CAKUPANNYA
Disusun
Oleh :
Kelompok 1
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan
orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia
sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk
memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu
manusia dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan
yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses
untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi kebutuhan keduanya, lazim
disebut dengan proses untuk berakad atau melakukan kontrak.
Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah. karena itu
ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam
sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup
jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa. Dalam
pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan bertransaksi sangat
beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada.
1
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016.H. 80
4
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam
bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial dalam hidupnya manusia memerlukan
manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup bermasyarakat, manusia selalu
berhubungan satu sama lain, disadari atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-
kebutuhan hidup.
Tujuan dari penulisan makalah ini utamanya adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah PAI III : Muamalat Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI),
dan secara keseluruhan adalah untuk mengetahui dan memahami tentang teori dan
konsep fiqih muamalah dan cakupannya, dan diharapkan melalui makalah ini dapat
menambah wawasan bagi penulis juga pembaca.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Muamalah secara bahasa sama dengan kata (mufa ’alatan) yang artinya
saling bertindak atau saling mengamalkan. Adapun muamalah secara istilah adalah
aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya
dalam urusan duniawi dalam pergaulan sosial. 2
2
Djazuli, (2005). Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. Jakarta:
Kencana. H. 178
3
Hadi, Abu Sura'i Abdul, (1993). Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib. Surabaya.h.78
6
2.2 Ruang Lingkup Fiqih Muamalah
Ruang lingkup fiqh muamalah terbagi dua, yaitu ruang lingkup muamalah
muamalah madiyah dan adabiyah. Ruang lingkup muamalah madiyah ialah masalah
jual beli ( al-ba’i/ al-tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan
dhaman), pemindahan utang (Al-hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak
(alhajru), perseroan atau perkongsian (al-syirkah), perseroan harta tenaga (al-
mudhorobah), sewa menyewa tanah (almukhorrobah), upah (ujrah al-amal), gugatan
(al-suf’ah), sayembara (alji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah),
pemberian (alhibah), pembebasan (al-ibra’) damai (as-shulhu), dan di tambah
dengan beberapa masalah kontemporer (al-mu’asirah/ al muhadisah), seperti
masalah bunga bank, dan asuransi kredit. 4
Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab qobul, saling
meridhoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran,
pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber
dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat.
4
Ghufron A, (2002). Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Rajawali Press. H. 88
5
Muhammad Yusuf, (2014). Pengantar Studi Fikih Islam. Jakarta:Al Kaustar. H. 90
7
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Muamalah
Prinsip Umum
8
Prinsip Khusus
Sementara itu prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu yang
diperintahkan dan yang dilarang. Adapun yang diperintahkan dalam muamalah
terdapat tiga prinsip, yaitu :
1. Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari kelebihan nilai
pokok pinjaman yang diberikan peminjam. Riba juga sebagai suatu kegiatan
yang menimbulkan eksploitasi dan ketidakadilan yang secara ekonomi
menimbulkan dampak sangat merugikan masyarakat
2. Gharar, adalah mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan, bahaya,
cenderung pada kerusa kan.
3. Tadlis (penipuan), misalnya penipuan dalam transaksi jual beli dengan
menyembunyikan atas adanya kecacatan barang yang diperjualbelikan.
4. Berakad dengan orang-orang yang tidak cakap dalam hokum, seperti orang
gila, anak kecil, terpaksa, dan lain sebagainya.
6
Muslich, Ahmad Wardi, (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Penerbit Amzah.h. 67
9
4. Meninggalkan intervensi yang dilarang
5. Menghindari eksploitasi
6. Memberikan toleransi
7. Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah
2. Pada asalnya, hukum segala jenis muamalah adalah boleh. Tidak ada satu
model/jenis muamalah pun yang tidak diperbolehkan, kecuali jika didapati
adanya nash shahih yang melarangnya, atau model/jenis muamalah itu
bertentangan dengan prinsip muamalah Islam.
7
Yusuf Al Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya dalam
Ekonomi Modern. h. 66
10
Dasarnya adalah firman Allah dalam Q.S Yunus: 59
11
Bertolak dari sini, banyak hukum muamalah yang berjalan seiring dengan
maslahat yang dikehendaki Syari' ada padanya. Maknanya, jika maslahatnya
berubah, atau maslahatnya hilang, maka hukum muamalah itu pun berubah. Al-'Izz
bin 'Abdussalam menyatakan, "Setiap aktivitas yang tujuan disyariatkannya tidak
terwujud, aktivitas itu hukumnya batal." Dengan bahasa yang berbeda, asy-Syathibiy
sependapat dengan al-'Izz.Asy-Syathibiy berkata, "Memperhatikan hasil akhir dari
berbagai perbuatan adalah sesuatu yang mu'tabar (diakui) menurut syariat."
Dasar hukum fiqih muamalah secara umum berasal dari tiga sumber utama,
yaitu Al-Quran dan Hadits, dan ijtihad. 8
1. Al - Qur’an
8
Ghazaly, Abdul Rahman, dkk., (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kharisma Putra Utama. H. 246
9
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.h. 98
12
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah
kepada pihak yang berhak menerimanya dan “menyuruh kamu” jika menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
2. Hadits
Seperti yang telah diketahui bahwa Hadits merupakan sumber hukum bagi
umat Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. yang digunakan oleh umat Islam sebagai
panduan dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas, baik yang berkaitan dengan
urusan dunia maupun urusan akhirat. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan (sabda), perbuatan, maupun
ketetapan yang dijadikan sebagai landasan syari’at Islam.
“Janganlah kalian berbuat zhalim, ingatlah tidak halal harta seorang kecuali
dengan keridhoan darinya” (HR al-Baihaqi).
Dari Abdullah bin mas’ud r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : “Riba itu
terdiri 73 pintu. Yang paling ringan diantarannya adalah seperti seseorang laki-laki
yang berzina dengan ibunya, dan sehebathebattnya riba adalah merusak kehormatan
seorang muslim”. (HR. Ibnu Majah)
13
3. Ijtihad
Dasar hukum yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadits adalah ijtihad, yaitu
proses menetapkan suatu perkara baru dengan akal sehat dan pertimbangan yang
matang, dimana perkara tersebut tidak dibahas dalam Al-Qur’an dan hadits. Ijtihad
adalah sumber yang sering digunakan dalam perkembangan fiqih muamalah sebagai
solusi terhadap suatu permasalahan yang harus diterapkan hukumnya,akan tetapi
tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
14
sebuah hadists dikemukakan bahwa Rasulullulah SAW bersabada bahwa
amanah itu akan menarik rezeki, sebaiknya khianat itu akan mengakibatkan
kefakiran.
3. Tabligh berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain
untuk melaksaakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan kita
sehari-hari. tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif,
dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin
solid dan kuat.
4. Fathanah mempunyai arti mengerti, memahami, dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini aka
menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam
inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki
manakala seorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu
pengetahuan, peraturan, dan informasi, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun perusahaan secara umum. Dan sifat itu pula yang
mengantarkan Nabi Muhammad SAW (sebelum menjadi nabi) pada
keberhasilan dalam kegiatan perdagangan (riwayat Imam Bukhari)
5. Istiqamah mempunyai arti konsisten dalam ima dan nilai-nilai yang baik,
meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqamah dalam
kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga
menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu
proses yang dilakukan secara terus-menerus. Misalnya interaksi yang kuat
dengan Allah dalam bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Proses itu menumbuh-kembangkan suatu sistem yang memungkinkan,
kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasikan dengan baik. Sebaliknya,
keburukan dan ketidak jujuran akan terduksi dan ternafikan secara nyata.
Orang dan lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan
ketenangan dan sekaligus mendapatkan solusi dan jalan keluar dari segala
persoalan yang ada.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia telah dijadikan sebagai khalifah di dunia ini oleh Allah SWT,
diberikan pulalah alam beserta isinya untuk kita manfaatkan guna mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang layak di dunia ini. Dalam menjaga dan
mempertanggungjawabkan apa yang telah Allah berikan manusia membutuhkan satu
sama lain, supaya mereka dapat tolongmenolong, tukar-menukar keperluan untuk
keuntungan hidupnya baik dengan jual-beli, sewa-menyewa, bercocok tanam. Baik
untuk kepentingan umum maupun bersama.
Diharapkan agar manusia dapat hidup teratur dan tertib dan selalu menjaga
tali silaturrahmi dengan yang lain. Akan tetapi, tetap ada sifat tamak dan serakah
pada manusia karena itu islam memberi peraturan yang sebaik-baiknya sehingga
tidak akan terjadi permusuhan antara manusia dan ketidakseimbangan.
16
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Abu Sura'i Abdul, (1993). Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M.
Thalib. Surabaya.