Anda di halaman 1dari 4

1.

Agama Islam bersifat akomodatif yang artinya membawa jawaban-jawaban


atas apa yang dibutuhkan manusia yang tidak bisa dipenuhi oleh agama-agama
lainnya. Sedangkan Agama Islam bersifat Persuasif yaitu di dalam
penyebarannya dan juga di dalam pelaksanaan sehari-hari agama Islam
senantiasa mengajak dengan cara yang terbaik tanpa menggunakan paksaan
dan kekerasan.
2. Ijtihad merupakan alat penafsiran yang menerapkan penalaran hukum sesuai
syariat Islam dan dilakukan oleh ahli agama.

Ijma’: Ijma’ berarti kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama dalam hal

menetapkan hukum agama. Kesepakatan ini pun didasarkan oleh Al-Qur’an dan

Hadist yang kemudian diambil oleh para ulama lalu diikuti oleh seluruh umat.

Hasil dari ijma’ atau kesepakatan tersebut disebut fatwa.

Qiyas: Qiyas berarti menyamakan atau menggabungkan. Jadi, menetapkan

hukum yang memiliki kesamaan dengan perkara yang pernah terjadi di masa

sebelumnya, baik dalam hal manfaat, sebab, bahaya, atau aspek lainnya.

Maslahah Mursalah: Pengertian Ijtihad maslahah mursalah ialah cara

menetapkan kesepakatan atau hukum berdasar pada pertimbangan manfaat dan

kegunaannya.

Istishab: Istishab berarti sebuah tindakan untuk menetapkan suatu hal hingga

ada alasan lain yang mengubahnya.


Sududz Dzariah: Sududz dzariah adalah suatu tindakan yang menghasilkan

kesepakatan mengenai hukum makruh, mubah, dan haramnya suatu hal.

Istihsan: Apabila ada hal yang mengharuskan umat untuk meninggalkan suatu

hukum karena ada hukum lainnya, maka tindakan tersebut disebut istihsan.

Urf: Urf merupakan tindakan yang menentukan boleh tidaknya budaya atau adat

istiadat dalam masyarakat berjalan. Hal ini dipertimbangkan dengan aturan

dalam Al-Qur’an dan Hadist.


ِ ْ‫ُّك ل ِْل َماَل ِئ َك ِة ِإ ِّني َجاعِ ٌل فِي اَأْلر‬
ُ ِ‫ض َخلِي َف ًة ۖ َقالُوا َأ َتجْ َع ُل فِي َها َمنْ ُي ْفسِ ُد فِي َها َو َيسْ ف‬
َ ‫ك ال ِّد َما َء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َحمْ ِد‬
3. ‫ك‬ َ ‫َوِإ ْذ َقا َل َرب‬
َ ‫ك ۖ َقا َل ِإ ِّني َأعْ لَ ُم َما اَل َتعْ لَم‬
‫ُون‬ َ َ‫َو ُن َق ِّدسُ ل‬

Artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui"." (QS. Al Baqarah: 30).

Disebut sebagai khalifah di muka bumi, artinya manusia sebagai wakil atau
pemimpin di bumi. Tentunya tugas ini sangat berat sehingga setiap manusia
harus memiliki kemampuan mengelola alam semesta sesuai amanat yang
diemban.

1. Bayan Al- Taqrir (memperjelas isi Al Quran)

Fungsi Hadist sebagai bayan al- taqrir berarti memperkuat isi dari Al-Quran. Sebagai contoh
hadist yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu, yakni:

“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats sampai ia
berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:

‫ْن‬Rِ ‫ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَي‬


ِ ِ‫صلَو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َوَأ ْي ِد يَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬
ّ ‫يَااَيُّهَاالَّ ِذ ْينَ اَ َمنُوْ ااِ َذاقُ ْمتُ ْم اِلَى ال‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki” (QS.Al-Maidah:6)

2. Bayan At-Tafsir (menafsirkan isi Al Quran)

Fungsi hadist sebagai bayan at-tafsir berarti memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi al quran
yang masih bersifat umum (mujmal) serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-
ayat yang bersifat mutlak (taqyid). Contoh hadist sebagai bayan At tafsir adalah penjelasan nabi
Muhammad SAW mengenai hukum pencurian.

ِّ‫ص ِل ْالكَف‬ ِ ‫َأتَى بِ َسا ِر‬


َ ‫ق فَقَطَ َع يَ َدهُ ِم ْن ِم ْف‬
“Rasulullah SAW didatangi seseorang yang membawa pencuri, maka beliau memotong tangan
pencuri tersebut dari pergelangan tangan”
Hadist diatas menafsirkan surat Al-maidah ayat 38:

ِ‫َّارقَةُ فَا ْقطَعُوْ ااَ ْي ِد يَهُ َما َجزَا ًء بِ َما َك َسبَا نَ َكاالً ِمنَ هللا‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ق َوالس‬ ِ ‫َوالس‬

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai)
pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah” (QS.Al-
Maidah:38)
Dalam AlQuran, Allah memerintahkan hukuman bagi seorang pencuri dengan memotong
tangannya. Ayat ini masih bersifat umum, kemudian Nabi SAW memberikan batasan bahwa
yang dipotong dari pergelangan tangan.

3. Bayan at-Tasyri’ (memberi kepastian hukum islam yang tidak ada di Al Quran)

Hadist sebagai bayan At tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam
yang tidak dijelaskan dalam Al-Quran. Biasanya Al Quran hanya menerangkan pokok-pokoknya
saja. Sebagaimana contohnya hadist mengenai zakat fitrah, dibawah ini:

‫صا عًا ِم ْن َش ِعي ٍْر َعلَى ُكلِّ حُ ٍّر‬


َ ْ‫صا عًا ِم ْن تَ َم ٍراَو‬ ِ َّ‫ضانَ َعلَى الن‬
َ ‫اس‬ ْ ِ‫ض زَ َكا ةَ الف‬
َ ‫ط ِر ِم ْن َر َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َر‬ َ ِ‫اِ َّن َرسُوْ ُل هللا‬
َ‫اَوْ َع ْب ٍد َذ َك ٍر َأوْ ُأ ْنثى ِمنَ ال ُم ْسلِ ِم ْين‬
ْ َ

“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan satu sha’
kurma atau gandum untuk setiap orang, beik merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan”(HR. Muslim).

4. Bayan Nasakh (mengganti ketentuan terdahulu)

Secara etimologi, An-Nasakh memiliki banyak arti diantaranya at-taqyir (mengubah), al-itbal
(membatalkan), at-tahwil (memindahkan), atau ijalah (menghilangkan). Para ulama
mendefinisikan Bayan An-nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan
ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas. Salah satu contohnya yakni:

‫ث‬ ِ ‫صيَّةَ لِ َو‬


ٍ ‫ار‬ ِ ‫الَ َو‬

 “Tidak ada wasiat bagi ahli waris”


Hadits ini menasakh surat QS.Al-Baqarah ayat 180:

َ‫ف َحقًّا َعلَى ال ُمتَّقِ ْين‬


ِ ْ‫صيَّةُ لِ ْل َوالِ َد ْي ِن َواَْأل ْق َربِ ْينَ بِ ْال َم ْعرُو‬ ُ ْ‫ض َر اَ َح َد ُك ْم ال َمو‬
َ ‫ت اِ ْن ت ََر‬
َ ‫ك َخ ْي َر‬
ِ ‫الو‬ َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َح‬
َ ِ‫ُكت‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika
ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara
ma’ruf. (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa” (QS.Al-Baqarah:180)
Untuk fungsi hadist sebagai Bayan Nasakh ini masih terjadi perdebatan di kalangan ulama. Para
ulama Ibn Hazm dan Mutaqaddim membolehkan menasakh al-Qur’an dengan segala hadits
walaupun hadits ahad. Kelompok Hanafiyah berpendapat boleh menasakh dengan hadist
masyhur tanpa harus matawatir. Sedangkan para mu’tazilah membolehkan menasakh dengan
syarat hadist harus mutawatir. Selain itu, ada juga yang berpendapat Bayan Nasakh bukanlah
fungsi hadist.

Jawaban no.5

 Pondasi yang kokoh dalam membangun tiang Agama Islam.


 Awal dari pembentukan akhlak yang mulia. Seseorang yang berakidah tentu
melaksanakan ibadah dengan tertib, sehingga akan tertanam dalam dirinya
akhlak yang baik.
 Dasar penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, sehingga ilmu akidah wajib untuk dipelajari setiap umat Islam.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواِإْل ْن‬
ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
‫ُون‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat : 56)

 Akidah seorang hamba menentukan kualitas ibadahnya diterima atau tidak


oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
 Menyampaikan akidah mulia merupakan misi awal para rasul-Nya.
Sebagaimana hadits di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai