Anda di halaman 1dari 70

STUDI AMDAL

Pengembangan
Bandara Mopah Merauke

Cantika Rahmalia Putri 1606833015


Fahira Salsabila 1606870332
Gari Mauramdha 1606870420
01 Latar Belakang
OUTLINE Justifikasi Rencana, Alasan Rencana

02 Tujuan Rencana
Tujuan dilaksanakan, Justikasi manfaat

03 Pelingkupan
Deksripsi rencana, Deksripsi rona lingkungan awal, Hasil
pelibatan masyarakat, Dampak penting hipotetik, Batas wilayah
studi dan batas waktu kajian

04 Metode Studi
Metode pengumpulan data, Metode prakiraan dampak penting,
Metode evaluasi secara holistik dampak
LATAR BELAKANG

Mobilitas ↑ Kebutuhan Transportasi ↑

 Dibangun tahun 1943

(PD-II) : Darurat perang →

Penerbangan komersil

 Jl. PGT No.1 Merauke

 Panjang landasan:

2000 m non instrumen


LATAR BELAKANG

SUISTAINABLE  Luas Bangunan: 1.972 m2

 Menampung 331

penumpang pada jam sibuk

 Direnovasi, diperluas, dan

ditata ulang tahun 2015

 Luas : 4.634 m2

14 m2/ penumpang

(Ditjen Perhubungan Udara)


Jusifikasi Rencana
1 Meningkatkan akses menuju Kabupaten Merauke

Pengembangan wilayah → Kawasan dengan nilai


strategis
2
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN PM 69 TAHUN 2013
Tentang Kebandarudaraan Nasional sebagai Bandar Udara Internasional

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NO : KP 354 TAHUN 2016


Tentang Rencana Induk Pengembangan Bandar Udara Mopah Merauke
Alasan Rencana atau Kegiatan Wajib
AMDAL
Saat beroperasi tahun 1943
Belum ada ketentuan terkait kewajiban penyusunan
dokumen lingkungan hidup untuk kegiatan Bandar udara

2015
Telah dilengkapi dengan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
(DELH) yang telah disetujui/ direkomendasi oleh Badan
Lingkungan Hidup (BLPH) Papua No. 121 Tahun 2015

Rencana Induk
Dari rencana induk yang ada, maka akan mengubah total tata letak dan
dimensi bangunan eksisting (dibangun gedung terminal baru dan panjang
landasan bertambah 500 m)

Wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL baru


Sebab dampak yang ditimbulkan dinilai akan jauh lebih besar
dari dampak pembangunan eksisting
AMDAL merujuk pada…
01 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 22 (1):

UU No. 32
. Setiap badan usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
Tahun 2009
wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

02 Tentang Izin Lingkungan Pasal 3 (1):

PP No. 27
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
Tahun 2012
memiliki AMDAL

Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
03
Lingkungan Hidup
Permen. LH No.
5 Tahun 2012
Bidang Perhubungan, No 5 untuk pengembangan Bandar udara beserta fasilitsnya dengan
landasan pacu >1.200 m dinyatakan wajib AMDAL
Alasan Ilmiah yang Mendasari Kewajiban AMDAL

Kegiatan Berpotensi Dampak


Berteknologi Menimbulkan Potensial
Tinggi Dampak
Mengubah

Harus Limbah padat, Bentuk Lahan


memperhatikan Seperti kebisingan,
limbah cair, udara, dan Bentang
ketentuan dan bau yang dapat Alam
getaran, emisi
keselamatan mengganggu
penerbangan kesehatan

a b c d
Tujuan Manfaat
Rencana Rencana
Memenuhi kebutuhan dalam skala Meningkatkan infrastruktur transportasi di
internasional Kabupaten Merauke

Memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap


Meningkatkan aksesibilitas di Kabupaten
sarana transportasi udara dengan sarana
Merauke
dan prasarana transportasi yang memadai

Mendukung program pembangunan di Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Merauke Kabupaten Merauke secara tidak langsung


Pelingkupan
Suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait
dengan rencana kegiatan

TUJUAN

Menetapkan batas wilayah studi 1 3 Menetapkan lingkup studi

Mengidentifikasi dampak penting Menelaah kegiatan lain yang


2 4
terhadap lingkungan terkait dengan rencana kegiatan
yang dikaji
Pelingkupan

Sistem Jaringan Kebijakan Umum


Studi Ketersediaan
AMDAL Lahan DLKR Transportasi Udara Pengembangan
Wilayah Kab.
Prov. Papua
Merauke

Studi AMDAL

Dilaksanakan setelah penyusunan kajian Rencana Induk Bandar Udara Mopah selesai dan merujuk padanya
yang memuat tentang Kebijakan Nasional Bandar Udara, Rencana lokasi Bandar udara beserta penggunaan,
hierarki serta klasifikasi bandar udara
Pelingkupan

Sistem Jaringan Kebijakan Umum


Studi Ketersediaan
AMDAL Lahan DLKR Transportasi Udara Pengembangan
Wilayah Kab.
Prov. Papua
Merauke

Ketersediaan Lahan

Sedapat mungkin dibebaskan oleh Pemda atau penyelenggara Bandar udara sehingga tidak terjadi masalah
terhadap ketersediaan lahan yang dapat memengaruhi arah pengembangan
Pelingkupan

Sistem Jaringan Kebijakan Umum


Studi Ketersediaan
AMDAL Lahan DLKR Transportasi Udara Pengembangan
Wilayah Kab.
Prov. Papua
Merauke

DLKR (Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara)

• Menurut UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan harus dimuat dalam Rencana Induk Bandar Udara
• Merupakan daerah yang dikuasi badan usaha bandara untuk pelaksanaan pembangunan, pengembangan,
dan pengoperasian fasilitas bandara
Pelingkupan

Sistem Jaringan Kebijakan Umum


Studi Ketersediaan
AMDAL Lahan DLKR Transportasi Udara Pengembangan
Wilayah Kab.
Prov. Papua
Merauke

Sistem Jaringan Transportasi Udara Prov. Papua

Bandar Udara Mopah di Kab. Merauke merupakan Bandar Udara pengumpul dengan skala pelayanan sekunder
“Merupakan prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang melayani penumpang dengan
jumlah lebih besar dari atau sama dengan 1.000.000 (satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima juta) orang
pertahun”
Pelingkupan

Sistem Jaringan Kebijakan Umum


Studi Ketersediaan
AMDAL Lahan DLKR Transportasi Udara Pengembangan
Wilayah Kab.
Prov. Papua
Merauke

Kebijakan Umum Pengembangan Wilayah Kab. Merauke

Kota-kota dikerahkan untuk mencapai tujuan keseimbangan pembangunan antarwilayah dengan upaya
pemantapan-pemantapan fungsi kota dalam kerangka strategis kebijaksanaan pengembangan struktur wilayah
Kab. Merauke maka diperlukan struktur ekonomi pada sektor primer, sekunder, dan tersier yang seimbang
Deksripsi Rencana
Usaha dan/atau
Kegiatan

Menurut Annex 14 dari


ICAO (International Civil Aviation
Organization) :

Bandar udara adalah area tertentu di


daratan atau perairan (termasuk
bangunan, instalasi dan peralatan) yang
diperuntukkan baik secara keseluruhan
atau sebagian untuk kedatangan,
keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Daerah Lingkungan Kerja (DLKR)
2
1
Fasilitas yang
Pembangunan
dikembangkan:
fasilitas- Daerah Lingkungan Kepentingan
runway, apron,
fasilitas utama
runway strip,
maupun
jaringan Kebutuhan Ruang Udara
penunjang
drainase Ruang udara yang dibutuhkan dalam melakukan
bandara
gerakan
3
PEMBANGUNAN Area yang
Berkaitan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
dengam dibebaskan:
Perlu diamankan dari adanya kemungkinan obstacle
penempatan Persawahan/ yang dapat membahayakan keselamatan
fasilitas
operasional: kebun, ilalang,
Marka, sirine, belukar
signal gun
dengan luas

OPERASI lahan ± 28,321


Rencana Pengembangan Bandara Berdasarkan Kondisi Eksisting

Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Udara

Rute Penerbangan

10 menjadi 16 rute (2 di antaranya melayani rute internasional ke Australia dan Jepang)


Tahapan
Pengembangan

1 Tahap 1
Yang perlu dipertimbangkan:
1. Proyeksi lalu lintas
2 Tahap 2 2. Perkiraan dana
3. Fasilitas yang mutlak dibangun
sejak awal
3 Tahap Ultimate

4 Sebab membutuhkan dana yang


besar namun terbatas
Rencana Pengembangan Fasilitas Bandara Berdasarkan Kondisi
Eksisting (Fasilitas Sisi Udara)

Runway Ukuran Eksisting : 2500 m x 45


m
Konstruksi Perkerasan: Beton Aspal Turning Area
Perpanjangan
Perpanjangan landasan pacu yang Ukuran Eksisting
Apron
disesuaikan dengan karakteristik pesawat : 356 x 92 m
dan kondisi lokasi bandara Konstruksi Perkerasan:
Overrun/ Stopway Tahap 1 dan 2 → B737-800 → 2500 m Beton Aspal
Tahap Ultimate → B767-300 → 3000 m Cukup untuk 4 pesawat
dalam sekali parkir
Pelebaran
-Bahu landasan yang diperhitungkan
berbeda untuk setiap jenis pesawat Taxiway
Ukuran Eksisting : 60 x 30 m - Fungsi bahu: Menghindari erosi
akibat hujan terhadap perkerasan

Runway Strip Peningkatan


Peningkatan daya dukung terkait
kemampuan struktur landasan untuk
mendukung pesawat
Rencana Pengembangan Fasilitas Bandara Berdasarkan
Kondisi Eksisting (Fasilitas Sisi Darat)
• Pengembangan di sebelah kondisi
Terminal Penumpang
eksisting terminal

Tahap awal → 25.725 m2


Tahap Ultimate → 47.795 m2

Bangunan Operasi
Komunikasi Penerbangan
Fasilitas Fasilitas
Keberangkatan Kedatangan Navigasi Penerbangan

Peralatan Elektronika
Baggage Conveyor
Check in Counter
Belt

Rambu terminal Peralatan Pendaratan


Check in Area
bandara

Rambu terminal bandara Medical Centre Meteorologi Penerbangan

Gedung Kargo
Tahapan Pengembangan

Pra
Konstruksi

1 Tahap 1

2 Tahap 2 Konstruksi

3 Tahap Ultimate

4
Komponen Kegiatan Berpotensi Dampak?
Tahap Pra Konstruksi Tahap I Tahap Konstruksi Tahap I

PENGURUSAN IZIN REKRUITMEN TENAGA KERJA


- Dasar teknis dan legalitas pembangunan - Secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan
- Izin: Izin lingkungan, IMB proyek sesuai jadwal
- Berpotensi menimbulkan persepsi - Diutamakan masyarakat lokal (bila tidak, adanya
pembekalan terkait adat istiadat setempat)
- 75 Pekerja

PENGINFORMASIAN RENCANA KEGIATAN MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL


60%
- Informasi terkait kegiatan pembangunan, proses - Dilakukan pada tahap awal konstruksi
pembebasan lahan
90%
- Untuk membuat persepsi positif dan kepercayaan
- Potensi dampak pada saat pengangkutan
masyarakat lokal terhadap rencana kegiatan

PENGADAAN LAHAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BASECAMP


- Cara pembebasan lahan: Kegiatan inventaris seperti - Direksi keet, base camp, pengadaan air bersih,
kepemilikan, luas serta mendata bangunan yang ada di pengadaan instalasi listrik
atasnya
80% 70% - Dampak dibangun basecamp:
Menambah peluang usaha masyarakat setempat untuk
Lahan Eksisting : ±229,5 Ha membuka warung di sekitar kegiatan pembangunan
Lahan Pengembangan : ±28.321 Ha

Padang Rumput → Kawasan transportasi udara


Tahap Konstruksi Tahap I Tahap Konstruksi Tahap II

PENYIAPAN LAHAN REKRUITMEN TENAGA KERJA


- Mendapatkan kondisi lahan sesuai yang dibutuhkan - Secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan
- Cara: proyek sesuai jadwal
1. Pembersihan lahan dari tanaman atau bangunan - Diutamakan masyarakat local (bila tidak, adanya
menggunakan alat berat pembekalan terkait adat istiadat setempat)
2. Perataan lahan melalui cut and fill - 200 Pekerja
3. Memadatkan lahan dengan alat berat
- Dampak:
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan MOBILISASI PERALATAN DAN MATERIAL
60% - Dilakukan pada tahap awal konstruksi
90% - Potensi dampak pada saat pengangkutan

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA TAHAP I


- Taxiway, runway apron, dll

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI DARAT TAHAP I PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BASECAMP


- Pekerjaan lansekap, Bangunan (terminal, kargo, dll), - Direksi keet, base camp, pengadaan air bersih,
MEP, Demobilisasi peralatan dan material, Demobilisasi pengadaan instalasi listrik
80%
tenaga kerja konstruksi
70% - Dampak dibangun basecamp:
Menambah peluang usaha masyarakat setempat untuk
membuka warung di sekitar kegiatan pembangunan
TAHAP OPERASI TAHAP I
Tahap Konstruksi Tahap II

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA TAHAP II


- Taxiway, runway apron, dll

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI DARAT TAHAP II


- Pekerjaan lansekap, Bangunan (terminal, kargo, dll),
MEP, Demobilisasi peralatan dan material, Demobilisasi
60%
tenaga kerja konstruksi
90%
TAHAP OPERASI TAHAP 1

80% 70%
2.4.3 Dampak Penting Hipotetik yang
Dikaji
No Dampak Penting Hipotek
Hasil penapisan yang dilakukan dalam
1. Getaran
pelingkupan dampak penting hipotetik 2. Peningkatan fasilitas transportasi
mengevaluasi dampak potensial menjadi tiga udara
3. Peningkatan kebisingan
klasifikasi yaitu:
4. Persepsi masyarakat
• Dampak penting hipotetik yang dikaji 5. Kesempatan kerja
6. Kesempatan berusaha
• Dampak tidak penting hipotetik yang
7. Air larian
dikelola dan dipantau
8. Bangkitan lalin darat
• Dampak tidak penting yang tidak dikelola 9. Terputusnya akses jalan
dan dipantau Sumber: hasil analisis konsultan, 2016
2.5 Batas Wilayah Studi dan
Batas Waktu Kajian
2.5.1 Batas Wilayah Studi

• Batas Proyek • Batas Administrasi

Batas proyek yaitu ruang dimanaseluruh komponen rencana Batas Administrasi dari pemerintahan di Kabupaten Merauke
kegiatan Bandar Udara Mopah di Kabupaten Merauke akan dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)
dilakukan. Batas proyek meliputi fasilitas sisi darat dan fasilitas yang terluas yaitu batas ruang aman udara. Batas Administrasi
sisi udara seluas 257,821 ha di Desa Rinmba Jaya, Distrik AMDAL Bandar Udara Mopah di Kabupaten Merauke yaitu
Merauke, Kabupaten Merauke wilayah administrasi Kelurahan Rimba Jaya, Mandala dan
Kelapa Lima.
• Batas Ekologis

Batas ekologis yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak


lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang • Batas Wilayah Studi
akan dikaji. Batas ekologis studi ini adalah batas Kawasan
Batas wilayah studi adalah batas terluar dari hasil tumpeng
kebisingan.
susun dari batas wilayah proyek, ekologis, social dan
• Batas Sosial administrative setelah mempertimbangkan kendala teknis yang
dihadapi.
Batas sosial dalamstudi AMDAL ini ditetapkan pada area
pemukiman penduduk dan area fasilitas umum seperti
Pendidikan dan perkantoran pemerintah yang ada di sekitar
Bandara Mopah Merauke yang tersebar di wilayah Kelurahan.
2.5.2 Batas Waktu Kajian
Batas wajtu kajian yang aakan digunakan dalam studi ini disesuaikan
dengan kegiatan rancana kegiatan.

No Dampak Penting
Hiptotetik
1 Getaran 2 bulan ujicoba dan 3
tahun
2 Peningkatan fasilitas 3 tahun
transportasi udara
3 Peningkatan kebisingan 1 hari
4 Persepsi masyarakat 3 tahun
5 Kesempatan kerja 15 tahun
6 Kesempatan berusaha 1 tahun
7 Peningkatan air larian 1 tahun
8 Bangkitan lalin darat 3 tahun
9 Terputusnya akses jalan 1 bulan
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis
Data
• Pengumpulan data ini meliputi pengumpulan data rencana kegiatan
pembangunan Bandar Udara Mopah di Kabupaten Merauke dan
Pengumpulan data komponen lingkungan di wilayah studi.

• Tujuan pengumpulan dan analisis data antara lain:


• Mendapatkan gambaran mengenai kondisi rona lingkungan awal

• Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan

• Meprakirakan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek

• Mengevaluasi kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek


3.1 Metode pengumpulan dan Analisis
Data
3.1.1 Persepsi Masyarakat 3.1.2 Kesempatan Kerja

• Persepsi masyarakat merupakan dampak pada komponen • Kesempatan kerja berupa perekrutan tenaga kerja lokal untuk

social berupa terbentuknya persepsi positif dan persepsi terlibat langsung dalam proyek pembangunan bandar udara

negative masyarakat terhadap kegiatan. Mopah di Kabupaten Merauke

• Pengumpulan data social kependudukan (demografi) akan • Pengumpulan data sosial kependudukan (demografi) dan sosial

dilakukan melalui data sekunder maupun data primer. ekonomi akan dilakukan melalui data sekunder maupun data

primer.
• Metode analisis yang bersifat kualitatif dilakukan dengan

analisis isi, sedangkan yang bersifat kuantitatif dilakukan • Metode analisis yang bersifat kualitatif dilakukan dengan analisis

dengan analisis statistik. isi, sedangkan yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan analisis

statistik.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑇𝑃𝐴𝐾 = × 100
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟 15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑚 𝑘𝑒𝑎𝑡𝑎𝑠
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis
Data
3.1.3 Kesempatan Berusaha 3.1.4 Kebisingan

• Dampak kesempatan berusaha muncul dengan adanya • Kebisingan akan diukur langsung dengan menggunakan
peluang bagi masyarakat sound level meter.

• Pengumpulan data sosial kependudukan (demografi) • Pengukuran dilakukan selama 10 menit dengan
dan sosial ekonomi akan dilakukan melalui data pengambilan data tiap 5 detik untuk setiap pengukuran.
sekunder maupun data primer.
• Metode analisis kebisingan mengacu pada Keputusan
• Metode analisis yang bersifat kualitatif dilakukan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-
dengan analisis isi, sedangkan yang bersifat kuantitatif 48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan.
dilakukan dengan analisis statistik.
Kebisingan pada jarak tertentu

𝐿2
𝑆𝐿1 − 𝑆𝐿2 = 10𝐿𝑜𝑔
𝐿1
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis
Data
3.1.5 Peningkatan air larian 3.1.6 Peningkatan Pelayanan Transportasi Udara

• Data terkait potensi genangan dikumpulkan melalui • Data yang dibutuhkan dalam prakiraan dampak ini
pengumpulan data curah hujand dan topografi lahan. adalah ketersediaan sarana transportasi
penerbangan pada lokasi kegiatan.
• Data curah hujan dikumpulkan pada stasiun
Meteorologi Kelas III Mopah Merauke dan topografi • Data akan ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif
lahan dari desain siteplan dan kuantitatif terhadap rencana kegiatan.

• Menghitung debit aliran permukan

Perhitungan debit aliran permukaan


𝑅 = 0.0028 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis
Data
3.1.7 Getaran 3.1.8 Bangkitan Lalin Darat

• Getaran secara umum dimaksudkan sebagai getaran yang • Pengumpulan data transportasi dilakukan secara kuantitatif
terjadi akibat aktivitas penerbangan. dengna traffic counting.

• Jumlah lokasi pengumpulan data berada di tapak proyek 1 titik • Metode Analisa transportasi dari data terkumpul dilakukan
dan pemukiman terdekat dengan tepak proyek sebanyak 3 dengan matematik analogi.
lokasi

• Besarnya kecepatan partikel puncak yang dihasilkan dikaitkan


dengan standar tingkat getaran menurut KEP-
49/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat getaran

Pengukuran Tingkat Getaran

251.5
𝑃𝑃𝑉𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝 = 𝑃𝑃𝐹𝑟𝑒𝑓 ×
𝐷
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis
Data
3.1.9 Terputusnya Akses Jalan

• Pengumpulan akses jalan yang dilakukan


dengan mennggunakan dua metode yaitu
wawancara untuk mengetahui tujuan pelintas
serta traffic counting untuk mengetahui tingkta
kepadatan jalan yang akan diputus.

• Metode Analisa akses jalan dari data


terkumpul dilakukan dengan metode
matematik analogi.
3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting

• Metode Pendekatan Model Matematis • Metode Pendekatan dengan Penggunaan Baku Mutu
Lingkungan
Berdasarkan rumus matematis. Contoh: Tingkat Kebisingan,
Bangkitan Lalu lintas, besarnya genangan, dan lain-lain Berdsasarkan pendekatan pada standar atau kriteria baku
mutu lingkungan. Contoh: tingkat kebisingan.
• Metode pendekatan berdasarkan Analogi
• Metode Penilaian Ahli
Berdasarkan pengkajian masalah yang timbul. Contoh:
kesempatan kerja, bangkitan lalu lintas, dan lain-lain Berdasarkan prakiraan oleh para anggopta tim ahli. Contoh:
Persepsi masyarakat dan peningkatan pelayanan transportasi
• Metode Pendekatan berdasarkan Empiris
udara.
Berdasarkan hokum-hokum yang berlaku di lingkungan.
Contoh: timbulnya kesempatan kerja/kesempatan berusaha,
adanya peningkatan.
3.3 Metode Evaluasi secara Holistik
Dampak
• Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah dengan metode Sorensen modifikasi yang dibantu dengan began alir.

• Telahaan pada evaluasi ini dilakukan untuk 4 hal, yaitu:

• Keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik

Telahaan dilakukan pada seluruh dampak penting hipotetik secara holistic menggunakan began alir dengan metode Sorensen modifikasi

• Pemilihan alternative terbaik.

Alternatif diuraikan dan diberikan rekomendasi menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku.

• Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

Arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan yang menimbulkan dampak

• Pertimbangan kelayakan lingkungan

Kriteria rekomendais penilaian kelayakan lingkungan berdarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 16 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.


Daftar Pustaka

 BPS Kabupaten Merauke,2016. Kabupaten Merauke dalam angka tahun 2015.

 Keputusan Meteri Perhubungan RI No.354 Tahun 2016: Rencana Induk Bandar Udara
Mopah di Kabupaten Merauke Provinsi Papua

 Razif. M dan Adhi Y., 2001. AMDAL dan Audit Lingkungan. Jurusan Teknik Lingkungan,
Intstitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

 Soeriaatmadja, R.E., 1997. Ilmu Lingkungan. Penerbit ITB, Bandung.

 Suratmo, F.G. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai