Disusun Oleh :
Aldiansyah 41119070042
Annisa Aryant Luthfi 41119210006
Dinda Puri Ismawati 41121010087
Farhan Maulana H 41120010077
Bertho Jalnuhubun 41119010100
Dosen Pengampu :
Mirnayani, ST, MT
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Manajemen
Alat Berat Pada Proyek Konstruksi Bendungan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Mirnayani, ST, MT. yang telah membantu kami.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengaharapkan saran
dan kritik dari pembaca.
Kelompok 5
i
ABSTRAK
Bendungan merupakan salah satu infrastruktur pengelolaan sumber daya air dalam
memecahkan permasalahan kondisi ketidakseimbangan kebutuhan dan ketersediaan air
secara umum. Meski mempunyai manfaat yang sangat besar, keberadaan bendungan sendiri
memiliki potensi permasalahan dalam pengelolaannya, usia tampungan bendungan yang
sangat dipengaruhi kondisi daerah tangkapan air (DTA) dari daerah hulu dan juga resiko
bencana banjir bandang pada daerah hilirnya jika terjadi kegagalan bendungan.
Tujuan utama dari operasi pemeliharaan bendungan adalah untuk menjaga fungsi
bendungan serta dalam rangka mempertahankan umur bendungan sesuai dengan perencanaan
pembangunan. Salah satu fakor utama dalam Operasi, Pemeliharaan dan Pemantauan (OPP)
bendungan adalah sumber daya manusia selain kualifikasi, kompetensi yang sesuai serta
lingkungan kerja yang kondusif sangat penting pada operasi dan pemeliharaan bendungan.
Sumber daya manusia perlu menjadi perhatian para pihak, dengan terus melakukaN
peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia unggul, baik secara kualitatif dan
kuantitatif.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Bendungan ?
2. Apa itu Tanah ?
3. Jenis alat yang digunakan dalam proyek tersebut?
4. Untuk mengetahui produktivitas tiap alat yang digunakan?
5. Untuk mengetahui jumlah dan lama waktu pekerjaan alat berat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis alat berat yang digunakan dalam proyek
tersebut.
2. Untuk mengetahui produktivitas alat berat yang digunakan dalam
pembangunan bendungan lolak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Irigasi Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah
tangkapan air sebagian besar akan ditampung sehingga pada
musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai
irigasi lahan pertanian.
b. Penyediaan Air Baku
Bendungan selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum dimana
daerah perkotaan sangat langka dengan air bersih.
c. Sebagai PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola
untuk mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu sistem
pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam bendungan
dengan memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar
turbin, diubah menjadi energi listrik melalui generator.
d. Pengendali Banjir
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah
tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungai-sungai
yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai yang tidak
jarang mengakibatkan banjir di kawasan hilir sungai tersebut,
apabila kapasitas tampung bagian hilir sungai tidak memadai.
Dengan dibangunnya bendungan-bendungan di bagian hulu
sungai maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan
dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara
lain untuk pembangkit listrik tenaga air, untuk irigasi lahan
pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan lain-lain.
e. Perikanan
Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk yang
tanahnya digunakan untuk pembuatan waduk dari mata
pencaharian sebelumnya beralih ke dunia perikanan dengan
4
memanfaatkan waduk untuk peternakan ikan di dalam jaring-
jaring apung atau karamba-karamba.
f. Pariwisata dan Olahraga Air
Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan selain tempat rekreasi
juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga air maupun sebagai
tempat latihan para atlet olahraga air.
2.2.2 Jenis-jenis Bendungan
Menurut Sani (2008), bendungan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis atau tipe, yaitu:
a. Bendungan berdasarkan ukuran
Berdasarkan ukuranya, terdapat dua jenis bendungan, yaitu:
Bendungan besar (Large Dams). Bendungan yang tingginya
lebih dari 10 m, diukur dari bagian bawah pondasi sampai
puncak bendungan.
Bendungan kecil (Small Dams). Semua bendungan yang tidak
memiliki syarat sebagai bendungan besar (Large Dams).
b. Bendungan berdasarkan tujuan pembangunan
Berdasarkan tujuan pembangunannya, terdapat dua jenis
bendungan, yaitu:
Bendungan dengan tujuan tunggal (Single Purpose Dams)
adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi satu
tujuan saja misalnya PLTA.
Bendungan serba guna (Multi Purpose Dams) adalah
bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa
tujuan, misalnya untuk irigasi, PLTA, pariwisata dan
perikanan.
c. Bendungan berdasarkan penggunaannya
Berdasarkan penggunaannya, terdapat tiga jenis bendungan,
yaitu:
Bendungan membentuk waduk (Storage Dams). Bangunan
yang dibangun untuk membentuk waduk guna menyimpan
5
air pada waktu kelebihan agar dapat dipakai pada waktu
diperlukan.
Bendungan penangkap atau pembelok air (Diversion
Dams). Bendungan yang dibangun agar permukaan air lebih
tinggi, sehingga dapat mengalir masuk kedalam saluran air
atau terowongan air.
Bendungan untuk memperlambat air (Distension Dams).
Bendungan yang dibangun untuk memperlambat air
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.
d. Bendungan berdasarkan jalannya air
Berdasarkan jalannya air, terdapat dua jenis bendungan, yaitu:
Bendungan untuk dilewati air (Overflow Dams), adalah
bendungan yang dibangun untuk dilewati air misalnya, pada
bangunan pelimpas (Spillway).
Bendungan untuk menahan air (Non Overflow Dams),
adalah bendungan yang sama sekali tidak boleh dilewati air.
Biasanya dibangun berbatasan dan biasanya terbuat dari
beton, pasangan batu, atau pasangan bata.
e. Bendungan berdasarkan konstruksinya
Berdasarkan konstruksinya, terdapat empat jenis bendungan,
yaitu:
Bendungan serbasama (Homogeneus Dams), adalah
bendungan yang lebih dari setengah volumenya terdiri dari
bahan bangunan yang seragam.
Bendungan urungan berlapis-lapis (Zoned Dams), adalah
bendungan yang terdiri dari beberapa lapisan yaitu, lapisan
kedapan air (WaterTight Layer), lapisan batu (Rock Zones),
lapisan batu teratur (Rip-rap) dan lapisan pengering (Filter
zones).
Bendungan urugan batu dengan lapisan kedap air di muka
(Impermeable Face Rock Fill Dams), adalah bendungan
urugan batu berlapis-lapis yang lapisan kedap airnya
6
diletakan di sebelah hulu bendungan . lapisan yang biasanya
dipakai adalah aspal dan beton bertulang.
Bendungan beton (Concrete Dams), adalah bendungan yang
dibuat dari konstruksi beton baik dengan tulangan atau
tidak. Pembagian tipe bendungan berdasarkan fungsi.
f. Bendungan berdasarkan fungsi
Berdasarkan fungsinya, terdapat beberapa jenis bendungan,
yaitu: bendungan pengelak pendahuluan (Primary Cofferdam,
Dike ), bendungan pengelak (Cofferdam), bendungan utama
(Main Dams), bendungan sisi (High Level Dams), bendungan
ditempat rendah (Saddle Dams), tanggul (Dyke, Levee),
bendungan limbah industry (Industrial Waste Dams), dan
bendungan pertambangan (Mine Tailing Dam, Tailing Dams).
7
Menurut Rochmanhadi (1992), material tanah (soil) tidak mempunyai
sifat yang benarbenar khas, berbeda sekali dengan beton dan baja. Material
tanah di alam terdiri dari dua bagian yaitu bagian padat terdiri dari
partikelpartikel material tanah yang padat, sedangkan bagian pori berisi air
dan udara. Sifat-sifat fisik material tanah juga perlu diketahui, tetapi yang
penting disini adalah keadaan material tanah yang dapat berpengaruh
terhadap volume tanah yang dijumpai dalam usaha pemindahan tanah, yaitu:
a. Keadaan asli sebelum diadakan pengerjaan, atau keadaan material yang
masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi. Dalam keadaan
seperti ini butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsolidasi
dengan baik. Ukuran material tanah demikian biasanya dinyatakan
dalam ukuran alam, yaitu bank measure (BM) keadaan ini digunakan
sebagai dasar perhitungan jumlah pemindahan tanah.
b. Keadaan lepas, yakni keadaan suatu material tanah setelah diadakan
suatu pengerjaan (disturbed). Material tanah demikian misalnya
terdapat di atas truck, di dalam bucket, dan sebagainya. Ukuran volume
material tanah dalam keadaan lepas biasanya dinyatakan dalam loose
measure (LM) yang besarnya sama dengan BM + % swell (kembang) x
BM. Faktor swell ini biasanya tergantung dari jenis tanah. Dapat
dimengerti bila LM mempunyai nilai yang lebih besar dari BM.
c. Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali
kemudian dipadatkan. Volume tanah setelah diadakan pemadatan
mungkin lebih besar atau mungkin lebih kecil dari volume keadaan
bank. Hal ini tergantung usaha pemadatan yang dilakukan.
8
2.2.1 Jenis – Jenis Tanah
Tanah dapat digolongkan menurut ukuran butir-butir yang
menyusunnya, menurut sifatsifat fisisnya, atau menurut perilakunya
apabila kandungan kelembabannya berubah-ubah. Seorang
kontraktor terutama memperhatikan lima jenis tanah yaitu kerikil,
pasir, lumpur, lempung dan bahan organik. Batas-batas ukuran
butiran yang sering digunakan sekarang ini adalah sebagai berikut:
a. Kerikil (gravel) adalah bahan seperti batubatuan yang butir-
butirnya lebih besar dari ¼ in (6 mm). Ukuran-ukuran yang
lebih besar dari sekitar 10 in biasanya disebut batu.
b. Pasir (sand) adalah batu-batuan yang hancur yang butir-butirnya
mempunyai ukuran yang bervariasi dari yang sebesar kerikil
sampai 0,002 in (0,05 mm). Pasir dapat digolongkan sebagai
pasir kasar dan halus, tergantung pada ukuran butirnya. Pasir
adalah bahan yang lepas, atau tidak kohesif yang kekuatannya
tidak dipengaruhi oleh kandungan kelembabannya.
c. Lumpur (silt) adalah pasir yang halus, dan dengan demikian
merupakan suatu bahan berbutir yang butir-butirnya lebih kecil
dari 0,002 in (0,05 mm), dan lebih besar dari sekitar 0,005 mm.
Lumpur adalah bahan yang tidak kohesif, dan kekuatannya kecil
atau tidak ada sama sekali. Bahan ini sangat sukar memadat.
d. Lempung (clay) adalah bahan yang kohesif yang butir-butirnya
berukuran mikroskopik, kurang dari sekitar 0,005 mm. Kohesif
antara butir-butirnya memberikan kekuatan yang cukup besar
pada lempung ketika kering. Lempung mengalami
perubahanperubahan volume yang cukup besar dengan berubah-
ubahnya kandungan kelembaban. Apabila lempung digabung
dengan tanah berbutir, maka kekuatan tanah yang demikian
sangat bertambah besar.
9
2.3 Operasinoal Alat Berat
Menurut Wilopo (2011), manajemen pemilihan dan pengendalian alat
berat adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengendalikan alat berat untuk mencapai tujuan pekerjaan yang ditentukan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat berat,
sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari, antara lain adalah:
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan.
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total
atau berat material yang harus dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih
harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun
vertikal) dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan.
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya, dan
pembongkaran. Selain itu metode konstruksi yang dipakai dapat
membuat pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya
operasi dan pemeliharaan merupakan faktor penting didalam pemilihan
alat berat.
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan
alat berat. Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung,
pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, dan pembukaan hutan.
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek
di dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi
proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis
material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang
akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, atau
lembek.
10
9. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang
baik merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
11
Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga
kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah
yang digunakan atau jam-jam kerja orang.
Sifat fisik yang harus dihadapi alat berat akan berpengaruh dalam:
a. Menentukan jenis alat dan taksiran atau kapasitas produksi.
b. Perhitungan volume pekerjaan.
c. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada.
12
buku yang ditulis oleh Tenrisukki (2003) Pada dasarnya bulldozer
adalah alat yang menggunakan traktor sebagai penggerak
utamanya, artinya traktor yang dilengkapi dengan dozer attachment
dalam hal ini perlengkapannya (attachment) adalah
blade.Sebenarnya bulldozer adalah nama jenis dari dozer yang
mempunyai kemampuan untuk mendorong ke muka. Bulldozer
sebenarnya bukan kumpulan nama jenis - jenis dozer, karena
bulldozer ini hanya salah satu jenis dari dozer yang hanya bergerak
mendorong lurus ke depan. Ada juga angle dozer, selain
mendorong lurus ke depan juga dapat mendorong ke samping
dengan sudut + 250 terhadap kedudukan lurus ke depan. Macam
dan tipe bulldozer dibedakan menjadi beberapa jenistergantung dari
alat geraknya, kendali alat gerak, dan macam pisaunya.
Untuk pekerjaan dozing, menurut Tenrisukki (2003) taksiran
produksi bulldozer dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Q x 60 x E 3
TP= (m / jam)
CM
Keterangan :
TP = Taksiran Produksi
Q = Produksi per Siklus ( m3 )
Cm = Waktu Siklus ( menit )
E = Efisiensi Kerja
b. Compactor
Produksi compactor biasanya dinyatakan dalam luasan (m2)
yang dapat dipampatkan oleh penggilas sampai kepampatan yang
dikehendaki per satuan waktu. Untuk menghitung dapat digunakan
Persamaan berikut (Rochmanhadi, 1985):
w x Lx s x E 3
TP= (m / jam)
P
Keterangan :
W = Lebar Pemadatan ( m )
13
L = Lebar Lapisan ( m )
S = Kecepatan Rata – Rata ( km/jam )
E = Faktor Efisiensi
c. Dump Truck
Dump truck suatu alat angkut yang dipergunakan untuk
memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh.
Pelaksanaan angkutan ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya waktu mengangkut, waktu kembali, waktu muat dan
menuang secara manuver. Jumlah waktu dari gerakan ini
merupakan waktu siklus dump truck.
Produktivitas dump truck dinyatakan dengan rumus :
C x 60 Et
P= xM
C mc
Dimana:
P = Produksi per Jam (m3 /jam)
Et = Faktor Efisiensi
C = Produktivitas per Siklus (m3 )
Cmc = Waktu Siklus Dump Truck
M = Jumlah Dumptruck yang Bekerja (unit)
14
Produktivitas backhoe/excavator dinyatakan dengan rumus :
q x 3600 x E
P=
Cm
Produksi per Siklus :
q=q 1 x K
Dimana:
P = produksi per jam (m3/jam)
q = produktivitas per siklus (m3)
E = faktor efisiensi
Cm = waktu siklus excavator
q1 = kapasitas bucket (m3)
K = faktor bucket. Waktu siklus
Cm = waktu gali + (waktu putar x 2) + waktu buang
15
peralatan, kegagalan (struktural, hidrolis, rembesan, operasi dll),
vandalisme, dan lain.
16
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan perhitungan produktivitas harian, untuk bulldozer tipe d85
sebesar 1997.8 m3/hari, sheep foot roller tipe SVT520T sebesar
13563.46 m3/hari dan vibration roller tipe CS533E sebesar 15134.32
m3/hari dan sisa volume timbunan untuk zona 1 sebesar 196.865.69
m3, zona 2 sebesar 86.805.33 m3, zona 3 sebesar 77.333.12 m3, zona 4
sebesar 141.173.84 m3.
b. Zona 1 sampai 4 menggunakan bulldozer tipe d85 = 1 unit Zona 1
sampai 4 menggunakan vibration roller tipe CS533E = 1 unit Zona 1
dan 4 menggunakan sheep foot roller tipe SV520T = 1 unit.
c. Berdasarkan perhitungan jumlah alat yang di gunakan, dapat memenuhi
jumlah volume timbunan yang ada dengan waktu yang sangat cepat dan
tak perlu ada penambahan alat berat dalam pekerjaan penimbunan
karena melihat dari jam kerja pelaksanaan pekerjaan sudah 24 jam hari
kerja.
3.2 Saran
Adapun yang menjadi saran dari penulis setelah melakukan penelitian ini
adalah: Dikarenakan jam pekerjaan sudah 24 jam, maka disarankan agar
ada penambahan 1 alat berat untuk tiap jenis, untuk berjaga-jaga jika
alat terjadi breakdown (kerusakan), agar supaya pekerjaan dapat terus
berjalan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18