Anda di halaman 1dari 18

TEORI DAN KONSEP FIQIH MUAMALAH DAN

CAKUPANNYA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PAI III : Muamalat

Dosen Pengampu : Rayyan, M.Pd

Disusun

Oleh :

Kelompok 1

Nurul Fatiah (220261201162)


Irma (220261201084)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah PAI III : Muamalat, dengan
judul: “Teori Dan Konsep Fiqih Muamalah Dan Cakupannya”. Shalawat beriring
salam kami hanturkan kepangkuan Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan umatnya dari alam kebathilan ke alam berilmu pengetahuan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bireuen, 27 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5

1.3 Tujuan .................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 6

2.1 Pengertian Fiqih Muamalah .................................................... 6

2.2 Ruang Lingkup Fiqih Muamalah ............................................ 7

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Muamalah ............................................ 8

2.4 Dasar Hukum Muamalah ........................................................ 12

2.5 Akhlak Dalam Bermuamalah................................................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................ 16

3.2 Saran ...................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan
orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia
sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk
memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu
manusia dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan
yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses
untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi kebutuhan keduanya, lazim
disebut dengan proses untuk berakad atau melakukan kontrak.

Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah. karena itu
ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam
sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup
jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa. Dalam
pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan bertransaksi sangat
beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembagian atau macam-macam akad


secara spesifik, akan dijelaskan teori akad secara umum yang nantinya akan
dijadikan sebagai dasar untuk melakukan akad-akad lainnya secara khusus . Maka
dari itu, dalam makalah ini saya akan mencoba untuk menguraikan mengenai
berbagai hal yang terkait dengan akad dalam pelaksanaan muamalah di dalam
kehidupan kita sehari-hari. 1

1
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016.H. 80

4
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam
bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial dalam hidupnya manusia memerlukan
manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup bermasyarakat, manusia selalu
berhubungan satu sama lain, disadari atau tidak, untuk mencukupkan kebutuhan-
kebutuhan hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian fiqih muamalah?


2. Bagaimana ruang lingkup dari fiqih muamalah ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip dasar muamalah ?
4. Bagaiamana dasar hukum dari muamalah ?
5. Bagaimana akhlak dalam bermuamalah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini utamanya adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah PAI III : Muamalat Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI),
dan secara keseluruhan adalah untuk mengetahui dan memahami tentang teori dan
konsep fiqih muamalah dan cakupannya, dan diharapkan melalui makalah ini dapat
menambah wawasan bagi penulis juga pembaca.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muamalah

Muamalah secara bahasa sama dengan kata (mufa ’alatan) yang artinya
saling bertindak atau saling mengamalkan. Adapun muamalah secara istilah adalah
aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya
dalam urusan duniawi dalam pergaulan sosial. 2

Fiqih menurut al-jurjani dalam kitabnya at-ta’riifat, hanya menyangkut


hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang diperoleh dari
dalil-dalinya yang terperinci. Menurut Muhammad Yusuf Musa pengertian fiqih
muamalah yaitu, Peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan dita’ati dalam
hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia”.

Namun belakangan ini pengertian muamalah lebih banyak dipahami sebagai


aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
memperoleh dan mengembangkan harta benda atau lebih tepatnya dapa dikaakan
sebagai aturan Islam tentang kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia. 3

Jadi pengertian Fiqih muamalah adalah hukum-hukum yang berkaitan


dengan tindakan manusia dalam persoalan keduniaan, misalnya dalam persoalan jual
beli, hutang piutang, kerja sama dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan
tanah, dan sewa menyewa.

2
Djazuli, (2005). Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam. Jakarta:
Kencana. H. 178
3
Hadi, Abu Sura'i Abdul, (1993). Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M. Thalib. Surabaya.h.78

6
2.2 Ruang Lingkup Fiqih Muamalah

Ruang lingkup fiqh muamalah terbagi dua, yaitu ruang lingkup muamalah
muamalah madiyah dan adabiyah. Ruang lingkup muamalah madiyah ialah masalah
jual beli ( al-ba’i/ al-tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalah dan
dhaman), pemindahan utang (Al-hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak
(alhajru), perseroan atau perkongsian (al-syirkah), perseroan harta tenaga (al-
mudhorobah), sewa menyewa tanah (almukhorrobah), upah (ujrah al-amal), gugatan
(al-suf’ah), sayembara (alji’alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah),
pemberian (alhibah), pembebasan (al-ibra’) damai (as-shulhu), dan di tambah
dengan beberapa masalah kontemporer (al-mu’asirah/ al muhadisah), seperti
masalah bunga bank, dan asuransi kredit. 4

Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab qobul, saling
meridhoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran,
pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber
dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat.

Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia,


seperti social,ekonomi,politik hokum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam kajian
fiqih sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah
suatu cara bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
membuat pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada,
sehingga kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas
kebutuhan yang terbatas.5

4
Ghufron A, (2002). Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Rajawali Press. H. 88
5
Muhammad Yusuf, (2014). Pengantar Studi Fikih Islam. Jakarta:Al Kaustar. H. 90

7
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Muamalah

Kata prinsip, diartikan sebagai asas, pokok, penting, permulaan, fundamental,


dan aturan pokok. Ada beberapa prinsip Muamalah, diantaranya:

Prinsip Umum

1. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang


ditentukan oleh Al-qur’an dan sunnah rasul. Bahwa hukum islam memberi
kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai
dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat.
2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela , tanpa mengandung unsur paksaan.
Agar kebebasan kehendak pihak-pihak bersangkutan selalu diperhatikan.
3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat. Bahwa sesuatu bentuk
muamalat dilakukan ats dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari madharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari
unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam
kesempitan. Bahwa segala bentuk muamalat yang mengundang unsur
penindasan tidak dibenarkan.
5. Haramnya segala kezaliman dengan memakan harta secara bathil, seperti :
riba, ghasab, korupsi, monopoli, penimbunan , dllmeski berasal dari mitologi
yang belum jelas, tetap saja dapat membimbing masyarakat Indonesia menuju
kesejahteraan.

8
Prinsip Khusus

Sementara itu prinsip khusus muamalah dibagi menjadi dua, yaitu yang
diperintahkan dan yang dilarang. Adapun yang diperintahkan dalam muamalah
terdapat tiga prinsip, yaitu :

1. Objek transaksi harus yang halal, artinya dilarang melakukan aktivitas


ekonomi atau bisnis terkait yang haram.
2. Adanya keridhaan semua pihak terkait muamalah tersebut, tanpa ada paksaan.
3. Pengelolaan dana / aset yang amanah dan jujur.

Sedangkan yang dilarang dalam muamalah antara lain :

1. Riba, merupakan setiap tambahan / manfaat yang berasal dari kelebihan nilai
pokok pinjaman yang diberikan peminjam. Riba juga sebagai suatu kegiatan
yang menimbulkan eksploitasi dan ketidakadilan yang secara ekonomi
menimbulkan dampak sangat merugikan masyarakat
2. Gharar, adalah mengandung ketidakjelasan, spekulasi, taruhan, bahaya,
cenderung pada kerusa kan.
3. Tadlis (penipuan), misalnya penipuan dalam transaksi jual beli dengan
menyembunyikan atas adanya kecacatan barang yang diperjualbelikan.
4. Berakad dengan orang-orang yang tidak cakap dalam hokum, seperti orang
gila, anak kecil, terpaksa, dan lain sebagainya.

Di antara kaidah dasar fiqh muamalah adalah sebagai berikut :6

1. Hukum asal dalam muamalat adalah mubah


2. Konsentrasi Fiqih Muamalah untuk mewujudkan kemaslahatan
3. Menetapkan harga yang kompetitif

6
Muslich, Ahmad Wardi, (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Penerbit Amzah.h. 67

9
4. Meninggalkan intervensi yang dilarang
5. Menghindari eksploitasi
6. Memberikan toleransi
7. Tabligh, siddhiq, fathonah amanah sesuai sifat Rasulullah

Sedangkan menurut Dr. Muhammad 'Utsman Syabir dalam alMu'amalah al-


Maliyah al-Mu'ashirah fil Fiqhil Islamiy menyebutkan prinsip-prinsip itu, yaitu:7

1. Fiqh mu'amalat dibangun di atas dasar-dasar umum yang dikandung oleh


beberapa nash berikut:

Firman Allah dalam Q.S An-Nisa`: 29

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian makan harta di


antara kalian dengan cara yang batil; kecuali dengan cara perdagangan atas
dasar kerelaan di antara kalian."

2. Pada asalnya, hukum segala jenis muamalah adalah boleh. Tidak ada satu
model/jenis muamalah pun yang tidak diperbolehkan, kecuali jika didapati
adanya nash shahih yang melarangnya, atau model/jenis muamalah itu
bertentangan dengan prinsip muamalah Islam.

7
Yusuf Al Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya dalam
Ekonomi Modern. h. 66

10
Dasarnya adalah firman Allah dalam Q.S Yunus: 59

Artinya : "Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku tentang rizki yang


diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan
sebagiannya halal.' Katakanlah, 'Apakah Allah telah memberikan izin
kepadamu (tentang ini), ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah.”

3. Fiqh mu'amalah mengompromikan karakter tsabat dan murunah. Tsubut


artinya tetap, konsisten, dan tidak berubah-ubah. Maknanya, prinsip-prinsip
Islam baik dalam hal akidah, ibadah, maupun muamalah, bersifat tetap,
konsisten, dan tidak berubah-ubah sampai kapan pun. Namun demikian,
dalam tataran praktis, Islam khususnya dalam muamalah bersifat murunah.
Murunah artinya lentur, menerima perubahan dan adaptasi sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, selama tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip yang tsubut.
4. Fiqh muamalah dibangun di atas prinsip menjaga kemaslahatan dan 'illah
(alasan disyariatkannya suatu hukum). Tujuan dari disyariatkannya
muamalah adalah menjaga dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Prinsip-prinsip
muamalah kembali kepada hifzhulmaal (penjagaan terhadap harta), dan itu
salah satu dharuriyatul khamsah (dharurat yang lima). Sedangkan berbagai
akad seperti jual beli, sewa menyewa, dlsb. disyariatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan menyingkirkan kesulitan dari mereka.

11
Bertolak dari sini, banyak hukum muamalah yang berjalan seiring dengan
maslahat yang dikehendaki Syari' ada padanya. Maknanya, jika maslahatnya
berubah, atau maslahatnya hilang, maka hukum muamalah itu pun berubah. Al-'Izz
bin 'Abdussalam menyatakan, "Setiap aktivitas yang tujuan disyariatkannya tidak
terwujud, aktivitas itu hukumnya batal." Dengan bahasa yang berbeda, asy-Syathibiy
sependapat dengan al-'Izz.Asy-Syathibiy berkata, "Memperhatikan hasil akhir dari
berbagai perbuatan adalah sesuatu yang mu'tabar (diakui) menurut syariat."

2.4 Dasar Hukum Muamalah

Dasar hukum fiqih muamalah secara umum berasal dari tiga sumber utama,
yaitu Al-Quran dan Hadits, dan ijtihad. 8

1. Al - Qur’an

Seperti yang telah diketahui bahwa Al-Qur’an merupakan referensi utama


yang memuat pedoman dasar bagi umat manusia. Khususnya dalam menemukan dan
menarik suatu perkara dalam kehidupan. Sudah seharusnya setiap muslim
selaluberpegang teguh kepada hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an
sebagai petunjuk agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT, yaitu
mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Q.S An Nisa’ Ayat 58 tentang muamalah antara lain : 9

8
Ghazaly, Abdul Rahman, dkk., (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kharisma Putra Utama. H. 246
9
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.h. 98

12
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah
kepada pihak yang berhak menerimanya dan “menyuruh kamu” jika menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

2. Hadits

Seperti yang telah diketahui bahwa Hadits merupakan sumber hukum bagi
umat Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. yang digunakan oleh umat Islam sebagai
panduan dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas, baik yang berkaitan dengan
urusan dunia maupun urusan akhirat. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW, baik berupa perkataan (sabda), perbuatan, maupun
ketetapan yang dijadikan sebagai landasan syari’at Islam.

Hadits tentang muamalah antara lain : Artinya : “Sesungguhnya apabila allah


mengharamkan atas suatu kaum memakan sesuatu, maka allah mengharamkan pula
hasil penjualannya” (HR. Abu Daud)

“Janganlah kalian berbuat zhalim, ingatlah tidak halal harta seorang kecuali
dengan keridhoan darinya” (HR al-Baihaqi).

Dari Abdullah bin mas’ud r.a dari Nabi SAW beliau bersabda : “Riba itu
terdiri 73 pintu. Yang paling ringan diantarannya adalah seperti seseorang laki-laki
yang berzina dengan ibunya, dan sehebathebattnya riba adalah merusak kehormatan
seorang muslim”. (HR. Ibnu Majah)

13
3. Ijtihad

Dasar hukum yang ketiga setelah Al-Qur’an dan hadits adalah ijtihad, yaitu
proses menetapkan suatu perkara baru dengan akal sehat dan pertimbangan yang
matang, dimana perkara tersebut tidak dibahas dalam Al-Qur’an dan hadits. Ijtihad
adalah sumber yang sering digunakan dalam perkembangan fiqih muamalah sebagai
solusi terhadap suatu permasalahan yang harus diterapkan hukumnya,akan tetapi
tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maupun Hadits.

2.5 Akhlak Dalam Bermuamalah

Macam-macam akhlak bermu’amalah adalah Shiddiq, Istiqamah, Fathanah,


Amanah, Tablig.

1. Shiddiq artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan,


keyakinan, dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang benar berdasarkan
ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan pertentagan yang disengaja antaea
ucapan dengan perbuatan. Karena itu Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan menciptakan lingkungan
yang shiddiq. Dalam dunia kerja dan usaha, kejujuran ditampilka dalam
bentuk kesungguhan dan ketepatan. Baik ketepatan waktu, janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan dan kerugian (tidak ditutup-tutupi) untuk
kemudian diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhkan diri dari berbuat
bohong dan menipu (baik pada diri, teman sejawat, perusahaan maupun mitra
kerja)
2. Amanah, mempunyai arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap
tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal.
Sifat amanah harus dimiliki setiap mukmin, apalagi yang mempunyai
pekerjaan yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat.dalam

14
sebuah hadists dikemukakan bahwa Rasulullulah SAW bersabada bahwa
amanah itu akan menarik rezeki, sebaiknya khianat itu akan mengakibatkan
kefakiran.
3. Tabligh berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain
untuk melaksaakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan kita
sehari-hari. tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif,
dan persuasif akan menumbuhkan hubungan kemanusiaan yang semakin
solid dan kuat.
4. Fathanah mempunyai arti mengerti, memahami, dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini aka
menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam
inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin dimiliki
manakala seorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu
pengetahuan, peraturan, dan informasi, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun perusahaan secara umum. Dan sifat itu pula yang
mengantarkan Nabi Muhammad SAW (sebelum menjadi nabi) pada
keberhasilan dalam kegiatan perdagangan (riwayat Imam Bukhari)
5. Istiqamah mempunyai arti konsisten dalam ima dan nilai-nilai yang baik,
meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqamah dalam
kebaikan ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga
menghasilkan sesuatu yang optimal. Istiqamah merupakan hasil dari suatu
proses yang dilakukan secara terus-menerus. Misalnya interaksi yang kuat
dengan Allah dalam bentuk shalat, zikir, membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Proses itu menumbuh-kembangkan suatu sistem yang memungkinkan,
kebaikan, kejujuran, dan keterbukaan teraplikasikan dengan baik. Sebaliknya,
keburukan dan ketidak jujuran akan terduksi dan ternafikan secara nyata.
Orang dan lembaga yang istiqamah dalam kebaikan akan mendapatkan
ketenangan dan sekaligus mendapatkan solusi dan jalan keluar dari segala
persoalan yang ada.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan


dahwa Fiqih Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian
dan kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan
landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-
kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya
masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muamalah) yang
khas dengan dasar-dasar nilai ilahiyah.

Manusia telah dijadikan sebagai khalifah di dunia ini oleh Allah SWT,
diberikan pulalah alam beserta isinya untuk kita manfaatkan guna mencapai
kesejahteraan dan kehidupan yang layak di dunia ini. Dalam menjaga dan
mempertanggungjawabkan apa yang telah Allah berikan manusia membutuhkan satu
sama lain, supaya mereka dapat tolongmenolong, tukar-menukar keperluan untuk
keuntungan hidupnya baik dengan jual-beli, sewa-menyewa, bercocok tanam. Baik
untuk kepentingan umum maupun bersama.

Diharapkan agar manusia dapat hidup teratur dan tertib dan selalu menjaga
tali silaturrahmi dengan yang lain. Akan tetapi, tetap ada sifat tamak dan serakah
pada manusia karena itu islam memberi peraturan yang sebaik-baiknya sehingga
tidak akan terjadi permusuhan antara manusia dan ketidakseimbangan.

16
3.2 Saran

Kita harus memahami makna muamalah dan harus menerapkannya dalam


kehidupan sehari-hari guna mencapai kesejahteraan dan kehidupan yang layak di
dunia ini serta menggapai ridha dari Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA

Djazuli, (2005). Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan


Hukum Islam. Jakarta: Kencana.

Ghazaly, Abdul Rahman, dkk., (2010). Fiqh Muamalat. Jakarta: Kharisma


Putra Utama.

Ghufron A, (2002). Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Rajawali Press.

Hadi, Abu Sura'i Abdul, (1993). Bunga Bank Dalam Islam, alih bahasa M.
Thalib. Surabaya.

Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Imam Mustofa, (2016). Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada,

Muhammad Yusuf, (2014). Pengantar Studi Fikih Islam. Jakarta:Al


Kaustar.

Muslich, Ahmad Wardi, (2010). Fiqh Muamalah. Jakarta: Penerbit Amzah.

Yusuf Al Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalat dan


Aplikasinya dalam Ekonomi Modern.

Anda mungkin juga menyukai