XI MIPA 2
Di susun oleh :
Annassa Yumna H
1
KATA PENGANTAR
Terima kasih.
Penulis
2
Annassa Y.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kerajaan Banten
2.2 Keterikatan Kerajaan Banten dengan VOC
2.3 Kehidupan Ekonomi,Politik dan Sosial Budaya kerajaan
Banten
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memperluas wawasan pengalaman bagi siswa/siswi.
2. Membantu Siswa/Siswi agar lebih aktif dalam mengemukakan
pendapat.
3. Untuk mengetahui secara umum tentang Kerajaan Banten serta
mengapa VOC ingin menguasai kerajaan tersebut.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Ketika Kerajaan Banten didirikan, Malaka telah jatuh
ke tangan bangsa Portugis.
Dengan penguasaan Malaka oleh Portugis, Banten
semakin berarti bagi pelayaran dan perdagangan internasional
melalui Selat Sunda.
Pasalnya, Portugis telah memonopoli perdagangan di
Malaka dan mengenakan pajak yang sangat tinggi bagi
pedagang Muslim yang melalui Selat Malaka, sehingga
aktivitas perdagangan dan pelayaran berpindah ke Banten.
Sejak itu, kehidupan ekonomi Kerajaan Banten semakin
berkembang karena pelabuhannya banyak dikunjungi oleh
pedagang asing dari Iran, India, Arab, China, dan sebagainya.
Dari pelabuhannya, berbagai sumber daya yang
dihasilkan di berbagai wilayah kekuasaan Kerajaan Banten
dialirkan ke penjuru dunia.
Kehidupan Politik
Kehidupan Politik Kerajaan Banten
Komoditas perdagangan itulah yang menjadi salah satu
faktor penyebab Kerajaan Banten dapat mencapai kejayaan di
bawah Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683).
Di bawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan
Banten dapat mengungguli Makassar dan Aceh sebagai bandar
perdagangan lada terbesar di Indonesia.
Hal itu membuat VOC tidak senang, dan menilai Banten
telah mengganggu praktik monopoli perdagangan lada yang
dilakukannya di Batavia.
Untuk mengalahkan VOC, Sultan Ageng Tirtayasa
menyusun serangkaian strategi.
Salah satu cara yang dijalankan adalah dengan
mengundang para pedagang Eropa lain, seperti Inggris,
Perancis, Denmar, dan Portugis untuk berdagang di
wilayahnya.
7
Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga mengembangkan
hubungan dagang dan memberi tempat di Banten kepada
negara-negara Asia, seperti Persia, Benggala, Siam, Tonkin,
dan China.
Kehidupan Sosial Budaya
Kehidupan sosial Kerajaan Banten
Sebelum berdiri kerajaan Islam Banten, wilayahnya
merupakan bagian dari Kerajaan Sunda di mana mayoritas
masyarakatnya beragama Hindu dan Sunda Wiwitan.
Raja Kerajaan Banten yang pertama adalah Maulana
Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, salah satu anggota Wali
Songo. Sejak Maulana Hasanuddin memerintah, kehidupan
sosial masyarakat Banten pun secara berangsur-angsur
berubah.
Pengaruh Islam semakin kuat menyebar di masyarakat,
bahkan hingga ke pedalaman.
Masyarakat yang menolak pengaruh Islam dan memilih
mempertahankan tradisi-tradisi serta kepercayaan lamanya,
menyingkir ke pedalaman.
Mereka inilah yang dikenal sebagai Suku Badui, yang
menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.
Selain dipengaruhi agama, perubahan pada kehidupan
sosial masyarakat Banten juga dipengaruhi oleh perekonomian
kerajaan.
Kerajaan Banten merupakan kerajaan maritim, di mana
kehidupan perekonomiannya bertumpu pada perdagangan
internasional.
Pelabuhan Banten ramai dikunjungi oleh para pedagang
dari berbagai negeri, mulai dari pedagang Eropa, Arab, Iran,
India, China, dan masih banyak lainnya.
Banyaknya pedagang dari berbagai negara yang
singgah, kemudian ada juga yang menetap, memberikan
pengaruh terhadap pola hubungan sosial masyarakat Banten.
8
Salah satu tandanya dapat dilihat dari munculnya
permukiman yang dihuni oleh etnis yang sama, seperti
Pecinan (kampung China), Keling (kampung India), Kampung
Melayu, dan Kampung Banda.
Hingga masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa,
kehidupan sosial masyarakat Banten cukup damai.
Pasalnya, para sultan memerhatikan kehidupan dan
kesejahteraan rakyatnya.
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
10