Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUBUNGAN KERAJAAN BANTEN DENGAN VOC

XI MIPA 2
Di susun oleh :
Annassa Yumna H

SMA NEGERI NGORO


Tahun Ajaran 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran ,
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah sebagai tugas
Sejarah Indonesia yaitu tentang Hubungan Kerajaan Banten dengan
VOC yang berjudul Makalah “Hubungan Kerajaan Banten dengan
VOC”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya penulis lebih
baik lagi dalam menulis makalah. Kemudian apabila banyak
kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Penulis

2
Annassa Y.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kerajaan Banten
2.2 Keterikatan Kerajaan Banten dengan VOC
2.3 Kehidupan Ekonomi,Politik dan Sosial Budaya kerajaan
Banten
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesultanan Banten awalnya hanya sebuah kadipaten yang berada
di bawah kekuasaan Kerajaan Padjajaran yang bercorak
Hindu. Wilayah kerajaan ini merupakan salah satu wilayah yang
berpengaruh dalam jalur perdagangan internasional. Banten
merupakan salah satu pelabuhan terpenting kerajaan ini dan
wilayah lain, di antaranya, Pontang, Tangerang, Kalapa,
Cimanuk, dan Cirebon. Ekspor utama pelabuhan Banten adalah
lada dan beras. Posisi Banten yang sangat strategis membuat
wilayah ini menjadi tempat transit pedagang dari negara-negara
lain seperti Maladewa serta kerajaan-kerajaan lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Keterkaitan Kerajaan Banten dengan VOC ?
2. Bagaimana kehidupan ekonomi,politik dan sosial budaya
kerajaan pada masa tersebut?
3. Bagaimana perlawanan kerajaan Banten terharap VOC?

1.3 Tujuan
1. Untuk memperluas wawasan pengalaman bagi siswa/siswi.
2. Membantu Siswa/Siswi agar lebih aktif dalam mengemukakan
pendapat.
3. Untuk mengetahui secara umum tentang Kerajaan Banten serta
mengapa VOC ingin menguasai kerajaan tersebut.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan Kerajaan Banten dengan VOC


Alasan VOC mengincar Banten adalah Banten termasuk salah
satu pelabuhan penting di Nusantara.

Pada 27 Juni 1596, untuk pertama kalinya rombongan bangsa


Belanda mendarat di Nusantara, tepatnya di Banten.

Saat ekspedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman itu


tiba, Banten telah menjadi pelabuhan lada terbesar di Pulau Jawa
bagian barat.

Nama Banten bahkan telah disebut-sebut dalam sumber-


sumber China dari awal abad ke-15, sebagai pelabuhan penting yang
masuk dalam jaringan pelayaran dan perdagangan internasional.

Banten memiliki pelabuhan yang menjadi persinggahan


sekaligus penghubung antara pedagang dari Arab, Persia, India dan
China dengan para pedagang pribumi dari berbagai wilayah
Nusantara.

Banten semakin dikembangkan sebagai bandar perdagangan


ketika Kerajaan Banten berdiri pada pertengahan abad ke-16.

2.2 Kehidupan Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya Kerajaan Banten


 Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Banten
Nama Banten telah disebut-sebut dalam sumber-sumber
China dari awal bad ke-15, sebagai pelabuhan penting yang
masuk dalam jaringan pelayaran dan perdagangan
internasional.

6
Ketika Kerajaan Banten didirikan, Malaka telah jatuh
ke tangan bangsa Portugis.
Dengan penguasaan Malaka oleh Portugis, Banten
semakin berarti bagi pelayaran dan perdagangan internasional
melalui Selat Sunda.
Pasalnya, Portugis telah memonopoli perdagangan di
Malaka dan mengenakan pajak yang sangat tinggi bagi
pedagang Muslim yang melalui Selat Malaka, sehingga
aktivitas perdagangan dan pelayaran berpindah ke Banten.
Sejak itu, kehidupan ekonomi Kerajaan Banten semakin
berkembang karena pelabuhannya banyak dikunjungi oleh
pedagang asing dari Iran, India, Arab, China, dan sebagainya.
Dari pelabuhannya, berbagai sumber daya yang
dihasilkan di berbagai wilayah kekuasaan Kerajaan Banten
dialirkan ke penjuru dunia.

 Kehidupan Politik
Kehidupan Politik Kerajaan Banten
Komoditas perdagangan itulah yang menjadi salah satu
faktor penyebab Kerajaan Banten dapat mencapai kejayaan di
bawah Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683).
Di bawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan
Banten dapat mengungguli Makassar dan Aceh sebagai bandar
perdagangan lada terbesar di Indonesia.
Hal itu membuat VOC tidak senang, dan menilai Banten
telah mengganggu praktik monopoli perdagangan lada yang
dilakukannya di Batavia.
Untuk mengalahkan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa
menyusun serangkaian strategi.
Salah satu cara yang dijalankan adalah dengan
mengundang para pedagang Eropa lain, seperti Inggris,
Perancis, Denmar, dan Portugis untuk berdagang di
wilayahnya.

7
Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga mengembangkan
hubungan dagang dan memberi tempat di Banten kepada
negara-negara Asia, seperti Persia, Benggala, Siam, Tonkin,
dan China.
 Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial Kerajaan Banten
Sebelum berdiri kerajaan Islam Banten, wilayahnya
merupakan bagian dari Kerajaan Sunda di mana mayoritas
masyarakatnya beragama Hindu dan Sunda Wiwitan.
Raja Kerajaan Banten yang pertama adalah Maulana
Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, salah satu anggota Wali
Songo. Sejak Maulana Hasanuddin memerintah, kehidupan
sosial masyarakat Banten pun secara berangsur-angsur
berubah.
Pengaruh Islam semakin kuat menyebar di masyarakat,
bahkan hingga ke pedalaman.
Masyarakat yang menolak pengaruh Islam dan memilih
mempertahankan tradisi-tradisi serta kepercayaan lamanya,
menyingkir ke pedalaman.
Mereka inilah yang dikenal sebagai Suku Badui, yang
menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.
Selain dipengaruhi agama, perubahan pada kehidupan
sosial masyarakat Banten juga dipengaruhi oleh perekonomian
kerajaan.
Kerajaan Banten merupakan kerajaan maritim, di mana
kehidupan perekonomiannya bertumpu pada perdagangan
internasional.
Pelabuhan Banten ramai dikunjungi oleh para pedagang
dari berbagai negeri, mulai dari pedagang Eropa, Arab, Iran,
India, China, dan masih banyak lainnya.
Banyaknya pedagang dari berbagai negara yang
singgah, kemudian ada juga yang menetap, memberikan
pengaruh terhadap pola hubungan sosial masyarakat Banten.

8
Salah satu tandanya dapat dilihat dari munculnya
permukiman yang dihuni oleh etnis yang sama, seperti
Pecinan (kampung China), Keling (kampung India), Kampung
Melayu, dan Kampung Banda.
Hingga masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa,
kehidupan sosial masyarakat Banten cukup damai.
Pasalnya, para sultan memerhatikan kehidupan dan
kesejahteraan rakyatnya.

2.3 Perlawanan Kerajaan Banten


Pada tahun 1681, Istana Surosowan berhasil direbut
Sutan Haji dan VOC dan Sultan Ageng Tirtayasa pindah ke
daerah Tirtayasa untuk mendirikan keraton baru.
Di Istana baru tersebut, Sultan Agung Trtayasa
mengumpulkan bekal dan kekuatan untuk merebut kembali
Istana Surosowan.
Pasukan Sultan Ageng mampu mendesak pasukan Sultan
Haji dalam penyerangan tahun 1682, sehingga Sultan Haji
meminta bantuan VOC.
Sultan Haji dan VOC mampu meredam perlawanan dan
berhasil memukul mundur pasukan Sultan Ageng dan
Pangeran Purbaya hingga ke Bogor.
Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya ditangkap oleh VOC
pada 1683 dan ia dibawa ke Batavia sebagai tahanan.
VOC juga berhasil menjadikan Sultan Haji sebagai
‘’raja boneka’’ di kesultanan Banten, sehingga secara tidak
langsung VOC dapat menaklukkan Banten serta memonopoli
perdagangan di kawasan pesisir Jawa.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

10

Anda mungkin juga menyukai