PENDAHULUAN
overlay dan lapisan yang relatif stabil yang dibangun di atas tanah asli atau
pembangunan jalan aspal harus bagus dan memiliki kekokohan sesuai rencana
Air, perubahan suhu, cuaca, dan suhu udara, material konstruksi perkerasan,
kondisi tanah dasar yang tidak stabil, pemadatan yang buruk di atas tanah dasar,
dan beban kendaraan berat yang melebihi kapasitas semuanya berpotensi menjadi
konstruksi jalan tidak memperhitungkan umur rencana jalan yang rusak, yang
1
Salah satu cara untuk pengembangan lebih lanjut penopang parkway adalah
Penambahan ini dapat dilakukan pada jalan berlubang karena tidak mungkin lagi
lapisan di bawahnya, merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
hingga saat ini. Sub base course, base course, dan surface course biasanya
perkerasan lentur, bertanggung jawab untuk menerima beban lalu lintas dan
B. Rumusan Masalah
dengan metode lendutan pada ruas jalan ruas Toyado Majulea Bawah?
2. Bagaimana pengaruh lapisan tebal tambah terhadap variasi lendutan balik (D)
dan Umur Rencana pada ruas jalan ruas Toyado Majulea Bawah?
2
C. Tujuan Penulisan
berikut:
dengan metode lendutan pada ruas jalan ruas Toyado Majulea Bawah.
(D) dan Umur Rencana pada ruas jalan ruas Toyado Majulea Bawah.
D. Batasan Masalah
1. Pada penulisan tugas akhir ini akan dibahas tentang perhitungan overlay
2. Nilai lendutan balik ditentukan dengan variasi, 1.75 cm, 2.0 cm, 2.3 cm,
5. Data yang lain diambil langsung dilapangan dan dari kontraktor pelaksana
pekerjaan
3
E. Sistematika Penulisan
atau mengkaji isi penelitian ini, perlu disusun sistematika skripsi yang meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
Bab ini memuat teori-teori yang dipakai dalam penulisan skripsi antara
Bab ini memuat metode dan tahapan penelitian meliputi lokasi studi, data
Bab ini berisi tentang teori overly dengan metode Hrodi analisis
lentur, dan perhitungan variasi umur rencana sedangkan data lain tetap
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
untuk pergi dari satu lokasi ke lokasi lain ketika mereka tidak mengenal yang
melintasi tanjakan yang curam, mereka membangun tangga, dan ketika jalan
hewan dapat digunakan sebagai alat transportasi. Berawal dari tangga, jalan mulai
berbentuk lebih datar. Selain itu, mereka menempatkan batu bau di lokasi yang
tidak diinginkan seperti jalan berlumpur dan ditata dengan rapat. mereka.
abad ke-5, orang Yunani membuka jalan dari balok batu melalui gurun di Mesir
untuk mendapatkan batu besar untuk piramida. Suku Inca yang tinggal di
sepanjang Pegunungan Andes di pantai barat Amerika Selatan (Peru, Chili, dan
besar.Selain itu, di benua Amerika, suku maya telah membangun Kota mereka
5
batu yang indah ini memiliki tampilan kasar. mengisyaratkan peradaban maju
dengan sistem tata kota yang tertata rapi dan mendalam. Suku ini juga telah
mengembangkan teknologi untuk parkir di jalan. Jalan raya yang lebar, lurus, dan
panjang terbuat dari struktur batu padat yang ditemukan di banyak situs Maya
adalah buktinya. Jalan raya yang menghubungkan Kuba dan Yanani sejauh
mereka.
Batu yang telah dikeraskan secara kimiawi (mirip dengan aspal siram)
digunakan pada semuanya. Konstruksi dibuat dari goncangan besar dan keras dari
kiri dan kanan jalan dan di tengahnya diisi dengan batu-batu halus, lalu, di titik
itu, dibasahi dengan sintetis khusus sebagai penutup di atasnya. Semua struktur
jalan Maya memiliki dimensi standar yang sama dan perhatian terhadap detail
Dari abad ke-4 SM hingga abad ke-4 M, orang Romawi membangun jalan
dengan trotoar yang dibuat berlapis-lapis dan berukuran lebar 35 kaki (kurang
Batu belah yang diletakkan dengan tangan menggunakan prinsip ini dengan
6
menerapkan tekanan. Sistem Telford adalah nama yang diberikan untuk bangunan
Sebagian besar waktu (biasanya data fraktur, deformasi pada nilai defleksi
(mm), yang mewakili ruas jalan yang dianggap seragam dan sedang direncanakan,
kondisi perkerasan ruas jalan di rutting, dan ketebalan data struktur eksisting )
beban lalu lintas baik dari sebelum jalan dibangun maupun dari sesudah overlay.
Keterangan :
untuk perencaanaan
dipergunakan
7
t = Tebal lapis tambahan untuk mengurangai lendutan selama umur
rencanan
8
Gambar 1. Grafik Metoda HRODI
\
lentur. Konstruksi jalan dulu dikerjakan dengan tangan dan dengan pemadat
sesuai dengan keadaan pada saat itu. Konstruksi Macadam dan Telford masih
dapat dipertimbangkan untuk jalan dengan beban lalu lintas ringan, seperti jalan
lokal, pada saat ini, tetapi tidak layak lagi pada jalan penting dengan volume lalu
lintas tinggi dan beban berat. , seperti jalan arteri dan kolektor primer dan
sekunder.
9
Lapisan diletakkan di atas tanah dasar yang dipadatkan dalam konstruksi
perkerasan lentur. Tujuan dari lapisan ini adalah untuk mendistribusikan beban
Lapis Permukaan
Tanah Dasar
Beban lalu lintas yang bekerja diatas konstruksi perkerasan dapat dibedakan
atas :
10
Karena gagasan daya angkut, muatan yang didapat oleh setiap lapisan adalah
mampu menahan berbagai gaya. Lapisan dasar terkena gaya dan getaran
vertikal .Subgrade, di sisi lain, dapat dianggap hanya menahan gaya vertikal.
1. Lapisan permukaan.
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan dan berfungsi
sebagai:
2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap
dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih
jelek.
Selain untuk mengurangi tegangan tarik, bahan aspal itu sendiri harus
11
Kegunaan bahan yang dipilih untuk pelapisan permukaan harus
Lapisan bersifat nonstructural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air
antara lain:
dengan ketebalan padat 1-2 cm yang terbuat dari aspal dan pasir
tertentu.
12
f. Lataston, juga dikenal sebagai Hot Rolled Sheet (HRS), adalah
mineral filler (juga dikenal sebagai filler), dan aspal keras yang
a. Lapisan penetrasi macadam adalah lapisan perkerasan yang terdiri dari agregat
pengunci dan agregat utama bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan di atasnya lapis demi lapis. Biasanya lapisan
b. Labutag adalah lapisan dalam pembangunan jalan yang terdiri dari kombinasi
c. Lapisan beton aspal atau laston merupakan lapisan yang digunakan untuk
membangun jalan. Terbuat dari campuran aspal keras dan agregat yang memiliki
tertentu.
13
Fungsi lapis pondasi antara lain :
Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas harus kuat dan
cukup tahan lama untuk menahan berat roda. Material dengan CBR kurang
dari 50% dan Plasticity Index (PI) kurang dari 4% biasanya digunakan
untuk pelapis tanpa pengikat. Lapisan pondasi atas dapat dibuat dari bahan
alami seperti batu pecah, kerikil pecah, dan stabilitas tanah dengan semen
dan kapur. Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia
antara lain:
2. Pondasi Macadam
3. Pondasi Telford
Lapis pondasi bawah adalah lapisan permukaan yang terletak antara lapis
tanah dasar dan lapis pondasi atas (base course), berfungsi antara lain:
14
Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke
tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20% dan
Lapis pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar
dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar dari
pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-
Tanah asli yang telah dipadatkan atau distabilkan dengan kapur atau bahan
lain dapat ditemukan di bawah pondasi pada lapisan tanah dasar, yang memiliki
ketebalan 50 sampai 100 cm. Apabila pemadatan dilakukan pada kadar air optimal
15
Dilihat dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar tersebut dibedakan
atas:
D. Pengertian Aspal
Tar adalah nama umum lainnya untuk aspal. Meskipun istilah "tar" dan
diperparah oleh fakta bahwa makna yang melekat pada periode yang sama sangat
bervariasi dari satu negara ke negara lain. Misal, oil black-top di AS disebut
bitumen, sedangkan di Eropa black-top adalah kombinasi total batu dan bitumen
Aspal adalah senyawa yang terbuat dari aspal dan batu (kerikil, pasir, dan
debu). Tar, yang berarti "tar" dalam bahasa Inggris, adalah zat yang mirip bitumen
tetapi berbeda asal dan komposisinya. Itu dibuat dengan menyuling litantrace,
yaitu batubara. Hidrokarbon aromatik polisiklik dan senyawa lain dengan banyak
oksigen, nitrogen, dan belerang lebih banyak terdapat dalam bahan ini daripada di
bitumen. Kilang bitumen (kilang minyak) adalah sumber aspal. Bitumen lurus,
bitumen residu, dan bitumen yang dimurnikan dengan uap adalah nama untuk
16
Aspal dibuat dari minyak mentah minyak bumi, yang dibuat dengan cara
tanah (kerosene), dan minyak gas, proses penyulingan ini dilakukan dengan
E. Kandungan Aspal
Aspal terutama terdiri dari asphaltenes dan maltenes, dua kelas utama
sampai 25% berat. Mereka terdiri dari senyawa heteroaromatik yang mengandung
belerang dan cincin aromatik yang kental. Nikel dan vanadium, senyawa oksigen
(keton, fenol, atau asam karboksilat), dan amina dan amida melengkapi daftar.
pitch. Dimana setiap komponen memiliki struktur dan komposisi kimia yang
berbeda yang memainkan peran penting dalam sifat reologi aspal. Aspal adalah
senyawa kompleks yang terdiri dari atom hidrokarbon, N, S, dan O dalam jumlah
kecil, dan beberapa logam seperti vanadium, nikel, besi, dan kalsium dalam
bentuk garam organik dan oksidanya. Karbon (82 hingga 88 persen), Hidrogen (8
dan Nitrogen (0 hingga 1 persen) adalah elemen yang ditemukan dalam bitumen.
senyawa organik hitam, lengket, dan kental yang larut dalam karbon disulfida.
17
Jenis – jenis Aspal
Secara umum jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses
1. Aspal Alamiah
Aspal alami berasal dari berbagai tempat, termasuk Bermuda dan Trinidad.
Aspal Trinidad mengandung sekitar 40% zat organik dan anorganik yang tidak
2. Aspal Batuan
Asphalt Rock adalah endapan alami dari batu kapur atau batu pasir
tinggi, tetapi umumnya memberikan permukaan jalan yang sangat tahan lama dan
stabil.
Pada tahun 1894, aspal minyak bumi digunakan untuk pertama kalinya di
jalan raya di Amerika Serikat. Saat ini, minyak mentah domestik dari ladang di
paving aspal. Meksiko, Venezuela, Kolombia, dan Timur Tengah adalah contoh
sumber asing. Tahun 1980 melihat penggunaan 32 juta ton (Oglesby, C.H., 1996).
18
Jenis aspal yang paling banyak digunakan dalam proyek konstruksi seperti
landasan pacu bandara, tempat parkir, dan permukaan jalan disebut aspal beton
Salah satu jenis konstruksi perkerasan lentur adalah Hot Mix Asphalt
Concrete (HMAC). Pada suhu tertentu, perkerasan jenis ini berupa campuran
agregat dan aspal yang seragam sebagai bahan pengikat. Kedua komponen
tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum diaduk agar kering. agregat dan
dapatkan fluiditas yang cukup dari aspal untuk memudahkan pencampuran.Hal ini
dengan mesin paving untuk mendapatkan lapisan yang seragam dan longgar.
lapisan beton aspal yang padat. Jenis aspal yang paling banyak digunakan untuk
19
Sebelum dicampur dengan agregat, beton aspal campuran dingin dibuat
dengan mengemulsi aspal dalam air sabun. Pada jalan yang lebih kecil, aspal
dengan mengencerkan bahan pengikat dalam minyak tanah atau fraksi minyak
Aspal Beton Mastis dibuat dengan cara memanaskan aspal keras dalam hot
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan oleh beban yang akan dipikul, berarti
b. Analisis ekonomi dan sosial wilayah tersebut berfungsi sebagai dasar untuk
20
perkerasan jalan. Dengan asumsi roda membentuk sudut 450, maka beban yang
Sifat dan daya dukung tanah dasar sangat mempengaruhi kekuatan dan
daya tahan konstruksi perkerasan jalan. California Bearing Ratio (CBR) adalah
salah satu dari berbagai teknik pemeriksaan kekuatan tanah dasar yang sering
dengan tujuan agar nilai CBR dapat dicetak pada daya dukung tanah dasar (DDT).
a. Deformasi yang disebabkan oleh lalu lintas yang padat. Jalan akan rusak oleh
lunak).
c. Batas pengangkutan tanah miring dan sulit untuk ditentukan dengan pasti di
daerah dengan jenis tanah yang sama sekali berbeda dan situasinya karena
membagi jalan menjadi beberapa bagian berdasarkan sifat tanah yang berbeda. .
d. Lendutan pada tanah dasar selama dan setelah beban lalu lintas.
21
e. Beban lalu lintas menyebabkan pemadatan dan penurunan tambahan, terutama
pada tanah granular yang tidak dipadatkan dengan baik selama konstruksi.
Lebih baik untuk memperbaiki tanah dasar sebelum membangun jalan utama
Pekerjaan jalan terutama rusak oleh air, baik air di atas tanah maupun air di
bawah tanah. Pori-pori yang terisi air pada lapisan perkerasan akan
menyebabkan daya rekat antara agregat dan aspal melemah, terutama pada
melepaskan.
Pada saat aspal dihadapkan pada intensitas matahari, air di dalam pori-pori
perkerasan jalan niscaya akan semakin lemah dan mengalami kerusakan jika
jumlah lalu lintas. Jaringan jalan harus memiliki drainase yang memadai untuk
Keadaan muka air tanah seperti lembah, perbukitan, lereng terjal, sungai, dan
danau dapat dilihat pada topografi yaitu pandangan vertikal permukaan tanah dari
22
atas. tidak dapat memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan dan biaya
perencanaan.
panjang. Jenis tanah dan medan yang berbeda dapat melintasi suatu ruas jalan.
masing ruas memiliki daya dukung yang kira-kira sama. Oleh karena itu, ruas
jalan merupakan bagian dari panjang jalan yang memiliki sifat tanah, kondisi
1. Panjang jalan yang akan direncanakan, dibagi atas segmen - segmen jalan
dimana setiap segmen mempunyai daya dukung tanah yang hampir sama.
2. Setiap segmen mempunyai daya dukung tanah, sifat tanah dan keadaan
23
3. Ambil satu nilai CBR dari setiap segmen untuk perencanaan tebal lapis
Dimana nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam segmen jalan.
Analisa Komponen
merencanakan ketebalan perkerasan jalan raya. Hasil pengujian dari luar negeri
24
ditafsirkan dan diubah agar sesuai dengan kondisi alam Indonesia dan pengalaman
Prinsip – prinsip dan batasan dari metode perkerasan lentur Analisa Komponen
adalah :
sepuluh tahun) dan lalu lintas konstan (tingkat pertumbuhan lalu lintas i = 0
untuk umur rencana yang tidak sama dengan sepuluh tahun karena telah
UR
FP = 10 UR = Umur Rencana
a. Hasil perhitungan lalu lintas dan komposisi beban sumbu berdasarkan data
terakhir.
dipertanggung jawabkan.
25
c. Perlu pertimbangan adanya perencanaan jangka panjang yang berpengaruh
Klasifikasi fungsional jalan, pola lalu lintas, dan nilai ekonomi jalan
(Overlay).
26
2. Besaran, Faktor, Indeks, Tabel, Nomogram / Grafik Pendukung
• Daya dukung tanah (DDT), ukuran kekuatan tanah dasar pada jalan yang
perkerasan Grafik korelasi antara nilai CBR dan DDT menunjukkan nilai daya
dukung.
Planned life (UR) adalah perkiraan jumlah tahun dari pembukaan jalan
sampai diperlukan.
• Lajur terencana adalah salah satu jalur lalu lintas sistem jalan raya yang dapat
menangani sebagian besar lalu lintas. Jalur desain biasanya terdiri dari satu jalur
• Lalu lintas harian rata-rata (LHR) adalah rata-rata harian untuk lalu lintas
• Rasio tingkat kerusakan yang disebabkan oleh lintasan beban sumbu tunggal
standar seberat 8,16 ton (18.000 lb) dikenal sebagai angka ekuivalen (E) beban
gandar kendaraan.
• Rata-rata jumlah ekuivalen track poros tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada
garis desain di pertengahan umur desain disebut Initial Equivalent Track (LEP).
ekuivalen yang akan terjadi pada akhir masa pakai desain dari sumbu tunggal
bila menggunakan nomogram dengan umur rencana kurang dari sepuluh tahun
27
• Faktor Regional (FR) merupakan faktor lokal yang dapat berdampak pada
kondisi pembebanan dan daya dukung tanah. Hal ini terkait dengan iklim dan
kondisi lapangan. Dalam hal memperhatikan kondisi jalan yang berbeda dari satu
Keadaan medan
28
sebuah. Nilai IP 1,0 menunjukkan bahwa permukaan jalan rusak parah hingga
Tabel 4 : Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat
yang lewat pada lajur rencana
Jumlah Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
Lajur 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,00
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,50
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,475
4 lajur - 0,30 - 0,45
5 lajur - 0,25 - 0,425
6 lajur - 0,20 - 0,40
*)Berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil
hantaran.
**) Berat total > 5 ton, misalnya : bus, truck, traktor, semi trailer, trailer.
faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah jalur yang setara dengan rencana
rencana.
30
Jenis Lapisan Roughess *)
IP0
Permukaan ( mm / Km )
Laston ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 > 1000
Lasbutag 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
Burda 3,9 – 3,5 ≤ 2000
Burtu 3,4 – 3,0 > 2000
Lapen 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 > 3000
Lapisan Pelindung 2,9 – 2,5
Jalan Tanah ≤ 2,4
Jalan Kerikil ≤ 2,4
• Korelasi nilai Marshall Test dengan koefisien kekuatan beban relatif untuk
lapisan permukaan, lapisan dasar, dan lapisan subbase (untuk material pada
lapisan pondasi)
0,40 744
0,35 590
0,32 454 LASTON
0,30 340
0,35 744
0,31 590 ASBUTON
0,28 454
0,26 340
0,28 590
31
0,26 454 LASTON ATAS
0,24 340
0,15 22
0,13 18 Stab. Tanah dng semen
Batas – batas minimum tebal lapisan untuk tiap – tiap indeks tebal
I. Lapisan Permukaan
Tebal Minimum
ITP Bahan
( cm )
< 3,00 5 Lapis pelindung : (buras/burtu/burda)
3,00 – 6,70 5 Lapen/Asphal Macadam, HRA,
Lastbutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Asphal Macadam, HRA,
Lasbutag, Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10,00 10 Laston
II. Lapisan Pondasi
32
< 3,00 15 Batu pecah, stabilitasi tanah dengan
semen, stabilitasi tanah dengan kapur.
3,00 – 7,49 20*) Batu pecah, stabilitasi tanah dengan
10 semen, stailitasi tanah dengan kapur,
20 pondasi Macadam.
7,50 – 9,99 Laston Atas
Batu pecah, stabilitasi tanah dengan
15 semen, stabilitasi tanah dengan kapur,
20 pondasi Macadam
10 – 12,14 Laston Atas
Batu pecah, stabilitasi tanah dengan
25 semen, stabilitasi tanah dengan kapur,
pondasi Macadam, Lapen, Laston atas.
12,25 Batu pecah, stabilitasi tanah dengan
semen, stabilitasi tanah dengan kapur,
pondasi Macadam, Lapen, Laston atas.
*sambungan dari tabel 9
Untuk setiap nilai ITP, bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum
adalah 10 cm.
33
Gambar 3 Grafik Korelasi DDT dan CBR
3 Prosedur Analisis
perkerasan jalan:
- Penentuan CBR untuk menentukan nilai daya dukung tanah (DDT) dari grafik
- Dari informasi yang ada seperti: volume lalu lintas, jumlah jalur, dan rute yang
1.rata-rata lintasan harian (LHR) selama n tahun (dari awal hingga akhir umur
rencana) LHR x (1 + i)n (awal umur rencana) LHRUR: Akhir umur rencana =
34
dimana C = koefisien distribusi kendaraan
LEP + LEA
LET =
2
4. Lintasan Ekivalen Rencana ( LER ) :
LER = LET x FP
- Ditetapkan harga indeks permukaan (IP), dan indeks permukaan pada awal
ITP = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
Dimana :
perkerasan
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Majulea Bawah dengan Desa Toyado di Distrik Lage. Adapun batas - batas
Lage, sekitar 12 kilometer dari Kota Poso. Alhasil, Jalan Toyado Majulea
Bawah merupakan jalan desa yang belum diperbaiki sejak tahun 2012 dan
a. Data Primer
Data primer berasal dari observasi yang dilakukan di lapangan, data lain
dari kontraktor, konsultan, dan pemilik proyek, serta data volume lalu lintas jalan
36
b. Data Sekunder
C. Situasi Jalan
Kondisi awal jalan existing jalan adalah sirtu dengan lebar antara 4,0 m
dan bahu jalan 1,5 m dan sebagian kecil dijumpai jalan tanah.
D. Teknik Analisis
Menghitung overlay
37
E. Lokasi Daerah Penelitian
38
F. Bagan alir Penelitian
Mulai
Tinjauan Pustaka
Data Sekunder
Data Primer
Volume lalu lintas Lapis permukaan (lapen
Data lendutan )
Lapis pondasi atas
(batu pacah
Laps Pondasi bawah
Lebar Perkerasan
RCI
Analisis Overlay
Variari lendutan
(D),1,75 cm, 2,0 cm,
2,3 cm. 2,6 cm dan 3
cm
Hasil yang
Diperoleh T=tebal
perkerasan yang
dikehendaki
t = tebal lapis
perkerasan (overlay)
t = Tebal
lapis
Kesimpulan dan saran
t = Tebal
39
BAB IV
Adapun data lalu lintas yang digunakan diambil jalan poros terdekat yaitu
i=n
LHRawal=∑ LHRix( 1+a )n
i=1
(1 + i )n = (1 + 0,06) 1
40
= 1.060
(1 + i )n = (1 + 0,06) 20
= 3,207135
berikut :
41
D = Lendutan balik segmen yang divariasikan pada setiap sekmen 3
0,02
dipergunakan
rencanan
0,69
t=
0,08
42
t = 8,64 cm
Pd . Cam
T =0 . 001(9−RCI )4 .5 + +T min
4
T= 4.018 cm
Overlay (Lapen) = 13 cm
Lapisan permukaan (Lapen) = 5 cm
Lapisan pondasi atas (Batu Pecah A) = 18 cm
Lapisan pondasi bawah (sirtu A) = 20 cm
berikut :
43
0,285
t=
0,08
t = 3,57 cm
T= 4.018 cm
Diketahui susunan dan tebal perkerasan jalan lama segmen III sebagai
berikut :
44
0,152
t=
0,08
t = 1,9 cm
T= 4.018 cm
Overlay (Lapen) = 6 cm
Lapisan permukaan (Lapen) = 5 cm
Lapisan pondasi atas (Batu Pecah A) = 18 cm
Lapisan pondasi bawah (sirtu A) = 20 cm
berikut :
45
6
2,303 log 2,6−0,408 (1−log 230 x 10 )
t= 6
0,08−0,013 log 230 x 10
0,684
t=
0,08
t = 6,85 cm
T= 4.018 cm
Overlay (Lapen) = 11 cm
Lapisan permukaan (lapenn) = 5 cm
berikut :
46
6
2,303 log 2,3−0,408(1−log 230 x 10 )
t= 6
0,08−0,013 log 230 x 10
0,425
t=
0,08
t = 5,32 cm
T= 4.018 cm
Ruas I dan IV memiliki ketebalan lapis tambah paling besar, yaitu 13 cm,
menurut perhitungan lima ruas di atas. Nilai defleksi (D) yang tinggi di belakang
ruas berpengaruh terhadap hal tersebut. Hal ini berdampak secara visual pada
47
dengan nilai lendutan (D) dan berkurang sebanding dengan nilai lendutan (D)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
cm untuk segmen II, 6 cm untuk segmen III, 5 cm untuk segmen IV, dan 9,5
cm untuk segmen V.
2. Efek visual dari kondisi permukaan jalan adalah lapisan yang ditambahkan
(overlay) sebanding dengan nilai lendutan (D), sedangkan nilai lendutan (D)
B. Saran – Saran
agar surveyor yang ditunjuk untuk survei pengumpulan data untuk perencanaan
48
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2017. Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor
04/SE/Db/2017. Jakarta.
Fadhlan, K. 2013. Evaluasi Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Metode Bina
Marga Pt T-01-2002-B dengan Menggunakan Program KENPAVE. Tugas Akhir.
(Diterbitkan). Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hendarsin, S. L. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri
Bandung.
Kosasih, Djunaedi. 2005. Rekayasa Struktur dan Bahan Perkerasan, Modul II.
Diktat Kuliah Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Bandung.
Nathasya, P. 2012. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Dengan Program
Kenpave Dan Studi Parameter Pengaruh Tebal Lapis dan Modulus Elastisitas.
Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional D.I.Yogyakarta. 2017.
Putri, C. K. 2014. Prediksi Nilai Kerusakan Perkerasan Lentur Dengan Metode
Mekanistik-Empirik (Studi Simulasi: Rekonstruksi Jl. Ateri Selatan).
Siegfried. 2012. Perkiraan Tebal Lapis Perkerasan Jalan dengan Metoda Jaringan
Syaraf Tiruan Tipe Radial Basis. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.
Widiastuti, A. 2017. Analisis Perbandingan Desain Struktur Perkerasan Lentur
Menggunakan Metode Empiris dan Metode Mekanistik-Empiris pada Ruas Jalan
Legundi-Kanigoro-Planjan.
Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung, 2001.
49
LAMPIRAN
50
51
1. perkerasan jalan lama berikut :
2. Data lendutan
D1 = 1,75 cm
D2 = 2,0 cm
D3 = 2,3 cm
D4 = 2,6 cm
D5 = 3,0 cm
Direktur,
52
53