Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN STUDI LAPANGAN

ALAT BERAT DAN PTM

NAMA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4


NONYA P. PLAITUKA
MARIA ASAMOU
ISAK ELAMAN
HANDRIANUS BONELAU
KRISPIANUS NAIWONA
JURUSAN

: TEKNIK SIPIL

PRODY

: TPJJ

KELAS

: TPJJ C

SEMESTER

: V (LIMA)
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha kuasa atas rahmat dan penyertaannya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Alat Berat Dan
PTM.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Yos Centerius,SST,M.si selaku dosen mata kulia yang telah menuntun dan
mengajar penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan Laporan Alat
Berat Dan PTM..
2. Kepada Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan Laporan Alat Berat Dan PTM..
3. Kepada kawan-kawan kelas PJJ C dan tim Kelompok V yang telah mendukung dan
membantu penulis dalam penulisan Laporan Alat Berat Dan PTM..
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini,masih banyak terdapat
kekurangan,Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun sehingga dalam penulisan laporan yang akan datang akan menjadi yang
lebih baik lagi.

Kupang, Desember 2015


Penulis

DAFTAR ISI

Lembaran Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
Waktu Dan Lokasi

BAB II LANDASAN TEORI


2.1

Sejarah Jalan RAya

2.2

Jenis Lapisan Perkerasan

2.3

Jenis Lapisan Perkerasan Yang Digunakan

2.4

Peralatan

2.5

Data AMP

BAB III PEMBAHSAN


3.1
3.2
3.3

Proses Kerja AMP


Data Laboratorium AMP
Proses Kerja Lapangan Dan Peralatan

BAB IV PENUTUP
4.1

Saran

4.2

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

Seiring meningkatnya perkembangan suatu daerah dan untuk meningkatkan taraf hidup
serta memajukan perekonomian, diperlukan prasarana perhubungan yang fungsinya sangat
penting atau vital, baik itu perhubungan darat maupun perhubungan laut.
Dalam hal ini sarana perhubungan terutama pembangunan dan pengembangan jaringan
jalan adalah sangat penting untuk menunjang perkembangan di sektor-sektor lainnya. Jalan
raya merupakan salah satu perhubungan darat yang keberadaannya sangat diperlikan guna
menunjang kelancaran transportasi dan perekonomian yang baik dan cepat, dengan demikian
perlu dipikirkan untuk meningkatkan dan membangun jalan baru guna meningkatkan
kemudahan akses bagi suatu daerah atau wilayah. Dengan lancarnya sarana perhubungan
pada suatu wilayah atau daerah akan berdampak pada pesatnya pertumbuhan perekonomian
wilayah tersebut, karena sistem mobilisasi barang dan jasa dapat berjalan lancar
dan efisien.serta berguna juga untuk membuka daerah-daerah yang terisolir sekaligus dalam
pengembangan wilayah khususnya daerah kota kupang.
Pembangunan prasarana perhubungan adalah salah satu rencana pembangunan nasional
yang tercantum dalam rencana pembangunan lima tahun. Untuk mewujudkan rencana
tersebut maka pemerintah membangun jaringan jalan raya. Pembangunan jaringan jalan raya
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga yang meliputi rehabilitasi,
pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan jalan khususnya jalan baru.
1.2.

TUJUAN.
Tujuan dari pekerjan rehabilatisitas ( perbaikan ) jalan adalah untuk meninggkatkan
dan mendukunng perekonomian di daerah tersebut.
Rehabilitas (perbaikan )jalan adalah salah satu upaya untuk menjaga dan memelihara
jalan tersebut agar jalan tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna jalan dan tetap dapat
dilewati.

1.3.

Rumusan Masalah
Pada kesempatan ini penulis menganggat rumusan masalah tentang.Tahapan
tahapan dalam pekerjaan jalan dan alat alat yang digunakan dalam pekerjaan tersebut.
Waktu Dan Lokasi
Hari/tanggal pekerjaan : 26 November 2015
Lokasi Pekerjaan
: Kelurahan Naikoten 1 kecamatan Kota Baru

1.4.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Sejarah jalan raya
Bekasbekas jalan purbakala yang telah ditemukan menjadikan awal catatan sejarah.
Permukaan jalan yang keras pertama muncul di Mesopotamia segerah sesudah penemuan
roda sekitar tahun 3500 S.M. Dipulau kreta di laut tengah ditemukan jalan dengan permukaan
batu yang dibangun sebelum 1500 S.M. Petunjuk dalam Injil (Yesaya 40 : 3-5) Luruskan di
padang pasir sebuah jalan yang tinggi menunjukan kepada suatu jalan yang dibuat setelah
tahun 539 S.M. antara Babilonia dan Mesir. Di belahan bumi bagian barat terdapat bukti

tentang sistem jalan yang lurus yang dibangun oleh orang Indian (Suku Maya, Aztek, dan
Inca) di Amerika Tengah dan Selatan. Berbeda dengan laut atau sungai, fasilitas pulau seperti
ini adalah penting, tidak hanya untuk memindahkan pasukan untuk nenaklukan atau untuk
bertahan terhadap musuh, tetapi juga untuk mengangkut makanan dan barang dagangan antar
kota dan menuju ke kota.
Bangsa Romawi menyatukan kekaisarannya mereka dengan sesuatu sistem jalan yang
luas dari Roma menyebar ke segala arah. Beberapa jalan purbakala ini dibangun dengan teliti.
Misalnya jalan Appia, yang dibangun ke arah selatan tahun 312 S.M. melukiskan salah satu
cara yang digunakan bangsa Romawi. Mulamula suatu parit digali sampai kedalaman
tertentu, sehingga permukaan jalan, akan berada pada permukaan tanah. Perkerasan dibuat
dalam tiga lapisan: satu lapis batu-batu pecah kecil, satu lapis batu kecil yang dicampur
dengan mortar dan dipadatkan dengan kuat, dan suatu lapisan aus dari balok batu yang masih,
dipasang dan diletakkan di mortar. Banyak dari jalanjalan ini masih ada setelah 2000 tahun.
Dengan jatuhnya kekaisarn Romawi, pembangunan jalan menjadi hilang. Barulah
pada abad kedelapan belas Tresaguet (17161796) di Prancis mengembangkan metode
pembangunan jalan yang diperbaiki yang dikemudian hari, di bawah Napoleon Bonaparte,
memungkinkan dibuatnya suatu sistem jalan yang besar di prancis.kemudian segerah diikuti
dengan pengembangan jalan di Inggris. Pada jaman itu yang sangat terkenal adalah
macAdam (17561836). Suatu permukaan jalan yang memakai namanya masih digunakan.
Meskipun sedikit saja pembangunan jalan yang berarti yang dikerjakan di Inggris
sebelum Abad kedelapan belas, tetapi telah diletakkan dasar dari undang-undang jalan raya
Inggris, dan juga Amerika. Undangundang Saxonyang mulamula menetapkan seatu
kewajiban bagi semua daerah untuk melaksanakan tiga tugas penting yaitu: memperbaiki
jalan dan jembatan; memelihara istana dan garnisun; dan memukul mundur serangan.
Segerah setelah penaklukan oleh bangsa Norman, tercatat bahwa jalan raya raja adalah
Barang keramat, dan barang siapa yang menempati sebagai dari padanya dengan melampaui
batas tanahnya dianggap telah berbuat pelanggaran terhadap Raja. Pemakaian undang
undang ini dengan segera menjelaskan bahwa pemilikan jalan sesungguhnya diberiakan
kepada semua orang yang ingin menggunakannya.

2.2 Jenis Jenis Perkerasan Jalan


Perkerasan Modern/Majua adalah Lapisan perkerasan jalan ini dikatakan modern/maju
karena beberapa sebab, antara lain:

Teknologi yang digunakan dalam pengerjaan di lapangan sudah maju, yaitu


menggunakan keahlian khusus

Bahan atau material yang digunakan sebagian besar merupakan hasil olah teknologi
(hasil pabrikasi), misalnya bahan pengikat menggunakan aspal atau semen

Kualitas dan mutu jalan yang dihasilkan lebih baik (karena digunakan pada jalur yang
tingkat LHR-nya tergolong tinggi)

Meskipun teknologinya yang digunakan merupakan teknologi tinggi, namun lapisan


perkerasan jalan ini justru memerlukan perawatan yang rendah

Karena menggunakan teknologi pengerjaan dan bahan yang tinggi sehingga jalan
yang dihasilkan bermutu tinggi sehingga umur rencana relatif tinggi

Jenis-jenis lapis perkerasan modern/maju adalah sebagai berikut:


1)

Flexible Layer/Lapis Perkerasan Lentur

Lapis Perkerasan Lentur Adalah lapisan perkerasan lentur, dengan sturktur berlapis,
bahan pengikat aspal dengan agregat halus dan kasar sebagai pengisi material.
Keuntungan yang didapat dari penggunaan lapisan perkerasan jalan ini adalah sebagai
berikut:

Bersifat ekonomis, karena berdasarkan penyebaran gaya luas tekanan yang


dihasilkan kendaraan semakin ke bawah semakin besar, sehingga mutu bahan
perkerasan yang digunakan harus berdasarkan asumsi di atas, semakin ke bawah
mutu material semakin rendah

Aspal merupakan material perkerasan jalan yang memiliki sifat tahan tarik,
sehingga tidak mudah retak atau pecah dan lentur

Adapun kerugian dari penggunaan lapisan perkerasan jalan ini mempunyai faktor penentu
yang lebih banyak, adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

Faktor cuaca

Faktor iklim

Faktor pelaksanaan di lapangan

Pemadatan yang kurang baik, pengorengan aspal yang tidak sesuai suhu rencana dan
penyiraman base dan sub base yang kurang merata merupakan contoh faktor penyebab
kerugian tersebut.
a)

Surface Course

Surface Course Adalah lapisan perekerasan yang terletak paling atas dengan sifat-sifat
sebagai berikut :

Sebagai lapisan yang kedap terhadap resapan air

sebagai lapisan aus terhadap gaya rem kendaraan

Mampu menyebarkan beban dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya

Mempunyai stabilitas yang tinggi sehingga mampu menahan beban vertikal dan
horizontal

Adapun contoh dari lapisan permukaan (surface course) antara lain adalah sebagai
berikut :
Lapisan yang bersifat non strukural, berfungsi sebagi lapisan aus dan kedap air, yaitu:
1)
Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), dikenal dengan nama Hot Roll Sheet(HRS),
adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran antara lain bergradasi
timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas dengan suhu tertentu.
2)
Buras (Laburan Aspal), adalah lapisan yang terdiri dari lapisan aspal taburan
dengan ukuran butir maksimum 9,6cm.
3)
Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis), adalah lapisan penutup yang terduru dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradsi seragam(Single
Bitumen Surface Treatment; BST) (tebal max. 2cm).
4)
Burda (Laburan Aspal Dua Lapis), adalah lapisan penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjaan dua kali beruntun (tebal maksimum
3,5cm).
5)
Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir, adalah lapisan penutup yang terdiri dari
campuran pasir dan aspal keras yang dicampurkan, dihamparkan dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada suhu tertentu (tebal maksimum 12cm).
6)
Labastum (Lapisan Tipis Asbuton Murni), adalah lapisan penutup yang terdiri
dari campuran asbuton dan bahan pelunak yang dicampuran secara dingin (tebal
maksimum 1cm).
Lapisan yang bersifat strukural, berfungsi sebagi lapisan yang yaing menahan dan
menyebarkan beban roda, yaitu:
1)
Penetrasi Macadam (lapen), adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal
dengan disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di atas lapen ini
biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat
bervariasi dari 4-10 cm.
2)
Lasbutag, adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran
antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan dipadatkan
secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara 3-5 cm.
3)
Laston (Lapis Aspal Beton), adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan yang
terrdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus,
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.

b)

Base Course
Base Course Adalah lapisan pondasi atas (base course), terletak di antara permukaan
dengan lapisan pondasi bawah. Fungsi dari lapisan pondasi atas (base course)adalah
sebagai berikut :

Sebagai lapisan yang mampu menahan beban vertikal dan gaya getaran yang
diakibatkan oleh kendaraan di atasnya

Sebagai landasan dari lapisan permukaan

Menahan resapan ke lapisan pondasi bawah (sub base course)

Adapun sifat utamanya adalah menahan beban vertikal yang lebih kecil dari
lapisan permukaan (surface course)

Adapun contoh dari lapisan pondasi atas (base course) antara lain adalah sebagai berikut :
1)

Agregat Bergradasi baik, terdiri dari :

Batu Pecah kelas A, mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas
Batu Pecah kelas B, mempunyai gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas C
Batu Pecah kelas C, mempunyai gradasi yang lebih halus dari batu pecah kelas B dan
C

2)
Pondasi Macadam, adalah lapisan pondasi atas yang terdiri dari agregat pokok +
pengunci dengan gradasi terbuka seragam yang diikat dengan aspal.
3)

Pondasi Telford, yaitu tersusun dari batu besar.

4)

Penetrasi Macadam (lapen).

5)

Aspal Beton Pondasi/ATB (Asphalt Treated Base).

c)

Sub Base course

Sub Base course Adalah lapisan pondasi bawah (sub base course), terletak di antara lapis
pondasi atas (base course) dengan lapisan tanah dasar (sub grade course).Fungsi dari lapisan
pondasi bawah (Sub base course) adalah sebagai berikut :

Sebagai lapisan yang menahan beban vertikal (disyaratkan CBR 20% dan PI 10%)

Lapisan ini menerima getaran yang lebih kecil yang berasal dari beban kendaraan
yang disalurkan oleh lapisan di atasnya sehingga dapat mengurangi tebal lapisan
pondasi atas (base course). Secara ekonomis hal ini menguntungkan mengingat harga
material penyusun lapisan pondasi atas (base course) relatif lebih mahal

Sebagai lapisan landasan bagi lapisan pondasi atas (base course) merupakan lantai
kerja atau lapisan pertama bagi susunan lapisan perkerasan jalan

Adapun contoh dari lapisan pondasi atas (base course) antara lain adalah sebagai berikut :
1)
Lapisan podasi bawah (sub base course) yang menggunakan material stabilisasi
sebagai berikut :

Stabilisasi agregat dengan semen (cement treated sub base)

Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treated sub base)

Stabilisasi tanah dengan semen (soil cement stabilization)

Stabilisasi tanah dengan kapur (soil lime stabilization)

2)
Lapisan podasi bawah (sub base course) yang menggunakan material agregat
sebagai berikut :

d)

Sirtu / Pitrun Kelas A

Sirtu / Pitrun Kelas B

Sirtu / Pitrun Kelas C

Sub Grade Course

Sub Grade Course Adalah lapisan tanah dasar (sub grade course), terletak di lapis
pondasi bawah (sub grade course), dapat berupa tanah galian, tanah timbunan atau tanah asli.
Contohnya adalah tanah yang dipadatkan, yang mana tanah pemadat tersebut memiliki sifat
sebagai berikut :

Mempunyai tebal lapisan yang tidak terbatas (umumnya antara 50 100cm)

Hanya mampu menahan beban langsung kendaraan yang relatif kecil karena bebean
sebelumnya diterima oleh beban di atasnya

Direncanakan dengan CBR yang cukup aman

Adapun susunan dari perkerasan lentur (fleksibel layer) dapat dilihat pada gambar
berikut:
2)

Rigid Layer/Lapis Perkerasan Kaku

Rigid Layer/Lapis Perkerasan Kaku Adalah suatu jenis lapisan perkerasan jalan yang
terdiri dari pengikat semen dan filler, dengan material perkerasan berupa agregat kasar dan
agregat halus. Pada beberapa pekerjaan sebagai penambah kekuatan maka lapisan perkerasan
ini menggunakan geotexstile dan tulangan baja.

Keuntungan dari lapisan perkerasan jalan jenis ini adalah sifatnya yang kaku dan gaya yang
dipikul cukup ditahan oleh satu lapis perkerasan (beton).
Adapun kerugian dari penggunaan lapisan perkerasan jalan ini adalah :

Non ekonomis, karena harga material penyusunnya yang relatif mahal. Hal ini
dikarenakan persentase semen yang dipakai tinggi.

Karena kekakuannya sehingga lapisan perkerasan jalan ini mudah mengalami


keretakan sebagaimana beton konvensional lainnya. Dengan kata lain gaya tarik
yang dapat ditahannya relatif kecil.

Karena daya rekat antar material penyusunnya kuat sehingga perbaikan kerusakan
pada lapisan perkerasan jalan ini relatif sulit.

Dari seluruh kerugian dari pengguanaan lapisan perkerasan jalan ini sebagian
besar dikarenakan ketidak fleksibelannya.

3)

Perkerasan Komposit

Perkerasan Komposit Adalah jenis perkerasan yang mengguanakan 2 jenis bahan


berbeda, yaitu gabungan antara bahan aspal dan bahan beton.
2.3 Jenis lapisan yang digunakan di lapangan
Dari hasil pengamatan dilapangan jenis lapisan yang digunakan pada saat pekerjaan
di lapangan adalah :
2.3.1. Lapisan Asphalt Concrete Wearing Course(AC - WC)
. Lapisan Asphalt Concrete Wearing Course(AC - WC) merupakan lapisan perkerasan yang
terletak paling atas yang berfungsi sebagai lapisan AU. Walaupun bersifat non struktual AC
WC dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu sehingga secara
keseluruhan menambah massa pelayanan dari konstruksi perkerasan.
2.3.2. Lapisan Lapisan Asphalt Concrete Binder Course (AC - BC)
Lapisan Lapisan Asphalt Concrete Binder Course (AC - BC) merupakan lapisan perkerasan
yang terletak dibawah lapisan AUS (Mwearing Course) dan diatas lapisan (Base
Course).Lapisan ini tidak berhubungan langsung dengan cuaca,tetapi harus mempunyai
ketebalan dan kekakuan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu
lintas yang akan diteruskan ke lapisan bawahnya yaitu Base dan Sub Grade (Tanah Dasar ).
Karateristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas..

2.4. Peralatan Yang Digunakan Pada Saat Pekerjaan


2.4.1. Asphalt Spayer

MERK

: NIGATA

FUNGSI

: UNTUK MENYEMPROTKAN ASPAL CAIR PADA


PEKERJAAN JALAN ATAU COATING

2.4.2. Asplhat Finiser

MERK

: NIGATA

BERAT

: 12 TON

FUNGSI

: UNTUK MENGHAMPAR CAMPURAN ASPAL


( HOT MIX )

2.4.3. Tandem Roller

MERK

: SAKAI

BERAT

: 6 TON

FUNGSI

:SEBAGAI PEMADATAN
ASPAL
PANAS

TANAH,

AGREGAT,CAMPURAN

2.4.4. Penaumatic Roller

MERK : BOMAK / SAKAI


BERAT

: 18 TON

FUNGSI

: SEBAGAI PEMADAT HAMPARAN CAMPURAN


ASPAL PANAS.

2.4.5. Dump Truck


MERK

: HINO & MITSUBISHI

BERAT

: 6460 kg

FUNGSI

: UNTUK MENGANGKUT METERIAL SEKALIGUS


MENUMPAHKAN MUATAN NYA.

2.4.6. Asplhat Mixing Plant

FUNGSI

: UNTUK MEMPRODUKSI CAMPURAN ASPAL

( HOTMIX )

2.5. Data Asplhat Mixing Plant ( AMP )


Asphalt Mixing Plant jenis takaran sistem kontrol otomatis (Sumlili).
Asphalt Mixing Plant (AMP) terlatak pada jalan Sumlili-Baun No.3 desa Sumlili
kecamatan Kupang Barat kabupaten Kupang (NTT), data-data mengenai AMP Sumlili
sebagai berikut :
1. Pemilik AMP

: PT. Alam Indah Cendana Lestari. (AICL)

2. Alamat Pemilik : jln. Sriwijaya No. 35 Lantai 1 (satu)


3. Merk AMP

: MBW PT

4. Berdiri sejak

: 2012 - (sampai sekarang)

AMP yang digunakan adalah jenis Batching (penangkaran)dengan kapasitas


Produksi Hotmix 1000 kg/batch.maksimal 60 ton/jam yang dilengkapi alat pengumpul
debu (dust collector). Kalibrasi terhadap timbangan selalu dilakukan sesuai dengan yang
disyaratkan. Dan temperatur panas (termometer) semuanya terkontrol pada computer.

Gambar Hasil Survei lapangan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Proses Kerja AMP

Hot screen unit (ayakan panas)

3.2. Data Laboratorium AMP


3.2.1 Tebal lapisan HRS-BASE = 3 cm
Presentase aspal yang digunakan = 5,7 %
Pemadatan = 98 %
3.2.2 Tebal aspal sebelum pemadatan lapisan HRS-BASE = 4,2 cm
3.2.3 Jumlah lintasan alat pemadat
Tandem Roller = 6 lintasan PP ( 2 awal & 4 akhir )
Pneumatic Roller = 12 lintasan PP
3.2.5 Data Lokasi
PT

: PT . BUMI INDAH

Panjang Jalan

: 1500 M = 1,5 KM

Lebar Jalan

:3M

Jumlah Lapisan

: 1 LAPIS ( HRS-BASE)

Jenis Pekerjaan

: PENINGKATAN JALAN

Jenis Lapisan

: LAPIS TIPIS ASPAL BETON (LATASTON)

3.2.6 Data Asphalt Mixing Plant (AMP)


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Kemampuan produksi mesin per jam


Suhu Aspal Dari AMP ke lokasi
Suhu Aspal sampai Dilokasi dan saat penghamparan
Suhu Aspal saat dipadatkan (tandem roller)
Suhu Aspal saat dipadatkan (pneumatic roller)
Suhu Aspal setelah dipadatkan
Aspal yang keluar tiap 1 bukaan
Waktu yang di perlukan untuk 1 bukaan
Lamanya proses pencampuran agregat menjadi aspal
Waktu jeda antara material 1 ke yang ke 2
Jarakdari AMP Lokasi

= 60 ton
= 150 c
= 140 c - 145 c
= 130 c 145 c
= 120 c 130 c
= 80 c 90 c
= 1000 kg
= 12-15 detik
= 1 menit
= 1 menit
= 22,6 km

3.3. Proses Kerja Lapangan


1.ASPHALT SPAYER (Aspal distributor)
Asphalt Distributor/atau asphalt sprayer adalah truk atau kendaraan lain yang dilengkapi
dengan aspal ,pompa dan batang penyemprot .umumnya alat ini di lengkapi dengan pemanas
untuk menjaga temperatur aspal dan juga penyemprot tangan (hand sprayer) ,hand sprayer
digunakan untuk daerah-daerah yang sulit dicapai dengan batang penyemprot.

Sebelum melakukan penyiraman harus dipastikan bahwa daerah yang di semprot bebas dari
kotoran dan debu debu ,lalu asphalt distributor harus di kalibrasikan terlebih dahulu seperti
sudut nosel,ketinggian dan kecepatan kendaraan .ketinggian batang penyemprot sedemikian
rupa disesuaikan dengan jarak nosel agar diperoleh penyemprotan yang tumpang tindih
sebanyak 2-3 kali.penyemprotan dilakukan secara merata sepanjang jalan.agar tidak
mengganggu pekerjaan ,pastikan pelaksana mengalihkan arus lalu-lintas jika dirasa perlu.

Kapasitas produksi per jam


Lebar penyemprotan (b)

= 2,25 m

Kecepatan penyemprotan (V)

= 30 m/menit

Kapasitas pompa aspal(pas)

= 100 liter /menit

Faktor efisiensi kerja (fa)

= 0,83 (kondisi sedang)

Kapasitas Produksi alat per jam

= pas x fa x60
= 100 x 0,83 x60
= 4980 liter/menit

Gambar Alat :

2. ASPHALT MIXING PLANT (AMP)

Proses pengolahan aspal untuk kepentingan perkerasan jalan ,bisa dilakukan produksi
dalam jumlah yang besar dengan menggunakan plant sebagai tempat pengolahan aspal.yang
dimaksud dengan alat pengolah aspal,bukan hanya proses aspal saja.melainkan untuk
mengolah aspal yang dicampurkan dengan agregat lainya.sehingga diperoleh campuran yang
memenuhi syarat untuk perkerasan.
Bagian-bagian dari AMP antara lain :
Agregat
1.Cool Bin /Bin dingin(tempat agregat)
2.Cool elevator (pemasok agregat/pengantar agregat)
Cool Elevator merupakan alat yang berfungsi berputar mengangkut
/mengangkat agregat yang dikeluarkan dari cosol been menuju mesin Dryer
3.Peghisap Debu Alat ini berfungsi mengisap dan mengeluarkan debu yang
melekat pada material sehingga material yang masuk ke dalam Drayer atau
pengering dalam kondisi bersih dari debu yang melekat
4.Dryer/penyaring (meterial di keringkan dengan suhu 150C)
5.Hot elevator ( penghantar material ke hot screen)

6.Hot screen unit (ayakan panas)


7.Hot bin (Bin panas)
8.Penimbangan
9.Mixer (pugmil)
Asphal
1.Tengki aspal (dipanaskan suhu 150C)
2.Penimbangan
3.Mixer (pencampur)
Kapisitas produksi alat
Q = kapasitas produksi x faktor efesiensi alat
Q= 60 ton/jam x 0,9 = 54 ton/jam
Produktivitas alat untuk kebutuhan proyek
Panjang jalan

= 1,5 km = 1500 m

Lebar jalan

= 3,5 m

Tebal HRS-BASSE = 3 cm (kondosi padat)


Untuk tebal waktu penghamparan = 3 cm x 1,2 = 3,6 cm (kondisi gembur)
Berat isi campuran agregat aspal HRS-BASSE = 2,29
Volume (HRS-BASSE) yang harus di produksi :
V = P x L x t x Berat Jenis Campuran HRS-BASSE
= 1500 m x 3,5 m x 0,036 m x 2,29 ton/ m
= 432,81 ton
Kapasitas barch = 1000 kg / 1 ton (1 kali siklus)
Jadi untuk pekerjaan dimaksud AMP harus memproduksi sebanyak 432,81 kali siklus
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi kebutuhan di lapangan (kebutuhan total)
Kemampuan alat 60 ton /jam dengan kondisi alat (90%)
Jadi total waktu yang dibutuhkan =

432,81 ton
54 ton/jam

= 8,015 jam
3.PERALATAN PENGANGKUT(DUMP TRUCK)
Truk merupakan alat yang khusus digunakan sebagai alat angkut karena
kemampuanya ,misalnya dapat bergerak cepat .kapasitas besar dan biaya operasionalnya
relatif murah .Alasan lain penggunaan truk mudah diatur dengan produksi alat-alat gali
,sehingga truk sangat luwes dalam pengorganisasian dengan alat-alat yang lain .hal ini sangat

bermanfaat bagi penghematan biaya operasi pelaksanan biaya operasi pelaksanaan proyek.
Salah satu syarat yang perlu dipenuhi agar truk dapat digunakan dengan baik dan efektif
adalah adanya jalan angkut yang rat dan cukup kuat atau keras kusus untuk jalan angkut yang
kurang baik dapat menggunakan truk yang disebut denagn cross country ability yang harga
dan biaya operasinya lebih tinggi dari pada truk biasa.
Beberapa hal yang membedakan macam-macam truck
-Ukuran dan bahan bakar yang digunakan
-Banyaknya gigi persneling (gear)
-Banyaknya roda gerak ,misalnya dua,empat dan enam
-Susunan roda roda dan banyaknya sumbu (gandar)
-Kemampuan angkut ,dalam ton
-Cara membuang muatan (dumping) misalnya real dump,side dump dan bottom dump
Untuk pekerjaan konstruksi sipil umumnya digunakan truk yang dapat membuang
muatan dari bak secara otomatis .truk semacam ini disebut dengan dump truk atau tipping
truk. Penumpahan muatan (dumping) dilakukan dengan cara hidrolis yang menyebabkan bak
terangkat pada satu sisi .sedang sisi lain yang berhadapan berputar sebagai engsel
Dengan membedakan arah muatan ditumpahkan dump truk dibedakan dalam 3 macam ialah :
-Real dump truk yang membuang muatan kebelakang
-Side dump truk yang membuang muatan kesampig
-Bottom dump truk yang membuang muatan melalui bak bawah
Dump truk yang ada terdiri dari berbagai ukuran dengan ukuran dengan ukuran
angkut 3ton sampai 20 ton .yang pemilihan dapat disesuaikan dengan kondisi pekerjaanya.
Operator atau sopir sangat berperan dalam menempatkan truk pada waktu muat ,karena
produksi dari organisasi alat angkut dan alat gali di tentukan pada saat muat
ini,menempatkan truk dengan cepat pada posisi untuk dimuati diusahakan agar swing dari
alat gali sekecil-kecilnya,operator alat gali biasanya akan mengatur penempatan truk pada
posisi muat yang baik. Truk seharusnya ditempatkan membelakangi alat gali, atau searah
dengan swing alat gali agar memudahkan pemuatan. Khusus pada pemuatan batu-batu yang
besar dengan menggunakan alat gali yang besarsebaiknya truk menghadap ke alat gali, agar
batu-batu tidak menimpa kabin trik.
Truk adalah alat ankat jarak jauh,sehingga jalan ankt yang dilalui dapat berupa jalan
datar, tanjakan dan turunan. Untuk mengendarai truk pada medan yang berbukit dibutuhkan
keterampilan operator atau sopir. Operator harus segera mengambiltindakan dengan memilih
gigi ke gigi rendah bila gigi mulai tidak mampu beker japada gigi yang tinggi. Hal ini perlu

dilakukan agar truk tidak berjalan mundur karena tidak mampu menanjak pada saat
memindah pada gigi yang rendah. Untuk jalan yang menurun perlu juga dipertimbangkan
menggunakan gigi rendah. Karena kebiasaan berjalan pada gigi tinggi dengan hanya
mengandalkan pada rem (brakes) sangat berbahaya dan dapat berakibat kurang baik.
Pada waktu mengangkut atau kosong, perlu dihindari terjadinya selip. Selip adalah keadaan
gerakan mendtar ke samping dari kendaraan yan tidak dapat dkuasai oleh operator. Selip ini
biasanya terjadi bila roda berputar lebih cepat dari pada yang diperlukan untuk gerakan
kendaran, atau apabila putaran roda lebih lambat dari pada gerakan kendaran, misalna waktu
direm atau dapat terjadi pada tikungan yang tajam dalam keadaan kecepatan tinggi.
Membuang muatan (dumping) operator harus hati-hati dan cermat. Operator harus yakin
bahwa roda-roda berada di atas permukaan tanah yang cukup kuat dan keras untuk
menghindari supaya ban- ban tidak terperosok ke dalam tanah yang kurang baik, misalnya
pada permukaan tanah hasil buang sebelumnya.
Kapasitas bak (V)

= 6 m

Faktor efisieni alat (fa)

=0,75

Kecepatan rata-rata bermuatan V1 = 30km/jam


Kecepatan rata-rata kosong

V2 =50km/jam

Kapasitas AMP / Bach = (Q 2b) = 1 ton


Waktu meyiapkan 1 bach (Tb = 1 menit)
Waktu siklus
Waktu mengisi bak (T1) =( V:Q 2b) x Tb
= ( 6 m : 1 m) x 1 menit
=6x1
T1

= 6 menit = 0,1 jam

Angkut = (L : V2) x 60 menit


=22,6 km : 30 km/jam x 1 jam
=0,753 jam x 1 jam
T2 = 0,753 jam = 45 menit
Tunggu + dump + putar
( T3) = 5 menit =0,083 jam
Kembali ( L : V2 ) x 60 meniT
T4 = 22,6 km : 50 km/jam x 1 jam
=0,452 jam = 27 menit
Ts 2 = T1 + T2 + T3 + T4

= 0,1 + 0,753 +0,083+ 0,452 = 1,388 jam = 83,28 menit


Kapasitas produksi/jam
=V x Fa x 60
Ts 2
= 6 m x 0,75 x 60
1,388 jam
= 270 m
1,388 jam
= 194,524 m/jam

Jadi kebutuhan armada dump truck yang dibutuhkan untuk mengangkut material dari
AMP sampai ke lokasi adalah:
= Total hasil produksi HRS- BASSE
Volume bak
= 432,81 m
6 m
= 72,135 ret => 73 ret

4.ASPHALT FINISHER
Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal yang dihasilkan dari
alat asphalt mixing plant (AMP). Terdapat dua jenis asphalt finisher yaitu jenis crawler yang
menggunakan roda kelabang dan jenis roda karet. Kelebihan dari asphalt finisher roda
kelabang adalah dalam hal daya ambang (flotation), traksi, dan penghamparannya lebih halus
serta lebih datar dibandingkan asphalt finisher yang menggunakan roda karet dengan ukuran
yang sama. Kelebihan dari asphalt finisher roda karet adalah dalam hal manuver yang lebih
cepat.

Produktivitas alat

Kecepatan alat

= 5 m/menit

Daya tampung

= 12 ton

Faktor efisensi alat Fa

= 0,80

Lebar efektif penghamparan = 3,5 m

Berat isi D1

= 1,91 ton/ m

Tebal penhamparan

= 3,6 cm =0,036m

Kap. Produktivitas alat/jam


= V x b x 60 x fa x t x D1
= 5 m/menit x 3,5 m x 60 x 0,80 x 1,91ton/ m
= 1604,4 m /menit = 26,74 m/jam

Produktivitas alat yang dibutuhkan pada proyek


v = P x l x t (tebal hampar)
= 1500 m x 3,5 m x 0,036 m
= 189 m
Q = 189 m
26,74 m/jam = 7,06 jam

4. TANDEM ROLLER
Tandem Roller merupakan alat pemadat biasaya digunakan untuk penggilasan akhir
artinya fungsi alat ini adalah untuk meratakan permukaan .Tandem roller tidak dipakai untuk
permukaan batuan keras dan tajam karena dapat merusak roda .adapun 2 model tandem roller
, yaitu two axel tandem roller dan three axel tandem roller.model yang pertama mempunyai
berat berkisar 8-14 ton .Ballast yang dipakai biasanya cairan.sedangkan three axel tandem

roller fungsi untuk menambah kepadatan. Biasanya three axel tandem roller dipakai pada
proyek lapangan terbang.
Biasanya dalam pekerjaan finishing aspal alat ini berfungsi sebagai pemadat awal dan
pemadat akhir , jumlah atau banyaknya lintasan yang dibutuhkan untuk memadatkan aspal
tergantung pada percobaan lapangan.
Kapasitas produksi/jam
V (kecepatan rata-rata)

=3,5 km/jam

b (lebar evektif pemadatan

=1,20 m

n (jumlah lintasan )

=6

N(jumlah lajur lintasan)

=3

Lebar overlap (bo)

= 0,30m

Bip(berat isi padat)

= 2,29 ton/m

Bil ( berat isi lepas)

= 1,91 ton/m

Fa (faktor evisiensi

=0,83

D1 (HRS-BASSE)

= 1,91 ton/m

Tebal ( t)

= 0,03 m

Kapasitas pro/jam Q = (v x1000) x(N( b bo)+bo) x fa x t x D1x(bip/bil)


n
= (3,5 x1000) x(3(1,2 0,30)+0,30) x 0,80 x 0,03 x 1.91(2,29/1,91)
4
= 144,27 m/jam
kapasitas produksi /jam Untuk lapis HRS-BASSE
= Volume pekerjaan
Q
= 432,81 ton

144,27 m/jam
= 3 jam = 180 menit

5. PNEUMATIC TIRED ROLLER


Pneumatic Tired Roller Roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas roda-roda
ban karet yang dipompa (pneumatic). Susunan dari roda muka dan roda belakang
selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian depan akan digilas
oleh roda bagian belakang. Roda-roda ini menghasilkan "kneading action" (tekanan)
terhadap tanah sehingga membantu konsolidasi tanah. Tekanan yang diberikan oleh
roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan ban.
Makin besar tekanan ban, makin besar pula tekanan yang terjadi pada tanah. Sumbu
dari roda dapat "bergoyang" mengikuti perubahan permukaan tanah, hal ini dapat
memperbesar "kneading action" tadi.
Pneumatic tired roller sangat cocok digunakan pada pekerjaan penggilasan
bahangranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
"penggilas antara". Sebaiknya tidak digunakan untuk menggilas lapisan yang berbatu
dan tajam karena akan mempercepat kerusakan pada roda-rodanya. Bobotnya dapat
ditingkatkan dengan mengisi zat cair . Jumlah roda biasanya 9 sampai 19 buah,
dengan konfigurasi 9 buah (4 roda depan dan 5 roda belakang).

Kapasitas produksi alat

V (kecepatan rata-rata)

= 4 km/jam

b(lebar efektif pemadatan

= 1,2 m

n(jumlah lintasan) PP

Lajur lintasan N

=3

(D1) berat isi HRS-BASSE

= 1,91 ton/m

Lebar Overlap (roda) (bo)

= 0,30 m

fa(faktor efisiensi alat )

=0,80

Tebal ( t)

= 0,03 m

kapasitas produksi /jam

= 12 lintasan

Q = (v x1000) x(N( b bo)+bo) x fa x t x D1


n

= (4 x1000) x(3(1,2 0,30)+0,30) x 0,80 x 0,03 x 1.91


12
=45,84 m/jam
kapasitas produksi /jam Untuk lapis HRS-BASSE
= Volume pekerjaan
Q
= 432,81 ton
45,84 m/jam
= 9,4 jam = 564 menit

BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari studi lapangan yang di ikuti dan diamati maka penulis menarik kesimpulan
bahwa dalam pekerjaan jalan khususnya overlay adalah salah satu contoh dari beberapa
pekerjaan jalan yang sangat bermanfaat,Penulis juga merasa senang karena penulis bisah
dapat mengtahui secara langsung keadaan lapangan dan dapat mengtahui cara kerja alat alat
dilapangan Serta mengetahui apa saja peralatan yang digunakan dalam pekerjaan tersebut.
Dalam pekerjaan overlay campuran aspal dengan agregatpun berbeda dengan
pekerjaan lainnya semua itu tergantung kondisi dilapangan, begitu juga dengan lapisan
perkerasannya. Dalam pekerjaan overlay yang diamati pekerjaan ini menggunakan 2 lapisan
yaitu lapisan AC BC dan lapisan AC WC kadar aspal yang digunakan juga berbeda antara
AC BC kadar aspal 5,7 % dan AC WC kadar aspalnya 6 %
4.2. Saran
Disarnkan agar kegiatan sutidi lapangan ini bisah terus dilakukan sehingga mahasiswa
bisah mengetahui keadaan dilapngan serta mengetahui cara pekerjaannya, sehingga materi
yang diterima di dalam kelas perkuliaan bisah diterapkan dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai