Anda di halaman 1dari 9

Kewajiban Mengikuti Sunnah dan Mengagungkannya

khotbahjumat.com/5959-kewajiban-mengikuti-sunnah-dan-mengagungkannya.html

February 13, 2022

Khutbah Pertama:

‫ ﻣﻦ ﯾﻬﺪه اﷲ ﻓﻼ‬،‫ وﻧﻌﻮذ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﺷﺮور أﻧﻔﺴﻨﺎ وﺳﯿﺌﺎت أﻋﻤﺎﻟﻨﺎ‬،‫إن اﻟﺤﻤﺪ ﷲ ﻧﺤﻤﺪه وﻧﺴﺘﻌﯿﻨﻪ وﻧﺴﺘﻐﻔﺮه‬

‫ وأﺷﻬﺪ أن ﻣﺤﻤ ًﺪا ﻋﺒﺪه‬،‫ وأﺷﻬﺪ أن ﻻ إﻟﻪ إﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ ﺷﺮﯾﻚ ﻟﻪ‬،‫ وﻣﻦ ﯾﻀﻠﻞ ﻓﻼ ﻫﺎدي ﻟﻪ‬،‫ﻣﻀﻞ ﻟﻪ‬

‫ورﺳﻮﻟﻪ‬.

‫ ﻓﺎﺗﻘﻮا اﷲ ﻋﺒﺎد اﷲ واﻋﻠﻤﻮا ﱠ‬:‫أﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬


‫ وﺧﯿﺮ اﻟﻬﺪي ﻫﺪي ﻣﺤﻤ ٍﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ‬،‫أن أﺻﺪق اﻟﺤﺪﯾﺚ ﻛﻼم اﷲ‬

‫ وﻛﻞ ﺿﻼﻟ ٍﺔ ﻓﻲ اﻟﻨﺎر‬،‫ وﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛ ٍﺔ ﺑﺪﻋﺔ وﻛﻞ ﺑﺪﻋ ٍﺔ ﺿﻼﻟﺔ‬،‫ وﺷﺮ اﻷﻣﻮر ﻣﺤﺪﺛﺎﺗﻬﺎ‬،‫ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬.

Ibadallah,

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengutus Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam


dengan petunjuk dan agama yang benar. Dan Allah akan mengunggulkan agama ini
dibanding selainnya. Kemudian Allah turunkan wahyu-Nya dan kitab-Nya agar Rasulullah
menyampaikan kepada semua manusia tentang apa yang diturunkan kepada beliau dari
Rabnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

1/9
َ ‫ْﻬ ْﻢ َوﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﯾَﺘَ َﻔ ﱠﻜ ُﺮ‬
‫ون‬ ِ ‫ﺎس َﻣﺎ ﻧُ ﱢﺰ َل إِﻟَﯿ‬ ‫ْﻚ ﱢ‬
َ ‫اﻟﺬ ْﻛ َﺮ ﻟِﺘُﺒَﯿ‬
ِ ‫ﱢﻦ ﻟِﻠﻨﱠ‬ َ ‫ﻧﺰ ْﻟﻨَﺎ إﻟَﯿ‬
ِ َ ‫َوأ‬
َ

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” [Quran An-
Nahl: 44]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar manusia menaati Rasul-Nya tersebut.


Sebagaimana firman-Nya,

َ ‫ﻮل ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُ ْﺮ َﺣﻤ‬


‫ُﻮن‬ َ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬ ‫َوأَ ِﻃﯿﻌُﻮا ﱠ‬
‫اﷲَ َو ﱠ‬

“Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” [Quran Ali Imran: 132]

Kita semua diperintahkan agar menjadikan Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagai rujukan. Demikian juga saat terjadi perselisihan. Allah Ta’ala
berfirman,

‫ﺎز ْﻋﺘُ ْﻢ ﻓِﻲ َﺷ ْﻲ ٍء َﻓ ُﺮ ﱡدو ُه إﻟَﻰ ﱠ‬


ِ‫اﷲ‬ َ ‫ﻮل َوأُ ْوﻟِﻲ‬
َ َ‫اﻷ ْﻣ ِﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻓﺈِ ْن ﺗَﻨ‬ ‫اﷲَ َوأَ ِﻃﯿﻌُﻮا ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬ ‫ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا أَ ِﻃﯿﻌُﻮا ﱠ‬
َ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ‬
ِ
ً ‫ْﺮ َوأَ ْﺣ َﺴ ُﻦ ﺗَ ْﺄ ِو‬
‫ﯾﻼ‬ َ ‫اﻵﺧﺮ َذﻟ‬
ٌ ‫ِﻚ َﺧﯿ‬ ْ ‫ﻮل إ ْن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗُ ْﺆ ِﻣﻨُ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ﻮن ﺑِﺎﷲِ َواﻟﯿَ ْﻮ ِم‬ ِ ِ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬
‫َو ﱠ‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” [Quran An-Nisa: 59].

Sunnah atau hadits Nabi adalah pendamping Alquran dalam hujjah dan amal. Ia juga
berfungsi memperjelas keterangan-keterangan yang ada dalam Alquran. Ia juga memberi
rincian hukum-hukum global yang disebutkan dalam Alquran. Sebagaimana firman Allah
Ta’ala,

ً‫ﺼ‬
‫ﯿﻼ‬ ‫َو ُﻛ ﱠﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻓ ﱠ‬
ِ ‫ﺼ ْﻠﻨَﺎ ُه ﺗَ ْﻔ‬

“Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.” [Quran Al-Isra: 12]

Melalui sunnah atau haditslah kita mengetahui bagaimana praktik shalat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kita juga mengetahui nishab zakat dan ketentuannya. Dan juga pada
hukum-hukum lainnya. Demikian juga rincian tentang perintah dan larangan. Siapa yang

2/9
mengikuti sunnah dan mengamalkannya, maka dia telah mengamalkan Alquran. Sama
halnya, siapa yang menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti dia telah
menaati Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ً ‫ْﻬ ْﻢ َﺣﻔ‬
‫ِﯿﻈﺎ‬ َ َ‫اﷲَ َو َﻣ ْﻦ ﺗَ َﻮﻟﱠﻰ َﻓ َﻤﺎ أَ ْر َﺳ ْﻠﻨ‬
ِ ‫ﺎك َﻋﻠَﯿ‬
‫ﺎع ﱠ‬
َ ‫ﻮل َﻓ َﻘ ْﺪ أَ َﻃ‬
َ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬ ِ ‫َﻣ ْﻦ ﯾ‬
‫ُﻄ ِﻊ ﱠ‬

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.” [Quran 4:80]

Dalam shahih al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﺼﻰ ﱠ‬
َ‫اﷲ‬ ‫ﺎع ﱠ‬
َ ‫اﷲَ َو َﻣ ْﻦ َﻋ‬
َ ‫ﺼﺎﻧِﻲ َﻓ َﻘ ْﺪ َﻋ‬ َ ‫ﺎﻋﻨِﻲ َﻓ َﻘ ْﺪ أَ َﻃ‬
َ ‫َﻣ ْﻦ أَ َﻃ‬

“Barang siapa yang taat kepadaku berarti dia telah taat kepada Allah dan barang siapa
yang bermaksiat kepadaku berarti dia telah bermaksiat kepada Allah.”

Ibadallah,

Sesungguhnya di antara musibah yang menimpa sebagian orang adalah mereka


meremehkan kedudukan sunnah atau hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka
lebih mengedepankan ucapan manusia selain Nabi, dibanding ucapan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bahkan ada yang lebih jahat dari itu, mereka mengejek dan
merendahkan hadits Nabi. Tentu ini ketergelinciran yang sangat parah. Ini adalah bentuk
kejahatan yang besar. Dosa yang tidak bisa dianggap remah. Allah Ta’ala berfirman,

ُ ‫ِروا َﻗ ْﺪ َﻛ َﻔ ْﺮﺗُ ْﻢ ﺑَ ْﻌ َﺪ إﯾ َﻤﺎﻧ‬ َ ُ‫ْﺰﺋ‬


ُ ‫ﻮن ۝ ﻻ ﺗَ ْﻌﺘَﺬ‬ ُُ ‫ُْ َ ﱠ‬
‫ِﻜ ْﻢ‬ ِ ِ ‫ﻗﻞ أﺑِﺎﷲِ َوآﯾَﺎﺗِ ِﻪ َو َر ُﺳﻮﻟِ ِﻪ ﻛﻨﺘ ْﻢ ﺗَ ْﺴﺘَﻬ‬

“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” [Quran At-Taubah: 65-66].

Allah Ta’ala melarang kita mendahului-Nya. Apalagi sampai menentang perintah-Nya.


Sebagaimana firman-Nya,

‫اﷲِ َو َر ُﺳﻮﻟِ ِﻪ َواﺗﱠ ُﻘﻮا ﱠ‬


َ‫اﷲ‬ ‫ْﻦ ﯾَﺪَي ﱠ‬ َُ ُ َ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ‬
ِ َ ‫ِﯾﻦ آ َﻣﻨﻮا ﻻ ﺗﻘ ﱢﺪﻣُﻮا ﺑَﯿ‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah.” [Quran Al-Hujurat: 1]

3/9
Karena Allah telah mengutus seorang Rasulu yang telah membawa penjelasan dan
petunjuk kepada kebenaran. Allah Ta’ala berfirman,

َ ُ‫ُﺆ ِﻣﻨ‬
‫ﻮن‬ ْ ‫ﱢﻦ ﻟَ ُﻬ ُﻢ اﻟﱠﺬِي‬
ْ ‫اﺧﺘَﻠَُﻔﻮا ﻓِﯿ ِﻪ َو ُﻫ ًﺪى َو َر ْﺣ َﻤ ًﺔ ﻟِ َﻘ ْﻮ ٍم ﯾ‬ َ ‫ﺎب إِﱠﻻ ﻟِﺘُﺒَﯿ‬
َ َ‫ْﻚ ْاﻟ ِﻜﺘ‬ َ َ‫َو َﻣﺎ أ‬
َ ‫ﻧﺰ ْﻟﻨَﺎ َﻋﻠَﯿ‬

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu
dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” [Quran An-Nahl: 64].

Ibadallah,

Banyak sekali dalil yang menegaskan bahwasanya hidayah dan istiqomah, rahmat,
cahaya, keberhasilan, dan keselamatan hanyalah diperoleh dengan mengikuti sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berpegang teguh degnannya. Mengagungkannya. Dan
mengimaninya dengan penuh keyakinan. Dan seburuk-buruk keadaan adalah menyelisihi
petunjuknya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

ْ ‫ض ﻻ إِﻟَ َﻪ إِﱠﻻ ُﻫ َﻮ ﯾ‬
ُ ‫ُﺤﯿِﻲ َوﯾُﻤ‬ َ ِ ‫اﻟﺴ َﻤ َﻮ‬
‫ْﻜ ْﻢ َﺟﻤِﯿ ًﻌﺎ اﻟﱠﺬِي ﻟَ ُﻪ ﻣ ُْﻠ ُﻚ ﱠ‬ ‫ُ ﱠ‬
ُ ‫اﷲِ إﻟَﯿ‬ ُ ‫ُﻗ ْﻞ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﻨﱠ‬
‫ِﯿﺖ‬ ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ ِ ‫ﺎس إِﻧﱢﻲ َر ُﺳﻮل‬
َ ‫ﺎﷲِ َو َﻛﻠِ َﻤﺎﺗِ ِﻪ َواﺗﱠﺒِﻌُﻮ ُه ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﻬﺘَ ُﺪ‬
‫ِﻦ ﺑ ﱠ‬ ُ ‫ﺎﷲِ و َر ُﺳﻮﻟِ ِﻪ اﻟﻨﱠﺒﻲ‬
ْ ‫اﻷ ﱢﻣ ﱢﻲ اﻟﱠﺬِي ﯾ‬
‫ون‬ ِ ُ ‫ُﺆﻣ‬ ‫ِﱢ‬ َ ‫َﻓﺂ ِﻣﻨُﻮا ﺑِ ﱠ‬

Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.
[Quran Al-A’raf: 158].

Oleh karena iut, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita agar tidak menyelisihi
sunnah nabawiyah. Baik yang datang dari sunnah tersebut berupa perintah atau
larangan. Sebagaimana firman-Nya,

‫ﺬاب أَﻟﯿ ٌﻢ‬


ٌ ‫ﻣﺮ ِه أَن ﺗُﺼﯿﺒَﻬُﻢ ﻓِﺘﻨَ ٌﺔ أَو ﯾُﺼﯿﺒَﻬُﻢ َﻋ‬َ َ ‫ﺤﺬ ِر اﻟﱠ‬
َ ‫ﺬﯾﻦ ﯾُﺨﺎﻟ‬
ِ ‫ِﻔﻮن َﻋﻦ أ‬
َ َ‫َﻓﻠﯿ‬

“Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih.” [Quran An-Nur: 63].

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Tahukah kamu ap aitu fitnah? Fitnah adalah
kesyirikan. Ketika seseorang menolak firman Allah, muncullah di hatinya penyimpangan.
Lalu gara-gara itu dia binasa.”

Ibadallah,

4/9
Alquran dan sunnah adalah dua pondasi agama yang saling berkesatuan. Wajib bagi
setiap muslim untuk berpegang teguh dengan apa yang diperintahkan oleh Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. dan juga menjauhi segala yang beliau larang.
Allah Ta’ala berfirman,

ُ ‫ﻮل َﻓ ُﺨ ُﺬو ُه َو َﻣﺎ ﻧَ َﻬ‬


‫ﺎﻛ ْﻢ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻓﺎ ْﻧﺘَﻬُﻮا‬ ُ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬ ُ َ‫َو َﻣﺎ آﺗ‬
‫ﺎﻛ ُﻢ ﱠ‬

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah.” [Quran Al-Hasyr: 7].

Dari Miqdam bin Ma’di Karib radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ُﻮﺷ ُﻚ َر ُﺟ ٌﻞ ﯾَ ْﻨﺜَﻨِﻲ َﺷ ْﺒ َﻌﺎﻧًﺎ َﻋﻠَﻰ‬


ِ ‫ أَ َﻻ ﯾ‬،‫آن َوﻣ ِْﺜﻠَ ُﻪ َﻣ َﻌ ُﻪ‬ ُ ‫ أَ َﻻ إِﻧﱢﻲ أُوﺗ‬،‫ﺎب َوﻣ ِْﺜﻠَ ُﻪ َﻣ َﻌ ُﻪ‬
َ ‫ِﯿﺖ ْاﻟ ُﻘ ْﺮ‬ ُ ‫أَ َﻻ إِﻧﱢﻲ أُوﺗ‬
َ َ‫ِﯿﺖ ْاﻟ ِﻜﺘ‬
‫ام َﻓ َﺤ ﱢﺮﻣُﻮ ُه‬ ْ ‫ َو َﻣﺎ َو َﺟ ْﺪﺗُ ْﻢ ﻓِﯿ ِﻪ ﻣ‬،ُ‫ِﻦ َﺣ َﻼ ٍل َﻓﺄَ ِﺣﻠﱡﻮه‬
ٍ ‫ِﻦ َﺣ َﺮ‬ ِ ‫ْﻜ ْﻢ ﺑِ ْﺎﻟ ُﻘ ْﺮ‬
ْ ‫ َﻓ َﻤﺎ َو َﺟ ْﺪﺗُ ْﻢ ﻓِﯿ ِﻪ ﻣ‬،‫آن‬ ُ ‫أَرﯾ َﻜﺘِ ِﻪ ﯾَ ُﻘ‬
ُ ‫ َﻋﻠَﯿ‬:‫ﻮل‬
ِ

“Ketauhilah! Sesungguhnya aku diberikan al-Kitab dan bersamanya yang semisal


dengannya. “Ketauhilah! Sesungguhnya aku diberikan Alquran dan bersamanya yang
semisal dengannya. Ketauhilah! Hampir tiba waktunya ada seseorang yang bersandar
kenyang di sofanya. Ia berkata, ‘Cukup Alquran saja untuk kalian. Apa yang ada dalam
Alquran dari yang dihalalkan, halalkanlah. Dan apa yang kalian dapati diharamkan oleh
Alquran, maka haramkanlah’.” [HR. Ahmad 17174].

Dari Abi Rafi’ radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﻻ أَ ْد ِرى َﻣﺎ َو َﺟ ْﺪﻧَﺎ ﻓِﻰ‬ ُ ‫ْﺖ َﻋ ْﻨ ُﻪ َﻓﯿَ ُﻘ‬


َ ‫ﻮل‬ ُ ‫ﻻ أُْﻟ ِﻔﯿَ ﱠﻦ أَ َﺣﺪ‬
ُ ‫َﻛ ْﻢ ﻣُﺘﱠ ِﻜﺌًﺎ َﻋﻠَﻰ أَ ِرﯾ َﻜﺘِ ِﻪ ﯾَ ْﺄﺗِﯿ ِﻪ أَ ْﻣ ٌﺮ ِﻣﻤﱠﺎ أَ َﻣ ْﺮ ُت ﺑِ ِﻪ أَ ْو ﻧَ َﻬﯿ‬ َ
‫ِﻛﺘَﺎب ﱠ‬
‫اﷲِ اﺗﱠﺒَ ْﻌﻨَﺎ ُه‬ ِ

“Aku tidak mendapati salah seorang dari kalian bersandar di atas kasur mewahnya,
datang kepadanya sebuah perintah, yang aku perintahkan atau aku telah melarangnya,
ia berkata: ‘Aku tidak tahu, apa yang kami dapatkan di dalam Alquran, itu yang kami
ikuti’.” [HR. Tirmidzi].

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengikuti Alquran dan sunnah yang shahih tanpa
harus membeda-bedakan antara keduanya.

‫اﻟﺮ ِﺣﯿ ُﻢ‬


‫ﻮر ﱠ‬ُ ‫ِﺮوه إﻧﱠﻪ ُﻫ َﻮ ْاﻟ َﻐ ُﻔ‬ ‫ِﺮ ﱠ‬
ْ ‫اﷲَ ْاﻟ َﻌ ِﻈﯿ َﻢ ْاﻟ َﺠﻠِﯿﻞ َﻓ‬
ُ ‫ﺎﺳﺘَﻐﻔ‬ ُ ‫ َوأَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔ‬،‫ُﻮن‬ ُ ‫ أَُﻗ‬:ِ‫اﷲ‬
َ ‫ﻮل َﻣﺎ ﺗَ ْﺴ َﻤﻌ‬ ‫ﻋﺒَﺎ َد ﱠ‬.
ِ

5/9
Khutbah Kedua:

َ ‫ﱠﺌﺎت أَ ْﻋ َﻤﺎﻟِﻨَﺎ َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﻬ ِﺪ ِه اﷲُ َﻓ‬


‫ﻼ‬ ِ ‫ِﻦ ُﺷ ُﺮ ْو ِر أَ ْﻧ ُﻔ ِﺴﻨَﺎ َو َﺳﯿ‬
ْ ‫ُﻮ ُذ ﺑِﺎﷲِ ﻣ‬ ُ ‫إِ ّن ْاﻟ َﺤ ْﻤ َﺪ ِﷲِ ﻧَ ْﺤ َﻤ ُﺪ ُه َوﻧَ ْﺴﺘَ ِﻌ ْﯿﻨُ ُﻪ َوﻧَ ْﺴﺘَ ْﻐﻔ‬
ْ ‫ِﺮ ُه َوﻧَﻌ‬
‫ﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪ ُه َو َر ُﺳ ْﻮﻟُ ُﻪ وﺑﻌﺪ‬‫ُﺤﻤ‬
َ ‫ﻻ اﷲُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ّن ﻣ‬
ّ ‫ﻻ إﻟ َﻪ إ‬ َ ْ َ َ َ ‫ﻼ َﻫﺎد‬
ِ ِ َ ‫ِي ﻟ ُﻪ أﺷ َﻬ ُﺪ أ ْن‬ ْ ‫ُﻀ ّﻞ ﻟَ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ ﯾ‬
ْ ‫ُﻀﻠ‬
َ ‫ِﻞ َﻓ‬ ِ ‫ﻣ‬,

Ibadallah,

Sesungguhnya mewujudkan konsekuensi syahadat “Aku bersaksi bahwa Muhammad


adalah utusan Allah” adalah dengan cara seseorang mengagungkan yang datang dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. mengamalkan apa yang diperintahkan dan menjauhi
apa yang dilarangnya. Membenarkan semua yang datang dari Rasulullah tanpa
terkecuali. Dan beribadah kepada Allah hanya dengan cara yang sesuai dengan
petunjuknya. Kemudia waspadailah sikap menyelisihi dan sikap meragukan yang datang
dari beliau. Allah Azza wa Jalla berfirman,

َ ‫اﷲِ َو َر ُﺳﻮﻟِ ِﻪ ﻟِﯿَ ْﺤ ُﻜ َﻢ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻬ ْﻢ أَ ْن ﯾَ ُﻘﻮﻟُﻮا َﺳ ِﻤ ْﻌﻨَﺎ َوأَ َﻃ ْﻌﻨَﺎ َوأُ ْوﻟَﺌ‬
‫ِﻚ ُﻫ ُﻢ‬ ‫ِﯿﻦ إ َذا ُد ُﻋﻮا إﻟَﻰ ﱠ‬ ْ ‫ﺎن َﻗ ْﻮ َل ْاﻟﻤ‬
َ ‫إِﻧﱠ َﻤﺎ َﻛ‬
ِ ِ َ ‫ُﺆ ِﻣﻨ‬
َ ‫ِﺤ‬
‫ﻮن‬ ْ ‫ْاﻟﻤ‬
ُ ‫ُﻔﻠ‬

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami
mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Quran
An-Nur: 51]

Demikian juga dengan firman Allah,

‫ﺎز ْﻋﺘُ ْﻢ ﻓِﻲ َﺷ ْﻲ ٍء َﻓ ُﺮ ﱡدو ُه إﻟَﻰ ﱠ‬


ِ‫اﷲ‬ َ ‫ﻮل َوأُ ْوﻟِﻲ‬
َ َ‫اﻷ ْﻣ ِﺮ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻓﺈِ ْن ﺗَﻨ‬ ‫اﷲَ َوأَ ِﻃﯿﻌُﻮا ﱠ‬
َ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬ ‫ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا أَ ِﻃﯿﻌُﻮا ﱠ‬
َ ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ‬
ِ
ً ‫ْﺮ َوأَ ْﺣ َﺴ ُﻦ ﺗَ ْﺄ ِو‬
‫ﯾﻼ‬ َ ‫اﻵﺧﺮ َذﻟ‬
ٌ ‫ِﻚ َﺧﯿ‬ ْ ‫ﻮل إ ْن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗُ ْﺆ ِﻣﻨُ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ﻮن ﺑِﺎﷲِ َواﻟﯿَ ْﻮ ِم‬ ِ ِ ‫اﻟﺮ ُﺳ‬
‫َو ﱠ‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” [Quran An-Nisa: 59].

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Umat Islam sepakat bahwa mengembalikan


kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menyerahkan urusan
pada beliau di saat beliau masih hidup. Dan merujuk kepada sunnah beliau setelah
beliau wafat. Dan mereka bersepakat bahwa kewajiban ini tidak gugur setelah beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat.”

6/9
Dalam Shahih al-Bukhari terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َﺧ َﻞ ْاﻟ َﺠﻨﱠ َﺔ َو َﻣ ْﻦ‬


َ ‫ﺎﻋﻨِﻲ د‬ َ ‫اﷲِ َو َﻣ ْﻦ ﯾَ ْﺄﺑَﻰ َﻗ‬
َ ‫ﺎل َﻣ ْﻦ أَ َﻃ‬ ‫ﻮل ﱠ‬ َ ُ‫ُﻛ ﱡﻞ أُ ﱠﻣﺘِﻲ ﯾَ ْﺪ ُﺧﻠ‬
َ ‫ﻮن ْاﻟ َﺠﻨﱠ َﺔ إ ﱠﻻ َﻣ ْﻦ أَﺑَﻰ َﻗﺎﻟُﻮا ﯾَﺎ َر ُﺳ‬
ِ
‫ رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬.‫ﺼﺎﻧِﻲ َﻓ َﻘ ْﺪ أَﺑَﻰ‬
َ ‫َﻋ‬

“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan. Para sahabat bertanya: siapa
yang enggan ya Rasulullah? Rasul menjawab: Barang siapa yang mentaatiku maka ia
masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku berarti dialah yang enggan.”

Ibadallah,

Wajib bagi kita semua menganggunkan sunnah beliau di hati kita. Mempraktikannya
sepanjang kehidupan kita. Karena sunnah Nabi adalah perahu keselamatan dan jalan
petunjuk. Jangan sampai kita lebih mendahulukan ucapan orang lain dibanding ucapan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena keterangan yang datang melalui sunnah sama
kedudukannya dengan keterangan yang datang dari Alquran.

al-Hasan bin Jabir rahimahullah berkata, “Aku mendengar Miqdam bin Ma’di Karib
radahiallahu ‘anhu berkata,

ٌ ‫أن ﯾُ َﻜ ﱢﺬﺑَﻨﻲ وﻫﻮ ﻣُﺘﱠﻜ‬


‫ِﺊ ﻋﻠﻰ‬ َ ‫ﯾﻮﺷ ُﻚ‬
ْ ‫أﺣ ُﺪﻛﻢ‬ َ ‫رﺳﻮل اﷲِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﱠ َﻢ ﯾَﻮ َم َﺧﯿ‬
ِ :‫ ﺛ ﱠﻢ ﻗﺎل‬،‫ْﺒﺮ أﺷﯿﺎ َء‬ ُ ‫َﺣ ﱠﺮ َم‬

َ ‫ وﻣﺎ‬،‫ﺣﻼل اﺳﺘَﺤﻠَْﻠﻨﺎه‬
‫وﺟ ْﺪﻧﺎ ﻓﯿﻪ‬ ٍ ‫وﺟ ْﺪﻧﺎ ﻓﯿﻪ ﻣِﻦ‬ ُ
ُ ‫ ﺑﯿْﻨﻨﺎ وﺑﯿْﻨﻜﻢ ﻛ‬:‫ﻓﯿﻘﻮل‬
َ ‫ ﻓﻤﺎ‬،ِ‫ِﺘﺎب اﷲ‬ ،‫ﺑﺤﺪﯾﺜﻲ‬ َ ‫أَرﯾﻜﺘِﻪ ﯾ‬
َ ‫ُﺤ ﱠﺪ ُث‬
ُ‫ِﺜﻞ ﻣﺎ َﺣ ﱠﺮم اﷲ‬
ُ ‫رﺳﻮل اﷲِ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﱠ َﻢ ﻣ‬
ُ ‫ﺣﺮام َﺣ ﱠﺮ ْﻣﻨﺎهُ! َأﻻ ﱠ‬
‫وإن ﻣﺎ َﺣ ﱠﺮم‬ ‫ﻣِﻦ‬.
ٍ

“Saat di Khaibar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharamkan beberapa hal.


Kemudian beliau bersabda, ‘Akan datang seseorang dari kalian yang mendustakanku. Ia
sambil bersandari di sofanya. Disampaikan padanya haditsku. Lalu dia berkomentar, ‘Di
antara kita ada Alquran. Apa yang kami dapatkan dihalalkan Alquran, kami akan
menghalalkannya. Dan yang kami dapati diharamkan Alquran, kami pun
mengharamkannya’. Ketauhilah! Sunnguh yang diharamkan Rasulullah sama seperti
yang diharamkan Allah’.” [HR. Ahmad 17194].

Al-Auzai berkata,

‫ﻓﺈن رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ‬ ٌ


ّ ،‫ﺣﺪﯾﺚ ﻓﺈﯾّﺎك أن ﺗﻘﻮل ﺑﻐﯿﺮه‬ ‫إذا ﺑﻠﻐﻚ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬

‫ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ ﻛﺎن ﻣﺒﻠ ًﻐﺎ ﻋﻦ اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

7/9
“Jika sampai padamu sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hati-hati
jangan sampai engkau lebih memilih ucapan selainnya. Karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah penyambung dari Allah Ta’ala.”

Sufyan ats-Tsauri berkata,

“‫“إﻧّﻤﺎ اﻟﻌﻠﻢ ﻛﻠّﻪ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻵﺛﺎر‬،

“Ilmu itu adalah ilmu dengan Riwayat.”

Imam Malik rahimahullah mengatakan,

‫ﻣﺎ ﻣﻨﱠﺎ ﱠإﻻ را ﱞد وﻣﺮدو ٌد ﻋﻠﯿﻪ ﱠإﻻ ﺻﺎﺣﺐ ﻫﺬا اﻟﻘﺒﺮ‬

“Siapapun dari kita ucapannya bisa ditolak. Kecuali penghuni kubur ini.” Imam Malik
menunjuk makam Rasulullah.

Inilah wasiat para salafush shaleh. Ikutilah manhaj mereka. Tempuhlah jalan lurus yang
telah mereka tempuh. Karena penyebab kaum muslimin saat ini terjatuh pada
perpecahan dan perselisihan adalah tidak mengikuti atau meneladani jalan mereka.
Jalannya Rasulullah, para sahabat, dan salafush shaleh.

Betapa banyak kita melihat orang yang mengklaim mencintai Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengklaim mengikuti beliau, tapi menyelisihi perintah
beliau. Cara beragama mereka berbeda dengan cara beragama Rasulullah, para
sahabat, dan salafush shaleh. Oleh karena itu, kita memohon kepada Allah agar memberi
kita hidayah dan taufik untuk mengenal jalannya Rasulullah, para sahabat, dan salafush
shaleh. Kemudian mengikuti jalan tersebut.

‫ﺻ ﱠﻞ‬
َ ‫ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ‬.«‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲﱠُ َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ ﺑِ َﻬﺎ َﻋ ْﺸ ًﺮا‬
َ ‫ﻼ ًة‬
َ‫ﺻ‬َ ‫ﺻﻠﱠﻰ َﻋﻠَ ﱠﻰ‬ َ ‫ َﻗ‬:ِ‫ِﻋﺒَﺎ َد اﷲ‬
َ ‫ » َﻣ ْﻦ‬: ‫ﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﯿﻪ وﺳﻠﻢ‬
‫ﻷﺋِ ﱠﻤ ِﺔ ْاﻟ ُﺤﻨَ َﻔﺎ ِء أَﺑِﻲ ﺑَ ْﻜ ٍﺮ‬
َ َ‫اﻟﺨﻠَ َﻔﺎ ِء ا‬
ُ ‫اﻷ ْرﺑَ َﻌ ِﺔ‬ َ ‫ض اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻋﻦ‬
ِ َ ‫ار‬ َ ‫ِﻚ ﻧَﺒِﯿﱢﻨَﺎ ﻣ‬
ْ ‫ َو‬،ٍ‫ُﺤ ﱠﻤﺪ‬ َ ‫َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوﺑَﺎر ْك َﻋﻠَﻰ َﻋ ْﺒﺪ‬
َ ‫ِك َو َر ُﺳ ْﻮﻟ‬
ِ
‫ﺎن إِﻟَﻰ ﯾَ ْﻮ ِم‬ ٍ ‫ْﻦ َو َﻣ ْﻦ ﺗَﺒِ َﻌ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺈِ ْﺣ َﺴ‬ َ ‫ﱢﻚ أَ ْﺟ َﻤ ِﻌﯿ‬
َ ‫ َو َﻋ ِﻦ اﻟﺘﱠﺎﺑِ ِﻌﯿ‬،‫ْﻦ‬ َ ‫ﺎب ﻧَﺒِﯿ‬
ِ ‫ﺻ َﺤ‬ ْ َ‫ِﺮ أ‬ ِ ‫ َو َﻋ ْﻦ َﺳﺎﺋ‬،‫ِﻲ‬ ْ ‫ﺎن َو َﻋﻠ‬ َ ‫َو ُﻋ َﻤ َﺮ َو ُﻋ ْﺜ َﻤ‬

َ ‫ﻹ ْﺧ َﻮاﻧِﻨَﺎ اﻟﱠﺬ‬
‫ِﯾﻦ َﺳﺒَ ُﻘﻮﻧَﺎ‬ َ ْ ‫اﻏﻔ‬
ِ ‫ِﺮ ﻟﻨَﺎ َو‬ ْ ‫﴿رﺑﱠﻨَﺎ‬،،
َ ‫ْﻦ‬ َ ‫ﺎر ﱠب اﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﯿ‬ َ ‫ِك َواِ ْﺣ َﺴﺎﻧ‬
َ َ‫ِﻚ ﯾ‬ َ ‫ْﻦ َو َﻋﻨﱠﺎ َﻣ َﻌ ُﻬ ْﻢ ﺑِ َﻌ ْﻔ ِﻮ َك َو ُﺟ ْﻮد‬ِ ‫اﻟ ﱢﺪﯾ‬
‫وف َر ِﺣﯿ ٌﻢ‬ َ ‫ﻼ ﻟِﻠﱠﺬ‬
ٌ ‫ِﯾﻦ آَ َﻣﻨُﻮا َرﺑﱠﻨَﺎ إِﻧﱠ َﻚ َر ُء‬ ً ‫ﺎن َوﻻ ﺗَ ْﺠ َﻌ ْﻞ ﻓِﻲ ُﻗﻠُﻮﺑِﻨَﺎ ِﻏ‬ ِ ‫ﺎﻹﯾ َﻤ‬
ِ ِ‫﴾ﺑ‬

8/9
‫ِﺮ ﻟَﻨَﺎ َوﻟِ َﻮاﻟِ َﺪ ْﯾﻨَﺎ‬ ‫ْﻦ‪ .‬اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ْ‬
‫اﻏﻔ ْ‬ ‫ْﻬ ْﻢ َو ْاﻟ َﻌ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ﯾَ َ‬
‫ﺎر ﱠب اﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﯿ َ‬ ‫ﺎب ﻧَﺒﯿ َ ﱠ‬
‫ﱢﻚ اَﻟﻠ ُﻬ َﻢ َﺳﻠﱢ ْﻂ َﻋﻠَﯿ ِ‬ ‫ْﻚ ﺑِ َﻤ ْﻦ ﯾَ ُﺴ ﱡﺐ أَ ْ‬
‫ﺻ َﺤ َ ِ‬ ‫اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻋﻠَﯿ َ‬

‫اﻟﺮ ِﺣ ْﯿ ُﻢ‪ ،‬اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ أَ ِﻋ ﱠﺰ‬


‫ات إِﻧﱠ َﻚ أَ ْﻧ َﺖ اﻟ َﻐ ُﻔ ْﻮ ُر َ‬ ‫ﻷ ْﺣﯿَﺎ ِء ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ َو ْ َ‬
‫اﻷ ْﻣ َﻮ ِ‬ ‫ﺎت اَ ْ َ‬
‫ُﺆ ِﻣﻨَ ِ‬
‫ْﻦ َواﻟﻤ ْ‬
‫ُﺆ ِﻣﻨِﯿ َ‬
‫ﺎت َواﻟﻤ ْ‬
‫ُﺴﻠِ َﻤ ِ‬ ‫َوﻟ ِْﻠﻤ ْ‬
‫ُﺴﻠِ ِﻤﯿ َ‬
‫ْﻦ َواﻟﻤ ْ‬
‫ْﻦ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻋﻠَﯿ َ‬
‫ْﻚ ﺑِ ِﻬ ْﻢ َﻓﺈِﻧﱠ ُﻬ ْﻢ َﻻ ﯾُ ْﻌ ِﺠ ُﺰ ْوﻧَ َﻚ‬ ‫ْﻦ ‪َ ،‬و َد ﱢﻣ ْﺮ أَ ْﻋﺪَا َء اﻟ ﱢﺪﯾ َ‬ ‫اﻟﺸ ْﺮ َك َواﻟﻤ ْ‬
‫ُﺸ ِﺮ ِﻛﯿ َ‬ ‫ِل ِ‬‫ْﻦ ‪َ ،‬وأَذ ﱠ‬ ‫اﻹ ْﺳ َﻼ َم َواﻟﻤ ْ‬
‫ُﺴﻠِ ِﻤﯿ َ‬ ‫ِ‬
‫ْﻦ‪َ .‬رﺑﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ‬
‫ﺎر ﱠب اﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﯿ َ‬
‫ِﺢ ﺑِ َﻄﺎﻧَﺘَ ُﻪ ﯾَ َ‬ ‫ْﺮ َوأَ ْ‬
‫ﺻﻠ ْ‬ ‫ُﱢ‬ ‫ْﺰ‪ ،‬اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َو ﱢﻓ ْﻖ َوﻟ َ َ‬
‫ِﻲ أ ْﻣ ِﺮﻧَﺎ ﻟِﻜﻞ َﺧﯿ ٍ‬ ‫ﺎﻋ ِﺰﯾ ُ‬
‫ﯾَﺎ َﻗ ِﻮ ُي ﯾَ َ‬
‫ﺎر‬ ‫اﻵﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َو ِﻗﻨَﺎ َﻋ َﺬ َ‬
‫اب اﻟﻨﱠ ِ‬ ‫‪َ .‬وﻓِﻲ ِ‬

‫اﷲِ أَ ْﻛﺒَ ُﺮ َواﷲﱠُ ﯾَ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗَ ْ‬


‫ﺼﻨَﻌ َ‬
‫ُﻮن﴾‬ ‫ِﻛ ُﺮ ﱠ‬
‫اﺷ ُﻜ ُﺮ ْو ُه َﻋﻠَﻰ ﻧِ َﻌ ِﻤ ِﻪ ﯾَﺰ ْد ُﻛ ْﻢ ﴿ َوﻟَﺬ ْ‬
‫ِ‬
‫ِﻋﺒَﺎ َد اﷲِ‪ ،‬اُ ْذ ُﻛ ُﺮ ْوا اﷲَ ﯾَ ْﺬ ُﻛ ْﺮ ُﻛ ْﻢ‪َ ،‬و ْ‬

‫‪]] .‬اﻟﻌﻨﻜﺒﻮت‪45 :‬‬

‫‪Oleh tim KhotbahJumat.com‬‬


‫‪Artikel www.KhotbahJumat.com‬‬

‫‪9/9‬‬

Anda mungkin juga menyukai