Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian lafal khash


Lafaz khash adalah:
‫اخلاص هو الفظ املوضوع ملعىن واحد معلوم على االنفراد‬
Artinya:
“lafal khash adalah lafal yang dipakai untuk satu arti yang sudah diketahui
kemandiriannya”.

‫اخلاض هو كل لفظ وضع ملعىن واحد على االنفراد وانقطاع املشاركة‬


Artinya:
“Lafal khash adalah tiap-tiap lafal yang dipakai untuk arti satu arti yang tersendiri
dan terhindar dari arti lain yang musytarak

Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa lafal khash adalah lafal yang
dalalahnya berlaku hanya bagi seseorang yang namanya disebutkan (seperti nama
muhammad) atau bagi seseorang yang namanya disebutkan (seperti laki-laki atau
perempuan) atau bagi beberapa orang tertentu (seperti tiga orang, empat orang, lima
orang, atau sekelompok orang). Jadi, lafal khash adalah lafal yang arti di dalamnya
tidak mencakup semua, tetapi hanya berlaku untuk sebagian tertentu.
Contoh: Firman Allah Q.S Al-Araf:32.
1.
B. Klasifikasi bentuk
Lafal khash berbentuk muthlak
lafal khash
yaitu lafal khash yang tidak ditentukan dengan sesuatu. Maksudnya, jika
didalam nash itu ditemukan lafal khash, maka lafal ini harus diartikan sesuai
dengan arti hakiki, selama tidak ada dalil lain yang memalingkan arti hakiki ke arti
lain.

2. Lafal khash berbentuk khash (muqayyad)


Yaitu lafal khash (muqayyad) yang ditentukan dengan sesuatu. Jika lafal khash
yang berbentuk muthlak itu di dalam nash lain ditemukan dan diterangkan
secara muqayyad, sedang pokok pembicaraan dan sebab-sebabnya sama, maka
semua hukumnya harus ikut sama.

3. Lafal khash berbentuk amr.


Jika lafal khash itu berbentuk amr atau berbentuk kata yang mengandung arti
amr atau berbentuk khabar, maka hukumnya adalah wajib.

4. Lafal khash berbentuk nahiy(larangan)


Jika ada lafal nahiy dibawakan dalam bentuk lafal khash atau bentuknya
mengandung arti nahiy, maka hukum yang terkandung di dalamnya adalah haram.
C. Klasifiksais Takhshish
1. Takhshish Al-quran dengan Al-quran (‫)خت & & & & & & &&صيصا & & &&لقر&آ&نب& & & &ا& & &&لقر&آ&ن‬
Takhshish seperti ini bisa juga terjadi, sebab semua nash Al-quran adalah
qath’iy. Jika ada dua dalil yang satu ‘am dan yang lainnya khash, maka keduanya
harus dikumpulkan dengan cara:
- Memakai dalil ‘am untuk hal-hal yang tidak termasuk dalam dalil khash
- Memakai dalil khash tetapi pada posisinya
Contoh:
‫واملطلقا ت تربصن بانفسهن ثالثة قروء‬

‫اذا نكحتم املؤمنات مث طلقتموهن من قبل ان متسوهن فم لكم عليهن من عدة تعتدوهنا‬
•Ayat pertama berbentuk ‘am untuk istri-istri yang tertalak secara mutlak, baik sudah
bercampur atau belum sama sekali.
•Ayat kedua berbentuk lebih khusus dari yang pertama, sebab ada penjelasan bahwa
wanita tersebut belum pernah dicampuri.

Jika demikian, ayat kedua berfungsi untuk men-takhshish ayat pertama, sehingga
yang dipakai dalam hukum pada ayat kedua
2. Takhshish Al-quran dengan Hadis‫&ديث‬
( ‫)خت & & & & & & &&صيصا & & &&لقر&آ&نب& & & &ا & & &حل‬
Contoh, firman Allah dalam Al-Maidah ayat 38:

‫السا ِرقَةُ فَاقْطَعُوا َأيْ ِد َي ُه َما‬


َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫َو‬
 Artinya:
“laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya”.(Al-
Maidah:38).
Dalam ayat di atas tidak disebutkan batasan nilai barang yang dicuri. Kemudian ayat di atas
ditakhshish oleh sabda Nabi SAW:

‫ رواه اجلماعة‬. ‫الَ قَطْ َع يِف َأقَ َّل ِم ْن ُربْ ِع ِد ْينَا ٍر‬

Artinya:
“Tidak ada hukuman potong tangan di dalam pencurian yang nilai barang yang dicurinya
kurang dari seperempat dinar”. (H.R. Al-Jama’ah).

Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa apabila nilai barang yang dicuri kurang dari
seperempat dinar, maka si pencuri tidak dijatuhi hukuman potong tangan
3.Takhshish Hadis dengan Al-quran (‫&حلديث & & &ا& & &&لقر&آ&ن‬
&‫ب‬ & & & ‫)خت & & & & & & &&صيصا‬
- Hadis tentang bersuci dengan cara berwudlu dalam keadaan bagaimanapun. Hal
ini bersifat umum, yaitu:
‫ اليقبل اهلل صالةاحدكم اداأحدث حت ىيتوضاء‬-
Artinya:
“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kamu jika berhadas,
sehingga ia berwudlu”. (HR Bukhari Muslim)

- Al-quran tentang bersuci dalam keadaaan tertentu boleh dengan cara


bertayamum, bukan dengan berwudlu. Hal ini lebih spesifik, yaitu pada saat air
tidak ada:

‫وان كنتم مرضى اوعل ىسفراوجاءأحد منكم من العاىط اوالمستم النساءفلم‬


‫جتدواماءفتيممواصعيداطيبا‬
Artinya:
“jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air atau
kamu sesudah campur dengan istrimu, kemudian tidak kamu temukan air (buat
bersuci), maka bertayamumlah dengan tanah(debu) yang bersih. (Q.S An-Nisa:43)
4. Takhshish hadis dengan hadis‫&حلديث‬
( & & &‫&حلديث & & &ا‬
&‫ب‬ & & & ‫)خت & & & & & & &&صيصا‬
Contoh:
‫ فيماسقت السماءالعشر‬-
Artinya:
“Dalam tanaman yang disirami hujan ada zakatnya, yaitu 10%” ( HR. Bukhari
Muslim).

Hadis ini bersifat umum, sebab tidak ada kepastian berapa jumlah nominal nilai
harta tanaman yang harus dikeluarkan zakatnya.
‫ ليس فيمادون مخسةاوسق صدقة‬-
Artinya:
“tidak ada zakat dalam tanaman yang kurang dari lima ausuq”, (HR. Bukhari
Muslim).

Hadist ini bersifat khusus, sebab ada ketentuan secara pasti jumlah nominal nilai
harta tanaman yang wajib dikeluarkan zakatnya, yaitu 5 ausuq. Dengan demikian yang
umum di takhsis dengan yang khusus, artinya yang dipakai adalah dalil kedua, yaitu 5
ausuq.
5. Takhshish dengan ijma (‫)ا& & & &لتخصيصب& & & &ا& & &المجا &&ع‬
Dengan ijma’ bisa diketahui bahwa yang dihendaki dengan lafal umum adalah
sebagian dari apa yang termasuk di dalam lafal umum tersebut.
Contoh:
‫اذانودي للصالةمن يوم اجلمعة فاسعوا اىل ذكراهلل وذروا البيع‬
Artinya:
“jika dipanggil untuk shalat jumu’ah, pergilah untuk mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. (Q.S Al-Jumu’ah:9).

Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban shalat jum’ah ditujukan kepada semua
orang muslim yang mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi jika ulama
mengatakan bahwa yang wajib hanyalah laki-laki, lainnya tidak, seperti perempuan,
anak kecil, dan hamba.
6. Takhshish dengan qiyas (‫)ا& & & &لتخصيصب& & & &ا& & &&لقياس‬
Maksudnya adalah syara’ membuat dalil umum, lalu dalam satuan-satuannya
memiliki hukum yang berbeda antara satuan yang satu dengan satuan lainnya.
Ketentuan seperti ini diambil dari sistem yang dipakai dalam mengaplikasikan teori
qiyas.
Contoh:
‫اح ٍد ِّمْن ُه َما ِمَئةَ َج ْل َد ٍة‬
ِ ‫الزايِن فَاجلِ ُدوا ُك َّل و‬
َ ْ َّ ‫و‬ ُ‫ة‬ ‫ي‬ِ‫الزان‬
َ َ َّ
Artinya:
“pezina laki-laki dan perempuan hendaklah didera masing-masing dengan 100 kali
dera”. (Q.S An-Nur:2)

Ketentuan hukum yang ada pada ayat ini adalah mengecualikan pezina perempuan
yang berstatus budak, sehingga budak hanya dikenakan hukuman seperdua dari yang
merdeka, berdasarkan ayat ini:

‫اب‬ ِ َ‫اح َش ٍة َفعلَي ِه َّن نِصف ما علَى الْمحصن‬


ِ ‫ات ِمن الْع َذ‬ ِ ‫فَِإ ْن َأَت بَِف‬
َ َ َ ُْ َ َ ُ ْ َْ َ ‫نْي‬
Artinya:
“jika perempuan budak itu melakukan kejahatan(perzinaan), maka atasnya
seperdua siksa pezina perempuan yang berstatus merdeka. (Q.S An-Nisa:25).

Anda mungkin juga menyukai