Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS CIAMIS

2018

Disusun Oleh DIII Teknik Sipil Angkatan 2016 Kelas A Sub Bendungan:

1. Maulvi Ratri Adinda P (21010116060016)


2. Rani Nurul Wijayanti (21010116060001)
3. Nurul Nur Alfiyah (21010116060014)
4. Dayreda Toti Amaral (21010116060021)
5. Cellen Syafira Putri (21010116060009)
6. Lutfy Dian Formasari (21010116060010)
7. Niko Caesar Priyo U (21010116060040)
8. Dhimas Setyo Utomo (21010116060035)
9. Muhammad Raynaldi (21010116060047)
10. Retno Ayu Fatimah (21010116060034)
11. Andrew Rama Graha (21010116060025)
12. Ria Septiani (21010116060043)
13. Febrina Indah Pratiwi (21010116060045)
14. Aulia Nur Rohmah (21010116060026)
15. Yusrina Lintang Safitri (21010116060020)
16. Muhammad Faiz Alfan (21010116060013)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK SIPIL


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan LAPORAN KULIAH KERJA
LAPANGAN dengan baik dan tanpa suatu halangan apapun.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan kami selama berada di Bendungan
Lewikeris dalam kegiatan Kuliah Kerja Lapangan kemudian dikerjakan sesuai dengan urutan
yang benar, untuk selanjutnya diasistensikan kepada Asisten Dosen untuk kemudian diberi
persetujuan untuk dijilid.
Dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini, Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca. Dan agar tugas ini dapat dijadikan referensi untuk tugas-tugas selanjutnya.

Semarang, 19 November 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu program studi yang dinilai dapat menengembangkan wawasan,


keterampilan, kecakapan dan kreativitas seorang mahasiswa untuk memasuki dunia kerja
adalah dengan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan. Dimana setiap mahasiswa yang
mengikuti Kuliah Kerja Lapangan dituntut harus mampu mengembangkan dirinya sendiri
untuk bersosialisasi dan mempraktekan secara langsung ilmu yang sudah didapatkan dari
bangku kuliah ke dunia kerja. Secara garis besar seperti yang kita lihat bahwa pendidikan
yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian praktek dalam skala kecil
dengan intensitas yang terbatas, agar dapat memahami dan memecahkan setiap permasalahan
yang muncul di dunia kerja, maka mahasiswa tentunya perlu melakukan pelatihan kerja
secara langsungn di instansi atau lembaga - lembaga yang berkaitan dengan program studi
yang ditempuh.

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) DIII Teknik Sipil UNDIP merupakan agenda rutin
yang dilaksanakan setiap tahunnya bagi para mahasiwa tingkat akhir di semester V, dan
tentunya setiap mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan serta membuat laporan Kuliah
Kerja Lapangan. Selain pengalaman yang didapat sangat bermanfaat bagi para mahasiswa,
Kuliah Kerja Lapangan itu sendiri mejadi tolak ukur bagi DIII Teknik Sipil UNDIP dalam
melihat etos kerja yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.

Besar kemungkinan dengan melalui program Kuliah Kerja Lapangan ini mahasiswa
dapat memahami langsung struktur dari sebuah proyek dan melihat langsung keadaan yang
ada di proyek. Dengan banyaknya hal positif yang akan didapat maka penulis berkesempatan
untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan pada Bendungan Leuwikeris Ciamis. Alasan
penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Lapangan di proyek, tentunya penulis berharap
mendapatkan ilmu secara langsung mengenai praktek kerja yang sesungguhnya khususya
dalam bidang Teknik Sipil. Sehingga penulis mendapatkan banyak pengalaman berharga
yang bisa diambil dari lingkungan tempat Kuliah Kerja Lapangan pada Bendungan
Leuwikeris Ciamis.
B. Tujuan dan Manfaat KKL

1. Tujuan KKL
a. Memeberikan pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mengenai kehidupan di
masyarakat maupun dunia kerja
b. Mencetak seseorang yang berpendidikan serta memiliki kemampuan dan keterampilan
profesional yang sesuai dengan tuntunan dunia kerja
c. Meningkatkan relevansi kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi-instansi
pemerintah mapun perusahaan swasta

2. Manfaat KKL
a. Bagi Penulis
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini mejadi salah satu media pembelajaran untuk
mengetahui kesesuaian antara teori yang telah didapatkan penulis di bangku kuliah dengan
praktek di lapangan. Terlepas dari itu semua tentunya penulis mendapatkan pengetahuan dan
pengembangan wawasan dalam melatih mental serta komunikasi untuk berinteraksi langsung
di dunia kerja.
b. Bagi Bendungan Leuwikeris
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini menjadi salah satu cara bentuk kepedulian
perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibilty) dalam bidang pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat khusunya mahasiswa. Selain dari itu dapat dijadikan sebagai
sarana dan penelitian yang sekiranya dapat dikembangkan oleh perusahaan.

c. Bagi DIII Teknik Sipil UNDIP

Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk informasi atau sebagai
referensi bagi pembaca, sekaligus sebagai acuan untuk bahan pembelajaran kedepan.
BAB II

PROYEK BENDUNGAN LEUWIKERIS CIAMIS

2.1 Pengertian Bendungan


Pengertian bendungan adalah kolam besar tempat menyimpan persediaan air
untuk berbagai kebutuhan. Bendungan dapat terjadi secara alami maupun dibuat
manusia. Bendungan buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu
dialiri air sampai Bendungan tersebut penuh. Fungsi Bendungan secara prinsip ialah
menampung air saat debit tinggi untuk di gunakan saat debit rendah. Seperti kontruksi
sipil lainnya, persoalan Bendungan menyangkut aspek perencanaan operasi,
pemeliharaan.
Bendungan menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah
yang digunakan untuk menampung air saat terjadi kelebihan air / musim penghujan
sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering. Sumber air Bendungan
terutama berasal dari aliran permukaan ditambah dengan air hujan langsung.
Telaga/danau/situ/Bendungan/embung adalah salah satu sumber air tawar
yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi
manusia. Ketersediaan sumberdaya air, sangat mendasar untuk menunjang
pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah
mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada akhirnya
kegiatan ekonomi terhambat sehingga kemakmuran rakyat makin lama tercapai. Air
danau/Bendungan dapat digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain sumber
air minum, air irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran, perikanan dsb. Ekosistem
danau memiliki peran penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas ketersediaan air
tawar. Danau juga sangat peka terhadap perubahan parameter iklim. Variasi suhu dan
curah hujan misalnya, dapat langsung berpengaruh pada penguapan air, tinggi
permukaan dari volume air, keseimbangan air dan produktivitas biologis perairan
danau.

2.2 Jenis-jenis Bendungan


1. Tipe Bendungan/Bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya :
a) Bendungan eka guna/tujuan tunggal (single purpose) merupakan Bendungan
yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya untuk pembangkit
tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir, atau tujuan lainnya tetapi hanya untuk
satu tujuan saja.
b) Bendungan multi guna/ serba guna (multi purpose) merupakan
Bendungan yang dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya :
pembangkit tenaga listrik (PLTA) dan irigasi, pengendali banjir dan PLTA, air
minum dan irigasi, air baku, PLTA dan irigasi dan lain sebagainya.

2. Tipe Bendungan/Bendungan berdasarkan penggunaannya :


a) Bendungan penampung air (storage) merupakan Bendungan yang digunakan
untuk menyimpan air pada masa surplus dan dipergunakan pada masa
kekurangan, termasuk dalam bendungan penampung adalah tujuan
rekreasi, perikanan, pengendali banjir dan lain – lain.
b) Bendungan pembelok (diversion) adalah Bendungan yang digunakan untuk
meninggikan muka air, biasanya untuk keperluan mengalirkan air ke dalam
sistem aliran menuju ke tempat yang memerlukan.
c) Bendungan penahan (detention) adalah Bendungan yang digunakan untuk
memperlambat dan mengusahakan seminimal mungkin efek aliran banjir yang
mendadak. Air ditampung secara berkala / sementara, dialirkan melalui
pelepasan (outlet). Air ditahan selama mungkin dan dibiarkan meresap di daerah
sekitarnya.

3. Tipe Bendungan berdasarkan jalannya air :


a) Bendungan untuk dilewati air (overflow) adalah Bendungan yang dibangun
untuk dilimpasi air pada bangunan pelimpah (spillway).
b) Bendungan untuk menahan air (non overflow) adalah Bendungan yang sama
sekali tidak boleh dilimpasi air.

4. Tipe Bendungan/Bendungan berdasarkan material pembentuknya :


a) Bendungan urugan (rock fill dam, embankment dam) adalah bendungan
yang dibangun dari hasil penggalian bahan (material) tanpa tambahan bahan lain
yang bersifat campuran secara kimiawi, jadi betul – betul bahan pembentuk
bangunan asli.
b) Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi
beton baik dengan tulangan maupun tidak. Kemiringan permukaan hulu dan
hilir tidak sama pada umumnya bagian hilir lebih landai dan bagian hulu
mendekati vertikal dan bentuknya ramping. Bendungan ini dibagi lagi menjadi
dua yaitu bendungan beton berdasarkan berat sendiri stabilitas tergantung pada
massanya,bendungan beton dengan penyangga (buttress dam) dimana
permukaan hulu menerus dan di hilirnya pada jarak tertentu ditahan, bendungan
berbentuk lengkung serta bendungan beton kominasi.

2.3 Kegunaan Bendungan


1. Penyedia air langsung
Banyak sungai yang dibendung dan kebanyakan bagian sisi Bendungan
digunakan untuk menyediakan pakan air baku instalasi pengolahan air yang
mengirim air minum melalui pipa-pipa air. Bendungan tidak hanya menahan air
sampai tingkat yang dibutuhkan, Bendungan juga dapat menjadi bagian pertama
dalam proses pengolahan air. Waktu ketika air ditahan sebelum dikeluarkan
dikenal sebagai waktu retensi. Ini merupakan salah satu fitur desain yang
memudahkan partikel dan endapan lumpur untuk mengendap seperti ketika
melakukan perawatan biologi alami menggunakan alga, bakteri,
dan zooplankton yang hidup secara alami dengan air.
Namun, proses alami limnologis dalam danau beriklim sedang menghasilkan
stratifikasi suhu di dalam badan air yang cenderung membagi kedalam beberapa
elemen seperti mangan dan fosfor kedalam air anoxic dingin selama bulan musim
panas. Dalam musim gugur dan musim dingin danau menjadi bercampur lagi
secara penuh. Selama kondisi kekeringan, danau kadang perlu menarik ke bawah
air dingin dan terutama meningkatkan kadar mangan yang menyebabkan masalah
dalam pengolahan air.
2. Hidroelektrisitas

2.1 Bendungan Hidroelektrisitas dalam bagian silang.


Sebuah Bendungan membangkitkan hidroelektrisitas termasuk turbin
air yang terhubung dengan penahan badan air dengan pipa berdiameter besar.
Turbin ini membangkitkan perangkat yang mungkin berada pada dasar bendungan
atau lainnya yang jauh jaraknya. Beberapa Bendungan menghasilkan
hidroelektrisitas menggunakan pompa yang diisi ulang seperti Bendungan tingkat
tinggi yang diisi dengan air menggunakan pompa elektrik berkinerja tinggi pada
waktu ketika permintaan listrik rendah dan kemudian menggunakan air yang
tersimpan untuk membangkitkan elektrisitas dengan melepas air yang tersimpan
kedalam Bendungan tingkat rendah ketika permintaan listrik tinggi. Sistem seperti
ini disebut skema pump-storage.

3. Kontrol sumber daya air

Bendungan bisa digunakan dengan berbagai cara untuk mengontrol aliran


air melalui saluran ke hilir.

 Suplai air ke hilir - Air bisa dilepaskan dari Bendungan yang lebih tinggi
sehingga bisa disaring menjadi air minum di daerah yang lebih rendah,
kadang bahkan ratusan mil lebih rendah dari Bendungan tersebut.
 Irigasi - Air di Bendungan untuk irigasi bisa dialirkan ke jaringan
sejumlah kanal untuk fungsi pertanian atau sistem pengairan sekunder.
Irigasi juga bisa didukung oleh Bendungan yang mempertahankan aliran
air yang memungkinkan air diambil untuk irigasi di bagian yang lebih
rendah dari sungai.
 Kontrol banjir - juga dikenal sebagai atenuasi atau penyeimbangan
Bendungan, Bendungan sebagai pengendali banjir mengumpulkan air saat
terjadi curah hujan tinggi, dan perlahan melepaskannya selama beberapa
minggu atau bulan. Beberapa dari Bendungan seperti ini dibangun
melintang tehadap aliran sungai dengan aliran air dikontrol
melalui orrifice plate. Saat aliran sungai melewati kapasitas orrifice
plate di belakang Bendungan, air akan berkumpul di dalam Bendungan.
Namun saat aliran air berkurang, air di dalam Bendungan akan dilepaskan
secara perlahan sampai Bendungan tersebut kembali kosong. Dalam
beberapa kasus Bendungan hanya berfungsi beberapa kali dalam satu
dekade dan lahan di dalam Bendungan akan difungsikan sebagai tempat
rekreasi dan berkumpulnya komunitas. Generasi baru dari bendungan
penyeimbang dikembangkan untuk mengatasi konsekuensi perubahan
iklim, yang disebut Flood Detention Reservoir (Bendungan penahan
banjir). Karena Bendungan seperti ini bisa menjadi kering dalam waktu
yang sangat lama, maka bagian intinya yang terbuat dari tanay liat
terpengaruh dan mengurangi kekuatan strukturnya. Karena itu kini mulai
dikembangkan penggunaan material daur ulang untuk menggantikan tanah
liat.
 Kanal-kanal - Di tempat-tempat yang tidak memungkinkan aliran air
alami dialirkan ke kanal, Bendungan dibangun untuk menjamin
ketersediaan air ke sungai. Contohnya saat kanal dibangun memanjat
melintasi barisan perbukitan untuk sarana transportasi.
4. Penyeimbang aliran

Gambar 2.2 Penyeimbang Aliran

Bendungan bisa digunakan untuk menyeimbangkan aliran air di tempat yang


manajemennya sangat maju, dengan menampung air saat aliran air deras dan
melepaskannya kembali saat aliran melambat. Untuk bisa menjalankan fungsi ini
tanpa campur tangan pompa, Bendungan membutuhkan pengendalian secara hati-
hati melalui pintu air di bendungan.

Saat badai besar datang, petugas Bendungan akan menghitung volume air
yang akan bertambah selama badai ke Bendungan. Jika badai diramalkan akan
melewati kapasitas Bendungan, air akan segera dilepaskan perlahan sebelum dan
selama badai. Jika pengaturan dilakukan dengan akurat, maka badai besar tidak
akan membuat Bendungan meluap dan daerah hilir tidak akan mengalami
kerusakan besar akibat banjir. Perkiraan cuaca yang akurat sangat dibutuhkan agar
petugas Bendungan bisa membuat perencanaan yang tepat untuk mengosongkan
Bendungan saat hujan lebat terjadi.

5. Rekreasi

Gambar 2.3 Bendungan Ria Rio sebagai Bendungan taman, tempat rekreasi di Jakarta

Badan air yang tercipta karena Bendungan seringkali bisa memfasilitasi


rekreasi seperti pemancingan, kapal boat, dan aktivitas lainnya. Aturan-aturan
khusus bisa diterapkan untuk alasan keamanan dan melindungi kualitas air dan
ekologi di daerah sekitarnya. Banyak Bendungan kini mendukung dan
mendorong rekreasi yang lebih informal dan tidak terlalu berstrukur seperti
sejarah alam, pengamatan burung, lukisan lanskap, jalan kaki dan hiking, serta
juga sering memberikan papan informasi dan materi interpretasi untuk
penggunaan manfaat secara lebih bertanggung jawab.

2.4 Uraian Umum

Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang dibatasi oleh waktu, mutu dan
biaya untuk mewujudkan suatu rencana. Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan waktu, mutu dan biaya yang ditetapkan perlu dibentuk
suatu sistem organisasi kerja yang dapat mengatur seluruh kegiatan yang terlibat.

Pelaksanaan pembangunan Bendungan diartikan sebagai pekerjaan pada


sesuatu tempat dipermukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi
kelebihan air atau saat musim penghujan sehingga air dapat dimanfaatkan ketika
musim kemarau. Proses yang perlu dipikirkan yang berhubungan dengan proses
pembangunan yaitu dimana cukup banyak profesi yang aktif dan berbagai macam
bahan yang diperlukan. Ditujukan kepada semua pihak baik yang tinggi maupun yang
rendah dapat melakukan tugasnya dalam suatu tim. Setiap orang harus mendapatkan
penjelasan yang jelas dan saling bekerja sama, sehingga dapat perkerjaan akan dapat
dikerjaan secara efektif mungkin.

Bendungan dapat terjadi secara alami maupun dibuat oleh manusia.


Bendungan buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang lalu dialiri
airsampai Bendungan tersebut penuh, fungsi Bendungan secara prinsip adalah
menampung air saat debit tinggi untuk digunakan saat debit air rendah. Seperti
konstruksi sipil lainnya, persoalan Bendungan menyangkut aspek perencanaan,
operasi dan pemeliharaan.

Bendungan adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan
semua mahkluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber
daya air sangat mendasar untuk menunjang pengembanagan ekonomi wilayah.
Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah mempunyai implikasi kepada kegiatan
pembangunan yang terbatas dan pada akhirnya kegiatan ekonomi terhambat sehingga
kemakmuran rakyat makin lama tercapai.

Air danau/Bendungan dapat digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara


lain sebagai sumber bahan baku air minum, irigasi, pembangkit listrik, perikanan dsb.
Ekosistem danau memiliki peranan penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas
ketersediaan air tawar. Danau juga sangat peka terhadap perubahan parameter iklim.
Variasi suhu dan curah hujan misalnya, dapat langsung berpengaruh pada penguapan
air, tinggi permukaan dan volume air., keseimbangan air dan prokdutivitas biologis
perairan danau.

2.5 Latar Belakang


Sejalan meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat,
jumlah kebutuhan air bagi rumah tangga, pemukiman, pertanian maupun industri juga
semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan air baku yang tidak seimbang dengan
kemampuan penyediaan diperkirakan akan memicu konflik antar pengguna air.
Dengan berkembangnya daerah pemukiman dan industri telah telah menurunkan area
resapan air dan mengancam daya dukung lingkungan dalam menyediakan air. Selain
itu, kapasitas infrastruktur penampung air, seperti Bendungan dan danau semakin
menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi. Kondisi ini diperparah dengan
kualitas operasi dan pemeliharaan yang belum optimal sehingga tingkat layanan
prasarana sumber daya air dari waktu ke waktu semakin menurun.
Pembangunan Bendungan Leuwikeris yang berada di Desa Cihalarang dan
desa Ancol, Kecamatan Cijeungjing dan Kecamatan Cineam Cijeungjing, Kabupaten
Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, diharapkan dapat mengatasi persoalan
kebutuhan air bersih. Saat ini Bendungan Leuwikeris pembangunannya akan
difungsikan sebagai irigasi persawahan, pemanfaatan air baku & pembangkit listrik.

2.6 Maksud dan Tujuan Proyek


Maksud dan tujuan dari Proyek Pembangunan Bendungan Leuwikeris di
Bojonegoro adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan produktivitas pertanian melalui perluasan areal irigasi.
2) Efisiensi air irigasi dan peningkatan intensitas tanam, sehingga diharapkan dapat
memperbaiki pendapatan petani dan meningkatkan kesempatan kerja di daerah
tersebut.
3) Pada saat musim hujan dapat mengurangi debit banjir dihilir bendungan,
4) Dapat memperbesar cadangan air tanah dan memperbanyak ketersediaan air
dimusim kemarau.
2.7 Data Teknik Proyek
Data teknis pembangunan Bendungan Leuwikeris sebagai berikut:
1) Identitas Proyek:
a) Nama Proyek : Proyek Pembangunan Bendungan
Leuwikeris
b) Lokasi : Desa Cihalarang dan desa Ancol,
Kecamatan Cijeungjing dan Kecamatan
Cineam Cijeungjing, Kabupaten Ciamis
dan Kabupaten Tasikmalaya.
c) Pemilik : Balai Besar wilayah Sungai Bengawan
Solo SNVT Pembangunan Bendungan
Bengawan Solo
d) Konsultan Pengawas : PT. INNAKO INTERNASIONAL
KONSULINDO KSO
e) Kontraktor Pelaksana : PT. HUTAMA KARYA (Persero) Tbk.
f) Sumber dana : APBN
g) Waktu Anggaran : 24 Desember 2014 – 02 Desember
2019
h) Biaya kontrak : Rp. 362.997.000.000;
Amandemen : Rp. 399. 195.200.000;
i) Lama Pelaksanaan : 2170 hari kalender
2) Data Teknis Proyek
a) Tinggi max bedungan : 84,57 m di atas dasar galian
b) Material : urugan batu dengan inti tegak
c) Panjang puncak : 365,86 m
d) Saluran terbuka : 1 Km
e) Spillway : Pelimpah Samping tipe ogee (tanpa
pintu) dan Pelimpah Pintu Sorong Tegak
f) Elvasi terendah : 74 m
g) Elevasi puncak : 157,5 m
h) Panjang Puncak Bendung : 388 m
i) Lebar Puncak Bendung : 14.5 m
j) Kemiringan
 Hulu :1:3
 Hilir :1:2
k) Total Volume Timbunan : 533.000 m3
l) Luas daerah pengaliran sungai : 646,00 km2
m) Akan mengairi jaringan irigasi seluas : 11950 Ha
n) Kapasitas : Besar
o) Fungsi : Irigasi, PLTA (multi purpose)
p) Kapasitas Total (dengan sedimen) : 81,44 juta m3
q) Kapasitas Tampungan Mati(dengan sedimen) : 36,09 juta m3
r) Kapasitas Tampungan efektif : 30,30 juta m3
s) Luas Genangan Bendungan (ha)
t) Banjir : 156.05 Ha
u) Minimum : 133,00 Ha
v) Normal : 150,00 Ha
w) Volume urugan : 627,750 m
x) Tipe Bendungan : Zona dengan inti lempung, Urugan
y) Usia Guna Bendungan : 50 Tahun
z) Direncanakan untuk PLTA : 15 Mega Watt Hour / Tahun

2.8 Pekerjaan Persiapan


Penentuan rencana pelaksanaan suatu konstruksi bangunan air akan
memegang peranan penting dalam mencapai parameter atau ukuran penilaian
keberhasilan suatu pekerjaan konstruksi yaitu efisien, tepat waktu, aman dan
ekonomis. Dalam suatu konstruksi dalam suatu jenis bangunan air yang sama belum
tentu mempunyai rencan tahap pelaksanaan yang sama pula. Hal ini dimungkinkn
karena adanya perbedaan kondisi real di lapangan yang berpenaruh dalam penentuan
rencana tahap pelaksanaan antara pekerjaan konstruksi bangunan air di suatu lokasi
dengan pekerjaan konstruksi bangunan air di lokasi lain. Pemahaman dan penguasaan
kondisi real di lapangan menjadi point penting yang harus dikuasai sebagai referensi
sebelum penyusunan skema rencana tahap pelaksanaan. Penyusunan suatu rencana
tahap pelaksanaan yang tepat akan lebih memberikan gambaran mengenai urutan
pekerjaan yang harus dilaksanakan sehingga memudahkan bagi pelaksana di lapangan
mengaplikasikan konstruksi desain, meminimalkan kesalahan yang terjadi untuk
mendaatkan suatu hasil konstruksi yang tepat.

Pelaksanaan konstruksi bendung tidak bisa dilakukan bila masih ada gangguan
aliran air pada penampang sungai di daerah konstruksi. Inti dan rencana pelaksanaan
bendung yang akan di jelaskan pada bab ini adalah metode yang akan digunakan
dalam membebaskan daerah konstruksi bendung dan gangguan air dengan suatu
sistem dewatering. Sistem dewatering yang dikaitkan dengan pelaksanaan pekerjaan
bendung sendiri dan juga dengan memperhatikan faktor keamanan, ketepatan dan
efisiensi waktu pelaksanaan.
Dengan pembebasan daerah kontruksi ada beberapa keuntungan yang bisa
diperoleh, antara lain sebagai berikut :
 Memudahkan pekerjaan konstruksi bendung
 Terjadi space atau ruang yang cukup sehingga bisa dimanfaatkan untuk
penempatan peralatan, material dan resources bendung lainnya.
 Stabilitas bendung akan lebih terjaga.
 Memberikan keamanan bagi pekerja.

Terdapat 2 jenis bangunan pelimpah. Pertama bangunan pelimpah saluran


terbuka (Diversion Channel) dan yang kedua adalah saluran terbuka (Diversion
Tunnel). Alasan bendungan leuwikeris memakai tidak memakai Diversion Channel
karena pada pembuatannya dibutuhkan keseragaman beton sepanjang saluran
pelimpah yang mana itu termasuk hal yang sulit.

2.9 Progres pembangunan Bendungan Leuwikeris


1. Bendung Pengelak / Cofferdam :
 Cofferdam Bendungan Leuwikeris yaitu berupa terowongan pengelak atau yang
bisa disebut Diversion Tunnel dengan panjang 1016 m atau 1,016 Km dan
diameter tiap terowongannya 6,25 m.
 Penempatan cofferdam upstream harus memperhatikan mulut bagian depan dari
diversion agar aliran air dapat lancar masuk ke diversion. Elevasi upstream
cofferdam ini yaitu + 86 m.
 Penempatan lokasi cofferdam downstream dibuat dengan memperhatikan mulut
bagian belakang diversion untuk keamanan terhadap fenomena backwater.
Elevasi downstream cofferdam ini yaitu + 83 m.
 Cofferdam dibuat hanya sekali sampai seselesainya pekerjaan bendung.
 Pembongkaran cofferdam dilakukan hanya ketika bendung dinilai siap di
operasikan secara penuh.
 Besar Debit desain pengelak pada bendungan leuwikeris adalah 509.7 m3 /det.
2. Tipe teknik pelaksanaan seperti ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
 Mudah dilaksanakan karena konstruksi tubuh bendung dibuat langsung tanpa
tahapan sehingga ketergantungan dan keterikatan antar sub pekerjaan bendung
dengan konstruksi sistem dewatering menggunakan Cofferdam / Diversion
relatif kecil.
 Dilihat dari segi ketepatan rencana time schedule pelaksanaan lebih mudah
dicapai.
 Resiko gangguan air sangat kecil.
 Dari segi ekonomi, lebih ekonomis karena banguan pendukung dalam sistem
dewateringnya sangat berfungsi membebaskan area dan aliran air cukup satu
kali pembuatan. Namun tipe ini juga mempunyai kekurangan yaitu harus
ditunjang dengan kemampuan pelaksana, ketersediaan ruang yang cukup, serta
di dukung kondisi disekitar daerah konstruksi.

2.10 Pekerjaan Bangunan Intake

Pengambilan adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi


sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta
menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah sungai masuk ke
pengambilan, terletak pada bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan
merupakan satu kesatuan dengan pembangun pembilas, pengambilan dibagi
menjadi :
 Pengambilan Biasa
Pengambilan dengan berlubangsatu atau lebih dan dilengkapi dengan
pintu dinding banjir, dan perlengkapan lainnya. Lebar satu pintu tidak
lebih dar 2,5 m dan diletakkan di bagian udik. Pengaliran melalui pintu
bawah. Besarnya debit diatur melalui tinggi bukaan pintu.
Gambar 2.4 Bangunan Pengambilan Biasa
 Pengambilan Frontal
Pengambilan diletakkan di tembok pangkal, jauh dari banguan
pembilas/bendung. Arah aliran sungai dan udik frontalterhadap mulut
pengambilan sehingga tidak menyulitkan penyadapan aliran. Tetapi
angkutan sedimen relatif banyak masuk ke intake, yang ditanggulangi
dengan sand ejector dan kantong sedimen.

Gambar 2.5 Bangunan Pengambilan Frontal

 Dua Pengambilan di Satu Sisi Bendung


Pintu pengambilan untuk sisi yang diletakkan di pilar pembilas
bendung. Pengaliran ke sisi yang lain itu melalui gorong-gorong di dalam
tubuh bendung. Jumlah gorong – gorong dapat dua buah.
 Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung
yang terletak di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi
untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi
angkutan muatan sedimen layang masuk ke pengambilan. Bangunan
pembilas dirancang pada bendung yang di bangun di sungai dengan
volume angkutan muatan sedimen dasar relatif besar, yang dikhawatirkan
mengganggu pengaliran ke pengambilan. Tinggi tekan yang cukup
diperlukan untuk efektifitas pembilasan sehingga penentuan elevasi mercu
bendung perlu dipertimbangkan. Selain itu perlu pula diusahakan
pengaliran dengan sifat aliran sempurna melalui atas pintu bilas.
Bangunan Pembilas dibedakan menjadi :
a) Bangunan pembilas konvensional terdiri satu dan dua lubang pintu,
umumnya di bangun pada bendung-bendung kecil dengan batang
sekitar 20 m.
b) Bangunan pembilas dengan undersluice ditempatkan pada bentang di
bagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung.
c) Bangunan pembilas shunt undersluice digunkan pada bendung di
sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat
lainnya terhadap bangunan.

Bangunan Pembilas Pintu Saluran Pembilas

Gambar 2.6 Bangunan Pembilas dan Pintu Pembilas


2.11 Pekerjaan Bendung Utama
1. Tubuh Bendung (Main Dam)
Tubuh bendung berfungsi sebagai penghalang air. Bendungan umumnya
memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain seperti pintu air
atau tanggul digunkan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke dalam
daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang disimpan
dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik bagi jutaan

konsumen.

Gambar 2.7 Tubuh Bendung


Panjang Puncak bangunan bendung 388 m dengan Tinggi max
bendungan 84,57 m di atas dasar galian. Berdasarkan konstruksinya
bangunan bendung ini memiliki type bendung zona dengan inti lempung,
Urugan yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Bendung urugan mempunyai alas yang luas sehingga beban harus
didukung oleh pondasi per unit luas menjadi kecil. Beban yang
didukung oleh pondasi adalah berat tubuh bendung dan tekanan
hidrostatis dan air dalam Bendungan. Oleh sebab itu bendungan
urugan dapat dibangun diatas bangunan yang lapuk atau diatas alur
sungai yang tersusun dari batuan sedimen dengan kemampuan daya
dukung yang rendah asalkan kekedapannya bisa diperbaiki pada
tingkat yang dikehendaki.
b. Bendungan urugan selalu bisa dibangun dengan mempergunakan
bahan batuan yang terdapat disekitar lokasi calon bendungan.
c. Dalam pembangunannya bendungan urugan dapat dilaksanakan
secara mekanis dengan intensitas tinggi. Peralatan yang dipilih
disesuaikan dengan sifat-sifat bahan yang akan digunakan serta
kondisi lapangan pelaksanaan.

Berdasarkan letak dan kedudukan dari zona kedap air maka bangunan
bendung ini memiliki tipe bendungan zona dengan inti lempung urugan yang
artinya apabila bahan pembentuk tubuh bendung terdiri dari bahan yang lulus
air tetapi dilengkapi dengan inti kedap air yang berkedudukan vertikal,
biasanya inti tersebut terletak dibidang tengah dan tubuh bendung, seperti
gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Potongan Melintang Tubuh Bendung

2. Treatment Pondasi Bendung


Tubuh bendungan dibangun berupa urugan tanah dengan inti tegak setinggi
44,5 meter dari dasar galian pondasi dan membentah sepanjang 309 meter.
Pembuatan pondasi dilakukan dengan menggali tanah sedalam 40 meter.
Adapun pekerjaan galian tanah dilakukan dengan bantuan alat berat yaitu
excavator kemudian hasil galian diangkut dengan dump truck untuk dibuang
atau disimpan sebagai stock material timbunan sesuai dengan jenis dan
spesifikasi tanah.
Setelah penggalian tanah selesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan pondasi, pelaksanaan pekerjaan pondasi menggunakan bor pile,
setelah bor pile terpancang semua dilanjutkan pekerjaan pile cap. Setelah
pekerjaan selesai dilanjut dengan pekerjaan tubuh bendung.
Gambar 2.9 Pondasi Bendung

3. Perkerasan Puncak Bendung


Perkerasan yang dipakai di puncak bendung adalah perkerasan kaku yang di
atasnya di lapisi dengan aspal ( Hot mix)

Gambar 2.10 Bendung Tampak Atas

4. Saddle Dam
Saddle dam adalah bendungan yang terletak di tepi Bendungan yang jauh
dan bendungan utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dan
Bendungan sehingga air Bendungan tidak mengalir ke daerah sekitarnya.
Gambar 2.11 Saddle Dam

2.12 Pekerjaan Pelimpah/Spillway


Bangunan pelimpah (Spillway) adalah bangunan beserta instalasinya untuk
mengalirkan air banjir yang masuk kedalam Bendungan agar tidak membahayakan
keamanan bendungan. Apabila terjadi kecepatan aliran air yang besar akan terjadi
olakan yang dapat mengganggu jalannya air sehingga menyebabkan berkurangnya
aliran air yang masuk ke bangunan pelimpah. Maka kecepatan aliran air harus
dibatasi, yaitu tidak melebihi kecepatan kritisnya. Ukuran bangunan pelimpah
harus dihitung dengan sebaik-baiknya, karena jika terlalu kecil ada resiko tidak
mampu melimpahkan debit air banjir yang terjadi. Sebaliknya apabila ukurannya
terlalu besar, bangunan akan menjadi semakin mahal yang dapat mempengaruhi
biaya proyek secara keseluruhan.
Bangunan pelimpah merupakan bagian yang sangat penting dari bendungan.
Jika tidak di desain dengan kapasitas yang cukup, atau tidak dilaksanakan
konstruksinya dengan baik, atau tidak dipelihara dengan baik, pada saat terjadi
hujan badai, air Bendungan dapat meluap diatas puncak bendungan yang berakibat
runtuhnya bendungan dan menimbulkan bencana dan kerusakan di hilir
Bendungan.
Spillway pada bendungan leuwikeris bertipe ogee (tanpa pintu) dan pelimpah
pintu sorong tegak yang berjumlah dua. Panjang dari spillway ini 1 Km dengan
elevasi mercu +150 m, panjang mercu 60 m, dan lebar mercu 85 m, dengan
kapasitas puncak 4423,7 m3/det.

Untuk itu pelaksanaan pekerjaan bangunan pelimpah dilaksanakan secara


bertahap. Adapun pekerjaan – pekerjaan tersebut adalah :
1. Pekerjaan Tanah
Pembuatan bangunan pelimpah dilakukan dengan menggali tanah
sedalam 17,00 m dengan lebar dasar 34,40 m. Adapun pekerjaan galian
tanah dilakukan dengan bantuan alat berat yaitu excavator kemudian hasil
galian diangkut dengan dump truck untuk dibuang ke disposal atau
disimpan sebagai stock material timbunan sesuai dengan jenis dan
spesifikasi tanah. Lereng kiri dan kanan bangunan dijaga agar cukup landai
untuk menghindari terjadinya longsor.

Gambar 2.12 Penggalian Tanah Bangunan Pelimpah

2. Grouting
Grouting adalah Injeksi semen bertekanan/sementasi (grouting) adalah
suatu proses, di mana suatu cairan diinjeksikan/disuntikan dengan tekanan
sesuai uji tekanan air (water pressure test) ke dalam rongga, rekah dan
retakan batuan/tanah, yang mana cairan tersebut dalam waktu tertentu akan
menjadi padat secara fisika maupun kimiawi. Pada bendungan leuwikeris
grouting terdalam memiliki kedalaman -80 m ke bawah.
Tujuan dari pekerjaan grouting, antara lain:
a) Mengurangi intensitas aliran filtrasi/kebocoran dari Bendungan
yang mengalir keluar melalui rekahan-rekahan yang terdapat
pada pondasi bendungan.
b) Mengurangi gaya ke atas pada dasar calon bendungan yang
disebabkan oleh tekanan air tanah (uplift pressure) yang terdapat
dalam lapisan pondasi.
c) Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan
pondasi calon bendungan.
Alat yang digunakan dalam pekerjaan grouting, yaitu:
a) Kompresor (compressor)
Digunakan untuk memberikan tekanan pada mesin pengeboran
dan pompa sementasi
b) Mesin pengeboran (drilling machine)
Ada 2 tipe yang biasa digunakan, yaitu: mesin pengeboran
putaran (rotary drilling machine) dan mesin pengeboran pukulan
(percussion drilling machine). Pada penelitian ini menggunakan
mesin bor tipe rotasi (rotary type drills) di mana ujungnya
dipasang suatu mata bor. Mata bor dengan diameter “EX”,
diameter sekitar 36,0 mm untuk mesin bor tumbuk dan
diameter“AX”, diameter sekitar 46,0 mm untuk mesin bor putar
bermata intan.
c) Penutup lubang mengatasi bocor (packer)
Digunakan untuk menutup lubang bor agar tidak bocorpada
waktu pengujian air dan selama sementasi berlangsung.
d) Alat pencampur (colloidal mixer)
Digunakan untuk mencampur semen dengan air dan bila perlu
ditambah bentonit atau bentonit dan pasir halus.
e) Alat pengaduk (agitator)
Digunakan untuk mengaduk campuran sementasi sehingga
menjadi bubur dan menjadi campur betul. Karena alat ini bekerja
terus-menrus, maka campuran selalu berbentuk bubur dan
sewaktu-waktu siap dipompakan.
f) Pompa sementasi (grout pumps).
Digunakan untuk memompakan campuran sementasi ke dalam
lubang dan harus mampu memompa butiran-butiran pasir halus
dan semen.
g) Alat pencatat (grout recorder)
Digunakan untuk mencatat pemakaian semen dan tekanannya,
dengan alat ini selama kegiatan sementasi dapat dicatat dengan
baik.

h) Memasukkan alat packer ke dalam lubang bor (hose reel)


Digunakan untuk memasukkan alat packer ke dalam lubang
bor.
Bahan yang dipergunakan untuk cairan injeksi (bubur sementasi) pada
pekerjaan grouting terdiri dari:
a) Air
Air yang digunakan sebelum dipergunakan ditampung lebih
dahulu dalam bak penampungan (water tank), kemudian harus
bebas dari kotoran, benda-benda organik, asam, alkali dan
kotoran lain.Air dengan tempratur di atas 30̊C tidak boleh
dipergunakan dengan maksud untuk membatasi kenaikan
tempratur dalam grouting. Juga perlu diingat bahwa persediaan
air untuk keperluan injeksi hrus cukup, karena apabila
kekurangan air berakibat fatal, yaitu dapat
tersumbatnya mesin, selang, rangkaian pipa injeksi dan lubang
injeksi oleh pemadatan cairan injeksi di dalamnya
b) Semen
Semen yang dipergunakan adalah Semen Gresik yang
didatangkan langsung dari pabriknya. Macam dari semen yang
dipergunakan adalah semen tahan sulfat dengan syarat harus
diangkut ketempat dengan ada tanda-tanda tertentu, kemasan
bagus dan tertutup rapat pada kantong kertas atau bungkus
lainnya, penyimpanan semua semen harus digudang yang tahan
air dan kedap udara yang khusus dilengkapi untuk maksud
tersebut.
c) Pasir (fine aggregate)
Bahan ini terutama dipergunakan untuk menanggulangi
kebocoran permukaan yang cukup besar. Bila pada saat ini
pelaksanaan grouting terjadi kebocoran permukaan, maka
grouting dihentukan dan tempat yang bocor ditutup dengan
campuran pasir dan semen. Pasir harus bersih dari berbutir
sama.4.

d) Bentonite
Bahan ini berguna untuk memperlancar aliran cairan injeksi
yang masuk ke dalam lubang injeksi. Pada pembuatan campuran
bentonite yang diijinkan hanyalah 2,0% dari berat semen yang
digunakan.
3. Pekerjaan Beton
Setelah grouting selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan beton. Pelaksanaan konstruksi beton harus menggunakan material
yang kuat dan dicampur dengan perbandingan yang tepat. Dalam hal ini
beton yang digunakan untuk dinding dan dasar bangunan pelimpah/spillway
adalah beton bertulang dengan mutu K-225. Beton harus dicampur dengan
hati-hati. Adapun palt beton di lantai dibuat rata pada sambungan untuk
menghindari gaya angkat atau erosi yang disebabkan oleh aliran air.
Sambungan antara dinding dan lantai pelimpah (construction joint)
menggunakan waterstop dengan panjang 320 mm dan ditempatkan pada
jarak 14,00 m. Waterstop berfungsi untuk mencegah kebocoran.

Gambar 2.13 Pekerjaan Beton saluran Pelimpah


4. Pekerjaan Drainase
Drainase dibuat untuk mengalirkan air dari saluran pelimpah ke
saluran irigasi. Drainase harus dibuat dengan baik agar dapat berfungsi
sebagai penampung, pembagi dan pembuang air. Di saluran drainase
Bendungan Leuwikeris, dibuat gorong-gorong dengan tipe box culvert. Box
Culvert dibuat dengan beton mutu K-225 dan memiliki sambungan pada
setiap sudutnya sehingga kedap air. Box culvert yang dipasang ada dua tipe.
Tipe pertama ukuran 3,00 x 3,00 dengan jumlah satu buah, kemudian tipe
yang kedua dengan ukuran 3,00 x 3,00 jumlah dua buah.

Gambar 2.14 Box Culvert Tipe 1 Gambar 2.15 Box Culvert Tipe 2

5. Jembatan Penghubung
Jembatan penghubung dibangun diatas saluran pelimpah dimana
dinding tegak saluran pelimpah berperan sebagai pemikul beban jembatan
dan beban lalu lintas yang nantinya akan melewati jembatan. Jembatan
penghubung merupakan akses yang dibuat untuk mempermudah pekerjaan
lain setelah bangunan pelimpah., selain itu jembatan penghubung juga
nantinya akan mempermudah pekerjaan pemeriksaan dan pemeliharaan
saluran.
Gambar 2.15 Jembatan Penghubung ditumpu oleh saluran pelimpah

1. Akses fasum
Fasum atau fasilitas umum memiliki panjang 12 Km.
Material

Weir = Bendung

Progress pembangunan leuwikeris = Baru paket 1 (PT. PP DAN BBN KSO ) sebesar 30%

Berupa main dam dan fasum.


2.13 Penjaminan Mutu Bendungan Leuwikeris

Dalam arti yang luas “mutu” atau “kualitas” bersifat subyektif. Suatu barang yang
amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu,
dunia usaha dan industri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh
kalangan yang berkepentingan, misalnya ISO 8402 (1986)
“Mutu adalah sifat dan karakterisk produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).”
Sementara definisi lain untuk mutu yang sering diasosiasian dengan proyek
adalah fitness for use. Istilah ini disamping mempunyai arti seperti yang diuraikan
diatas, juga memperhatikan masalah tersediaya produk, kehandalan dan masalah
pemeliharaan.
Definisi diatas tentunya akan sangat bervariasi tergantung pada masing-masing
bidang usaha maupun industri. Akan tetapi secara umum ada 4 (empat) spektrum
mutu/kualitas yakni kualitas perencanaan (quality planning), pemantauan kualitas
(quality control), jaminan kualitas (quality assurance) dan pemeliharaan kualitas
(quality improvement).

Penjaminan mutu (QA) adalah semua perencanaan dan langkah sistematis


yang diperlukan untuk memberikan keyaknian bahwa instalasi atau sistem yang akan
diwujudkan dapat beroperasi secara memuaskan. Sedangkan pengendalian mutu
(QC) adalah bagian dari penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara
untuk mengendalikan mutu material, struktur, komponen atau sistem agar memenuhi
keperluan yang telah ditentukan.

Jadi Pengendalian Mutu (QC) meliputi tindakan-tindakan yang berupa:


pengetesan, pengukuran dan pemeriksaan apakah kegiatan-kegiatan
engineering/konstruksi dan kegiatan lainnya telah memenuhi dan sesuai dengan
kriteria yang digariskan. Dalam konstruksi kriteria ini berupa SNI, maupun standar
internasional yang berlaku untuk setiap bahan dan pekerjaan konstruksi, misalnya
acuan-acuan dalam pelaksanaan konstruksi

Masalah mutu/kualitas dalam proyek konstruksi erat hubungannya dengan


masalah-masalah berikut:
 Material konstruksi, yang umumnya tersedia ataupun dapat dibeli di lokasi
atau sekitar lokasi proyek.
 Peralatan (equipment), yang dibuat di pabrik atas dasar pesanan, seperti
kompresor, generator mesin-mesin, dlsb. Peralatan demikian umumnya diangkut
dari jarak jauh untuk sampai ke lokasi proyek.
 Pelatihan dan sertifikasi tenaga konstruksi, misalnya melatih ahli
mengelas, pertukangan, mandor dlsb.

1. Persiapan / Perencanaan

Persiapan penjaminan mutu awal di tentukan oleh bebrapa bidang sesuai


perhitungan dan perencanaan yaitu oleh Konsultan perencanaan, Owner Proyek, dan
Kontraktor yang menangani proyek bendungan Leuwikeris.

2. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan penjaminan mutu di lakukan pengetesan terhadap setiap


material, alat dan pekerja pada proyek bendungan leuwikeris. Pada pelaksanaan ini
pengawasan di lakukan oleh supervisi pengawasan mutu atau quality control yaitu
PT. Virama Karya. Pengawasan mutu ini berpacu pada pedoman penjaminan mutu
yang telah di sepakati di awal / di persiapan proyek mengenai perencanaan mutu.

3. Jaminan kualitas.

Penjaminan kualitas pada proyek bendungan leuwikeris dilakukan dengan


mencari bahan, alat, dan perkerja yang telah di uji dan ahli pada bidangnya. Kita
ambil contoh seperti pemilihan bahan batuan, bahan material ini di ambil setelah
adanya pengujian batuan di sekitar proyek bendungan leuwikeris.

4. Pemeliharaan kualitas

Dalam setiap proyek sudah umum dicantumkan masa pemeliharaan yang


tanggungjawabnya dibebankan kepada penyedia jasa, dengan jangka waktu mulai
dari tiga bulan hingga satu tahun, biasanya tergantung nilai proyek dan dicantumkan
dalam klausul kontrak. Dalam masa pemeliharaan penyedia jasa wajib memantau
hasil kerjanya, dan menjaga (memelihara) agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan.
Apabila terjadi kerusakan bangunan yang disebabkan karena kualitas yang tidak
sesuai spesifikasi teknik maka semua biaya perbaikan ditanggung oleh penyedia
jasa. Masa pemeliharaan sebagaimana tercantum dalam kontrak bukanlah waktu
untuk menyelesaikan sisa-sisa pekerjaan, melainkan untuk pemeliharaan pekerjaan
yang sudah 100 persen selesai dan telah dilakukan serah terima pertama pekerjaan.
Pada proyek ini di tentukan masa pemeliharaan selama.

2.14 Kesehatan Keselamatan Kerja Proyek

Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek Konstruksi rekayasa berat (Heavy


Engineering Construction) umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-
proyek yang bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, dan lain-lain. Jenis
proyek ini umumnya berskala besar, membutuhkan teknologi tinggi dan pencegahan
kecelakaan kerja yang sangat penting. Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja,
yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan
perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003
tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam
perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenagakerja, dan
termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
Aspek ketenaga kerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini
mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara
umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan.
Disamping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan
inisangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah. Sebagai tindak lanjut
dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah menerbitkan Surat
Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja padaTempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat
sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dapat dianggap
sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia secara berkala (setiap tahun). Hal
lain yang dapat dicontoh adalah penerbitan brosur-brosur penjelasan untuk
menjawab secara spesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan
pedomanteknis di lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi akan secara sadar
mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanya sendiri.
2.14.1 Strategi Penerapan K3 di Proyek Konstruksi
a. Kebijakan K3
• Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.
• Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap
pelaksanaan K3 dalam proyek.
• Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakansebagai
landasan kebijakan proyek lainnya.

b. Administratif dan Prosedur


• Menetapkan sistim organisasi pengelolaan K3 dalam proyek.
• Menetapkan personal dan petugas yang menangani K3 dalam proyek.
• Menetapkan prosedur dan sistem kerja K3 selama proyek berlangsung
termasuk tugas dan wewenang semua unsur terkaitOrganisasi dan SDM.
• Kontraktor harus memiliki organisasi yang menangani K3 yang besarnya
sesuai dengan kebutuhan dan lingkup kegiatan.
• Organisasi K3 harus memiliki asses kepada penanggung jawab projek.
• Kontraktor harus memiliki personnel yang cukup yang bertanggung jawab
mengelola kegiatan K3 dalam perusahaanyang jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan.
• Kontraktor harus memiliki personel atau pekerja yangcakap dankompeten
dalam menangani setiap jenis pekerjaan sertamengetahui sistim cara kerja
aman untuk masing-masingkegiatan. • Kontraktor harus memiliki
kelengkapan dokumen kerja dan perijinan yang berlaku.
• Kontraktor harus memiliki Manual Keselamatan Kerja
sebagaidasarkebijakan K3 dalam perusahaan.
• Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis
pekerjaan dalam kontrak yang akan dikerjakannya.

c. Identifikasi Bahaya
• Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan IdentifikasiBahaya guna
mengetahui potensibahaya dalam setiap pekerjaan.
• Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan danSafety
Departement.
• Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah bakuseperti Check
List, What If, Hazops, dan sebagainya.
• Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikandengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukansetiap kegiatan.
d. Project Safety Review
• Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yangmencakup
kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
• Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyekdibangun dengan
standar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
• Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safetyreview untuk
setiap tahapan kegiatan kerja yang dilakukan,terutama bagi kontraktor EPC
(Engineering-Procurement-Construction).
• Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam
setiap tahapan project secara sistimatis.

e. Pembinaan dan Pelatihan


• Pembinaan dan Pelatihan K3 untuk semua pekerja dari levelterendah
sampai level tertinggi.
• Dilakukan pada saat proyek dimulai dan dilakukan secara berkala.
Pokok Pembinaan dan Latihan : Kebijakan K3 proyek:
-Cara melakukan pekerjaan dengan aman
-Cara penyelamatan dan penanggulangan darurat

f. Safety Committee (Panitia Pembina K3)


• Panitia Pembina K3 merupakan salah satu penyanggakeberhasilan K3
dalam perusahaan.
• Panitia Pembina K3 merupakan saluran untuk membinaketerlibatan dan
kepedulian semua unsur terhadap K3
• Kontraktor harus membentuk Panitia Pembina K3 atauKomiteK3 (Safety
Committee).
• Komite K3 beranggotakan wakil dari masing-masing fungsiyang ada dalam
kegiatan kerja.
• Komite K3 membahas permasalahan K3 dalam perusahaan
sertamemberikan masukan dan pertimbangan kepada manajemenuntuk
peningkatan K3 dalam perusahaan

g. Promosi K3
• Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program- program
Promosi K3.
• Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkanawareness para pekerja
proyek.
• Kegiatan Promosi berupa poster,spanduk, buletin, lomba K3dan
sebagainya.
• Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.

h. Safe Working Practices


Harus disusun pedoman keselamatan untuk setiap pekerjaan
berbahaya di lingkungan proyek misalnya :
-Pekerjaan Pengelasa
-Scaffolding
-Bekerja diketinggian
-Penggunaan Bahan Kimia berbahaya
-Bekerja diruangan tertutup
-Bekerja diperalatan mekanis dan sebagainya
i. Sistem Ijin Kerja
• Untuk mencegah kecelakaan dari berbagai kegiatan berbahaya, perlu
dikembangkan sistim ijin kerja.
• Semua pekerjaan berbahaya hanya boleh dimulai jika telahmemiliki ijin
kerja yang dikeluarkan oleh fungsi berwenang(pengawas proyek atau K3).
• Ijin Kerja memuat cara melakukan pekerjaan, safety precautiondan
peralatan keselamatan yang diperlukan

j. Safety Inspection
• Merupakan program penting dalam phase konstruksi untukmeyakinkan
bahwa tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition”dilingkungan proyek.
• Inspeksi dilakukan secara berkala.
• Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspectionsemua
unsur dan Sub Kontraktor.

k. Equipment Inspection
• Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh
ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam proyek.
• Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan
dilengkapi dengan label khusus.
• Pemeriksaan dilakukan secara berkala

l. Keselamatan Kontraktor (Contractor Safety)


• Harus disusun pedoman Keselamatan Konstraktor/SubKontraktor.
• Subkontraktor harus memenuhi standar keselamatan yang telahditetapkan.
• Setiap sub kontraktor harus memiliki petugas K3.
• Pekerja Subkontraktor harus dilatih mengenai K3 secara berkala.

m. Keselamatan Transportasi
• Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.
• Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalam lokasi Proyek.
• Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
n. Pengelolaan Lingkungan
• Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan
dengan baik mengacu dokumen Amdal/UKL dan UPL.
• Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan seminimal
mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan. Pengelolaan
Limbah dan B3
• Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya.Limbah harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

o. Keadaan Darurat
• Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisidan sifat
bahaya proyek misalnya bahaya kebakaran,kecelakaan, peledakan dan
sebagainya.
• SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua pekerja.

p. Accident Investigation and Reporting System


• Semua kecelakaan dan kejadian selama proyek harus diselidikioleh petugas
yang terlatih dengan tujuan untuk mencari penyebab utama agar kejadian
serupa tidak terulang kembali.
• Semua kecelakaan/kejadian harus dicatat dan dibuat analisaserta statistik
kecelakaan.
• Digunakan sebagai bahan dalam rapat komite K3 Proyek.

q. Audit K3
• Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek.
• Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek
berikutnya.
• Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3
2.14.2 Alat Perlindungan Diri

Alat Pelindung Diri Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
disekelilingnya. Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:

a) Safety helmet Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang


dapat melukai kepala.
b) Safety belt Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat
trasportasi.
c) Penutup telinga Berfungsi sebagai penutup telinga ketika bekerja ditempat
yang bising.
d) Kacamata pengamanan Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja
dari percikan.
e) Pelindung wajah Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.
f) Masker Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap ditempat yang
kualitas udaranya kurang bagus.
g) Safety Shoes Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan terlukanya
jari-jari kaki dari hantaman,tusukan atau timpaan benda yang berat dan keras
pada saat terjadi kecelakaan kerja.

2.14.3 Pencegahan kecelakaan secara khusus di waduk leuwikeris :


1. Faktor Manusia
 Sangat dominan dilingkungan konstruksi.
 Kesehatan pekerja
 Pekerja Heterogen, Tingkat skill dan edukasi berbeda.
 Pengetahuan tentang keselamatan rendah.
-Perlu penanganan khusus Pencegahan :
 Pemilihan Tenaga Kerja-Pelatihan sebelum mulai kerja
 Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
 Pengecekan kesehatan pekerja setiap setelah upacara (sebelum
memulai pekerjaan) dan saat jam makan siang/istirahat seperti
pemeriksaan mata, tekanan darah

2.Faktor Lingkungan
 Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang
berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi pekerja.
 Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,sehingga
menurunkan efektivitas kerja.
 Cuaca (panas, hujan)
 Daerah rawan longsor
 Daerah rawan banjir
Pencegahan:
 Dianjurkannya menggunakan penutup telingadan masker pada pekerja.
 Pematokan daerah daerah rawan longsor yang belum di betonisasi
dengan bendera merah
 terdapat sirine kurang lebih jarak 7km dari lokasi pembangunan untuk
efakuasi
3.Faktor Teknis
 Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan
dan alat berat, penggalian, pembangunan, pengangkutan dan
sebagainya.
 Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidakmemenuhi
standar keselamatan (substandards condition).
Pencegahan:
 Perencanaan Kerja yang baik
 Pemeliharaan dan perawatan peralatan secara berkala
 Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
 Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
 Penerapan Sistim Manajemen Mutu

Anda mungkin juga menyukai