menetapkan hukum agama. Kesepakatan ini pun didasarkan oleh Al-Qur’an dan
Hadist yang kemudian diambil oleh para ulama lalu diikuti oleh seluruh umat.
hukum yang memiliki kesamaan dengan perkara yang pernah terjadi di masa
sebelumnya, baik dalam hal manfaat, sebab, bahaya, atau aspek lainnya.
kegunaannya.
hukum karena ada hukum lainnya, maka tindakan tersebut disebut istihsan.
Urf: Urf merupakan tindakan yang menentukan boleh tidaknya budaya atau adat
Disebut sebagai khalifah di muka bumi, artinya manusia sebagai wakil atau
pemimpin di bumi. Tentunya tugas ini sangat berat sehingga setiap manusia
harus memiliki kemampuan mengelola alam semesta sesuai amanat yang
diemban.
Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berarti memperkuat isi dari Al-Quran. Sebagai contoh
hadist yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia
berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki” (QS.Al-Maidah:6)
Fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi al quran
yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-
ayat yang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadist sebagai bayan At tafsir adalah penjelasan nabi
Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.
َِّارقَةُ فَا ْقطَعُوْ ااَ ْي ِد يَهُ َما َجزَا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكاالً ِمنَ هللا ُ َّار
ِ ق َوالس ِ َوالس
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah” (QS.Al-
Maidah:38)
Dalam AlQuran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri dengan memotong
tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian Nabi SAW memberikan batasan bahwa
yang dipotong dari pergelangan tangan.
3. Bayan at-Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran)
Hadist sebagai bayan At tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam
yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya menerangkan pokok-pokoknya
saja. Sebagaimana contohnya hadist mengenai zakat fitrah, dibawah ini:
“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan satu sha’
kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan”(HR. Muslim).
Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir (mengubah), al-itbal
(membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah (menghilangkan). Para ulama
mendefinisikan Bayan An-nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan
ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas. Salah satu contohnya yakni:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika
ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara
ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa” (QS.Al-Baqarah:180)
Untuk fungsi hadist sebagai Bayan Nasakh ini masih terjadi perdebatan di kalangan ulama. Para
ulama Ibn Hazm dan Mutaqaddim membolehkan menasakh al-Qur’an dengan segala hadits
walaupun hadits ahad. Kelompok Hanafiyah berpendapat boleh menasakh dengan hadist
masyhur tanpa harus matawatir. Sedangkan para mu’tazilah membolehkan menasakh dengan
syarat hadist harus mutawatir. Selain itu, ada juga yang berpendapat Bayan Nasakh bukanlah
fungsi hadist.
Jawaban no.5
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat : 56)