Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN KEMUNDURAN KERAJAAN GUPTA

Dosen Pengampu: Muhammad Sadikin, M.Pd


Disusun oleh:
Kelompok 8

1. Debby Nirama Putri [132210040]


2. Anggi Anggraini [132210047]

Program Studi: Pendidikan Sejarah


Mata Kuliah: Sejarah Indonesia Masa Hindu-Budha

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalh yang berjudul “Perkembangan dan
Kemunduran Kerajaan Gupta”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Dengan adanya penulisan tentang ini diharapkan
bermanfaat untuk seluruh rekan-rekan sekalian. Kami menyadari tidak ada
manusia yang sempurna. Makalah ini masih banyak kekurangan serta masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dari para pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang, akhir
kata saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Pontianak, 12 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Gupta.......................................2

B. Raja-raja Kerajaan Gupta...................................................................2

C. Kehidupan Pada Masa Kerajaan Gupta..............................................10

D. Runtuhnya Kerajaan Gupta................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................12

A. Kesimpulan......................................................................................12

B. Saran.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerajaan Gupta adalah terletak di anak benua Asia yang lebih di kenal
dengan sebutan India merupakan wilayah yang secara geografis terletak di
Asia Selatan tepatnya di India Utara. Kerajaan Gupta merupakan kerajaan
yang bercorak Hindu-Budha. Kerajaan Gupta ini muncul sejak kerajaan
Kushana di India bagian Utara pecah dan bagaikan lenyap dari muka bumi,
karena tidak ada sumber yang bisa di ceritakan. Wilayah anak benua India
tersebut hingga awal abad VI SM, bagaikan muncul begitu saja dari balik
kabut atau memenangkan peperangan di antara kerajan yang berperang
selama dua abad tersebut, muncullah Chandragupta diatas penggung sejarah
dan membuat stabilitas di India Utara menjadi aman dan Kembali cemerlang
sekaligus memulai babak sejarah baru India.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang berdirinya kerajaan Gupta?
2. Siapa saja raja yang berkuasa di kerajaan Gupta?
3. Bagaimana kehidupan pada masa kerajaan Gupta?
4. Bagaimana proses runtuhnya kerajaan Gupta?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami latar belakang berdirinya kerajaan Gupta
2. Mengetahui dan memahami raja yang berkuasa di kerajaan Gupta
3. Mengetahui dan memahami kehidupan pada masa kerajaan Gupta
4. Mengetahui dan memahami proses runtuhnya kerajaan Gupta

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Gupta


Kerajaan Gupta adalah kerajaan yang bercorak hindu budha.
Kerajaan ini ada sejak kerajaan Kushana pada India bagian utara pecah dan
hilang asal muka bumi. Kerajaan ini muncul pada abad ke-IV SM. Kerajaan
gupta muncul ketika adanya peperangan diantara kerajaan-kerajaan lainnya
hingga selama dua abad adanya peperangan antar kerajaan-kerajaan tersebut,
munculah Chandragupta yang membentuk stabilitas pada wilayah India utara
menjadi aman sekaligus memulai sejarah baru.
Chandragupta merupakan kalangan berasal rakyat rendah dia juga
merupakan tokoh yang kontroversial dan misterius, karena tidak jelasnya asal
usulnya kemudian pada abad ke-IV SM Chandragupta berhasil mendirikan
Dinasti Gupta. setelah mengawini seorang putri raja bernama Kumala Dewi
yang berasal dari suku Licchavi yang terkenal di Vaisali. Suku tersebut
pernah berkuasa di India utara, tetapi tenggelam oleh Dinasti Maurya.
Dengan perkawinan tersebut Chandragupta memiliki alasan dan
kesempatan untuk mengembangkan dirinya menjadi seseorang yg dipertuan
di daerah Lembah Gangga hingga sungai-sungai Gangga dan Yumma di
Prayaga yaitu di daerah Allahabad sekarang. serta memutuskan Pataliputra
menjadi ibukota, daerah pusat pemerintahan tanggal 320 M ditetapkan
menjadi awal masa pemerintahannya sebagai raja. Hal itu juga ditandai mata
uang baru untuk melestarikan kehormatan Raja dan Permaisuri, yang bergelar
Maharaja jadi Raja di tahun itu juga yang ditetapkan sebagai awal Tarikh
Gupta.

B. Raja – Raja Yang Pernah Memimpin Kerajaan Gupta


Setelah kerajaan Kushana runtuh, India utara seakan menjadi daerah
yang mati, namun sejak Candragupta I muncul mendirikan Dinasti Gupta di
sana, India Utara kembali menjadi daerah yang besar. Hal ini disebabkan

2
Candragupta I melakukan hal kontoversial dengan meniru Chandragupta
Maurya yang ingin menandingi dan mengusir Iskandar Zulkarnain
diperbatasan barat negaranya, Magadha, sekitar abad IV SM. Kemudian
Chandragupta mendirikan Dinasti Gupta yang berkurasa di India sekitar 200
tahun.
Mengenai asal-usul dari Candragupta I ini masih diragukan dan masih
kurang jelas, apakah dia keturunan dari Candragupta Maurya atau bukan.
“Apakah pendiri wangsa Gupta ini memang keturunan langsung wagsa
Maurya pantas diragukan, dan memang ia mengikuti jalan lain menuju
kekuasaannya.” (Schulberg, 1983:93). Jika Candragupta Maurya menjadi
pemimpin karena sebelumnya mengadakan ekspansi-ekspansi ke berbagai
wilayah, dengan mengadakan konsolidasi wilayah kekuasaannya, maka
Chandragupta mengawali kepemimpinannya lewat jalan perkawinan politik
dengan putri raja dari suku Licchavi.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa untuk mendirikan dinasti
yang baru ini, Chandragupta yang pada saat itu dipercayai sebagai seorang
ksatria Arya dan diduga sebagai penguasa di dekat Pataliputra mengambil
langkah politiknya dengan mempersunting seorang putri raja dari Suku
Licchavi yang terdapat di Vaisali yang bernama Kumala Devi. Setidaknya
suku Licchavi tersebut pernah berkuasa di India bagian utara, akan tetapi
suku ini tenggelam karena munculnya Dinasti Maurya yang pernah dibangun
oleh Chandragupta Maurya.
Chandragupta menetapkan Pataliputra sebagai ibu kota negara dan
sekaligus sebagai tempat pusat pemerintahan pada waktu itu. Kemudian
tanggal 26 Februari 320 M ditetapkan sebagai awal masa pemerintahannya
sebagai raja dengan tandai dikeluarkannya mata uang baru. Tahun itu pula
yang kemudian di anggap sebagai awal tarikh gupta. Pada masa awal
kekuasaan Candragupta I ini meluputi sebagian besar wilayah India Utara
yang membentang dari Magadha sampai Allahabad.
Mengenai kepemimpinan Chandragupta ini tidak begitu banyak
diketahui. Karena keterbatasan suber sejarah yang menyebutkan tentang

3
Chandragupta. Kebanyakan sumber menyebutkan Samaragupta dan
Chandragupta II, sehingga dapat diketahui begitu menonjolnya kedua tokoh
ini. Dalam sejarahnya, Dinasti Gupta pernah dipimpin oleh beberapa raja,
mulai dari saat didirikan oleh Candragupta sampai saat-saat keruntuhan pada
pemerintahan dinasti Gupta. Menurut Suwarno (2012: 55-56) raja-raja yang
pernah memimpin tampo pemerintahan pada Dinasti Gupta adalah sebagai
berikut:
1. Chandragupta I, memerintah 320-330 M.
2. Samudragupta , memerintah 335-376 M.
3. Chandragupta II Vikramaditya, memerintah 376-415 M.
4. Kumaragupta, memerintah 415-455 M
5. Skandagupta, 455-467 M. 6. Purugupta, memerintah 467-473 M.
7. Kumaragupta II, memerintah 473-476 M.
8. Budhagupta, memerintah 476-495 M.
9. Narasimhagupta.
10. Kumaragupta III.
11. Vishnugupta.
12. Vainyagupta.
13. Bhanugupta sebagai raja terakhir.
Dari para raja Dinasti Gupta itu, yang paling menonjol adalah Samudragupta
dan Chandragupta II, sehingga kedua raja ini yang paling banyak dijelaskan.

• Samudragupta, Sarvarajaccheta (335—376 M)


Samudragupta merupakan salah satu raja dalam Dinasti Gupta. Dia
menggantikan ayahnya, Candragupta I yang telah meninggal pada tahun 330
M. Sebagai keturunan suku Licchavi Dauhitra (putra dari putri suku
Licchavi), maka dia berkeinginan untuk melanjutkan ambisi ayahandanya
untuk menaklukan kawasan-kawasan yang diinginkannya. Bahkan dia
melakukan serangkaian penaklukan tersebut dengan gemilang, dengan
prestasi dan keperkasaannya itulah Samudragupta digelari Sarvarajaccheta
(pembasmi semua raja).

4
Keberhasilan penaklukan yang gemilang ini tidak terlepas dari ambisi
dan semangat muda raja demi melanjutkan ambisi ayahandanya. Untuk
melaksanakan ambisi ayahnya Samudragupta menitik beratkan rencana
kegiatan kenegaraannya yang terkenal dengan digvijaya atau penaklukkan
atas Empat Penjuru Angin. Menurut Su’ud (1988: 200) menyatakan “yang
dimaksud Empat Penjuru Angin itu tidak saja empat kawasan di sekeliling
kerajaan Gupta, namun juga berarti empat kategori musuh yang harus
dihadapi, dan harus ditaklukan”. Dapat ditemukan pula dalam tulisan pada
tonggak batu Kausambi, yang menggambarkan empat kategori musuh,
sebagai berikut:
1. Raja-raja yang berhasil dibunuh dalam ekspedisi penaklukan, kemudian
daerahnya disatukan dengan kerajaan Gupta. Yang termasuk kategori ini
adalah Raja-raja Hindustan yang bangkit setelah mundurnya kerajaan
Kushana.
2. Raja-raja yang dikalahkan, namun daerahnya dikembalikan dan raja
berstatus baru, yaitu Raja yang harus membayar upeti. Mereka yang
termasuk dalam kategori kedua adalah mereka yang juga disebut raja-raja
rimba, yang dijadikan pelayan. Di wilayah selatan yang termasuk kategori
ini adalah raja-raja di daerah Orissa, yang terletak di antara sungaisungai
Mahnadi dan Godavari.
3. Raja-raja di daerah perbatasan yang melarikan diri ketika diserbu,
diwajibkan membayar semacam pajak perlindungan. Tetapi kemerdekaan
mereka tidak diganggu.
4. Raja-raja yang letaknya jauh yang mengakui kekuasaan Raja dinasti
Gupta, dengan mengirimkan duta/utusan.
Mereka yang termasuk kategori ini adalah raja-raja dari Kamarupa,
Samatata di pertemuan antara sungai-sungai Gangga dan Brahmaputra, serta
berbagai suku bangsa Saka, Kushana, Malwa, Gujarat, dan Panjab. tidak
dipungkiri pula, bahwa pengaruh kekuasaan dari Kerajaan Gupta juga
dirasakan sampai ke Sri Lanka.

5
Samudragupta merupakan salah seorang penganut agama Hindu yang
taat, dengan setia menjalankan aturan Brahmana ortodoks, misalnya
melakukan upacara asvameda sebelum aneksasi/ perluasan wilayah. Minatnya
pada kesenian membuat Samudragupta memiliki apresiasi yang tinggi.
Bahkan dia dijuluki sebagai Kaviraja (raja penyair). Selain itu, di Allahabad,
sebatang pilar batu yang awalnya didirikan oleh Asoka pada abad keempat
sebelum masehi diubah untuk mengagungkan Samudragupta. Menurut (Dalal,
2007: 48) menyatakan “pilar ini menceritakan bagaimana dia menaklukkan
negeri-negeri lain dan membanggakan bahwa ia mengasihi rakyat miskin dan
merupakan penyair yang mahir”. Selain itu menurut Schulberg (1983:93)
dalam sebuah prasasti di daerah Allahabad yang munkin sama dengan yang
disebutkan oleh Dalal, setidaknya terdapat 12 penguasa yang takluk pada
Samudragupta, sebelah utara ada 9 raja yang takluk, sedangkan di daerah
barat ia bertempur dengan orang-orang sakha di Ujjain.
Meskipun Samudragupta seorang Hindu ortodoks, dia cukup punya rasa
toleransi. Sebagai contoh, dia mengangkat seorang penasihat agama Buddha,
bernama Vasubhanda. Bahkan dia membuatkan tempat untuk para pengikut
Buddha, seperti di Ajanta sebanyak 29 gua dipahat di karang tebing. Tidak
khayal jika masa Raja Samudragupta dianggap sebagai puncak dari kerajaan
Gupta, sebab kekuasaannya telah mencakup seluruh India Utara.
Dalam bidang sosial dan ekonomi mengenai Samudragupta ini tidak
begitu banyak diketahui, akan tetapi pada saat itu dijelaskan bahwa Raja
Samudragupta ini mengeluarkan mata uang emas yang antara lain bergambar
sang raja sedang bermain alat musik semacam kecapi. Dari pernyataan ini
dapat sedikit disimpulkan bahwa perdagangan pada saat itu sudah terbilang
maju dan ramai. Hal ini dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya mata uang
emas oleh Raja Samudragupta.
Sementara dalam bidang kebudayaan saat pemerintahan Samudragupta
ini juga dapat dibilang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Terutama
perkembangan dalam bidang sastra dan musik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan raja selain sebagai penyair (ingat kaviraja), dia juga sebagai pemusik

6
(ingat mata uang emas yang telah dikeluarkan oleh Samudragupta). Selain
sastra dan musik, dalam pemerintahan Samudragupta ini juga telah
berkembang Drama, yang dapat dibuktikan dengan bangunan gedung-gedung
drama yang indah. Selain itu dalam gedung-gedung itu juga terdapat lukisan-
lukisan yang indah pula.

• Chandragupta II (376—415 M)
Setelah Samudragupta meninggal, putra sulungnya yang bernama
Ramagupta didudukkan di atas takhta. Namun karena adanya tekanan dari
suku bangsa Sakha di perbatasan barat laut dan juga Ramagupta merupakan
seorang pemimpin yang lemah, sehingga tokoh ini sangat disembunyikan dari
silsilah Raja-raja Gupta, maka saudaranya yang bernama Chandragupta (putra
Samudragupta dengan putri Datta Devi) mengambil alih kekuasaannya,
dengan gelar Chandragupta II.
Gelar Chandragupta II merupakan peringatan atas kejayaan kakeknya
yang telah membangun sebuah dinasti. Sebelumnya dia telah melatih diri
memimpin masyarakat dengan kedudukan yuvaraja atau bupati pada suatu
daerah pada tahun-tahun terakhir masa pemerintahan ayahnya.
Chandragupta II juga dijuluki sebagai Vikramaditya , yang berarti
‘Matahari Kebenaran’. Su’ud (1988: 202) menyatakan “karena kepribadian
maupun penampilannya selama dia memerintah menunjukkan sifat-sifat yang
menerangi masyarakat”. Sehingga hal inilah yang membuat dia mendapatkan
julukan sebagai Vikramaditya. Selain itu ada yang mengatakan bahwa
Vikramaditya (mataharari kegagah beranian) merupakan tanda kehormatan
atas karya ketentaraannya, dan dia juga merupakan seorang maharaja yang
terbesar diantara maharaja Gupta.
Tindakan pertama yang dilakukannya sebagai raja ialah memindahkan
ibukota dari Pataliputra ke Ayodhya, sebuah kota terpenting didaerah Kosala
atau Oudh sekarang. Pemindahan ibukota ini dimaksudkan untuk
memperoleh kembali semangat Hinduisme, karena kita ketahui Ayodhya
merupakan salah satu kota suci agama Hindu. Seperti nenek moyangnya,

7
Chandragupta ingin tampil menjadi penguasa dunia (world emperor). “Politik
perluasan wilayah yang dilakukan oleh Chandragupta II, ditempuh melalui
dua cara:
1. Cara damai, yaitu dengan jalan perkawinan politik (political marriage).
2. Kekerasan, yaitu penaklukan dengan kekuatan militer.
Kerajaan Gupta pada masa pemerintahan Chandragupta II ini mencapai
wilayah yang paling luas, bahkan sampai melintasi seluruh India Utara, mulai
dari Benggala hingga Laut Arab. Hal ini tidak lepas dari ekspansi-ekspansi
yang dilakukan oleh Chandragupta II.
Pada masa Chandragupta II, di bidang kesenian mengalami kemajuan
yang pesat, terutama festival keagamaan pada musim semi dan patut dicatat
peranan Kalidasa. Selain festivalfestival keagamaan juga telah berkembang
pesat dibidang literatur (kesusastraan) dan pengembangan-pengembangan
ilmu pengetahuan yang berbahasa sansekerta. Selain itu seorang penulis
drama yang sering mempergelarkan drama-dramanya di hadapan raja.
Karyanya yang paling terkemuka adalah ‘Sakuntala’.
Nampaknya masa Chandragupta II merupakan masa yang paling makmur
bagi dinasti Gupta dan sekaligus merupakan masa keemasan dari Kerajaan
Gupta (the golden age). Bahkan pada masa Chandragupta II ini setiap rakyat
yang sakit diberikan bantuan untuk berobat kepada tabib, sementara untuk
pelaku pelanggaran tidak dikenakan sanksi berat, melaikan hanya dikenakan
denda. Untuk para tuan tanah hanya dikenakan pajak yang diambil sebagian
kecil hasil panennya saja, bahkan untuk para pemberontak dikasih hukuman
potong tangan kanan saja. Sehingga pada saat itu Chandragupta II mendapat
julukan sebagai permata utama bagi kerajaan Gupta.
Setelah Chandragupta lengser keprabon karena meninggal dunia pada
tahun 415 M, Dinasti Gupta mengalami titik balik dari masa-masa
keemasannya. Lembaran suram ini dimulai saat Kerajaan Gupta diduduki
oleh Kumaragupta, putra dari Chandragupta II. Pada saat memerintah dia
kualahan menghadapi serangan-serangan dari Huna Putih (Ephalit dan ada
yang menyebutnya Hun Putih). Akan tetapi Kumaragupta masih bisa

8
menahan serangan serangan tersebut. Akhirnya Kumaragupta memerintah
negara hingga tahun 455 M.
Selanjutnya tampo pemerintahan digantikan oleh putra Kumaragupta
yang bernama Skandagupta. Dia memerintah selama ± 12 tahun, yakni dari
tahun 455 M sampai sekitar tahun 467 M. Lagi untuk sementara Skandagupta
masih mampu menghalang serangan serangan dari Huna Putih. “Hal ini
digambarkan pada tonggak batu di Bihari, yang berbunyi: ‘Sebagaimana Sri
Krisna, setelah berhasil membunuh musuh-musuhnya, dia mendekat ke arah
ibunya, bernama Devaki’.” Sehingga untuk sementara Dinasti Gupta masih
bisa diselamatkan. Dan atas keberhasilan menahan serangan itu, dia
membangaun sebuah candi untuk Wisnu, guna mengenang peristiwa
kemenangan itu.
Hingga pada suatu ketika pada saat Dinasti Gupta dipimpin oleh
Purugupta, yang memerintah tahun 467-473 M, kerajaan ini masih mendapat
serangan besar dari Huna Putih. Pada saat itu Huna Putih berhasil memporak
porandakan Dinasti Gupta, mereka menghancurkan istana, kuil-kuil, dan juga
patung-patung. Awalnya pemimpin bangsa Huna Putih pada waktu itu adalah
Tarotama, dan berhasil menaklukkan Persia pada tahun 484 M, disusul
penaklukan kota Punjab pada tahun 510 M. Ternyata penaklukkan ini menjadi
tonggak kehancuran kedaulatan Dinasti Gupta. Kemudian pada saat Huna
Putih dipimpin oleh Mihiragula dapat melakukan ekspansi besar-besaran
terhadap Gupta. “Kerajaan Gupta pun berhasil mereka taklukkan dan
diharuskan membayar upeti. Semenjak itu Dinasti Gupta lenyap dari
panggung sejarah India utara pada sekitar 600 M.Wilayah suku bangsa Huna
membentang luas antara persia, Khotan (Asia Tengah) hingga India utara.

C. Kehidupan pada Masa Kerajaan Gupta


1. Bidang ekonomi

9
Keadaan ekonomi pada masa kerajaan Gupta cukup baik, keadaan
masyarakatnya sudah sejahtera. Pekerjaan utamanya adalah petani.
2. Bidang politik
Pada masa kerajaan Gupta tidak mengenal perbatasan daerah dan
sering terjadi peperangan antar kerajaan yang lain. Biasanya kerajaan yang
kalah menyerahkan upeti ke kerajaan yang menang dan tidak wajib
melakukan hubungan kerjasama dengan kerajaan yang menang.
Raja biasanya melakukan upacara sebagai perayaan kemenangan perang
3. Bidang agama
Agama yang dominan di India pada masa itu adalah agama Hindu,
Jian dan Budha. Salah satu tempat dianggap suci oleh orang Hindu adalah
pohon Bodhi di Bodh Gay. Namun pada masa raja Samudragupta, juga
didirikan biara untuk orang Budha. Diwaktu senggang sang raja juga
belajar kesusastraan dan music yang berhubungan dengan agama.
4. Bidang social dan kebudayaan
Menurut fa hien tercatat timbul kedamaian di India dan gaya
kepemimpin yang lembut pada kerajaan Gupta. Ada berbagai ras bangsa
pada saat itu dan membentuk berbagai kultur. Agama Hindu juga
membawa pengaruh pada pembagian kasta pada masyarakat kerajaan
Gupta. Di bidang kebudayaan pada masa kerajaan Gupta muncul Sanskrit
literatur, yang mencakup drama dan puisi, serta masyarakatnya bisa
memahat monument. Keseneniannya dibagi menjadi 2 yaitu kesenian
patung dan seni ukir.

D. Runtuhnya Kerajaan Gupta


Pada masa kepemimpinan raja Candragupta banyak terjadi hal-hal
yang buruk bagi kerajaan Gupta. Banyak terjadi penyerbuan terhadap
kerajaan Gupta diantaranya Pushyamitras, sebuah suku yang menetap di pusat
India tetapi kemudian memberontak dan berhasil dikalahkan oleh
Skandagupta ada juga suku bangsa Ephalit atau Hun Putih yang berasal dari
Asia Tengah, di India dikenal dengan istilah hunas yang artinya dari barat laut

10
menurut versi Yunani, bangsa Hun putih setelah menduduki kawasan Bactria
kuno di tepi sungai Oxus, mulai bergerak ke selatan dan penyerangan itu
berhasil dihalangi oleh anaknya yang bernama Skandagupta, ia berhasil
menggeser bangsa Hun ke teluk.
Skandagupta berperang melawan bangsa Hun selama pemerintahan
ayahnya akhirnya ia berhasil mengahancurkan invasi Hun pada tahun 455.
Namun hal itu tidaklah mudah karena biaya perang yang menguras sumber
daya kekaisaran dan mengalami penurunan konstribusi dan yang paling utama
yaitu mengalami penurunan pencetakan koin dibawah Skandagupta.
Skandagupta dikenal di seluruh kerajaan sebagai seorang pejuang yang hebat.
Atas kemenangan Skandagupta dalam memerangi bangsa Hun dibangunlah
sebuah candi atau tonggak kemenangan dari batu yang dipancangkan di
Bhitari yang bunyinya “seperti Sri Kresna, setelah berhasil membunuh
musuh-musuhnya dia pergi sendiri ke arah ibunya, Devaki” itu digambarkan
bagaimana Skandagupta berlari kencang memasuki istananya di Ayodya.
Pada tahun 467 Skandagupta wafat dan digantikan oleh Purugupta.
Bangsa Hun kembali melakukan serangan di daratan kerajaan india, tetapi
Purugupta tidak berhasil menandingi bangsa Hun. Pada tahun 484 bangsa hun
berhasil menaklukkan Persia dan membunuh Raja bangsa Sassanid, Feroz
dan melarikan putrinya akibatnya pada serangan bangsa Hun yang kedua
kalinya kerajaan Gupta mengalami keruntuhan dan hanya tersisa tiga negara
kecil di lembah sungai Gangga yaitu Maiwa, Maukhari dari Kanauj, dan
Vardhana dari Tharesar.

BAB III
PENUTUP

11
A. Kesimpulan
Chandragupta merupakan kalangan berasal rakyat rendah dia juga
merupakan tokoh yang kontroversial dan misterius, karena tidak jelasnya asal
usulnya kemudian pada abad ke-IV SM Chandragupta berhasil mendirikan
Dinasti Gupta. Hal itu juga ditandai mata uang baru untuk melestarikan
kehormatan Raja dan Permaisuri, yang bergelar Maharaja jadi Raja di tahun
itu juga yang ditetapkan sebagai awal Tarikh Gupta.
Raja – Raja Yang Pernah Memimpin Kerajaan Gupta Setelah kerajaan
Kushana runtuh, India utara seakan menjadi daerah yang mati, namun sejak
Candragupta I muncul mendirikan Dinasti Gupta di sana, India Utara kembali
menjadi daerah yang besar.
Dari para raja Dinasti Gupta itu, yang paling menonjol adalah
Samudragupta dan Chandragupta II, sehingga kedua raja ini yang paling
banyak dijelaskan. Dia menggantikan ayahnya, Candragupta I yang telah
meninggal pada tahun 330 M. Sebagai keturunan suku Licchavi Dauhitra
(putra dari putri suku Licchavi), maka dia berkeinginan untuk melanjutkan
ambisi ayahandanya untuk menaklukan kawasan-kawasan yang
diinginkannya.
Dalam bidang sosial dan ekonomi mengenai Samudragupta ini tidak
begitu banyak diketahui, akan tetapi pada saat itu dijelaskan bahwa Raja
Samudragupta ini mengeluarkan mata uang emas yang antara lain bergambar
sang raja sedang bermain alat musik semacam kecapi.
Selain sastra dan musik, dalam pemerintahan Samudragupta ini juga
telah berkembang Drama, yang dapat dibuktikan dengan bangunan gedung-
gedung drama yang indah.
Namun karena adanya tekanan dari suku bangsa Sakha di perbatasan
barat laut dan juga Ramagupta merupakan seorang pemimpin yang lemah,
sehingga tokoh ini sangat disembunyikan dari silsilah Raja-raja Gupta, maka
saudaranya yang bernama Chandragupta (putra Samudragupta dengan putri
Datta Devi) mengambil alih kekuasaannya, dengan gelar Chandragupta II.

12
Kerajaan Gupta pada masa pemerintahan Chandragupta II ini
mencapai wilayah yang paling luas, bahkan sampai melintasi seluruh India
Utara, mulai dari Benggala hingga Laut Arab. Pada masa Chandragupta II, di
bidang kesenian mengalami kemajuan yang pesat, terutama festival
keagamaan pada musim semi dan patut dicatat peranan Kalidasa. Nampaknya
masa Chandragupta II merupakan masa yang paling makmur bagi dinasti
Gupta dan sekaligus merupakan masa keemasan dari Kerajaan Gupta (the
golden age).
Bidang politik Pada masa kerajaan Gupta tidak mengenal perbatasan
daerah dan sering terjadi peperangan antar kerajaan yang lain. Biasanya
kerajaan yang kalah menyerahkan upeti ke kerajaan yang menang dan tidak
wajib melakukan hubungan kerjasama dengan kerajaan yang menang. Bidang
agama Agama yang dominan di India pada masa itu adalah agama Hindu,
Jian dan Budha. Bidang social dan kebudayaan Menurut fa hien tercatat
timbul kedamaian di India dan gaya kepemimpin yang lembut pada kerajaan
Gupta.
Runtuhnya Kerajaan Gupta Pada masa kepemimpinan raja
Candragupta banyak terjadi hal-hal yang buruk bagi kerajaan Gupta. Pada
tahun 484 bangsa hun berhasil menaklukkan Persia dan membunuh Raja
bangsa Sassanid, Feroz dan melarikan putrinya akibatnya pada serangan
bangsa Hun yang kedua kalinya kerajaan Gupta mengalami keruntuhan dan
hanya tersisa tiga negara kecil di lembah sungai Gangga yaitu Maiwa,
Maukhari dari Kanauj, dan Vardhana dari Tharesar.
B. Saran
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khuusnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA

13
Erwin, T.N. 1990. Asia Selatan dalam Sejarah. Jakarta: FE UI.

Majumdar, RC. 1976. Sejarah Kebudayaan India Lama. Terjemahan Mujadi.


Malang : Usaha Tri Daya

Alfianto, Ganang. 2015. Rangkuman Sejarah Asia Selatan.

Nurcahyo, Ferry. 2012. Kerajaan Hindu – Budha Asia Selatan : Kerajaan Gupta

Arta, K.S. Yasa, I.W.P.


Purnawati, D.M.O.
2019. Sejarah Asia
Selatan Dari
Praaksara Sampai Modern.
Jawa Tengah : Penerbit
Lakeisha.
Arta, K.S. Yasa, I.W.P.
Purnawati, D.M.O.
2019. Sejarah Asia
Selatan Dari

14
Praaksara Sampai Modern.
Jawa Tengah : Penerbit
Lakeisha.
Arta, K.S. Yasa, I.W.P. Purnawati, D.M.O. 2019. Sejarah Asia Selatan Dari
Praaksara Sampai Modern. Jawa Tengah : Penerbit Lakeisha.

15

Anda mungkin juga menyukai