Nim: 13230128
1. A. Pengertian Al-Qur'an
Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam dan diyakini merupakan wahyu langsung dari
Allah subhanahu wata`ala yang diturunkan kepada Rasul kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam melalui Malaikat Jibril. Al-Qur'an berisi hukum serta gaya hidup dan ajaran moral yang
menjadi pedoman bagi umat Islam. Al-Qur'an terdiri dari 114 Surat, dimulai dengan Surat
pengantar al-Fatihan dan diakhiri dengan Surat an-Nas.
Al-Qur'an mempunyai peran utama sebagai sumber hukum Islam. Hukum-hukum yang
terdapat dalam Al-Quran dianggap sebagai hukum yang lengkap dan abadi yang tidak dapat
diubah oleh manusia. Selain Al-Qur'an, Sunnah (ajaran dan perbuatan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam) juga merupakan sumber hukum Islam, namun Al-Qur'an
mempunyai kewibawaan yang lebih tinggi karena merupakan firman langsung dari Allah
Subhanahu Wata'ala.
Dalil lengkap yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah sumber hukum Islam dapat kita
temukan dalam ayat- ayat Al-Qur'an. Di antaranya sebagai berikut:
َﺷ ْﻲءٍ َﻭ ُﻫﺪًﻯ َﻭ َﺭﺣْ َﻤﺔً َﻭﺑُ ْﺸ َﺮ ٰﻯ ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤﻴﻦ َ َﻭﻧ ﱠَﺰ ْﻟﻨَﺎ َﻋ َﻠﻴْﻚَ ْﺍﻟ ِﻜﺘ
َ َﺎﺏ ِﺗ ْﺒ َﻴﺎ ًﻧﺎ ِ ّﻟ ُﻜ ِّﻞ
"Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur'an) ini untuk menjelaskan segala sesuatu, dan
petunjuk, serta rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri." Surah An-Nahl
(16:89)
Dengan dalil-dalil diatas, Al-Qur'an sebagai sumber utama hukum Islam memberikan petunjuk,
penjelasan, dan pemisah antara yang hak dan bathil secara lengkap.
2. A. Pengertian Hadits
Hadits adalah segala ucapan, perbuatan, atau persetujuan dari Rasulullah Sallahu’alaihi
wasalam, yang menjadi acuan sumber hukum dalam agama Islam setelah Al-Quran. Hadits
berisi panduan dalam memahami ajaran Islam dan praktik-praktik keagamaan yang tidak diatur
secara spesifik dalam Al-Quran.
1. Sunnah qauliyah
Yaitu ucapan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang didengar dan
disampaikan seorang atau beberapa sahabat kepada orang lain.
Artinya:
“Dari Abu Hurairah berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“tidak sah solat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah” (HR. Muslim)
2. Sunnah fi’liyah
Yaitu perbuatan yang dilakukan Nabi, yang dilihat, atau diketahui dan disampaikan para
sahabat kepada orang lain.
Artinya:
”Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
solatlah kamu sebagaimana kamu melihatku solat” (HR. Bukhori & Muslim)
Didalam hadits diatas menjelaskan bahwa Nabi menunjukan tata cara solat kepada sahabat
kemudian sahabat terebut menyampaikan kepada orang lain.
3. Sunnah taqririyah
Perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi, tetapi
Nabi hanya diam dan tidak mencegahnya. Sikap diam dari Nabi ini, menunjukkan
persetujuan Nabi (taqrir) terhadap perbuatan sahabat tesebut.
Dari Ibnu ‘Umar berkata,”Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada kami ketika
beliau kembali dari perang Ahzab, ”Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian shalat
‘Ashar kecuali di wilayah Bani Quraizhah.”
Lalu tibalah waktu shalat ketika sebagian dari mereka masih di jalan. Sebagian dari
mereka berkata,”Kami tidak akan shalat kecuali telah sampai tujuan,”
Dan sebagian lain berkata, ”Namun, kami akan melaksanakan shalat, sebab beliau tidaklah
bermaksud demikian.” Maka kejadian tersebut diceritakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan beliau tidak mencela seorang pun dari mereka.” (Hadits riwayat al-Bukhari
no. 894)
Di dalam penjelasan hadits tersebut, Nabi Muhammad melihat perbedaan ijtihad dari para
sahabat ketika menafsirkan larangannya. Nabi Muhammad tidak menyalahkan pihak mana
saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau mengakui keabsahan kedua perbedaan
ijtihad tersebut.
Dalam islam, hadits atau sunnah dijadikan rujukan sumber hukum kedua setelah Al-Quran,
hadits dan Al- Qur’an tidak dapat dipisahkan, karena mereka saling berhubungan dan
membutuhkan satu sama lain. Dalil tentang pentingnya hadis sebagai sumber hukum Islam
dapat ditemukan dalam Al-Qur'an dan juga dalam banyak hadist. Beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut:
Allah Subhanahua Wata’ala menyuruh umat Islam untuk mematuhi dan mengikuti Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Sebagai contoh, dalam Surah Al-Ahzab
(33:21), Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah."
Ayat ini menegaskan pentingnya mengikuti contoh dan ajaran yang diberikan oleh Nabi
Muhammad . Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menambah atau mengurangi sedikitpun.
"Aku telah diberikan Al-Qur'an dan yang serupa dengannya bersamanya. Demi Allah,
saya tidak akan meninggalkannya selamanya."
Dalam hadist ini, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa Al-
Qur'an dan Sunnah (hadist) adalah sumber hukum yang harus diikuti oleh umat Islam.
3. A. Pengetian Ijma'
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dalam memutuskan suatu perkara atau
hukum.
B. macam-macam ijma'
a. Berdasarkan kejelasan perkara yang disepakati, ijma’ terbagi dua:
Yaitu ijma’ dimana mujtahid menetapkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan yang
menerangkan persetujan atas pendapat mujtahid lainnya. Ijma’ qauli disebut juga ijma’
qath’i.
Yaitu suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum suatu masalah, kesepakatan
yang mendapatkan tantangan (hambatan) diantara mereka atau salah seorang diantara
mereka tenang (diam) saja dalam mengambil suatu keputusan. Tentang ijma’ sukuti ulama
berbeda pendapat bolehkah ijma’ sukuti menjadi hujjah atau tidak.
1. Ijma’ salaby, yaitu kesepakatan semua ulama sahabat dalam suatu masalah pada
masa tertentu.
2. Ijma’ ulama Madinah, yaitu kesepakatan para ulama Madinah pada masa tertentu
3. Ijma’ ulama kuffah, yaitu kesepakatan ulama-ulama kuffah tentang suatu masalah
4. Ijma’ Khulafaur Rasyidin, yaitu kesepakatan khalifah empat ( Abu Bakar, Umar,
Utsman, dan Ali )
5. Ijma’ Ahlul Bait, Yaitu kesepakatan keluarga Nabi dalam suatu masalah.
Ijma' merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah al-Qur'an dan al-hadits.
Eksistensinya dapat dijadikan hujjah bagi permasalahan hukum yang tidak terdapat nash
atau terdapat nash yang nilainya dzonni, sehingga dengan telah di ijma'kannya, maka
berubahlah kedudukkan nash yang dzonni itu menjadi qoth'i. Salah satu dalil ijma adalah
seperti ayat dibawah in:
Artinya: “Barang siapa yang menentang Rasul (Nabi Muhammad) setelah jelas kebenaran
baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam
kesesatannya dan akan Kami masukkan ke dalam (neraka) Jahanam. Itu seburuk-buruk
tempat kembali.” (Q.S An-Nisa: 115)
4. A. pengetian qiyas
Qiyas adalah praktek penyamaan hukum antara sesuatu yang disebutkan hukumnya secara
gamblang dalam agama yaitu masalah utama dengan suatu yang tidak dijelaskan hukumnya
dalam agama yaitu masalah cabang. Penyamaan ini dilakukan karena ada kesamaan dalam
penyebab hukum atau yang masyhur disebut dengan ‘illah.
B. macam-macam qiyas
1. QiyasAulawi
Qiyas aulawi adalah mengqiyaskan far’ (sesuatu permasalahan yang belum ada hukumnya
dalam Al-Qur’an dan hadis) dengan ashal (sesuatu yang sudah ada hukumnya dalam Al-
Qur’an dan hadis) karena ‘illat dalam far’nya lebih tinggi dari ‘illat dalam ashalnya.
2. QiyasMusawi
Qiyas musawi adalah mengqiyaskan far’ dengan ashal karena ‘illatnya yang sama.
3. Qiyas Adna
Pengertian Qiyas adna adalah qiyas yang ‘illat dalam far’ lebih rendah dari ‘illat dalam
ashal.
4. Qiyas Khafi
Qiyas khafi, yakni qiyas yang didasarkan atas illat yang ditarik dari hukum ashl.
5. Qiyas Dalalah
Qiyas dalalah, yakni qiyas yang menunjukkan hukum karena ada persamaan penunjukan
hukumnya
6. Qiyas Shabah
Qiyas shabah, yakni qiyas yang mempertemukan antara far'u dengan ashl persoalan hanya
untuk penyerupaan.
C. Posisi Qiyas Sebagai Sumber Hukum islam
Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa qiyas dapat di jadikan hujah dalam permasalahan
hukum-hukum Syari’at amaliyah. Menurutnya qiyas ini menempati urutan keempat dalam
sumber-sumber syari’at hukum Islam setelah Al-Qur’an , hadis dan ijma’. Artinya dalam
menghukumi sesuatu seseorang harus mencari dari AlQur’an , hadis dan ijma’ dan qiyas, namun
qiyas baru dapat di gunakan ketika hukum sudah tidak di temukan dalam Al-Qur’an , hadis dan
Ijma’. Mayoritas ulama’ menggunakan dalil-dalil dari Al-Qur’an , hadis, fatwa dan perbuatan
sahabat. dalilnya:
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan
Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ : 59)