensasi

dengan memaksimalkan daya tarik atraksi wisata lain.


29

5. Sektor tour operator (the tour operator sector)

Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata.

Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan

memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata)

dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu

yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam

paketnya.

6. Sektor pendukung/ rupa-rupa (the miscellaneous sector)

Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata

baik di negara/ tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di

negara/tempat tujuan wisata. Misalnya, toko oleh-oleh (souvenir) atau

took bebas bea (duty free shops), restoran, asuransi perjalanan wisata,

travel cek (traveller cheque), bank dengan kartu kredit, dan sebagainya.

7. Sektor pengkoordinasi/ regulator (the coordinating sector)

Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di

bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik di tingkat

lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani

perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi

antara seluruh sektor dalam industri pariwisata.

Produk wisata yang dijual dilengkapi dengan unsur manfaat dan

kepuasan. Manfaat dan kepuasan itu ditentukan oleh dua faktor, yaitu

tourism resources dan tourism services. Tourism resources yang disebut

juga dengan istilah atrrativ spontnee atau tourist attraction. Attraksi atau
30

daya tarik merupakan salah satu komponen penting dalam periwisata.

Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan

menuju daerah tujuan wisata, terdapat dua (2) fungsi dari atraksi yaitu

sebagai stimulant dan umpan pariwisata serta sebagai salah satu produk

utama pariwisata dan faktor tujuan utama kedatangan pengunjung.

Atraksi/daya tarik yang tersedia di daerah tujuan wisata dimaksudkan untuk

kepuasan, dan kesenangan pengunjung.

Pada dasarnya pariwisata merupakan perjalanan dengan tujuan untuk

menghibur yang dilakukan diluar kegiatan sehari-hari yang dilakukan guna

untuk memberikan keuntungan yang bersifat permanen ataupun sementara.

Sedangkan berdasarkan undang-undang no 10 Tahun 2009 tentang

kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora, dan fauna sebagai karunia tuhan

yang maha esa, serta peninggalan sejarah, seni, dan juga budaya yang

dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan

kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

sebagiman terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sementara Smart tourism merupakan metode dalam meningkatkan

pendapatan dari sektor pariwisata. Istilah ini sudah mulai banyak diadopsi

oleh pelaku industri pariwisata global dengan harapan bisa mendongkrak

angka kunjungan wisatawan. Seperti di bidang lain, penggunaan

terma smart di depan tourism tidak lepas dari integrasi teknologi informasi
31

dan komunikasi (ICT). Berkatnya, akan tersedia data pendukung pariwisata

dalam jumlah yang masif dan bisa diubah menjadi perencanaan hebat.

D. Konsep Pengelolaan Wisata Di Tengah Covid 19

Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang tumbuh

dengan cepat. Sektor pariwisata sendiri merupakan salah satu penyumbang

devisa bagi negara Indonesia. Pariwisata Indonesia sangatlah maju dan

unggul, karena Indonesia sendiri memiliki banyak tempat serta adat dan

budaya juga tradisi yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata. Seiring

hadirnya Corona Virus Disease (Covid19), hampir semua sendi-sendi

kehidupan di belahan dunia mengalami kelumpuhan, tak terkecuali

Indonesia (Djausal, 2020).

Pandemi Covid19 merupakan salah satu wabah virus penyakit non

alam yang timbul dari makanan yang dikonsumsi manusia, yaitu Kelelawar

atau Marsego. Wabah virus ini pertama kali timbul pada salah satu negara

besar yaitu Cina, tepatnya di Kota Wuhan yang sampai sekarang ini masih

tersebar luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Akibat dari mewabahnya

covid19 ini, Pemerintah Indonesia harus bertindak guna menekan

penyebarannya. Presiden Indonesia, Joko Widodo sebagai kepala negara

bersama Pemerintah Negara Indonesia mengeluarkan salah satu instruksi

yaitu sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) (Putsanra, 2020).

Sektor pariwisata terkena dampak di masa pandemik covid-19. Hal ini

disebabkan oleh minimnya mobilitas masyarakat untuk menghindari

penyebaran virus. Pengelolaan destinasi pariwisata ekologis patut


32

mendukung pelestarian lingkungan dan secara bersamaan memberikan

pengalaman kepada wisatawan. Terdapat dua isu utama pada masa

pandemik isu kesehatan dan keterbatasan mobilitas wisatawan. Hal tersebut

yang mendorong munculnya dua isu strategis yang menjadi pertimbangan

strategi adaptasi internal (pengembangan produk turunan hasil

konservasi) dan strategi wisata daring (perancangan wisata daring).

Sejak Desember 2019, dunia dihadapkan kepada isu kesehatan yaitu

tersebarnya wabah covid-19. Wabah ini diduga penyebaran pertama di

Wuhan, Tiongkok. Organisasi internasional, World Health Organization

(WHO) menyatakan kondisi ini sebagai pandemik global pada 11 Maret

2020. Kampanye pentingnya mencegah penyebaran virus menjadi krusial.

Penggunaan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (pembatasan fisik)

adalah protokol kesehatan yang harus dijalankan. Sebagian daerah di

Indonesia menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

untuk menekan penyebaran virus tersebut. Operasional kantor (pemerintah

dan swasta) menerapkan kerja di rumah (work from home). Sekolah

dan perguruan tinggi melaksanakan aktivitas belajar dengan sekolah di

rumah. Namun demikian berdampak pada aktivitas masyarakat. Mobilitas

orang menjadi terbatas, dan bahkan terhenti. Aktivitas dilakukan di ruang

privat (rumah). Lebih jauh, hal ini juga berdampak pada aktivitas ekonomi.

Pemenuhan kebutuhan tertuju utama pada kebutuhan primer dan sekunder,

bukan pada kebutuhan tersier (Djausal, 2020).


33

Selain sebagai sumber pendapatan devisa, pariwisata juga

memberikan kontribusi untuk penciptaan lapangan kerja, kegiatan produksi

dan pendapatan nasional (PDB), pertumbuhan sektor swasta dan

pembangunan infrastruktur. Pariwisata juga berpotensi mendorong

peningkatan penerimaan negara dari pajak, terutama pajak tidak langsung.

Meskipun beragam kontribusi pariwisata terhadap perekonomian telah

disadari sejak lama namun sejauh ini penelitian tentang pengaruh pariwisata

terhadap pertumbuhan ekonomi belum mendapatkan porsi yang cukup besar

di Indonesia, sehingga sulit menentukan arah hubungan antar kedua variabel

(Setiawan, 2015).

Namun dengan munculnya covid19 atau virus corona ini, sehingga

seluruh aktifitas dari sektor Pariwisata mengalami penurunan, akibat dari

mewabahnya virus ini. Sejak adanya instruksi menjaga jarak sosial dan

gaung beraktivitas di rumah saja, sektor pariwisata menjadi lesu. Bahkan,

kelesuan itu sudah dirasakan sebelum Indonesia mengumumkan ada pasien

positif corona pada awal Maret 2020 lalu. Sejumlah stimulus yang disiapkan

pemerintah untuk membangkitkan sektor pariwisata tak mampu

membendung dampak negatif corona COVID-19. Atraksi wisata banyak

ditutup yang berarti tak ada pemasukan bagi mereka. Okupansi mayoritas

hotel juga turun drastis dan berarti tak ada pendapatan (Walakula,2020)..

Atas dasar itu, Presiden menilai optimisme sektor pariwisata

Indonesia harus diangkat. Ia menegaskan, Indonesia tak boleh terjebak pada

pesimisme atas sektor pariwisata akibat pandemi Covid-19. Jika optimisme


34

kebangkitan sektor pariwisata tidak didengungkan, Jokowi khawatir peluang

menggenjot pariwisata tahun depan tak bisa dilakukan. Jika hal ini terjadi,

maka booming pariwisata usai Covid-19 tidak mampu dimanfaatkan dengan

baik oleh Indonesia (Walakula,2020).

Kondisi dan keadaan Negara Indonesia sendiri, belum bangkit dari

virus corona yang masih tersebar luas ini, namun dari Sektor Pariwisata

Indonesia sendiri telah menyiapkan strategi untuk bangkit pasca pandemi

covid19 berakhir. Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

(Kemenparekraf) ada beberapa strategi yang sudah siap untuk dijalankan

antara lain (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2020):

a. Mempersiapkan berbagai infrastruktur dasar yang berkaitan dengan

konektivitas di sejumlah destinasi super prioritas.

b. Mendesign ulang strategi pariwisata di sejumlah destinasi wisata di

Indonesia

c. Mengadakan serta melakukan pelatihan bagi para pekerja di sektor

pariwisata untuk nantinya dapat memandu wisatawan.

Pentingnya meningkatkan pendapatan sektor pariwisata di tenagh

Covid 19 mengharuskan pemerintah berfikir inovatif dalam menentukan

strategi menghadapi kehidupan baru. Syarat pemberlakuan adaptasi

kebiasan baru Daya Tarik Wisata (DTW) yang wajib dipenuhi oleh

pengelola. Antara lain hanya berlaku untuk DTW yang memenuhi syarat

sesuai protokol kesehatan Kemenkes RI dan ada penanggungjawab.

Kemudian pengelola mengajukan permohonan pelaksanaan simulasi,


35

melakukan sosialisasi edukasi kepada masyarakat, tentang arti pentingnya

simulasi dan risiko terhadap pelanggaran protokol kesehatan. Konsep atau

pedoman adaptasi kebiasaaan baru kepariwisataan DTW di setiap daerah

yang harus diperhatikan dan diterapkan oleh pengelola. Antara lain,

pengelola wajib memiliki rekomendasi dari kepala daerah dan Gugus Tugas

Covid-19 Pemda setempat, pembatasan operasional, pembatasan jumlah

pengunjung, kerja sama dengan aparat keamanan, dan sterilisasi DTW

(Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2020).

Kondisi pandemik covid-19 memberikan kondisi ketidakpastian bagi

industri pariwisata. Hal tersebut mempengaruhi pengunjung (konsumen)

dan juga pengelola. Masyarakat diminta untuk tetap di rumah memberikan

konsekuensi menurunnya mobilitas dan pemenuhan kebutuhan atas

pariwisata menjadi rendah. Ekowisata sebagai bentuk pariwisata berbasis

pelestarian lingkungan, memiliki urgensi untuk tetap melakukan aktivitas

operasional. Hal ini diperlukan untuk tetap mendukung pelestarian

lingkungan yang harus dilakukan secara berkesinambungan (terus menerus).

Dalam strategi menghadapi situasi ini, pengelola ekowisata dapat

melaksanakan dua strategi utama, yaitu pengelolaan sumber daya alam dan

pengembangan produk turunan dari sumber daya alam yang ada (Djausal &

Larasati, 2020).

Kebijakan self assessment risiko covid-19 diterapkan untuk

memastikan pekerja yang akan masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit

covid-19. Bila menyediakan makan untuk pekerja, atur asupan nutrisi


36

makanan yang diberikan, pilih buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin C untuk membantu mempertahankan daya tahan tubuh. Jika

memungkinkan pekerja dapat diberikan suplemen vitamin C. Media

informasi terpasang untuk mengingatkan pekerja, pengelola, dan

pengunjung agar mengikuti ketentuan pembatasan jarak fisik dan mencuci

tangan pakai sabun dengan air mengalir atau hand sanitizer serta

menggunakan masker. Desain dan fungsi ruang kerja dioptimalkan dengan

sirkulasi udara yang baik dan mendapatkan sinar matahari yang cukup.

Pengaturan waktu kerja tidak terlalu panjang (lembur) yang akan

mengakibatkan pekerja kekurangan waktu untuk beristirahat yang dapat

menyebabkan penurunan sistem kekebalan atau imunitas tubuh

(Kiswantoro, 2020).

Bagi pengelola perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu

pekerja wajib menggunakan masker. Pembersihan dan desinfeksi dilakukan

secara berkala di area kerja dan area public atau fasilitas umum yang sering

disentuh publik setiap 4 (empat) jam sekali. Fasilitas cuci tangan yang

memadai tersedia dan mudah diakses oleh pekerja serta petunjuk lokasi

sarana cuci tangan. Petunjuk alur keluar dan masuk tersedia dalam jenis

usaha pariwisata serta penanda physical distancing di lantai, kursi, meja bagi

pengunjung. Tempat sampah khusus covid-19 tersedia untuk membuang alat

pelindung diri yang telah digunakan. Pekerja dipastikan memahami

perlindungan diri dari penularan covid-19 dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS). Pengecekan suhu badan dilakukan bagi seluruh pekerja
37

sebelum mulai bekerja di pintu masuk. Jika ditemukan pekerja dengan suhu

≥ 37,5oC (2 (dua) kali pemeriksaan dengan jarak 5 (lima) menit), tidak

diperkenankan masuk dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Petugas pengukur suhu harus dilengkapi alat pelindung diri (masker, sarung

tangan, dan face shield). Masyarakat yang telah diberikan sosialisasi hidup

bersih untuk mengantisipasi pencegahan penyebaran virus, menyediakan

tempat cuci tangan dan cara melakukan penyemprotan. memiliki

pengetahuan dan kemampuan untuk mengantisipasi penyebaran virus serta

lebih waspada dan tenang dalam menghadapi pandemi yang sedang

berlangsung (Kurniawati, 2020)

Terdapat prinsip untuk restorasi kegiatan pariwisata yang aman dan

bertahap (Commission,2020). Pengelola harus hati-hati mempertimbangkan

kriteria ketika memutuskan kemungkinan dibukanya kembali dari upaya

lockdown untuk memungkinkan dimulainya kembali kegiatan pariwisata.

Pastikan insidensi covid-19 telah menurun ke level yang rendah. Bukti

epidemiologis yang menunjukkan bahwa penyebaran penyakit telah

menurun secara signifikan dan stabil untuk periode waktu yang

berkelanjutan, dan kemungkinan akan tetap stabil dengan peningkatan

populasi wisatawan. Pertimbangan dari perspektif kesehatan masyarakat

tentang pencegahan dan kontrol covid- 19 untuk sektor pariwisata

diperlukan sebagai pendekatan yang direkomendasikan untuk diambil oleh

sektor pariwisata.
38

Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu

dipertimbangkan, dikomunikasikan kepada pengelola dan pengunjung untuk

diimplementasikan. Langkah-langkah tersebut meliputi etiket pernapasan,

batuk atau bersin menggunakan tisu atau menutup menggunakan siku

tangan, dan memastikan tisu tersedia. (Kiswantoro, 2020).

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan dari beberapa teori yang telah di bangun dalam penelitian

terkait Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era

Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng maka penulis menggambarkan

bagan kerangka pikir berdasarkan teori Farania (2017) dalam

pengembangan wisata yang di paparkan sebagai berikut:

Bagan Kerangka Pikir

Penerapan Smart Tourism Dalam


Pengelolaan Pariwisata

Indikator:
Farania (2017)
Faktor Pendukung 1. Pelaku Wisata Faktor Penghambat
2. Atraksi
3. Transportasi
4. Sarana penunjang wisata

Tata Kelola Wisata Di Era Pandemi


Covid-19 Kabupaten Bantaeng
39

F. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pelaku wisata,

atraksi, transportasi, sarana penunjang wisata, faktor pendukung dan faktor

penghambat oleh pemerintah daerah dalam fungsi tata kelola wisata di era

pandemic Covid 19 Kabupaten Bantaeng.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Dari fokus yang di bangun penulis dalam penelitian maka yang

menjadi gambaran pada penelitian ini yaitu:

1. Pelaku wisata adalah dalam hal ini pemerintah Kabupaten Bantaeng

yang berkaitan dengan pengelolaan wisata dalam mengedepankan

teknologi informasi untuk tata kelola wisata di tengah pandemic

Covid-19 baik untuk wisatawan yang lokal ataupun wisatawan asing.

2. Atraksi adalah tata kelola wisata yang dikembangkan oleh pemerintah

Kabupaten Bantaeng dengan berfokus kepada daya tarik wisatawan

untuk berkunjung keobjek wisata yang bertemakan wisata pantai,

wisata budaya, wisata agro eko wisata dan religi.

3. Transportasi adalah merupakan sarana dan prasarana yang digunakan

wisatawan dalam berkunjung keobjek wisata yang disediakan oleh

pemerintah Kabupaten Bantaeng yang berupa bus pariwisata.

4. Fasilitas penunjang wisata adalah sarana menjadi kebutuhan pokok

wisatawan dalam berkunjung di suatu objek wisata di Kabupaten

Bantaeng seperti hand zanitiser, tempat cuci tangan dan masker.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini selama 2 (dua)

bulan dan dilakukan setelah seminar proposal serta lokasi penelitian

bertempat di Kabupaten Bantaeng tentang Penerapan Smart Tourism Dalam

Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng.

Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena ingin

melihat penerapan tata kelola wisata di tengah pandemic Covid 19.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang

Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi

Covid-19 Kabupaten Bantaeng adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk

menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan

situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan

kondisi objektif dilapangan. Proses penelitian yang dimaksud antara lain

melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka

dan berupaya dalam memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang

Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi

Covid-19 Kabupaten Bantaeng

40
41

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif merupakan suatu metode

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer

dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan berupa

hasil wawancara dengan beberapa pihak atau informan yang benar-benar

berkompeten dan bersedia memberikan data dan informasi yang dibutuhkan

dengan kebutuhan penelitian. Salah satunya kepala bagian atau instansi yang

terkait dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan ataupun kajian

pustaka, buku-buku atau literatur yang terkait dengan permasalahan yang

sedang diteliti, internet, dokumen dan laporan yang bersumber dari lembaga

terkait dengan kebutuhan data dalam penelitian.


42

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah narasumber atau orang yang dimintai

keterangan berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. Informan

penelitian ini dipilih dari orang-orang yang mengetahui pokok permasalahan

penelitian. Dimana informan ini diharapkan memberikan data secara

obyektif, netral dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun informan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Informan Penelitian


No. Informan Inisial Jabatan
1. Zainal Arifin, SE ZA Kabid Pengembanagan
Destinasi Dinas Pariwisata
Kab. Bantaeng
2. Suardi, SE SA Kabid Pengembangan Sumber
Daya Dinas Pariwisata Kab.
Bantaeng
3. Asrul AR Pengelola Permandian
Eremerasa
4. Ilham Jafar IJ Pengunjung
5. Zulfikar Machmud ZM Pengunjung
6. Kamaruddin KM Masyarakat
7. Jumati JM Masyarakat
Jumlah Total 7 Informan

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, serta instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut


43

menjadi sistematis dan lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang dipakai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku obyek sasaran. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan

langsung yang berkaitan dengan Penerapan Smart Tourism Dalam

Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng.

2. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden sesuai

dengan jenis data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dalam berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara dengan

responden.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dipergunakan untuk melengkapi teknik

observasi dan wawancara sekaligus menambah keakuratan, kebenaran data

atau informasi yang dikumpulkan dari bahan-bahan dokumentasi yang ada

dilapangan serta dapat dijadikan bahan dalam pengecekan keabsahan data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan


44

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data (Lexy :103). Teknik analisis ini pada

dasarnya terdiri dari tiga komponen : 1). Reduksi data (data

reduction), 2). Penyajian data (data display), 3). Penarikan serta

pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama,

melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.

Pada tahap kedua, peneliti menyususn kode-kode dan catatan-catatan

mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktifitas serta

proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-

kelompok, dan pola-pola data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Komponen kedua yakni penyajian data (data display) melibatkan

langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data

yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang

dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam

penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa

bertumpuk, maka penyajian data (data display) pada umumnya sangat

diyakini sangat membantu proses analisis.

3. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying

Conclusions)
45

Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian

kesimpulan (drawing dan verifying conclusions), peneliti pada dasarnya

mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-

pola data yang ada dan atau kecenderungan dari penyajian data yang telah

dibuat.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2014: 39), Triangulansi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan demikian

triangulansi sumber, triangulansi teknik pengumpulan data dan triangulansi

waktu yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber

Triangulansi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini penelitian melakukan

pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh melalui hasil

pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang ada, kemudian

peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan

membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Metode Pengumpulan Data

Triangulansi teknik dilakukan dengan cara menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama. Dalam hal yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

observasi dan dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas


46

data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda maka penelitian

melakukan diskusi lebih lanjut kepada informan yang bersangkutan atau

yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau mungkin

semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulansi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid

sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kerdibilitas data

dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil

uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang

sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulansi dapat juga

dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain diberi

tugas melakukan pengumpulan data.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi

Selatan dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi

Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05-

º21’15” LS sampai 05º34’3” LS dan 119º51’07” BT sampai 120º51’07”BT.

Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan

ketinggian dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m

dengan panjang pantai 21,5 km. Secara umum luas wilayah Kabupaten

Bantaeng adalah 395,83 km2 Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas

sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang

Kabupaten gowa dan Kabupaten Sinjai.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Kabupaten Bantaeng yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi

Selatan, masih memiliki potensi alam untuk dikembangkan lebih lanjut.

Lahan yang dimilikinya ±39.583 Ha. Di Kabupaten Bantaeng mempunyai

hutan produksi terbatas 1.262 Hektar dan hutan lindung 2.773 hektar. secara

47
48

keseluruhan luas kawasan hutan menurut fungsinya di kabupaten Bantaeng

sebesar 6.222 Hektar

Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan

dengan 67 kelurahan/desa. Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri

dari 3 kecamatan tepi pantai (Kecamatan Bissappu,Bantaeng dan

Pa’jukukang), dan 5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere,

Sinoa,Gantarangkeke, tompobulu dan Eremerasa). Dengan perincian 17

desa/kelurahan pantai dan 50 desa/kelurahan bukan pantai.

Tabel 4.1 Administratif Kabupaten Bantaeng


No. Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Jumlah Luas (KM2)
Desa/Kelurahan
1. Bisappu Bonto Manai 11 32.84
2. Bantaeng Pallantikang 9 28.85
3. Tompobulu Banyorang 10 76.99
4. Ulu Ere Loka 6 67.29
5. Pa’jukukang Tanetea 10 48.90
6. Eremerasa Kampala 9 45.01
7. Sinoa Sinoa 6 43.00
8. Gantarangkeke Gantarangkeke 6 52.95
(Sumber: BPS Kabupaten Bantaeng)

Bantaeng Berjarak 125 Km kearah selatan dari Ibukota Propinsi

Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai 395,83 Km2, dengan jumlah

penduduk 170.057 jiwa (2006) dengan rincian Laki-laki sebanyak 82.605

jiwa dan perempuan 87.452 jiwa. Terbagi atas 8 kecamatan serta 46 desa

dan 21 kelurahan. Pada bagian utara daerah ini terdapat dataran tinggi yang

meliputi pegunungan Lompobattang. Sedangkan di bagian selatan


49

membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pesisir

pantai dan persawahan.

2. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng

Kondisi geografis Kabupaten Bantaeng yang memiliki kluster Laut

(pantai), Dataran Rendah dan Dataran Tinggi (pegunungan) atau lebih

dikenal dengan daerah 3 (tiga) Dimensi mempunyai potensi sumber daya

yang sangat besar dan memiliki ciri khas untuk dijadikan obyek dan daya

tarik wisata.

Disamping sejarah masa lalu Bantaeng, yang sudah dikenal sejak

Zaman Majapahit, merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Ada

beberapa potensi wisata yang sudah di kembangkan dan dapat

dikembangkan, yaitu :

a. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam diantaranya: Air Terjun Salluang

Desa Bonto Salluang Kec. Bissappu, Air Terjun Bantimurung Desa

Bonto Salluang Kec. Bissappu, Air Terjun Sungai Bialo Desa

Patteneteang Kec Tompobulu, Air Terjun Muntea Desa Bonto Lojong

Kec. Uluere, Air Terjun Pa’bentengan Desa Pa’bentengang Kec.

Eremerasa, Permandian Mata Air Eremerasa (Kolam Ermes) Desa

Kampala Kec.Eremerasa

b. Wisata Pantai Laut terdiri dari : Pantai Pasir Putih Marina Korong

Batu Desa Baruga Kec.Pa’jukukang, Pantai Seruni Kel. Pallantikang

Kec. Bantaeng ,Pantai Lamalaka Kel. Lembang Kec. Bantaeng,

Lokasi Penyelaman (Diving), Areal Lahan Rumput Laut, Kawasan


50

Kolam Mancing Pantai Marina Korong Batu Desa Baruga, Pelabuhan

Mattoanging Desa Bonto Jai Kec. Bissappu.

c. Wisata Agro (Agro Tourism) terdiri dari : Kawasan Holtikultura

(Kebun Wortel, Kentang, Kol/Kubis, Bawang Merah), Kawasan

Perkebunan (Kebun Kopi, Cengkeh, Durian, Apel, Rambutan,

Langsat, Manggis, Strawbery), Green House Loka Desa Bonto

Marannu Kec. Uluere.

d. Desa Wisata terdiri dari: Desa Wisata Bonto Salluang Kec. Bissappu,

Desa Wisata Bonto Jaya Kec. Bissappu, Desa Wisata Bonto Marannu

Kec. Uluere, Desa Wisata Bonto Lojong Kec. Uluere, Desa Wisata

Pallantikang Kec. Bantaeng, Desa Wisata Kampala Kec. Eremerasa,

Desa Wisata Baruga Kec. Pa’jukukang, Desa Wisata Labbo Kec.

Tompobulu.

e. Kawasan Eko Wisata terdiri dari: Hutan Lindung Campaga Kel.

Campaga Kec. Tompobulu, Area Konservasi Hutan Bakau pesisir

pantai, Kawasan Eko Wisata Pantai Marina Desa Baruga Kec.

Pajukukang.

f. Objek dan daya tarik wisata Budaya:

a) Rumah Adat Balla Lompoa Kel. Letta Kec. Bantaeng.

b) Rumah Adat Balla Lompoa Lantebung Kel. Letta Kec. Bantaeng

c) Rumah Adat Balla Lompoa Lembang Kel. Lembang Kec.

Bantaeng.

d) Rumah Adat Balla Bassia Kel. Letta Kec. Bantaeng


51

e) Balla Tujua Onto Kel. Onto Kec. Bantaeng.

f) Kawasan Adat Gantarang Keke Kec. Gantarangkeke.

g) Gua Batu Ejayya Campagaloe Kel. Bonto Jaya Kec. Bissappu.

h) Pangnganreang Tudea Gua Batu Ejayya Kel. Bonto Jaya Kec.

Bissappu.

i) Masjid Bersejarah Taqwa Tompong Kel. Letta Kec. Bantaeng

j) Masjid Agung Syeikh Tuan Abdul Gani Kel. Pallantikang Kec.

Bantaeng

k) Makam Syeikh Muhammad Amir (Datuk Pakkalimbungan) Kec.

Bissappu

l) Makam Tau Tetea ri Je”ne Kel. Letta Kecamatan Bantaeng

m) Makam Pra Islam Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng

n) Makam Bonto Bonto Desa Ulugalung Kec. Bantaeng.

o) Kompleks Makam Raja La Tenri Ruwa Kel. Pallantikang Kec.

Bantaeng.

p) Kompleks Pekuburan Belanda Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng.

q) Pesta Adat Pajukukang Desa Pa’jukukang Kec. Pa’jukukang 18)

Pesta Adat Gantarangkeke Kel. Gantarangkeke Kec.

Gantarangkeke.

r) Atraksi Pepe Pepeka Kel. Karatuang Kec. Bantaeng.

s) Hari Jadi Bantaeng 7 Desember setiap tahun.

Sapta Pesona merupakan lingkungan strategis yang sangat

berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan, kesenian terutama


52

kepariwisataan. Oleh karena itu Sapta Pesona perlu dibudayakan, yang

meliputi :

a. Aman (Savety).

b. Tertib (Nicely).

c. Bersih (Clean).

d. Sejuk (Fresh).

e. Indah (Beautyful).

f. Ramah Tamah (Frendly)

g. Kenangan (Memory).

Meskipun kondisi keamanan di beberapa wilayah tertentu belum stabil

secara nasional, namun Kabupaten Bantaeng relatif aman. Ketertiban dan

Kebersihan merupakan perilaku masyarakat yang memerlukan upaya

perbaikan. Masih sering nampak perilaku masyarakat di tempat-tempat

umum yang kurang tertib begitu juga masalah kebersihan, yang sebenarnya

merupakan salah satu daya tarik pariwisata.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2007 Tentang

Pembentukan, Tugas Pokok dan Fungsi dan Kedudukan Dinas-dinas daerah,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng mempunyai Tugas

Melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di bidang Kebudayaan dan

Pariwisata. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan tehnis dalam lingkup Kebudayaan dan

pariwisata.
53

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang

kebudayaan dan pariwisata.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan dan

pariwisata.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata


Kabupaten Bantaeng
54

Pariwisata menjadi salah satu sektor pembangunan yang terus

digalakkan dalam meningkatkan perekonomian daerah. Di Kabupaten

Bantaeng sektor pariwisata telah menjadi komoditas yang mempunyai peran

penting dalam pembangunan daerah khususnya sebagai penghasil

pendapatan asli daerah. Bantaeng merupakan sebuah daerah yang memiliki

banyak potensi besar dalam sektor kepariwisataanya baik itu potensi alam,

bahari maupun wisatanya. Berdasarkan hal tersebut, Kabupaten Bantaeng

mampu menarik minat wisatawan lokal, nasional dan mancanegara untuk

melakukan perjalanan dan kunjungan ke Bantaeng. Adapun jumlah

kunjungan wisatawan berdasarkan PAD dinas Pariwisata Kabupaten

Bantaeng pada periode lima tahun terakhir dari tahun 2016 sampai tahun

2020 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Pendapatan Asli Daerah Dinas Pariwisata 2016-2020


Tahun Permandian Air Terjun Makam Datuk Pantai Marina Jumlah
Eremerasa Bissappu Pakkalimbungang Total
2016 40.092 1.116 7.071 25.420 73.699
2017 45.547 2.059 5.000 24.365 76.971
2018 50.247 1.629 17.178 21.286 90.340
2019 52.913 2.157 12.733 19.823 87.626
2020 45.252 974 13.600 7.907 67.733
(Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng 2021)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemasukan bagi khas

daerah dari empat lokasi wisata dalam kurung lima tahun terakhir tertinggi

pada tahun 2018 yaitu sebanyak 90.340 juta dan terendah pada tahun 2020

sebanyak 67.733 juta. Kondisi itu dikarenakan karena pada awal tahun 2020
55

Indonesia dan seluruh wilayah di Indonesia termasuk Kabupaten Bantaeng

terjangkint virus Covid-19 yang ikut mempengaruhi pendapatan pada sektor

pariwisata.

3. Perbedaan Smart Tourism Sebelum dan Pada Saat Pandemi

Tabel 4.3 Smart Tourism Sebelum dan Sesudah Pandemi


No. Sebelum Pandemi Covid 19 Sesudah Covid-19
1. Melalui website Dinas Pariwisata Giat Melakukan Dinas Pariwisata Senantiasa
Promosi Terkait Kawasan Wisata Secara Berkoordinasi dengan Tim Gugus
Keseluruhan di Kabupaten Bantaeng Tugas dalam Memantau Kecamatan
di Kabupaten Bantaeng yang masuk
Zona Merah Sehingga Menghimbau
Bagi Wisatawan Agar tidak
Berkunjung Kelokasi Wisata
Tersebut dan Menutup Tempat
Wisata
2. Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng Melakukan Mewajibkan Semua Pelaku Yang
Pendataan Terkait Pengelola Objek Wisata yang Terlibat Dalam Sektor Pariwisata Di
Ada Di Kabupaten Bantaeng Sebagai Penguatan Kabupaten Bantaeng Agar
Big Data dalam Tata Kelola Wisata Melakukan Swab Antigen Covid-19
Sebagai Syarat di Keluarkannya
Sertifikasi Kesehatan
3. Tidak ada Batasan Jumlah Pengunjung Mewajibkan Setiap Wisata Untuk
Mengurangi Jumlah Pengunjung
dan Menerapkan Protokol
Kesehatan di Kawasan Objek
Wisata
(Sumber: Di Olah oleh penulis dari hasil wawancara dengan Dinas Pariwisata 2021)
56

4. Profil Permandian Eremerasa

Sekitar 12 Km ke utara dari kota kab. Bantaeng terdapat sebuah

wilayah seluas 7,2 km2 yang berada diatas ketinggian 250 s/d 400 m dari

permukaan laut, sejak pada abad ke 16 masehi wilayah ini mulai dijadikan

sebagai tempat pemukiman penduduk yang disebut kampung Kampala.

Nama Kampala diambil dari nama pohon yang tumbuh sangat besar dan

kokoh dengan bentuk daun yang lebar yang banyak tumbuh pada masa itu.

Di desa ini merupakan salah satu lokasi wisata andalan di Kabupaten

Bantaeng yaitu permandian Eremerasa.

Permandian Eremerasa Bantaeng merupakan destinasi wisata alam

yang ada di Kampala. Terletak di daerah Bantaeng, Provinsi Sulawesi

Selatan. Dibangun di bagian dasar pegunungan yang memiliki topografi

cekung, dengan sumber air yang mengalir langsung dari mata air.

Diresmikan dan dikelola langsung oleh pemerintah Pariwisata daerah

Bantaeng, karena potensi alamnya yang asri dan sejuk.

Sebagai tempat wisata alam yang mengusung tema permandian,

tentunya tidak lepas dari fasilitas kolam. Terdapat dua kolam utama pada

Permandian Eremerasa sebagai pilihan, satu kolam untuk orang dewasa dan

satu kolam lagi untuk anak-anak. Air kolam yang digunakan berasal dari

sumber mata air langsung pegunungan sekitar, sehingga tidak mengandung

zat kaporit yang pedih di mata. Tentunya dengan harga terjangkau, fasilitas

kolam yang disuguhkan sangat layak untuk digunakan. Bangunan kolam

juga kokoh dan terawat, bersih dan jernih. Karena terletak di tengah hutan
57

dan pegunungan, bukan berarti tidak aman, lokasi sudah disterilkan dan

dijaga dengan baik oleh pemerintah yang mengelola Permandian Eremerasa

Bantaeng.

Permandian Eremerasa terbuka setiap hari dengan harga tiket masuk

sebesar 5.000-10.000 per orang. Dimana didalamnya selain terdapat kolam

berenang para wisatawan juga disuguhkan dengan wisata kuliner,

pemandangan yang indah, gazebo dan beberapa spot foto sebagai sarana

penarik wisatawan.

Daya tarik wisata merupakan ketersediaan sarana dan prasarana yang

dapat memuaskan keinginan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata.

Adapun fasilitas yang terdapat di permandian Eremerasa adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.4 Fasilitas Permandian Eremerasa


No. Kriteria Fasilitas
1. Objek Keindahan alam, kolam berenang, tempat beristirahat dan
jajanan kuliner
2. Akses Jalanan yang berupa aspal sehingga memudahkan rute
dari pengunjung
3. Transportasi Ketersediaan BUS pariwisata yang difasilitasi oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Bantaeng
4. Aktivitas rekreasi Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata seperti:
berenang, bersantai, jalan-jalan, foto dll.
5. Pembelanjaan Adanya tempat jajanan yang dapat dikonsumsi wisatawan
dalam melakukan kegiatan wisata
6. Komunikasi Kondisi jaringan seluler cenderung tidak stabil
7. Keamanan Adanya jaminan keamanan oleh pihak pengelola
58

8. Kesehatan Terdapat Postu yang terletak di dekat kawasan


permandian yang dapat diakses oleh wisatawan
9. Tempat Ibadah Terdapat masjid di sekitar kawasan permandian untuk
memenuhi kewajiban spiritual dari pengunjung
10. Kebersihan Terdapat tempat sampah dan penyampaian dari pengelola
untuk senantiasa menjaga kebersihan wisata
(Sumber: Diolah oleh penulis melalui data dari pengelola permandian Eremerasa)

B. Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era

Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng.

Salah satu cara untuk meningkatkan industri pariwisata ialah dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti:

Internet of Things, Big Data, Cloud Computing, dan artificial Intelegence.

Dalam pengembangan pariwisata saat ini, berbagai daerah menawarkan

pelayanan yang maju dan inovatif bagi wisatawan yang sering disebut

dengan Pariwisata cerdas (Smart Tourism).

Kabupaten Bantaeng merupakan daerah yang menjadi salah satu

tujaun destinasi wisata di Provinsi Selatan. Letak geografis yang sangat

strategi di dukung sumber daya alam yang dapat dikelola menjadi salah satu

destinasi wisata pemerintah Bantaeng senantiasa melakukan tata kelola

terhadap industry pariwisata. Jika mengacu pada konsep smart tourism,

yaitu pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang

pariwisata dengan memberikan berbagai jasa layanan informasi pariwisata

dalam bentuk telematika, maka website pariwisata Kabupaten Bantaeng

www.bantaeng-tourism.com sebenarnya sudah menjadi salah satu bukti

bahwa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng telah


59

memanfaatkan teknologi media baru, yaitu internet sebagai salah satu media

promosi pariwisata mereka. Namun sayangnya hal ini belum dijalankan

secara baik dan maksimal. Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Bantaeng juga sudah memanfaatkan media sosial Twitter,

dengan dibuatnya akun @WisataBtg. Selain Twitter, ada juga akun

Facebook yang diberi nama Bantaeng Tourism.

Wabah Covid-19 memberikan dampak yang parah terhadap sektor

pariwisata, setelah sebelumnya sektor ini mengalami serangan wabah serupa

dan berbagai cobaan lain namun dapat bangkit kembali. Wabah Covid-19

berdampak lebih berat. Penelitian ini mencoba mempelajari respon

kebijakan wabah Covid-19 terhadap sektor pariwisata dengan mempelajari

data dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan di Kabupaten Banteng. Hal

ini sangat penting karena pariwisata menyangkut tenaga kerja yang banyak,

dan peranannya secara ekonomi sedang didorong oleh pemerintah

Indonesia. Tujuan respon kebijakan yang diusulkan agar penanganan krisis

dapat dilakukan dengan baik, dan wisatawan segera kembali lagi di

Indonesia. Adapun hasil penelitian yang telah di dapatkan penulis dengan

menggunakan indikator pelaku wisata, atraksi, transportasi dan sarana

penunjang wisata yaitu sebagai berikut:

1. Pelaku Wisata

Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan,

penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan

kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah juga bertanggungjawab


60

dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro

yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain

dalam memainkan peran masing-masing.

Salah satu fokus penting dari pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam

menjalankan kegiatan wisata di tengah Covid-19 adalah menciptakan

kebijakan-kebijakan untuk penerapan protokol kesehatan di lokasi wisata.

Selain itu pemerintah melarang kunjungan wisatawan asing dan dari daerah

lain guna mengurangi penyebaran Covid-19.

“Tentu kita bergerak cepat dengan menyusun kebijakan-kebijakan


terkait tata kelola wisata di tengah Covid-19. Seperti melarang
wisatawan dari daerah luar Bantaeng dan wisatawan mancanegara
untuk berkunjung ke Bantaeng selama Pandemi itu masih tinggi.
Selain itu kami menerapkan protokol kesehatan bagi setiap wisatawan
untuk senantiasa menggunakan masker dan membawa hand sanitizer
hal ini untuk mencegah penularan Covid-19 di tengah masyarakat
melakukan kegiatan wisata.” (Wawancara dengan ZA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan kegiatan wisata bagi wisatawan yang berada dari luar

Kabupaten Bantaeng di berhentikan selama Covid-19 belum mereda.

Kemudian pemerintah menekankan penerapan protokol kesehatan bagi

wisatawan yang berkunjung kelokasi wisata di Kabupaten Bantaeng.

Semenjak wabah Covid-19 muncul dan menyebar, seluruh industri

pariwisata di Indonesia ditutup sementara. Kemudian, karena ditutupnya

pariwisata 2 Indonesia membuat sosial ekonomi masyarakat terganggu,

terjadi penurunan bisnis pariwisata dan perjalanan berdampak pada usaha

UMKM, terganggunya pendapatan, lapangan kerja, dan hilangnya mata


61

pencaharian. Padahal selama ini sektor pariwisata adalah sektor yang dapat

menyerap lebih dari jutaan pekerja.

Angka Covid-19 yang semakin tinggi dan menjadikan Sulawesi

Selatan sebagai zona merah membuat dinas pariwisata Kabupaten Bantaeng

menutup semua kegaiatan wisata selama fase Lockdown terjadi. Kebijakan

tersebut di tempuh untuk mengurangi penyebaran Covid-19 di Kabupaten

Bantaeng.

“Selama dilakukan lockdown semua tempat wisata itu di tutup, tidak


ada yang boleh menerima kunjungan wisatawan. Karena semua orang
di haruskan hanya berada dirumah. Hal tersebut juga merupakan
himbauan dari bupati agar menutup semua tempat-tempat yang
berpotensi terjadi kerumunan. Fase itu kemudian dimanfaatkan oleh
pengelola pariwisata untuk meningkatkan infrastruktur yang kurang
dan merenovasi semua sarana dan prasarana yang ada dilokasi wisata,
sehingga pada saat terbuka kembali objek wisata dapat kembali
dinikmati oleh wisatawan.” (Wawancara dengan SA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa selama

pemberlakuan lockdown segala aktivitas wisata di hentikan atas himbauan

pemerintah dan kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pelaku wisata untuk

melakukan perbaikan sarana dan prasarana wisata.

Untuk menciptakan suatu tata kelola yang baik, seluruh pihak-pihak

yang terkait yang berhubungan langsung dengan dunia pariwisata harus

terlibat. Masyarakat, wisatawan, dan Pemerintah daerah harus saling terpadu

untuk berupaya secara maksimal mengembangkan potensi tata kelola Wisata

yang berkelanjutan.

Permandian Eremerasa Bantaeng menjadi salah satu objek wisata

alam yang mengusung tema permandian merupakan slaah satu objek wisata
62

yang menjadi andalan dari wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata.

Dalam meningkatkan kegiatan wisata pihak pengelola dituntut untuk lebih

kreatif dalam menciptakan kegiatan wisata di lokasi wisata tersebut.

“Permandian Eremerasa ini merupakan salah satu objek wisata yang


memang banyak dikunjungi wisatawan, karena di dukung beberapa
fasilitas seperti: kolam berenang, wisata kuliner, gazebo dan panorama
alam yang indah. Begitupun dengan ketersediaan sarana dan prasarana
disini untuk kegiatan berenang itu disediakan ban karet dan lain
sebagainya. Sebagai pengelola memang kami bertanggung jawab atas
tempat ini, apa lagi rimbunnya pepohonan menuntut kami untuk lebih
bekerja keras dalam membersihkan dedaunan yang jatuh. Semua itu
memang harus di maksimalkan dalam mendukung kegiatan wisata.”
(Wawancara dengan AR 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan sebagai pelaku wisata pengelola

wisata permandian Eremerasa dalam meningkatkan kunjungan wisata

senantiasa memperhatikan kualitas objek wisata yang dapat memenuhi

kebutuhan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata.

Pariwisata kerakyatan apabila masyarakat diperankan. Artinya,

partisipasi masyarakat diperlukan baik pada saat merencanakan,

melaksanakan, pengawasan, maupun pada saat mendapatkan manfaat dari

kegiatan pariwisata,

Kehadiran industry pariwisata bagi masyarakat yang berada dilokasi

objek wisata meupakan salah satu pelaku wisata yang dapat memberikan

keuntungan secara ekonomis bagi masyarakat. Hal tersebut melalui kegiatan

UMKM yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut kunjungan

wisatawan.

“Pekerjaannya suami ku disini berkebun, tidak seberapa ji


penghasilannya. Selama ada ini permandian Eremerasa bisa ka bantu
penghasilannya suamiku dengan jual makanan, kopi dan cemilan di
63

permandian. Banyak terus pengunjungnya disini permandian, tapi


selama Covid terasa sekali karena langsung menurun drastis orang
datang. Paling itu anak-anak disini ji.” (Wawancara dengan JM
26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan masyarakat

yang bermukim disekitar lokasi wisata meruapakan salah satu pelaku wisata

yang mendukung kegiatan wisatawan melaui kegiatan UMKM di lokasi

objek wisata. Masyarakat tersebut mengakui adanya penurunan jumlah

kunjungan wisatawan saat terjadi Covid-19.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait pelaku wisata

dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten

Bantaeng beberapa pelaku wisata yang terlibat dalam industry pariwisata

saling bekerjasama dalam menekan penyebaran Covid-19. Melalui Dinas

Pariwisata Kabupaten Bantaeng selama pandemic Covid-19 tidak menerima

wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Bantaeng dan menekankan

kepada wisatawan untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan di

lokasi objek wisata. Era pandemi Covid-19 dimanfaatkan oleh pengelola

dalam memperbaiki infrastruktur di lokasi objek wisata karena kurangnya

kunjungan wisatwan. Hal tersebut berefek kepada masyarakat yang

mengalami penurunan pendapatan secara ekonomi selama pandemic Covid-

19 berlangsung.

2. Atraksi

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting

dalam dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat
64

menyukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya

bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan.

Pemanfaatan teknologi dalam pemasaran pariwisata merupakan upaya

yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bantaeng. Melalui website resmi

dinas kebudayaan dan pariwisata di ekpose keseluruhan objek wisata beserta

atraksi yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.

“Sekarang ini pemerintah memang giat melakukan promosi wisata


melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dimana didalamnya
menawarkan bermacam atrkasi untuk wisatawan. Seperti permandian
Eremerasa itu sebenarnya merupakan wisata alam, karena suasananya
yang sejuk dan dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk
menghilangkan kepenatan dalam menjalankan rutinitasnya. Tapi
disana ada bermacam atraksi yang ditawarkan seperti kolam berenang
yang airnya berasal dari mata air langsung, ada wisata kuliner, ada
gazebo untuk beristirahat dan beberapa spot foto untuk anak-anak
muda. Dan memang potensi sumber daya alam yang ada itu harus
dimanfaatkan dengan baik karena secara tidak langsung dapat menjadi
atraksi wisata.” (Wawancara dengan ZA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan atraksi wisata

merupakan salah satu fokus pemerintah dalam memasarkan objek wisata

yang ada, dukungan keindahan sumber daya alam dikelola dengan baik oleh

pemerintah agar menjadikan objek wisata tersebut sebagai tujuan

wisatawan.

Teknologi informasi saat ini telah merambah ke berbagai bidang,

salah satunya informasi pariwisata. Sistem ini mampu menyimpan,

mengambil, mengubah, mengolah dan mengkomunikasikan informasi yang

akan diterima masyarakat, dimana perkembangan teknologi informasi dapat

mempengaruhi perubahan besar dalam berbagai bidang.


65

Salah satu fokus dinas parawisata Kabupaten Bantaeng dalam

mendorong industry pariwisata adalah menciptakan sistem informasi

geografi dalam menunjang kegiatan wisata. Selama pandemic Covid-19

berlangsung pemerintah berfokus dalam penyediaan sistem informasi

geografi untuk lebih memudahkan wisatawan dalam memperoleh informasi

wisata.

“Salah satu daya tarik pariwisata adalah ketersediaan lokasi objek


wisata yang dibuat dalam bentuk data dan dapat diakses oleh
wisatawan. Karena sekarang dalam kondisi pandemi pemerintah
sedang fokus pendalaman penggunaan aplikasi ini, dengan adanya
informasi lokasi para wisatawan juga dapat dengan sendirinya
menemukan akses. Kan biasanya wisatawan itu kesulitan akses
sehingga memang harus di lengkapi sistem informasi seperti itu.”
(Wawancara dengan SA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kegiatan wisata

yang terhenti saat pandemi Covid-19 di manfaatkan oleh dinas kebudayaan

dan pariwisata Kabupaten Bantaeng dalam membentuk aplikasi sistem

informasi yang merupakan petunjuk akses menuju lokasi wisata.

Suatu kawasan dapat dikembangkan untuk tujuan wisata karena

terdapat atraksi yang merupakan komponen dari suplai. Atraksi merupakan

alasan yang paling kuat untuk seseorang melakukan perjalanan wisata,

bentuknya dapat berupa ekosistem, tanaman langka, landmark, atau satwa.

Ataksi dapat terdapat di daerah pedesaan dan perkotaan. Daerah pedesaan

menyajikan atraksi yang lebih bersifat alami, sedangkan perkotaan

menyediakan atraksi yang lebih berupa budaya dan hasilnya.

Daya tarik wisata merupakan salah satu indikator awal dalam

meningkatkan industry pariwisata di Kabupaten Bantaeng. Untuk mencapai


66

hal tersebut tentu dibutuhkan tata kelola yang baik untuk meningkatkan

atraksi wisata. Hal tersebut disadari oleh pihak pengelola dengan senantiasa

selalu berfikir inovatif dalam upayanya mengembangkan atraksi wisata di

permandian Eremerasa.

“Wisatawan pertama kali yang dilihat dari suatu objek wisatanya


adalah atraksinya itu, daya tariknya. Masing-masing objek wisata itu
mempunyai ketertarikan sendiri, atau ciri khas dari sebuah objek
wisata. Kalau di Eremerasa ini daya tariknya dia adalah sebuah lokasi
permandian yang berada di tengah hamparan alam yang indah dan
begitu sejuk. Air kolam itu sendiri berasal dari mata air yang berada
disini, jadi pengunjung dapat merasakan air yang begitu sejuk. Nah ini
yang kemudian kami terus kembangkan bagaimana menciptakan
atraksi yang lain, seperti spot foto itu atraksi baru yang ada disini.
Yang terpenting adalah menciptakan kenyamanan, keamanan bagi
pengunjung sebenarnya.” (Wawancara dengan AR 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa atraksi

wisata menjadi ciri khas dari suatu objek wisata. Dari potensi sumber daya

alam yang ada di permandian Eremerasa membentuk kreativitas pengelola

dalam menciptakan atraksi baru yang dapat di jadikan sebagai daya tarik di

objek wisata permandian Eremerasa.

Fasilitas merupakan unsur pendukung dalam daya tarik wisata yang

menjadi awal penilaian wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata,

suatu objek wisata akan dilihat baik tidaknya dilihat dari fasilitas yang

tersedia untuk menunjang kebutuhan wisatawan selama berada di kawasan

wisata tersebut. Fasilitas tidak hanya berperan sebagai penilaian wisatawan

untuk berkunjung tetapi mendukung suatu objek wisata terlihat menarik.

Salah satu ketertarikan wisatawan dalam mengunjungi objek wisata

permandian Eremerasa karena banyaknya kegiatan yang dapat dilakukan.


67

Semua yang berkaitan dengan kebutuhan wisatawan telah tersedia di objek

wisata tersebut. Tidak heran permandian Eremerasa merupakan salah satu

objek wisata di Kabupaten Bantaeng yang diminati oleh wisatawan.

“Ini permandian tempat andalan bagi kami sekeluarga untuk


menikmati akhir pekan. Tempatnya bagus bersih, sejuk, dan banyak
aneka jenis makanan yang merupakan andalan memang bagi keluarga
saya. Banyak kegiatan bisa dilakukan disini, biasa saya juga
mengadakan pertemuan tertutup disini dengan memanfaatkan gazebo,
kalau anak-anak yah mandi di kolam, setelah itu bisa jajan makanan
yang disediakan. Kalau saya mau ki berwisata alam disini mi
tempatnya.” (Wawancara dengan IJ 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan permandian

Eremerasa menyediakan segala aktivitas yang di butuhkan bagi wisatawan

dalam kegiatan berwisata. Kondisi tersebut menjadikan objek wisata ini

sebagai tempat tujuan wisata.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapanagn terkait atraksi dalam

Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng

dimana salah satu objek wisata yaitu permandian Eremerasa merupakan

salah satu kawasan objek wisata alam yang menyediakan beberapa atraksi

seperti kolam berenang, gazebo, wisata kuliner, spot foto, dan pemandangan

alam serta udaranya yang sejuk. Untuk mempromosikan objek wisata yang

ada pemerintah daerah melalui dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Bantaeng memanfaatkan penggunaan teknologi informasi melalui media

sosial pemerintah. Selain itu di tengah pandemic Covid-19 pemerintah

mencoba untuk membentuk aplikasi informasi geografi yang berupa peta

tematik yang dapat dijadikan sumber informasi bagi wisatawan dalam

melihat akses menuju lokasi objek wisata.


68

3. Transportasi

Transportasi merupakan salah satu fasilitas bagi suatu daerah untuk

maju dan berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesibilitas

atau hubungan suatu daerah tujuan wisata. Keberadaan sarana dan prasarana

transportasi tidak dapat terpisahkan dalam suatu pembangunan.

Kelangsungan proses produksi yang efisien, investasi dan perkembangan

tekhnologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung oleh sistem

transportasi yang baik.

Sarana perjalanan bagi wisatawan merupakan standar yang sangat

diperhatikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng.

Dimana salah satunya adalah menyediakan kendaraan yang dapat dijadikan

akses oleh wisatawan dalam berkunjung kelokasi objek wisata yang ada.

Jika di beberapa tempat wisata yang ada Indonesia kegiatan perjalanan

wisata di fasilitasi oleh sebuah biro atau badan swasta. Berbeda halnya di

Kabupaten Bantaeng yang semua pengelolaannya melibatkan unsur

pemerintah daerah.

“Jadi di Bantaeng ini ada mobil pariwisatanya, dimana mobil tersebut


dapat menjangkau semua objek wisata di Kabupaten Bantaeng.
Biasanya yang menggunakan fasilitas kendaraan itu tamu-tamu daerah
yang berasal dari luar Bantaeng, kendaraan ini kemudian
dimanfaatkan untuk membawa rombongan. Seperti kemarin ada
kegiatan study banding dari Malang untuk mempelajari tata kelola
wisata, jadi kami ajak berkeliling dengan menggunakan mobil
pariwisata itu.” (Wawancara dengan ZA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan ketersediaan

fasilitas transportasi diperuntukan bagi wisatawan yang berkunjung kelokasi

Objek wisata di Kabupaten Bantaeng. Dimana transportasi yang tersedia


69

dapat mengkases seluruh objek wisata yang ada. Sebagaimana objek wisata

pada umumnya sebuah tempat wisata tidak hanya menjadi sarana tempat

liburan saja, namun juga dimanfaatkan untuk kegiatan study banding bagi

daerah lain yang juga ingin memperlajari tata kelola pariwisata.

Pengembangan pariwisata di Indonesia saat ini membutuhkan moda

transportasi yang dapat terus menunjang kegiatan-kegiatannya. Kebutuhan

ini menjadikan transportasi sebagai urat nadi aktivitas pariwisata. Kemajuan

fasilitas transportasi mendorong kemajuan kepariwisataan dan sebaliknya

ekspansi yang terjadi dalam industry pariwisata dapat menciptakan

permintaan akan transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan.

Dalam meningkatkan kegiatan wisata bagi pengunjung hal utama yang

diperhatikan oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng

adalah meningkatkan kualias akses wisatawan menuju lokasi objek wisata.

Salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan dalam berkunjung pada objek

wisata Kabupaten Bantaeng dikarenakan seluruh akses dapat ditempuh

dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan berbagai jenis

ukuran.

“Paling utama itu dalam perbaikan objek wisata yang perlu


diperhatikan adalah kondisi jalanannya. Biasanya itu masyarakat tidak
mau berkunjung karena jalanan yang jelek sehingga menyulitkan
akses mereka dalam berwisata. Itu semua yang kemudian di
perhatikan bagaimana membangun infrastruktur jalan yang bagus,
sehingga dapat diakses oleh semua jenis kendaraan. Bisa kita lihat
sendiri di Bantaeng ini terlebih objek wisata yang ada di tengah kota,
yang memang merupakan icon dari Bantaeng.” (Wawancara dengan
SA 22/06/2021).
70

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan dalam

mendukung kegiatan berwisata bagi pengunjung di Kabupaten Bantaeng hal

utama yang menjadi dasar dari pembangunan objek wisata adalah

peningkatan kualitas struktur jalan yang menjadi akses transportasi bagi

masyarakat dalam melakukan kegiatan wisata.

Fungsi utama transportasi sangat erat hubungannya dengan

accessibility, maksudnya frekuensi penggunanya dan kecepatan yang

dimilikinya dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-oah menjadi lebih

dekat. Hal ini dapat memudahkan wisatawan untuk mengunjungi suatu

daerah tertentu, seperti misalnya daerah tujuan wisata.

Ketersediaan Bus pariwisata di Kabupaten Bantaeng menjadi sarana

yang dapat dijadikan oleh wisatawan sebagai kendaraan operasional dalam

melakukan kunjungan ke objek wisata Eremerasa. Lokasi objek wisata yang

hanya berjarak 12 KM dari pusat kota Bantaeng menjadikan Bus Pariwisata

dapat di manfaatkan untuk kegiatan berwisata.

“Biasanya pengunjung yang rombonga itu menggunakan bus


pariwisata milik pemkab Bantaeng. Karena memang kendaraan itu
disediakan oleh pemerintah ketika ada kunjungan baik wisata alam,
wisata pantai atau wisata budaya. Dibeberapa kesempatan seperti
kunjungan mahasiswa disini itu menggunakan bus pariwisata.
Memang di Bantaeng ini fasilitas untuk keperluan wisata itu sudah
dilengkapi dengan baik oleh pemkab.” (Wawancara dengan AR
26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa

pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam upayanya memajukan industry

pariwisata senantiasa memperhatikan fasilitas pelayanan kepada wisatawan


71

termasuk dalam penyediaan trasnportasi yang berbentuk kendaraan bis

untuk memfasilitasi pengunjung dalam jumlah yang cukup banyak.

Wisatawan masuk pertama kali harus sudah diberikan sistem yang

baik sehingga dapat menjadi daerah tujuan yang menjadi kepercayaan

wisatawan, disini manajemen penerimaan sangat penting. Transportasi yang

menjadi alat pembawa wisatawan masuk ke dalam suatu daerah tujuan

wisata harus memiliki manajemen yang baik pula dengan daerah tujuan

wisata.

Kebanyakan pengunjung menggunakan kendaraan sendiri dalam

melakukan kunjungan wisata di permandian Eremerasa. Ketersediaan

fasilitas parkir dan kebebasan pengunjung lebih terjamin dengan

menggunakan kendaraan pribadi dari pada transportasi umum yang telah di

sediakan pemerintah.

“Kalau saya pribadi dan banyak ji juga pengunjung itu menggunakan


kendaraan pribadi. Biasa itu rombongan tertentu yang pake bis
pariwisata. Apa lagi disini permandian Eremerasa ada ji fasilitas
parkirnya dan aman juga karena ada pihak keamanan wisata. Lebih
enak kalau pake kendaraan pribadi bisa ki atur waktu ta, kan kalau
pake kendaraan seperti bus pariwisata biasa masih mau ki mandi
pulang mi orang. Begitu ji dek menurut ku.” (Wawancara dengan ZM
26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan ketersediaan

lahan parkir dengan kondisi keamanan kendaraan yang terjamin membuat

pengunjung lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Dimana

memang kondisi infrastruktur jalan juga sangat nyaman dilalui oleh

kendaraan wisatawan.
72

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait transportasi

dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19 Kabupaten

Bantaeng dapat dilihat dimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah

menyediakan kendaraan operasional yang berbentuk bus pariwisata.

Kendaraan tersebut biasa dimanfaatkan oleh rombongan yang ingin

melakukan kegiatan wisata sembari study banding dengan memperlajari tata

kelola wisata di Kabupaten Bantaeng.

4. Sarana Penunjang Wisata

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling terdampak

era pandemi covid-19. Sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala

besar di beberapa daerah dengan berbagai variasinya, menyebabkan

pergerakan masyarakat dari satu kota ke kota lainnya terbatasi. Hal ini

dibarengi dengan himbauan pemerintah untuk sementara tinggal di rumah

saja untuk mencegah penyebaran penyakit covid 19, sehingga jumlah

wisatawan menurun bahkan hampir tidak ada.

Para pelaku industri pariwisata di Kabupaten Bantaeng menjalankan

pemeriksaan kesehatan dan sertifikasi kesehatan bagi para pekerja di sektor

pariwisata. Hal ini perlu dilakukan agar pekerja pariwisata bebas dari covid-

19 sehingga wisatawan aman untuk datang dan berkunjung. Mereka juga

perlu menerapkan praktik baru untuk akomodasi makanan dan minuman

bagi keamanan serta kesehatan para pengunjung, seperti penggunaan wadah

makanan atau piring sekali pakai.

“Kegiatan wisata di tengah pandemic Covid-19 memang sempat


terhenti, namun untuk sekarang telah kembali berjalan dengan
73

penerapan standar prokes Covid-19 yang tepat. Bagi seluruh pengelola


yang ada pemerintah telah memfasilitasi swab dan juga vaksin untuk
menjamin kesehatan bagi pengelola. Untuk di tempat wisata sendiri
kami mengharuskan bagi pelaku UMKM dalam menjual makanan
harus menggunakan tempat sekali pakai. Hal ini dilakukan untuk
memutus penyebaran Covid-19 di kawasan objek wisata Kabupaten
Bantaeng.” (Wawancara dengan ZA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan seluruh pekerja

yang terlibat dalam pengelolaan pariwisata telah terjamin kesehatannya

melalui pemeriksaan Covid-19. Kebersihan dilokasi objek wisata juga

menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah agar dapat mencegah

penyabaran virus Covid-19.

Menghidupkan kembali sektor pariwisata ini bukan berarti tanpa

persiapan yang matang. Menurut WHO, negara/ wilayah yang akan

menerapkan kelaziman baru (new normal) paling tidak memenuhi beberapa

persayaratan. Seperti negara yang akan menerapkan konsep new normal

harus memiliki bukti bahwa penularan Covid-19 di wilayahnya telah bisa

dikendalikan.

Dinas Pariwisata optimistis objek wisata di Bantaeng dapat segera

dibuka walaupun masih sebatas dalam tahap uji coba. Hasil evaluasi

simulasi pembukaan destinasi wisata telah dilakukan. Evaluasi tidak hanya

dilakukan di internal Pemerintah Kabupaten, namun Dinas Pariwisata

Kabupaten Bantaeng juga terlibat dalam evaluasi tersebut. Simulasi tersebut

berjalan dengan baik, sehingga tahapan uji coba dapat dilanjutkan. Hal yang

perlu diperhatikan yaitu penambahan fasilitas untuk cuci tangan, hingga

kesiapan petugas di pos pintu masuk.


74

“Pada saat penyebaran informasi bahwa kegiaatan wisata dapat


berjalan kembali masih banyak masyarakat di sekitar permandian
Eremerasa yang takut dengan penyebaran Covid-19 sehingga kita
melakukan tahap uji coba dan dilakukan evaluasi alhamdulilah
berjalan dengan baik. Untuk itu di lokasi objek wisata di sediakan
fasilitas cuci tangan, penyediaan masker, penyemprotan disenvektan,
sampai alat pengukur suhu disiapkan oleh petugas yang berada di
kawasan objek wisata.” (Wawancara dengan SA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa dalam

rangka menjamin keberlangsungan kegiatan pariwisata di Kabupaten

Bantaeng pemerintah daerah telah menyediakan beberapa fasilitas

pendukung dalam memutus penyebaran Covid-19 di lokasi objek wisata.

Pembangunan infrastruktur pariwisata harus didesain secara terpadu

baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih,

pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk. Master plan

dan tata ruangnya harus terprogram dengan baik. Infrastruktur pariwisata

yang bagus akan mendorong sumber-sumber pertumbuhan baru dan

mengungkit pertumbuhan ekonomi wilayah.

Pengelola permandian Eremerasa diajak memanfaatkan momentum

penutupan kawasan wisata akibat pandemi covid-19 untuk mengevaluasi

dan menata ulang tempat wisatanya, sehingga menghadirkan kesan yang

lebih baik bagi wisatawan termasuk mulai menerapkan pariwisata

berkelanjutan. Seluruh pengelola menekankan protokol kesehatan,

kebersihan, keselamatan, dan keamanan di sisi pekerja maupun wisatawan.

Terdapat Satgas covid-19 khusus sektor pariwasata yang dapat bersinergi

dengan Satgas covid-19 dari pemerintah guna mengantisipasi hal tersebut.

Para pelaku industri pariwisata sesegera mungkin menjalankan protokol


75

terkait kesehatan, agar mereka dapat beradaptasi dalam kondisi new normal

yang timbul dari pandemi covid-19.

“Dari pihak pengelola bersama pemerintah melakukan evaluasi


pelaksanaan kegiatan wisata pasca Covid-19 dengan menerapkan
protokol kesehatan. Disini para pengelola juga merangkap sebagai
satgas Covid-19 dengan memperhatikan pengunjung yang keluar
masuk di Eremerasa. Menyediakan alat pengukur suhu, hand sanitizer,
dan masker itu kami lakukan dalam rangka menjalankan kegiatan
wisata. Karena kasian juga utamanya bagi para pelaku UMKM disini
jika objek wisata ditutup tidak ada pemasukan bagi mereka.”
(Wawancara dengan AR 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan pelaksanaan

kegiatan wisata dapat dilakukan di permandian Eremerasa dengan

mengedepankan standar protokol kesehatan. Program tersebut dijalankan

dengan pemenuhan fasilitas pendukung seperti sarana dan prasarana yang

digunakan dalam penerapan prokes.

Ketika pandemi Covid teratasi dengan jumlah penderita yang terus

menurun, animo orang untuk berwisata akan membeludak. Orang sudah

jenuh dan lelah berbulan-bulan tersandera Covid dan tidak leluasa

bepergian. Dengan modal yang ada daerah optimistis mampu menjaring

wisatawan dan menambah pendapatan daeah. Namun, berbagai daya tarik

tersebut perlu disinergikan dengan berbagai strategi.

Sarana menjadi salah satu indikator terlaksananya sebuah kegiatan

wisata. Kabupaten Bantaeng sama denga daerah-daerah yang ada di

Indonesia dimana sedang dilanda Covid-19. Kondisi tersebut memaksa

masyarakat untuk kemudian menerima kondisi era baru yang merupakan

dasar kebijakan pemerintah termasuk dalam kegiatan pariwisata.


76

“Tentu ada yang berebeda dalam pelaksanaan kegiatan wisata bagi


masyarakat di tengah Covid-19. Sekarang masalah Corona ini
mempengaruhi semua sendi-sendi kehidupan, kalau mau terus kita
tinggal dirumah tidak ada yang jadi. Kita ini masyarakat hanya
mengkondisikan dengan kebijakan pemerintah karena semua demi
kebaikan bersama.” (Wawancara dengan KM 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan masyarakat

mencoba beradaptasi dengan program yang dilaksanakan pemerintah dalam

upayanya menekan angka penyebaran Covid-19. Hal tersebut menjadikan

masyarakat mencoba untuk memahami dan ikut mendukung kegiatan

pemerintah.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait sarana

penunjang wisata dalam Pengelolaan Pariwisata Di Era Pandemi Covid-19

Kabupaten Bantaeng dimana pemerintah bersama pengelola menerapkan

standar protokol kesehatan Covid-19 dengan melakukan pemeriksaan

terhadap semua pelaku wisata. Penerapan prokes di lokasi wisata juga

dilakukan dengan penyediaan alat pengukur suhu, masker dan

penyemprotan disenvektan dilakukan, termasuk kegiatan jual beli di lokasi

wisata semua di perhatikan. Kegiatan ini tidak terlepas untuk menjaga

keberlangsungan kegiatan wisata di tengah Covid-19.

C. Faktor Yang Melatarbelakangi Pemerintah Kabupaten Bantaeng

Dalam Penerapan Smart Tourism

Dalam pengaplikasian Smart Tourism dibeberapa daerah memiliki

tujuan seperti untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan

(mobilitas), mempermudah dalam mengakses informasi, dan memudahkan

mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata serta untuk


77

mewujudkan kawasan pariwisata tingkat dunia yang mempuyai keunggulan

kompetitif yang tidak kalah dengan kawasan pariwisata di negara-negara

lain.

Kabupaten Bantaeng merupakan Kabupaten yang memiliki potensi

sumber daya alam yang berlimpah, keanekaragaman hayati dan peninggalan

sejarah/budaya. Berlimpahnya sumber daya alam yang ada dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi ketika sumber daya tersebut dapat di

kelola dengan baik sesuai dengan apa yang paling diminati masyarakat

sehingga pemanfaatan sumber daya alam tersebut tidak akan menghabiskan

waktu ataupun materi akibat ketidakberhasilan dalam mengelola suatu

sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Dengan upaya pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam meningkatkan

pendapatan daerah melalui industry pariwisata tentu membutuhkan tata

kelola yang baik sehingga dapat menarik kunjungan wisatawan. Sehingga

beberapa faktor dapat menjadikan keberhasilan dan hambatan dari proses

pembangunan objek wisata. Untuk itu berdasarkan hasil penelitian penulis

dapat dilihat faktor-faktor yang melatarbelakangi tata kelola pariwisata di

Kabupaten Bantaeng.

a. Faktor pendukung

Kesuksesan Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bantaeng

tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pengelolaan

wisata. Faktor tersebut menjadi sebuah potensi yang dilihat oleh pemerintah

daerah dalam menentukan arah pembangunan pariwiata seperti:


78

1. Panorama Alam

Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam yang

begitu mempesona sehingga memiliki daya tarik sendiri bagi negara lain

untuk mengunjungi Indonesia. Ditambah lagi negara Indonesia memiliki

daerah-daerah yang dianugrahi tempat-tempat wisata yang beraneka ragam

keindahannya, tersebar dari Sabang sampai Merauke yang tentunya

memiliki keunikan tersendiri.

Lokasi objek wisata permandian Eremerasa terletak di daerah

pegunungan Desa Kampala yang berjarak sekitar 12 KM dari pusat Kota

Bantaeng. Kondisi alam yang sangat sejuk dengan berbagai pepohonan yang

telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun menjadi salah satu daya tarik

bagi wisatawan dalam berkunjung kelokasi objek wisata tersebut.

“Eremerasa itu salah satu objek wisata andalan yang ada di Kabupaten
Bantaeng. Pada dasarnya tema wisata disana itu permandian namun
lokasinya berada di dalam hutan sehingga suasananya sangat sejuk.
Selain itu air kolamnya berasal dari air mata pegunungan langsung
makanya sangat dingin. Pohon yang rimbun itu sendiri berfungsi
mencegah cahaya matahari langsung jadi sangat teduh. Potensi
sumber daya alam ini yang kemudian dikelola dengan baik untuk
membuat objek wisata.” (Wawancara dengan ZA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan lokasi

permandian Eremerasa yang berada diantara pohon-pohon tinggi

menjadikan kondisi udara di objek wisata ini sangat sejuk sehingga

memberikan kesan nyaman bagi wisatawan dalam berkunjung.

Kekayaan sumber daya alam suatu daerah yang memiliki

keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal

penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan


79

masyarakat. Salah satu alternative kebijakan yang dapat ditempuh untuk

mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan industri

pariwisata sebagai penggerak perekonomian daerah.

Keaslian obyek dan atraksi permandian Eremerasa yang ditawarkan

tetap harus dipertahankan dan dilestarikan. Di samping keaslian yang tetap

dipertahankan juga perlu dipikirkan variasi obyek dan atraksi yang hendak

dijual, agar tidak terkesan monoton. Disinilah pentingnya diversifikasi

produk. Diversifikasi produk akan meningkatkan kunjungan wisatawan,

lama tinggal dan besarnya pengeluaran.

“Keindahan alam Eremerasa ini harus dipertahankan dan dilestarikan,


jangan sampai karena ingin menambah fasilitas justru merusak
keaslian alam disini. Kalau kita liat banyak objek wisata permandian
yang ada di Bantaeng ini, salah satu ketertarikan wisatawan
berkunjung karena kondisi alam yang masih sangat segar. Disinilah
kemudian menimbulkan kesan yang nyaman ketika melakukan
kegiatan wisata.” (Wawancara dengan KM 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan keindahan alam

yang ditawarkan oleh objek wisata permandian Eremerasa harus di jaga dan

dilestarikan sebagai atraksi yang bersifat alami. Hal tersebut kemudian

menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.

2. Ketersediaan infrastruktur

Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang

terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan

sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani wisatawan.

Kegiatan dan pengembangan pariwisata mencakup segi-segi kehidupan

dalam masyarakat, mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata,


80

makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan, dan lain-lain. Usaha ini

untuk mendorong dan meningkatkan arus kunjungan wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga memungkinkan

perekonomian dalam negeri semakin maju dan berkembang.

Pengelolaan objek wisata permandian Eremerasa yang ditopang

infrastruktur menjadi salah satu indikator yang menjadi pehatian

pemerintah. Selain menyediakan beberapa atraksi bagi para pengunjung

pembangunan infrastruktur juga memberikan keamanan bagi wisatawan.

Dalam pengelolaannya pengembangan dan renovasi infrastruktur hal yang

seantiasa di perhatikan oleh dinas Kebudayaan dan pariwisata.

“Keseluruhan objek wisata yang ada di Kabupaten Bantaeng ini selalu


memperhatikan kualitas bangunannya. Termasuk permandian
Eremerasa. Ketersediaan beberapa fasilitas yang ada dengan kualitas
yang baik memberikan kesan nyaman dan akses yang baik bagi
pengunjung. Misalnya ada kondisi bangunan yang mulai using atau
rapuh itu langsung di renovasi. Hal tersebut memang senantiasa
diperhatikan untuk memberikan keamanan bagi wisatawan.”
(Wawancara dengan SA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan perhatian

pemerintah terhadap kualitas bangunan yang ada pada objek wisata

permandian Eremerasa untuk menciptakan keamanan bagi wisatawan.

Kualitas bangunan juga telah dikondisikan dengan kebutuhan wisawatan.

Upaya pemerintah mengembangkan destinasi wisata perlu dibarengi

pula dengan adanya jaminan keamanan yang prima bagi para wisatawan.

Pasalnya, keamanan menjadi salah satu elemen paling krusial dalam

pembangunan dan pengembangan pariwisata. Potensi pariwisata yang


81

daerah miliki tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung oleh aspek

keamanan yang memadai.

Kondisi infrastruktur di kawasan permandian air terjun Bantimurung

menjamin keamanan bagi wisatawan. Kondisi bangunan yang ada selalu

mendapatkan pengecekan setiap seminggu satu kali. Kemanan dan

kenyamanan pengunjung memang menjadi prioritas utama bagi pihak

pengelola dengan demikian perlu kondisi infrastruktur yang baik.

“Kondisi bangunan yang ada disini itu selalu di cek perminggu, kalau
sudah ada yang rusak di ganti. Kebersihannya juga selalu dijaga,
untuk kegiatan pemeliharaan bangunan itu dilakukan melalui
pendapatan dari retribusi wisata kepada pengunjung. Hal yang paling
banyak rutin untuk di renovasi itu gazebo kebanyakan. Termasuk
mengecek kondisi tempat yang licin dan dapat menimbulkan bahaya
bagi pengunjung.” (Wawancara dengan AR 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kegiatan

pemeliharaan lokasi objek wisata bertujuan dalam memberikan keamanan

dan kenyamanan bagi wisatawan pada saat berkunjung. Pemeliharaan

tersebut meliputi perbaikan bangunan dan menjaga kondisi objek wisata

tetap bersih. Pengecekan rutin yang dilakukan menunjukkan bahwa kualitas

wisata di Eremerasa masuk kategori yang cukup baik.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait faktor

pendukung dalam pengelolaan pariwisata di Kabupaten Bantaeng di lokasi

permandian Eremerasa dapat dilihat dari panorama alam dimana rimbunnya

pohon menjadikan objek wisata ini selain menawarkan keindahan juga

memberikan suasana yang sejuk karena letaknya yang dikelilingi oleh

pohon-pohon besar. Hal tersebut juga didukung dengan penyediaan


82

infrastruktur yang menambah daya tarik wisata. Dimana seluruh bangunan

yang ada senantiasa mendapat perhatian dan pemeliharaan dari pengelola

untuk menciptakan kondisi berwisata yang aman dan nyaman.

b. Faktor Penghambat

Secara keseluruhan kegiatan pengelolaan di Kabupaten Bantaeng telah

berjalan maksimal. Namun seperti kondisi wisata di daerah lain pada

umumnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tetap mengalami beberapa

kendala dalam rangka menciptakan Kabupaten Bantaeng sevagai daerah

tujuan wisata. Sebagai salah satu contoh permandian Eremerasa dimana

kendala dalam pengelolaannya adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya Biaya

Setiap Kabupaten memiliki penyelenggaraan kepariwisataan yang

merupakan perangkat yang sangat penting untuk memajukan pembangunan

daerah dalam otonomi daerah sekarang ini. Artinya bahwa bidang pariwisata

mempunyai peran yang sangat penting dan strategis bagi pengembangan

suatu daerah yang bisa memberikan kontribusi bagi pendapaan asli daerah

(PAD). Pengembangan bidang parwisata merupakan suatu hal yang sangat

perlu dilakukan oleh pemerintah daerah, mengingat banyak sekali

keuntungan atau manfaat yang bisa diambil dari kegiatan pariwisata antara

lain dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan

mengembangkan pendapatan asli daerah. Namun dalam perkembangannya

rata-rata pariwisata yang dikelola oleh pemerintah daerah jarang untuk

berkembang karena kurangnya anggaran dalam kegiatan pengelolaannya.


83

Pembangunan pariwisata di Kabupaten Bantaeng sebagai salah satu

kegiatan dalam meningkatkan perekonomian daerah belum berjalan terlalu

maksimal karena kurangnya anggaran dari APBD. Terlebih adanya

pandemic Covid-19 dimana kebanyakan anggaran di relokasikan untuk

pencegahan penyebaran Covid-19.

“Masih banyak rencana strategis yang belum dilaksanakan dalam


rangka pengelolaan wisata. Bisa dikatakan prospek pembangunan
pariwisata di Kabupaten Bantaeng ini belum terlalu maksimal karena
membutuhkan biaya yang sangat besar sementara kondisi keuangan
daerah belum mencukupi dalam pengembangan rencana strategis itu.
Dimasa Covid-19 semakin menambah sulitnya pengelolaan
pariwisata, kebanyakan yang dilakukan hanya perbaikan karena
kebanyakan anggaran dialokasikan untuk pencegahan Covid-19.”
(Wawancara dengan ZA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kondisi

pandemic Covid-19 yang melanda seluruh daerah di Indonesia termasuk

Bantaeng membutuhkan anggaran yang begitu besar dalam rangka

pencegahan penyebaran virus. Kondisi tersebut membuat anggaran yang

digunakan oleh pemerintah dalam membangun pariwisata menjadi terbatas.

Realisasi otonomi daerah dapat dilihat dari sumber pembiayaan

pemerintah daerah yang tergantung pada peran Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Sumber-sumber PAD tersebut terdiri antara lain retribusi daerah,

pajak daerah, serta hasil pengelolaan kekayaan daerah yang terpisah, dan

lain sebagainya. Maka dari itu, pemerintah daerah atau kota harus berupaya

untuk mengelola sumber-sumber PAD secara maksimal. Pemasukan yang

berasal dari sektor pariwisata menjadi tumpuan utama dan dimaksimalkan

oleh pemerintah daerah.


84

Asaz otonomi daerah melalui undang-undang no. 23 tahun 2014

menjadikan daerah harus mandiri dalam pegelolaan aset daerah. Termasuk

didalamnya pengelolaan pariwisata. Kabupaten Bantaeng yang mempunyai

masalah begitu kompleks menjadikan anggaran daerah lebih banyak

mengalir untuk kegiatan yang bersifat prioritas terlebih kegiatan pelayanan

publik. Sehingga pengelolaan pariwisata belum berjalan secara maksimal.

“Di Bantaeng ini banyak masalah yang harus diselesaikan oleh


pemerintah dengan membutuhkan anggaran yang besar. Untuk
pariwisata sendiri pemerintah lebih mengedepankan kerjasama dan
membuka peluang investor untuk berinfestasi. Ketersediaan anggaran
memang masih belum cukup untuk pembangunan wisata, masih
banyak yang perlu dibenahi. Termasuk pengelolaan teknologi
informasi untuk mendukung industry pariwisata di Bantaeng.”
(Wawancara dengan SA 22/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan kegiatan

pengelolaan pariwisata masih terhambat dengan kurangnya anggaran.

Pemerintah Kabupaten Bantaeng lebih banyak membuka peluang kerjasama

dan penanaman modal dari investor guna memberikan peningkatan

pengelolaan industry pariwisata.

2. Minimnya Informasi

Keterbatasan yang dimiliki oleh aparatur pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat termasuk informasi tentunya akan banyak melahirkan

tuntutan-tuntutan dari masyarakat sendiri. Tuntutan tersebut diajukan

kepada pemerintahan yang dimana aparatur pemerintahan memiliki hak

untuk mengatur segala masalah yang berkembang di masyarakat.

Informasi merupakan kebutuhan yang paling penting bagi wisatawan,

tidak hanya tentang daya tarik wisata namun juga jadwal beroperasinya
85

sebuah wisata. Penutupan objek wisata yang dilakukan oleh pengelola

Wisata Eremerasa akibat Covid-19 tidak dapat diakses oleh masyarakat

sehingga terjadi diskomunikasi.

“Pemerintah Kabupaten Bantaeng melalui himbauannya untuk


menutup semua kegiatan wisata ternyata tidak disebarluaskan.
Sehingga ada beberapa wisatawan yang datang bahkan dari luar
daerah Bantaeng. Tentu hal tersebut sangat disayangkan mengingat
biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung dalam perjalanan. Kedepan
diharapkan pemerintah selain bekerjasama dengan media online juga
memberikan informasi melalui website sehingga para wisatawan dapat
dengan mudah melihat apakah objek wisata itu terbuka atau tidak.”
(Wawancara dengan AR 26/06/2021).

Hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan minimnya

informasi yang diterima oleh wisatawan membuat pengunjung datang disaat

lokasi permandian Eremerasa sedang tidak beroperasi. Hal tersebut

membuat kekecewaan bagi pengunjung terlebih mereka berasal dari luar

daerah Bantaeng.

Objek wisata di Kabupaten Bantaeng menjadi sarana hiburan bagi

para wisatawan di akhir pekan dan hari libur. Banyak pengunjung masih

mengandalkan rambu-rambu penunjuk lokasi wisata. Hal tersebut membuat

para wisatawan senantiasa bertanya lokasi kemasyarakat umum. Adapun

pendekatan teknologi google maps tidak menunjukkan lokasi tepat seperti

yang tertera diaplikasi.

“Harus memang ada informasi lokasi wisata yang dapat diakses


masyarakat melalui smartphone selama ini para wisatawan hanya
mengandalkan papan penunjuk jalan, kemudian bertanya dengan
masyarakat. Ada ji google maps tapi sudah satu kali saya coba itu arah
lokasi wisata tidak tepat dengan penunjuk maps. Bahkan sekitar 5
kiloan jaraknya.” (Wawancara dengan ZM 26/06/2021).
86

Hasil wawancara dengan informasi dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan wisatawan akan informasi geografi yang bertujuan menunjukkan

akses menuju lokasi wisata. Hal tersebut untuk mempermudah wisatawan

dalam melakukan kunjungan wisata.

Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan terkait faktor

penghambat dalam pengelolaan pariwisata di Kabupaten Bantaeng dapat

dilihat dari dua indikator yaitu kurangnya biaya dimana terhambatnya

pengelolaan pariwisata di Kabupaten Bantaeng karena masih minimgnya

anggaran APBD terlebih pada saat terjadi Covid-19 semua anggaran

dialihkan untuk penanganan pandemi tersebut. Selanjutnya minimnya

informasi membuat beberapa wisatawan tidak mengetahui bahwa kegiatan

wisata di permandian Eremerasa di tutup akibat dari mengurangi

penyebaran Covid-19. Hal tersebut menimbulkan kerugian bagi wisatawan

karena sudah jauh berkunjung namun ternyata objek wisata sedang tidak

beroperasi.

D. Perbandingan penerapan Smart Tourism di Kabupaten Bantaeng dan

Kabupaten Pengandaran

Teknologi informasi dan komunikasi telah berubah secara global

khususnya dalam era industri 4.0. Kabupaten Pangandaran yang

memfokuskan perekonomiannya melalui industri pariwisata dan mencita-

citakan wilayahnya sebagai tujuan wisata kelas dunia perlu mempercepat

pengembangan pariwisatanya melalui pengembangan informasi dan

teknologi komunikasi dengan konsep smart tourism, untuk menginisiasi


87

peningkatan dengan kebutuhan untuk mengunjungi wisatawan. Maka

penelitian ini membahas tentang pemanfaatan potensi dan pengembangan

konsep pariwisata cerdas di Kabupaten Pangandaran dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi untuk mempercepat menjadi kelas

dunia tujuan turis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan kasus penelitian, dengan teknik analisis model

interaktif. Hasilnya menunjukkan bahwa Potensi smart tourism di

Kabupaten Pangandaran berbasis teknologi infrastruktur yang mendukung

situs web, media sosial, sistem rekomendasi, dan juga jumlah wisatawan

milenial. Sedangkan pengembangan konsep smart pariwisata dibagi menjadi

faktor permintaan dan penawaran dengan kolaborasi sedangkan pengelola

destinasi, dan pengembangan teknologi cerdas oleh mempertimbangkan Big

Data dan faktor pendukung untuk pemasaran digital yang efisien.

Persamaan dengan penerapan Konsep smart tourism di Kabupaten

Bantaeng salah satunya upaya pemerintah daerah yang memperbaiki tata

kelola wisata dengan dukungan informasi berbasis teknologi dengan

menggunakan jaringan internet. Dimana semua lokasi wisata baik di

Kabupaten Bantaeng dan Pengandaran dapat memberikan informasi terkait

wisata yang dapat menjadi daerah kunjungan wisatawan. Selain itu salah

satu kesamaan dari penelitian ini daya tarik wisata yang sama-sama

mengusung wisata alam.

Sementara perbedaannya sendiri terletak pada proses pelaksanaan tata

kelola wisata dengan pendekatan smart tourism dimana pemerintah


88

Kabupaten Pengandaran telah melakukan kerjasama dengan perusahaan

swasta dalam pengembangan aplikasi untuk penyebaran informasi

kepariwisataan termasuk dalam rangka membantu pemerintah dalam upaya

mempromosikan kegiatan wisata. Sementara di Kabupaten Bantaeng sendiri

pengelolaannya lebih berpusat kepada pemerintah daerah dengan anggaran

yang di benbankan kepada APBD. Proses menciptakan ruang informasi

kepariwisataanpun belum terlalu lengkap dan masih pada tahap proses

memenuhi kelengkapan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

penulis pada bab sebelumnya maka dapat di rumuskan kesimpulan terkait

judul penelitian Penerapan Smart Tourism Dalam Pengelolaan Pariwisata Di

Era Pandemi Covid-19 Kabupaten Bantaeng sebagai berikut:

1. Pelaku wisata dalam pengelolaan wisata permandian Eremerasa yang

terlibat dalam kegiatan penegelolaan wisata yang terdiri dari Dinas

Pariwisata pengambil kebijakan dalam merumuskan keberlangsungan

program wsiata di tengah Covid-19, pihak pengelola menjalankan

fungsi pemeliharaan lokasi wisata, masyarakat terlibat secara

partisipatif dalam meningkatkan perekonomian dan wisatawan yang

merupakan pengunjung.

2. Atraksi pada permandian Eremerasa menjadi daya tarik bagi

wisatawan dalam mengunjungi permandian Eremerasa baik yang

terbentuk secara alami dan buatan manusia yang meliputi kolam

berenang, gazebo, wisata kuliner, spot foto, dan pemandangan alam

serta udaranya yang sejuk.

3. Transportasi disini pemerintah Kabupaten Bantaeng telah menyiapkan

akses bagi wisatawan berupa kendaraan BUS pariwisata dalam

memudahkan perjalanan wisatawan.

89
90

4. Sarana penunjang wisata dimana pemerintah Kabupaten Bantaeng

dalam menjalankan kegiatan pariwisata di tengah Covid-19

menambahkan beberapa sarana dalam menerapkan protokol kesehatan

seperti hand zanitiser, tempat cuci tangan, penyemprotan disenfektan

dan mewajibkan pengunjung memakai masker.

5. Faktor pendukung prinsip pada pengelolaan wisata di permandian

Eremerasa di topang oleh panorama alam yang indah serta

ketersediaan infrastrukur yang merupakan daya tarik wisata.

6. Faktor penghambat dapat dilihat dari dua faktor kurangnya biaya

dalam melakukan pengelolaan dan minimnya informasi sehingga

kegaiatan promosi wisata tidak berjalan secara maksimal.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan maka penulis

mencoba merumuskan saran dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya pelatihan atau sosialisasi yang lebih luas mengenai

definisi, ruang lingkup, serta pentingnya memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi berbasis wisata.

2. Peningkatan kualitas dan skill pegawai dalam mengoperasikan atau

menjalankan program teknologi informasi melalui pelatihan dan

perekrutan tenaga ahli di bidang IT.

3. Perlunya penambahan pusat informasi wisata demi kemudahan bagi

wisatawan yang berkunjung kelokasi objek wisata Permandian


91

Eremerasa, karena ketersediaan informasi sangat mendukung

pengembangan dan pengelolaan pariwisata.


Daftar Pustaka

Afif, M., & Pigawati, B. (2015). Pengembangan Kawasan Vihara Buddhagaya


Watugong Sebagai Objek Wisata Di Kota Semarang. Jurnal Pengembangan
Vol 3. No 2. Hal 128-138

Al-Bakry, M. H. N. (2013). Strategi Pemasaran Objek Wisata Kebun Buah Di


Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Untuk Meningkatkan
Jumlah Kunjungan Wisatawan. Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah. Vol 7. No 1.
14-15

Ayu Kurniawati, K. R., Santosa, F. H., & Bahri, S. (2020). Sosialisasi Hidup
Sehat di Tengah Wabah Virus Corona. JPMB : Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Berkarakter. Vol 3. No 1, 58-65

Djausal, G. P., Larasati, A., & Muflihah, L. (2020). Strategi Pariwisata Ekologis
Dalam Tantangan Masa Pandemik Covid-19. Jurnal Perspektif Bisnis. Vol 3
No 1. Hal 57-61,

Erlina Ayu Ningrum. (2016). Studi Penerapan Good Governance Dalam


Pengelolaan Desa Wisata Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Kota
Pekanbaru Tahun 2012-2014. JOM FISIP. Vol. 3 No. 2. Page 1

Fachruddin, S. (2017). Pengantar Filsafat Ilmu Pariwisata. In Bandung: Alfabeta.

Farania, A., Hardiana, A., & Putri, R. A. (2017). Kesiapan Kota Surakarta Dalam
Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau Dari Aspek
Fasilitas Dan Sistem Pelayanan. Region: Jurnal Pembangunan Wilayah Dan
Perencanaan Partisipatif, Vol. 12, No. 1, Hal. 1-15.

Gunawan, A., Hamid, D., & P, M. (2016). Analisis Pengembangan Pariwisata


Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi pada Wisata Religi Gereja
Puhsarang Kediri). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya.
Vol 3. No 1. Hal 14

Hamzah, Y. I., (2013). Potensi Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Interaktif
Bagi Pariwisata Indonesia. Jurnal Kepariwisataan Indonesia. Vol 8. No 1.
Hal 3-9

Kiswantoro, A., Rohman, H., & Susanto, D. R. (2020). Penyaluran Alat


Pencegahan dan Sosialisasi Protokoler Kesehatan untuk Pelayanan
Kunjungan Wisatawan dalam Menghadapi New Normal Pasca Pandemi
Covid-19. Jurnal Abdimas Pariwisata. Vol 1. No 2, Hal 38-51

Kurniawati, R. (2013). Modul pariwisata berkelanjutan. Modul Pariwisata


Berkelanjutan. Vol 2. No 2. Hal. 7-21
Maulia, R. (2015). Wisata Budaya dalam Tradisi Tenun di Kecamatan Mempura
Kabupaten Siak. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Fakultas Sosial Dan Ilmu
Politik (FISIP). Vol 2. No 2. Page 1

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2020). Menparekraf Siapkan Protokol


New Normal untuk Tempat Wisata. CNN Indonesia.

Pratama, A. A. B. Y., & Bhaskara, G. I. (2019). Peranan Masyarakat Lokal Desa


Kukuh dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Alas Kedaton, Kabupaten
Tabanan. Jurnal Destinasi Pariwisata. Vol 8. No 1. Hal. 103-112

Pribadi, U., & Zaenuri, M. (2017). Penataan Kelembagaan dan Sumberdaya


Manusia Pengelola Wisata Volcano Merapi. BERDIKARI : Jurnal Inovasi
Dan Penerapan Ipteks. Vol 5. No 1. Hal. 31-38

Primadany, S. (2013). Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah (Studi


Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Daerah Kabupaten Nganjuk).
Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya. Vol 1, No 4.
Hal 12-18

Putsanra, D. V. (2020). Arti PSBB yang Dibuat untuk Cegah Penyebaran Corona
di Indonesia. In Tirto.id.

Setiawan, I. (2015). Potensi Destinasi Wisata Di Indonesia Menuju Kemandirian


Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For
Papers UNISBANK (SENDI_U).

Sidiq, A. J., & Resnawaty, R. (2017). Pengembangan Desa Wisata Berbasis


Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa
Barat. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 4 (1), 38-
44

Suardana, I., W. (2016). Analisis Kebijakan Pengembangan Pariwisata.


ResearchGate. Vol 1. No 1. Page 217

Trisnawati, A. E., Wahyono, H., & Wardoyo, C. (2018). Pengembangan Desa


Wisata dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal. Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan. Vol 3. No 1, Hal. 29-
33

Trisnoasih, T. M. (2019). Pemberdayaan Masyarakat: Kelompok Sadar Wisata


(Pokdarwis) sebagai Motor Penggerak Pariwisata di Daerah Tujuan Wisata
(DTW) Guci Kabupaten Tegal. Journal of Politic and Government Studies.
Vol 2. No 12. Page 14
Wahab, S. (2003). Manajemen kepariwisataan. 1. PARIWISATA, INDUSTRI -
MANAJEMEN,Manajemen Kepariwisataan. Jakarta:PT. Pradnya Paramita

Wahyuhana, R. T., & Sukmawati, A. M. (2019). Evaluasi Masterplan Kawasan


Baron Berdasarkan Aspek Fisik, Ekonomi, Dan Partisipasi Masyarakat Di
Kabupaten Gunungkidul. Plano Madani: Jurnal Perencanaan Wilayah Dan
Kota. Vol 8 No 2. Hal. 171-182
L
A
M
P
I
R
A
N
DOKUMENTASI

Wawancara dengan sala satu pengelolah Parawisata

Wawancara dengan sala satu Pegawai dinas Parawisata


Wawancara dengan sala satu Pengunjung bernama
Zulfikar Machmud

Wawancara dengan sala satu Masyarakat bernama Jumati


Lokasi wisata Permandian Erengmerasa

Pintu masuk wisata Permandian Erengmerasa


RIWAYAT HIDUP

Hasrul Nur biasa di panggil Hasrul Lahir di

Jenetallasa pada tanggal 10 Oktober 1995 Penulis

merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara dari pasangan

Muh. Nurdin dan Asma. Penulis menempuh pendidikan

dimulai dari SD Inpres tabolang tamat pada tahun 2007.

Selanjutnya di tahun 2007 penulis melanjutkan

pendidikan pada jenjang sekolah menengah pertama SMPN 3 Tompobulu selama

tiga tahun dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 lanjut pada jenjang

sekolah menengah Kejuruan yaitu di SMKN 1 Topoyo selama tiga tahun dan

tamat pada tahan 2013. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di jenjang

perguruan tinggi yaitu di Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan

Ilmu Pemerintahan. Penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir

skripsi ini.Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan

kontribusi positif bagi dunia pendidikan.Akhir kata penulis mengucapkan rasa

syukur yang sebesar-besarnya

Anda mungkin juga menyukai