Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN STUDI EKSKURSI

“POLA PENYUSUNAN BREAKWATER YANG ADA

DI PELABUHAN PERIKANAN NASIONAL BRONDONG”

Dewi Rohmawati

(022010059)

Juni, 2022

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik

UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

Kampus : Jl. Veteran No. 53 A Lamongan 62211

Website: www.unisla.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI EKSKURSI

Judul Laporan : Laporan Studi Ekskursi Pembangunan Breakwater di


Kecamatan

Brondong Kabupaten Lamongan

Nama Mahasiswa : Dewi Rohmawati

Nim : 022010059

Progam Studi : Teknik Sipil

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat PKN Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Islam Lamongan.

Pendamping Mahasiswa

Misbakhul Hamdi Dewi Rohmawati


NIM. 021910089 NIM. 022010059

Ketua SE Ketua HMS

Bagas Digdaya M. Choirul Mustofa


NIM. 021910077 NIM. 021910093

3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Studi
Ekskursi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan pratikum ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritikan, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang akan kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya
saran yang membangun
Semoga laporan pratikum ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Lamongan, 27 Juni 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................ii

Daftar Isi ..........................................................................................................................iii

Daftar Gambar .................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................................................1


1.2. Rumusah Masalah ......................................................................................................2
1.3. Maksud dan Tujuan ...................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan .....................................................................................................2

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK .......................................................................3

2.1. Uraian Umum Proyek ................................................................................................3


2.2. Gambaran Umum Struktur Kontruksi .......................................................................4
2.2.1. Pasangan Geotextile .........................................................................................4
2.2.2. Pasangan Batu Boulder 100-200 kg ................................................................5
2.2.3. Pasangan tetrapod ............................................................................................7
2.2.4. Pembuatan tetrapod......................................................................................... 8
2.3. Pola Pemasangan Tetrapod....................................................................................... 9

BAB III KEGIATAN EKSKURSI .................................................................................10

3.1. Kondisi Proyek Saat Studi Ekskursi ........................................................................10


3.2. Fokus Studi ..............................................................................................................10

BAB IV KESIMPULAN dan SARAN ...........................................................................11

4.1. Kesimpulan ..............................................................................................................11


4.2. Saran ........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................12

LAMPIRAN ...................................................................................................................13

iii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Pemasangan Pasangan Batu.......................................................................... 6

Gambar 2.2 Pemasangan Tetrapod ...................................................................................7

Gambar Sambutan dari PT. ADHI KARYA terhadap peserta SE.................................. 13

Gambar Pemberian materi dari PT. ADHI KARYA terhadap peserta SE......................13

Gambar Presentasi Peserta SE........................................................................................ 14

Gambar Peserta SE..........................................................................................................14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah pantai merupakan lokasi yang strategis bagi kehidupan manusia karena
banyaknya aktivitas dan sumber daya yang bergantung pada keberadaan dan posisi geografis
sebuah pantai. Kerusakan yang terjadi pada suatu daerah pantai dapat mempengaruhi kondisi
kehidupan suatu daerah, sehingga pencegahan dan penanggulangan kerusakan menjadi hal
yang sangat penting dalam pembangunan suatu daerah. Salah satu penyebab rusaknya daerah
pantai adalah pengikisan tebing-tebing pantai oleh gelombang. Secara alami, tebing pantai
berfungsi sebagai pertahanan alami (natural coastal defence) terhadap hempasan gelombang.
Pemanasan global yang terjadi, yang berdampak pada perubahan iklim global akan
berpengaruh terhadap banyak morfologi pantai. Selain itu, dampak dari fluktuasi gelombang
di zona pantai atau muara dapat mengakibatkan genangan banjir di daerah dataran rendah
maupun memicu respon morfodinamik seperti erosi pantai.

Upaya perlindungan terhadap daerah pantai umumnya dilakukan untuk melindungi


berbagai bentuk penggunaan lahan seperti kawasan pemukiman, daerah industri, daerah
budidaya pertanian maupun perikanan, kawasan pelabuhan, infrastruktur jalan dan
sebagainya yang berada di daerah pantai dan dirasa perlu untuk dilindungi dari kerusakan
tersebut.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang berlokasi di Kelurahan Brondong, Kec.


Brondong, Kab. Lamongan. Selain itu, Kelurahan Brondong merupakan daerah yang
memiliki aktivitas lalu lintas yang cukup padat karena terdapat di jalur Pantai Utara
(Pantura).

Ombak yang besar yang ada di Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) disebabkan
oleh angin laut yang berhembus dengan kencang yang dapat mengganggu kondisi ekonomi
masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan serta dapat mengganggu
kenyamanan pengendara yang melintasi jalan nasional yang berada di sekitar pantai
tersebut, sehingga kunjungan Studi Ekskursi (SE) ini mengenai penanganan masalah ombak
yang mana dibangunya Breakwater yang bertujuan sebagai pemecah gelombang buatan
bertujuan untuk memaksimalkan para nelayan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

1
1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada laporan ini adalah alasan mengapa memilih tetrapod sebagai
pemecah ombak di Pelabuhan Perikanan Nasional.

1.3. Maksud dan Tujuan

Bertujuan untuk memberikan gambaran umum dalam tata penyusunan Tetrapod bagi
peserta Studi Ekskursi yang ada di Pelabuhan Perikanan Nasional.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini untuk mengetahui tata penyusunan Tetrapod yang ada di
Pelabuhan Perikanan Nasional.

2
BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1. Uraian Umum Proyek

Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) terletak di Kelurahan Brondong, Kec. Brondong,


Kab. Lamongan, berjarak ±4,62 km dari Pusat Kab. Lamongan. Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong berdiri sekitar tahun 1936, dimana berawal dari peristiwa tenggelamnya
Kapal Van Der Wick milik Hindia Belanda. Pada saat itu nelayan yang berada di sekitar
lokasi kejadian menolong para korban kapal Van Der Wick tersebut. Kejadian ini dibuktikan
dengan didirikannya tugu mercusuar yang terletak di area Pelabuhan Perikanan Nusantara
Brondong. Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong saat itu masih berupa Pusat Pendaratan
Ikan (PPI) yang dikelola oleh Pemerintah daerah setempat dengan fasilitas hanya berupa
Gedung TPI sebagai tempat nelayan Brondong dan sekitarnya untuk mendaratkan ikan hasil
tangkapannya. 
Semakin meingkatnya aktifitas dan kegiatan perikanan tangkap di wilayah pelabuhan,
sehingga pada tahun 1978 statusnya meningkat menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
yang pengelolaannya dibawah pemerintah pusat yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Selanjutnya berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 428/KPTS/410/1987, tanggal 14 Juli
1987 secara resmi ditetapkan menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan
Nusantara (Type B) sampai saat ini.

Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong adalah desa perletakannya terbentang persis


pada sepanjang bibir pantai dengan dibatasi jalan trans Pantura. Pelabuhan Perikanan
Nasional Brondong menjadi tempat bongkar muat dan fasilitas penunjang perdagangan
perikanan bagi nelayan dan industri perikanan setempat. Kabupaten Lamongan sendiri
memiliki potensi perikanan yang cukup besar

Pada pembanguna Breakwater ini karena kunjungan kerja Bapak Presiden Republik
Indonesia di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kec. Brondong perihal usulan
masyarakat nelayan untuk dilakukan pembangunan breakwater.

Pada peta lokasi pekerjaan yang dilakukan pembangunan Breakwater 170 meter
disisi timur dan 50 meter disisi utara dengan nilai kontrak Rp. 103.175.389.306,00 (Seratus
Tiga Milyar Seratus Tujuh Puluh Lima Juta Tiga Ratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Tiga

3
Ratus Enam Rupiah). Dengan masa pelaksanaan 464 hari dengan lingkup pekerjaan adalah
pekerjaan persiapan, penyelenggara SMK3 dan Pekerjaan Breakwater.

2.2. Gambaran Umum Struktur Kontruksi


2.2.1. Pasangan Geotextile
a. Material Woven Geotextile dari Polypropylene (PP) yang didukung oleh hasil tes
dan hasil riset di laboratorium, mengikut Standard ASTM, antara lain : kuat tarik,
kekuatan terhadap tusukan, sobekan, kemuluran, dan juga ketahanan terhadap
micro organisme, bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia.
b. Material ini dibuat dalam beberapa macam tipe dengan spesifikasi yang
diinginkan, pemilihan tipe yang tepat tergantung pada kondisi tanah dasar, fungsi
dan beban yang direncanakan.
METODE PEKERJAAN

Sebelum melakukan pekerjaan , kontraktor diwajibkan menyediakan Working Permit


atau request pekerjaan keopada direksi lapangan dengan menyertakan gambar rencana dan
peralatan serta material yang disetujui. Untuk pekerjaan pemasangan Geotextile, bahan ini
digunakan sebagai penahan tanah yang diletakkan diantara pasangan batu kosong dan
pemadatan tanah pada area breakwater. Tempat yang akan dipasang harus dipersiapakan
terlebih dahulu dengan teleti (ketebalan dasar dan puncak, tinggi serta panjang) bersih dari
segala macam kotoran (berkas tumbuh-tumbuhan dan akar-akar) dan sebagainya. Sebelum
memulai pemasangan aka nada pemeberitahuan dahulu kepada Pengawas Lapangan.

Untuk pemasangan geotextile digunakan secara manual atau dengan orang kerja.
Geotextile harus digelar secara melintang, sesudah itu geotextile harus digelar diatas matras
bambu dalam keadaan terhampar tanpa gelombang atau kerutan. Dan pada matras babu
pemasangan geotekstil dapal dilakukan secara fleksibel (melintang atau memanjang).
Geotextile dapat di potong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan. Hal ini bertujuan
untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan penyambungan. Penyambungan
geotextile yang satu ke lainnya dapat dilakukan dengan cara saling melewati (overlap) atau
dengan cara dijahit (sewn). Dengan metode overlap, jarak minimal yang overlapnya adalah
30 cm – 100 cm, langkah ini tergantung dengan kondisi subgrade dan teknik pelaksanaan.

Penjahitan dilapangan biasanya memerlukan tiga sampai empat pekerja. Panel yang
belum dijahit dapat disiapkan di gudang (workshop) dalam berbagai macam panjang dan
lebar yang diperlukan. Setelah geotextile selesai pasang dengan rapih, langkah selanjutnya

4
adalah menebar dan menembpatkan agregat yang sudah kita pilih untuk diletakkan diatas
geotextile.

2.2.2. Pasangan Batu Boulder 100-200 kg

Pekerjaan Pasangan Batu Gunung Pekerjaan pasangan batu gunung ini dikerjakan
dengan menggunakan alat berat seperti excavator , gunanya untuk memindah dan menyusun
batu gunung dengan baik sesuai dengan gambar rencana dan disetujui oleh konsultan
pengawas. Adapun cara lain dalam pelaksanaan pekerjaan struktur secara keseluruhan
dilakukan dari laut menggunakan tongkang dan crane sebagai alat pemindah material.

Material atau bahan-bahan yang dipakai dalam pekerjaan ini. diutamakan produksi
dalam negeri yang memenuhi persyaratan teknis yang dibutuhkan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).

Apabila penyedia barang/jasa mengajukan material lain yang akan digunakan, maka mutunya
harus minimal sama dengan yang disyaratkan dalam kontrak, dan sebelum mendatangkan ke
lokasi pekerjaan penyedia barang/jasa memberitahukan kepada direksi untuk mendapatkan
persetujuan (sepanjang memenuhi persyaratan teknis).

Batu yang dipakai adalah batu gunung/belah, spesifikasi di sesuikan dengan spesifikasi yang
telah di tetapkan yakni :

a. Batu belah/batu gunung yang dipakai pada pekerjaan adalah seperti yang ditunjukkan
dalam gambar-gambar seperti pasangan batu pada lapisan lindung batu pada
bangunan pemecah gelombang (breakwater).
b. Batu gunung yang digunakan haruslah batu alam hasil pecahan dengan muka minimal
3 sisi dan bukan batu glondong, harus bersih dan keras, tahan lama menurut
persetujuan Pengguna Barang/Jasa, serta bersih dari campuran besi, noda-noda,
lubang-lubang, pasir, cacat atau ketidaksempurnaan lainnya.

Ukuran batu yang akan digunakan untuk struktur bangunan pemecah gelombang lapis
pertama adalah dengan berat >1000 kg, sedangkan untuk lapis kedua digunakan batu dengan
berat antara 100 – 200 kg

5
METODE PELAKSANAAN

Sebelum melaksanakan pekerjaan , kontraktor meminta ijin (request) pekerjaan pada


direksi pekerjaan dengan menyertakan gambar rencana serta detail rencana dan pengunaan
personil serta alat berat pendukung lainya.

Pelaksanaan pekerjaan pasangan batu boulder berat 100-200 kg akan kami laksanakan
dengan menggunakan alat berat jenis excavator, loader dan alat bantu lain atau sesuai dengan
arahan pemilik pekerjaan.

Gambar 2.1 Pemasangan Pasangan Batu

Pelaksanaan pemasangan batu boulder 100-200 kg dilaksanakan dilaksanakan sesuai


dengan gambar dengan cara disusun dengan bentuk kemiringan sesuai dalam gambar dan
disusun dalam lapisan horizontal, sedangkan untuk kemiringan dan ketebalan masing-masing
lapisan akan dilakukan pengukuran dengan selalu tersedianya tenaga terampil/juru ukur
dilapangan dengan menggunakan alat ukur jenis theodolite/Total Station yang selalu aktif
berada dilokasi pekerjaan.

METODE KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA

Selaku penyedia jasa akan bertanggung jawab dengan sepenuhnya atas keselamatan
dan kesehatan tenaga pekerja terutama pada saat pemasangan batu boulder berlangsung,
dengan cara memberikan perlengkapan SMK3 pada setiap pekerja dengan menyediakan
sepatu both (menghindari kaki tertimpa atau kejatuhan batu), sarung tangan (menghindari
tangan pekerja tertusuk bagian runcing batu), kaca mata (menghindari mata pekerja dari
percikan pecahan batu) Helm (mencegah pekerja kejatuhan batu dikepala), jaket rompi warna

6
(untuk tanda signal para pekerja agar mudah terlihat terutama oleh Operator alat Berat) serta
masker (yang berguna untuk pekerja terhirup abu batu) dll.

Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standard keselamatan, serta menyediakan


rambu-rambu peringatan dilokasi tempat kerja yang mudah terlihat. zerro accident yang
diharapkan dapat tewujud.

2.2.3. Pemasangan Tetrapod

Pekerjaan Pembuatan Tetrapod Beton ini dikerjakan dengan menggunakan


campuran sesuai mutu beton f’c= 33,20 Mpa (K 400), Slump (12+2) Cm,w/c = 0,61,
Tetrapod terbuat dari beton (biasanya readymix) dan tulangan besi yang memiliki ukuran dan
tingkat kekuatan tertentu sesuai dengan desain yang dibuat. Adapun tulangan besi berguna
sebagai penguat struktur sekaligus sebagai pembentuk tetrapod. Pembuatan tetrapod
dilakukan langsung di lapangan dengan cetakan yang sesuai dengan desain. Untuk semua
mutu beton dapat menggunakan bahan aditif kebutuhan dan waktu serta pelaksanaan curing
disesuaikan dengan spesifikasi teknik dari pabrik pembuat bahan aditif.

Pemasangan tetrapod dilakukan dengan menggunakan crane yang diletakkan di atas


kapal ponton yang ditarik dengan boat penarik. Pada pemasangan batu pecah ini digunakan
pula alat pelampung dan sensor serta penyelam yang mengarahkan posisi
penimbunan di bawah air.Untuk kemudahan dalam pemasangan dan sesuai dengan gambar
rencana, maka perlu dilakukan pemasangan patok – patok bambu yang telah terlebih dahulu
diukur dan diatur penempatannya dengan menggunakan waterpass dan theodolite.

Gambar 2.2 Pemasangan Tetrapod

7
Adapun cara lain dalam pelaksanaan pekerjaan struktur secara keseluruhan dilakukan
dari laut menggunakan tongkang dan crane sebagai alat pemindah material. Dalam
pengontrolan perletakkan berupa tetrapod harus benar- benar diatur dan diawasi agar
panataannya random tapi rapih.

Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi
secara terus menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya. Terdapat banyak
metode dalam penanggulangan abrasi namun prinsip pokok penanggulangannya adalah
memecah gelombang atau meredam energi gelombang yang terjadi. Untuk mendapatkan type
pemecah/peredam energi gelombang yang efektif perlu dilakukan pengkajian yang mendalam
terhadap:

a. Sifat dari pada karakteristik dan tinggi gelombang


b. Kondisi tanah
c. Pasang surut Bathimetry dan gradient pantai

2.2.4. Pembuatan Tetrapod

Pembuatan tetrapod dilakukan dengan menggunakan beton readymix dengan


mutu K-400. Hal ini dilakukan agar konstruksi tetrapod kuat terhadap terjangan
ombak.

Adapun urutan pekerjaan pembuatan tetrapod adalah :

1. Pekerjaan tulangan
Pekerjaan tulangan meliputi :
 Pemotongan tulangan
 Pembengkokan tulangan
 Perakitan
 Penanaman angker

8
2. Bekisting
Bekisting meliputi :
 Pembersihan dari kotoran
 Pemberian oli
3. Pengecoran
Pengecoran meliputi :
 Penuangan beton readymix ke bekisting
 Pemadatan dengan menggunakan vibrator
4. Perawatan beton
Perwatan beton meliputi :
 Pembongkaran bekisting
 Penyemprotan dengan air

2.3. Pola Pemasangan Tetrapod

Pada pola pemasangan tetrapod itu sendiri terbagi menjadi dua type yang meliputi :

a. Tetrapod 800 kg, yang mana jenis tetrapod ini menghadap sisi luar atau langsung
menghadap ke laut lepas.
b. Tetrapod 500 kg, yang mana jenis tetrapod ini menghadap sisi dalam pelabuhan.

Dalam perletakkan berupa tetrapod harus benar- benar diatur dan diawasi agar
panataannya random tapi rapih. Untuk pola yang ada di kepala memiliki perbandingan
kemiringan 1:1,5. Sedangkan pola yang berada di badan memiliki perbandingan kemiringan
1:2.

9
BAB III

KEGIATAN EKSKURSI

3.1. Kondisi Proyek Saat Studi Ekskursi

Kondisi proyek pada saat studi ekskursi memiliki progress realisasi fisik sebesar
31,178%. Dengan meliputi selesainya pengurugan sisi utara, sedangkan untuk sisi timur
masih tahap pengurugan dengan pasangan batu 100-200 kg. Untuk pengaplikasian tetrapod
sendiri masih di sisi utara, sedangkan sisi timur belum masuk ketahap pengaplikasian
dikarenakan masih belum tuntasnya 100% tahap pengurugan.

3.2. Fokus Studi

Untuk fokus Studi Ekskursi ini mengamati pembangunan breakwater yang berada di
Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong, bertujuan sebagai pemecah gelombang buatan.
Pada pembangunan breakwater ini bermanfaat untuk melindungi kolam Pelabuhan seluas
17,2 Ha. yang bermanfaat bagi masyarakat nelayan di Kecamatan Brondong dan sekitarnya,
yang mana sebagai penunjang perdagangan perikanan bagi nelayan dan industri perikanan
setempat, Kabupaten amongan sendiri memiliki perikanan yang cukup besar.

10
BAB IV

KESIMPULAN dan SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi ekskursi terhadap Pembangunan Breakwater yang berlokasi di


Pelabuhan Perikanan Nasional Brondong sebagai berikut:

1. Tipe breakwater rencana berupa breakwater sisi miring. Bangunan dari tumpukan.
batu yang bagian terluarnya diberi pelindung yang terbuat dari batu-batu ukuran
besar, blok beton, atau batu buatan yang terbuat dari beton dengan bentuk khusus
tetrapod.
2. Berdasarkan pola penyusunan tetrapod utuk pola yang ada di kepala memiliki
perbandingan kemiringan 1:1,5. Sedangkan pola yang berada di badan memiliki
perbandingan kemiringan 1:2.
3. Sesuai dengan fungsinya sebagai sebuah bangunan breakwater, breakwater sebagai
peredam gelombang ombak yang bermanfaat untuk melindungi kolam Pelabuhan
seluas 17,2 Ha.

4.2. Saran
1. Masih terbatasnya data penunjang mengenai bangunan breakwater, sehingga
menyulitkan dapat penyusunan laporan SE.
2. Untuk Seksi DekDok mohon lebih fokus memdokumentasikan studi yang dilapangan,
padahal sudah diberi izin oleh pihak kontraktor untuk membawa kamera.
3. Mohon untuk perhatiannya dan segala hormat untuk panitia lebih difokuskan studi
ekskursi ini sebagai sarana penambah ilmu bukan sebagai sarana rekreasi dan
bermain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, N. (2006). Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai Sebagai Alternatif Perlindungan
Daerah Pantai. SMARTek, 4(1).

Yannovita, W., Besperi, B., & Gunawan, G. (2017). Desain Breakwater Sisi Miring Sebagai
Upaya Mengantisipasi Limpasan Air Laut Pada Bangunan Revetment Di Pantai
Malabero Kota Bengkulu. Inersia, Jurnal Teknik Sipil, 9(2), 1–10.

Refi, A. (2013). Analisis Break Water Pada Pelabuhan Teluk Bayur Dengan Menggunakan
Batu Alam, Tetrapod, Dan A-Jack. Jurnal Momentum, 15(2).

PIPP. (2021). Arti https://pipp.djpt.kkp.go.id/profil_pelabuhan/1302/informasi. Diakses


Online : “Tanggal 26 Juni 2022”

12
LAMPIRAN

Gambar Sambutan dari PT. ADHI KARYA terhadap peserta SE

Gambar Pemberian materi dari PT. ADHI KARYA terhadap peserta SE

13
Gambar Presentasi Peserta SE

Gambar Peserta SE

14

Anda mungkin juga menyukai