2018
Disusun Oleh DIII Teknik Sipil Angkatan 2016 Kelas A Sub Bendungan:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) DIII Teknik Sipil UNDIP merupakan agenda rutin
yang dilaksanakan setiap tahunnya bagi para mahasiwa tingkat akhir di semester V, dan
tentunya setiap mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan serta membuat laporan Kuliah
Kerja Lapangan. Selain pengalaman yang didapat sangat bermanfaat bagi para mahasiswa,
Kuliah Kerja Lapangan itu sendiri mejadi tolak ukur bagi DIII Teknik Sipil UNDIP dalam
melihat etos kerja yang dimiliki oleh setiap mahasiswa.
Besar kemungkinan dengan melalui program Kuliah Kerja Lapangan ini mahasiswa
dapat memahami langsung struktur dari sebuah proyek dan melihat langsung keadaan yang
ada di proyek. Dengan banyaknya hal positif yang akan didapat maka penulis berkesempatan
untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan pada Bendungan Leuwikeris Ciamis. Alasan
penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Lapangan di proyek, tentunya penulis berharap
mendapatkan ilmu secara langsung mengenai praktek kerja yang sesungguhnya khususya
dalam bidang Teknik Sipil. Sehingga penulis mendapatkan banyak pengalaman berharga
yang bisa diambil dari lingkungan tempat Kuliah Kerja Lapangan pada Bendungan
Leuwikeris Ciamis.
B. Tujuan dan Manfaat KKL
1. Tujuan KKL
a. Memeberikan pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mengenai kehidupan di
masyarakat maupun dunia kerja
b. Mencetak seseorang yang berpendidikan serta memiliki kemampuan dan keterampilan
profesional yang sesuai dengan tuntunan dunia kerja
c. Meningkatkan relevansi kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi-instansi
pemerintah mapun perusahaan swasta
2. Manfaat KKL
a. Bagi Penulis
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini mejadi salah satu media pembelajaran untuk
mengetahui kesesuaian antara teori yang telah didapatkan penulis di bangku kuliah dengan
praktek di lapangan. Terlepas dari itu semua tentunya penulis mendapatkan pengetahuan dan
pengembangan wawasan dalam melatih mental serta komunikasi untuk berinteraksi langsung
di dunia kerja.
b. Bagi Bendungan Leuwikeris
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini menjadi salah satu cara bentuk kepedulian
perusahaan atau CSR (Corporate Social Responsibilty) dalam bidang pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat khusunya mahasiswa. Selain dari itu dapat dijadikan sebagai
sarana dan penelitian yang sekiranya dapat dikembangkan oleh perusahaan.
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk informasi atau sebagai
referensi bagi pembaca, sekaligus sebagai acuan untuk bahan pembelajaran kedepan.
BAB II
Suplai air ke hilir - Air bisa dilepaskan dari Bendungan yang lebih tinggi
sehingga bisa disaring menjadi air minum di daerah yang lebih rendah,
kadang bahkan ratusan mil lebih rendah dari Bendungan tersebut.
Irigasi - Air di Bendungan untuk irigasi bisa dialirkan ke jaringan
sejumlah kanal untuk fungsi pertanian atau sistem pengairan sekunder.
Irigasi juga bisa didukung oleh Bendungan yang mempertahankan aliran
air yang memungkinkan air diambil untuk irigasi di bagian yang lebih
rendah dari sungai.
Kontrol banjir - juga dikenal sebagai atenuasi atau penyeimbangan
Bendungan, Bendungan sebagai pengendali banjir mengumpulkan air saat
terjadi curah hujan tinggi, dan perlahan melepaskannya selama beberapa
minggu atau bulan. Beberapa dari Bendungan seperti ini dibangun
melintang tehadap aliran sungai dengan aliran air dikontrol
melalui orrifice plate. Saat aliran sungai melewati kapasitas orrifice
plate di belakang Bendungan, air akan berkumpul di dalam Bendungan.
Namun saat aliran air berkurang, air di dalam Bendungan akan dilepaskan
secara perlahan sampai Bendungan tersebut kembali kosong. Dalam
beberapa kasus Bendungan hanya berfungsi beberapa kali dalam satu
dekade dan lahan di dalam Bendungan akan difungsikan sebagai tempat
rekreasi dan berkumpulnya komunitas. Generasi baru dari bendungan
penyeimbang dikembangkan untuk mengatasi konsekuensi perubahan
iklim, yang disebut Flood Detention Reservoir (Bendungan penahan
banjir). Karena Bendungan seperti ini bisa menjadi kering dalam waktu
yang sangat lama, maka bagian intinya yang terbuat dari tanay liat
terpengaruh dan mengurangi kekuatan strukturnya. Karena itu kini mulai
dikembangkan penggunaan material daur ulang untuk menggantikan tanah
liat.
Kanal-kanal - Di tempat-tempat yang tidak memungkinkan aliran air
alami dialirkan ke kanal, Bendungan dibangun untuk menjamin
ketersediaan air ke sungai. Contohnya saat kanal dibangun memanjat
melintasi barisan perbukitan untuk sarana transportasi.
4. Penyeimbang aliran
Saat badai besar datang, petugas Bendungan akan menghitung volume air
yang akan bertambah selama badai ke Bendungan. Jika badai diramalkan akan
melewati kapasitas Bendungan, air akan segera dilepaskan perlahan sebelum dan
selama badai. Jika pengaturan dilakukan dengan akurat, maka badai besar tidak
akan membuat Bendungan meluap dan daerah hilir tidak akan mengalami
kerusakan besar akibat banjir. Perkiraan cuaca yang akurat sangat dibutuhkan agar
petugas Bendungan bisa membuat perencanaan yang tepat untuk mengosongkan
Bendungan saat hujan lebat terjadi.
5. Rekreasi
Gambar 2.3 Bendungan Ria Rio sebagai Bendungan taman, tempat rekreasi di Jakarta
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang dibatasi oleh waktu, mutu dan
biaya untuk mewujudkan suatu rencana. Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan
dengan lancar sesuai dengan waktu, mutu dan biaya yang ditetapkan perlu dibentuk
suatu sistem organisasi kerja yang dapat mengatur seluruh kegiatan yang terlibat.
Bendungan adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan
semua mahkluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber
daya air sangat mendasar untuk menunjang pengembanagan ekonomi wilayah.
Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah mempunyai implikasi kepada kegiatan
pembangunan yang terbatas dan pada akhirnya kegiatan ekonomi terhambat sehingga
kemakmuran rakyat makin lama tercapai.
Pelaksanaan konstruksi bendung tidak bisa dilakukan bila masih ada gangguan
aliran air pada penampang sungai di daerah konstruksi. Inti dan rencana pelaksanaan
bendung yang akan di jelaskan pada bab ini adalah metode yang akan digunakan
dalam membebaskan daerah konstruksi bendung dan gangguan air dengan suatu
sistem dewatering. Sistem dewatering yang dikaitkan dengan pelaksanaan pekerjaan
bendung sendiri dan juga dengan memperhatikan faktor keamanan, ketepatan dan
efisiensi waktu pelaksanaan.
Dengan pembebasan daerah kontruksi ada beberapa keuntungan yang bisa
diperoleh, antara lain sebagai berikut :
Memudahkan pekerjaan konstruksi bendung
Terjadi space atau ruang yang cukup sehingga bisa dimanfaatkan untuk
penempatan peralatan, material dan resources bendung lainnya.
Stabilitas bendung akan lebih terjaga.
Memberikan keamanan bagi pekerja.
konsumen.
Berdasarkan letak dan kedudukan dari zona kedap air maka bangunan
bendung ini memiliki tipe bendungan zona dengan inti lempung urugan yang
artinya apabila bahan pembentuk tubuh bendung terdiri dari bahan yang lulus
air tetapi dilengkapi dengan inti kedap air yang berkedudukan vertikal,
biasanya inti tersebut terletak dibidang tengah dan tubuh bendung, seperti
gambar dibawah ini.
4. Saddle Dam
Saddle dam adalah bendungan yang terletak di tepi Bendungan yang jauh
dan bendungan utama yang dibangun untuk mencegah keluarnya air dan
Bendungan sehingga air Bendungan tidak mengalir ke daerah sekitarnya.
Gambar 2.11 Saddle Dam
2. Grouting
Grouting adalah Injeksi semen bertekanan/sementasi (grouting) adalah
suatu proses, di mana suatu cairan diinjeksikan/disuntikan dengan tekanan
sesuai uji tekanan air (water pressure test) ke dalam rongga, rekah dan
retakan batuan/tanah, yang mana cairan tersebut dalam waktu tertentu akan
menjadi padat secara fisika maupun kimiawi. Pada bendungan leuwikeris
grouting terdalam memiliki kedalaman -80 m ke bawah.
Tujuan dari pekerjaan grouting, antara lain:
a) Mengurangi intensitas aliran filtrasi/kebocoran dari Bendungan
yang mengalir keluar melalui rekahan-rekahan yang terdapat
pada pondasi bendungan.
b) Mengurangi gaya ke atas pada dasar calon bendungan yang
disebabkan oleh tekanan air tanah (uplift pressure) yang terdapat
dalam lapisan pondasi.
c) Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan
pondasi calon bendungan.
Alat yang digunakan dalam pekerjaan grouting, yaitu:
a) Kompresor (compressor)
Digunakan untuk memberikan tekanan pada mesin pengeboran
dan pompa sementasi
b) Mesin pengeboran (drilling machine)
Ada 2 tipe yang biasa digunakan, yaitu: mesin pengeboran
putaran (rotary drilling machine) dan mesin pengeboran pukulan
(percussion drilling machine). Pada penelitian ini menggunakan
mesin bor tipe rotasi (rotary type drills) di mana ujungnya
dipasang suatu mata bor. Mata bor dengan diameter “EX”,
diameter sekitar 36,0 mm untuk mesin bor tumbuk dan
diameter“AX”, diameter sekitar 46,0 mm untuk mesin bor putar
bermata intan.
c) Penutup lubang mengatasi bocor (packer)
Digunakan untuk menutup lubang bor agar tidak bocorpada
waktu pengujian air dan selama sementasi berlangsung.
d) Alat pencampur (colloidal mixer)
Digunakan untuk mencampur semen dengan air dan bila perlu
ditambah bentonit atau bentonit dan pasir halus.
e) Alat pengaduk (agitator)
Digunakan untuk mengaduk campuran sementasi sehingga
menjadi bubur dan menjadi campur betul. Karena alat ini bekerja
terus-menrus, maka campuran selalu berbentuk bubur dan
sewaktu-waktu siap dipompakan.
f) Pompa sementasi (grout pumps).
Digunakan untuk memompakan campuran sementasi ke dalam
lubang dan harus mampu memompa butiran-butiran pasir halus
dan semen.
g) Alat pencatat (grout recorder)
Digunakan untuk mencatat pemakaian semen dan tekanannya,
dengan alat ini selama kegiatan sementasi dapat dicatat dengan
baik.
d) Bentonite
Bahan ini berguna untuk memperlancar aliran cairan injeksi
yang masuk ke dalam lubang injeksi. Pada pembuatan campuran
bentonite yang diijinkan hanyalah 2,0% dari berat semen yang
digunakan.
3. Pekerjaan Beton
Setelah grouting selesai dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan
pekerjaan beton. Pelaksanaan konstruksi beton harus menggunakan material
yang kuat dan dicampur dengan perbandingan yang tepat. Dalam hal ini
beton yang digunakan untuk dinding dan dasar bangunan pelimpah/spillway
adalah beton bertulang dengan mutu K-225. Beton harus dicampur dengan
hati-hati. Adapun palt beton di lantai dibuat rata pada sambungan untuk
menghindari gaya angkat atau erosi yang disebabkan oleh aliran air.
Sambungan antara dinding dan lantai pelimpah (construction joint)
menggunakan waterstop dengan panjang 320 mm dan ditempatkan pada
jarak 14,00 m. Waterstop berfungsi untuk mencegah kebocoran.
Gambar 2.14 Box Culvert Tipe 1 Gambar 2.15 Box Culvert Tipe 2
5. Jembatan Penghubung
Jembatan penghubung dibangun diatas saluran pelimpah dimana
dinding tegak saluran pelimpah berperan sebagai pemikul beban jembatan
dan beban lalu lintas yang nantinya akan melewati jembatan. Jembatan
penghubung merupakan akses yang dibuat untuk mempermudah pekerjaan
lain setelah bangunan pelimpah., selain itu jembatan penghubung juga
nantinya akan mempermudah pekerjaan pemeriksaan dan pemeliharaan
saluran.
Gambar 2.15 Jembatan Penghubung ditumpu oleh saluran pelimpah
1. Akses fasum
Fasum atau fasilitas umum memiliki panjang 12 Km.
Material
Weir = Bendung
Progress pembangunan leuwikeris = Baru paket 1 (PT. PP DAN BBN KSO ) sebesar 30%
Dalam arti yang luas “mutu” atau “kualitas” bersifat subyektif. Suatu barang yang
amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu,
dunia usaha dan industri mencoba memberikan batasan yang dapat diterima oleh
kalangan yang berkepentingan, misalnya ISO 8402 (1986)
“Mutu adalah sifat dan karakterisk produk atau jasa yang membuatnya
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers).”
Sementara definisi lain untuk mutu yang sering diasosiasian dengan proyek
adalah fitness for use. Istilah ini disamping mempunyai arti seperti yang diuraikan
diatas, juga memperhatikan masalah tersediaya produk, kehandalan dan masalah
pemeliharaan.
Definisi diatas tentunya akan sangat bervariasi tergantung pada masing-masing
bidang usaha maupun industri. Akan tetapi secara umum ada 4 (empat) spektrum
mutu/kualitas yakni kualitas perencanaan (quality planning), pemantauan kualitas
(quality control), jaminan kualitas (quality assurance) dan pemeliharaan kualitas
(quality improvement).
1. Persiapan / Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Jaminan kualitas.
4. Pemeliharaan kualitas
c. Identifikasi Bahaya
• Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan IdentifikasiBahaya guna
mengetahui potensibahaya dalam setiap pekerjaan.
• Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan danSafety
Departement.
• Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah bakuseperti Check
List, What If, Hazops, dan sebagainya.
• Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikandengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukansetiap kegiatan.
d. Project Safety Review
• Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yangmencakup
kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
• Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyekdibangun dengan
standar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
• Kontraktor jika diperlukan harus melakukan project safetyreview untuk
setiap tahapan kegiatan kerja yang dilakukan,terutama bagi kontraktor EPC
(Engineering-Procurement-Construction).
• Project Safety Review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam
setiap tahapan project secara sistimatis.
g. Promosi K3
• Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program- program
Promosi K3.
• Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkanawareness para pekerja
proyek.
• Kegiatan Promosi berupa poster,spanduk, buletin, lomba K3dan
sebagainya.
• Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.
j. Safety Inspection
• Merupakan program penting dalam phase konstruksi untukmeyakinkan
bahwa tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition”dilingkungan proyek.
• Inspeksi dilakukan secara berkala.
• Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspectionsemua
unsur dan Sub Kontraktor.
k. Equipment Inspection
• Semua peralatan (mekanis,power tools,alat berat dsb) harus diperiksa oleh
ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam proyek.
• Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan
dilengkapi dengan label khusus.
• Pemeriksaan dilakukan secara berkala
m. Keselamatan Transportasi
• Kegiatan Proyek melibatkan aktivitas transportasi yang tinggi.
• Pembinaan dan Pengawasan transportasi diluar dan didalam lokasi Proyek.
• Semua kendaraan angkutan Proyek harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.
n. Pengelolaan Lingkungan
• Selama proyek berlangsung harus dilakukan pengelolaan lingkungan
dengan baik mengacu dokumen Amdal/UKL dan UPL.
• Selama proyek berlangsung dampak negatif harus ditekan seminimal
mungkin untuk menghindarkan kerusakan terhadap lingkungan. Pengelolaan
Limbah dan B3
• Limbah harus dikelola dengan baik sesuai dengan jenisnya.Limbah harus
segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
o. Keadaan Darurat
• Perlu disusun Prosedur keadaan darurat sesuai dengan kondisidan sifat
bahaya proyek misalnya bahaya kebakaran,kecelakaan, peledakan dan
sebagainya.
• SOP Darurat harus disosialisasikan dan dilatih kepada semua pekerja.
q. Audit K3
• Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek.
• Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek
berikutnya.
• Sebagai masukan dalam memberikan penghargaan K3
2.14.2 Alat Perlindungan Diri
Alat Pelindung Diri Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
disekelilingnya. Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:
2.Faktor Lingkungan
Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang
berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi pekerja.
Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja,sehingga
menurunkan efektivitas kerja.
Cuaca (panas, hujan)
Daerah rawan longsor
Daerah rawan banjir
Pencegahan:
Dianjurkannya menggunakan penutup telingadan masker pada pekerja.
Pematokan daerah daerah rawan longsor yang belum di betonisasi
dengan bendera merah
terdapat sirine kurang lebih jarak 7km dari lokasi pembangunan untuk
efakuasi
3.Faktor Teknis
Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan
dan alat berat, penggalian, pembangunan, pengangkutan dan
sebagainya.
Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidakmemenuhi
standar keselamatan (substandards condition).
Pencegahan:
Perencanaan Kerja yang baik
Pemeliharaan dan perawatan peralatan secara berkala
Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
Penerapan Sistim Manajemen Mutu