Anda di halaman 1dari 24

ISLAM DI INDONESIA;

ISLAM DAN
TOLERANSI
‫‪SURAT HUJURAT 11-13‬‬

‫ا‬
‫َي ُن َخ ْيًر ِّم ْنُه ْم َواَل‬ ‫۟ا‬
‫و‬ ‫و‬ ‫ُك‬ ‫َأن‬ ‫ٰٓى‬ ‫ٍم‬ ‫ن‬ ‫۟ا‬
‫و‬
‫ُّيَه َن َء َم ُن اَل َيْس َخ ْر َقْو ٌم ِّم‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ِذ‬‫َّل‬‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫َأ‬‫َٰٓي‬
‫َس‬ ‫َع‬ ‫َق‬
‫ْو‬
‫ِن ٓا ِّم ن ِّن ٓاٍء ٰٓى َأن ُك َّن ا ِّم َّن ۖ اَل ْلِم ٓو ۟ا َأن ُك اَل ا و۟ا‬
‫َي َخ ْيًر ْنُه َو َت ُز ُفَسَٰٓل ْم َو َتَن َبُز‬ ‫َس‬ ‫َس ٌء َس َع‬
‫ِبٱَأْلْلَٰقِب ۖ ِبْئ ٱِل‬
‫ِئ‬ ‫۟و‬‫ُأ‬ ‫َف‬ ‫ن‬ ‫ۚ ‬ ‫ِن‬‫ِإْلَٰمي‬‫ٱ‬ ‫ُق‬‫و‬
‫َس ْس ُم ُس َبْع َد‬ ‫ُف‬‫ْل‬ ‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫َك ُه ُم‬ ‫َو َم ْمَّل َيُتْب‬ ‫ِل‬ ‫ٱلَّٰظ‬
‫و‬
‫ُم َن‬
‫و۟ا‬ ‫اَل‬ ‫ۖ ‬ ‫ِإ‬ ‫َّظ‬ ‫ٱل‬ ‫َّن‬‫ِإ‬ ‫َّظ‬ ‫ٱل‬ ‫ِّم‬ ‫ا‬ ‫ِث‬ ‫۟ا‬
‫و‬ ‫ِن‬ ‫ٱ‬ ‫۟ا‬
‫و‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ِذ‬‫َّل‬‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫ُّي‬‫َأ‬‫َٰٓي‬
‫َه َن َء َم ُن ْج َت ُب َكِحُيًري َن ِّن َبْع َض ِّنِخ ِهٌمْث َو َجَتَّس ُس‬
‫َواَل َيْغ۟اَتب َّبْع ُضُك م َبْع ًض اۚ َأ ِحُّب َأَح ُدُك ْم َأن َيْأُك َل ْحَلَم َأ ي َم ْيًتا َفَك ِرْه ُتُم وُه‬
‫ي‬ ‫َّر‬ ‫ا‬ ‫َّو‬ ‫َّل‬ ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫َّن‬‫ِإ‬ ‫ۚ َوٱَّتُقو ٱلَّلَهۚ ‬
‫َه َت ٌب ٌم‬
‫َٰٓيَأُّيَه ا ٱلَّناُس ِإَّنا َخ َلْق َٰن ُك م ِّم ن َذَك ٍر َوُأنَثٰى َوَجَعْلَٰن ُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَبٓاِئَل ِلَتَعاَرُفٓو ۟ا ۚ ‬
‫ِإَّن َأْك َم ُك ِعنَد ٱلَّلِه َأْتَق ٰى ُك ۚ ِإَّن ٱلَّلَه َعِلي َخ ِب‬
‫ٌم ٌري‬ ‫ْم‬ ‫َر ْم‬
ISLAM DI INDONESIA
AWAL PENYEBARAN
ISLAM
Awal pertumbuhan islam di Saudi Arabia dalam suasana
ketidakteraturan yang lazim disebut zaman jahiliyah.
Ditengah-tengah ketidakteraturan tersebut, Islam
muncul dan disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam, mulai
usia 40 tahun sampai dengan wafatnya tahun 632 M,
dalam usia 63 tahun.
Saat beliau wafat, pengaruh Islam sudah meliputi
hampir seluruh suku bangsa di wilayah Arab
Pusat perkembangan Islam Kota Madinah
AWAL PENYEBARAN
ISLAM
Agar masyarakat menjadi kuat dan stabil, Nabi Muhammad SAW
meletakaan 3 dasar kehidupan sosial yaitu :
Pembangunan masjid : selain untuk temapt shalat, masjid menjadi
sarana pengikat persatuan di kalangan muslim
Persaudaraan sesama muslim (Ukhuwah islamiyah)Hubungan
persahabatan dengan sesama bukan muslim, seperti kaum yahudi dan
Kristen
Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kedudukan beliau digantikan
oleh empat khalifah (Khulafa’ur rasyidin) yaitu Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib
SALURAN ISLAMISASI
1. Perdagangan, melalui pedagang-pedagang Arab, Persia,
dan Gujarat, masyarakat Indonesia mengenal Islam.
2. Perkawinan, pedagang-pedagang Islam yang menetap
selanjutnya mendirikan perkampungan dan sebagian dari
mereka menikahi wanita-wanita Indonesia
3. Pendidikan, dilakukan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren sehingga menampung pemuda dari berbagai
daerah menimba ilmu agama Islam
4. Dakwah, para santri yang sudah tamat dari pesantren,
mulai berdakwah menyebarkan agama islam di daerahmya
masing-masing
5. Kesenian, melalui pertunjukan wayang dan seni gamelan,
Islam disebarkan oleh para wali atau mubalig
ISLAM MUDAH DITERIMA
DI NUSANTARA
1. Syarat-syarat masuk Islam sangat mudah
2. Upacara-upacara dalam Islam sangat
sederhanaIslam tidak mengenal kasta,
semua orang dinilai sama kedudukannya
3. Penyebaran Islam disesuaikan dengan
kondisi social budaya masyarakat
4. Jatuhnya Sriwijaya dan Majapahit
memperlancar penyebaran Islam
TOLERANSI (TASAMUH)
BERAGAMA DALAM
PERSPEKTIF AL-QUR’AN
PENGERTIAN
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal
dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh)
yang berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi,
toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan
kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah
(terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan
pendiriannya.
Toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan
diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama
atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama
lain.
KONSEP TOLERANSI
DALAM ISLAM
Dari kajian bahasa di atas, toleransi
mengarah kepada sikap terbuka dan mau
mengakui adanya berbagai macam
perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna
kulit, bahasa, adapt-istiadat, budaya,
bahasa, serta agama. Ini semua merupakan
fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi
ketetapan Tuhan.
Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam
QS. Al-Hujurat ayat 13
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini
boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita
menganut agama yang lain atau dengan bebasnya
mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa
adanya peraturan yang mengikat.
Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk
pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain
agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara
peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk
menjalankan keyakinan agama masing-masing.
BATASAN TOLERANSI
DALAM ISLAM
Islam merupakan agama yang toleran.
Namun Islam membatasi dua hal yang tidak
ada toleransi padanya; masalah akidah dan
masalah ibadah
DASAR PEMIKIRAN DAN BATASAN
TOLERANSI MENURUT AL-QURAN
DAN SUNNAH

a. prinsip tentang kemuliaan manusia betapapun


beragamnya kehidupan mereka. Allah menegaskan hal
ini dalam firman-Nya:
‫ولقد كرمنا بنى ادم وحملناهم فى البر والبحر ورزقناهم من الطيبات‬
)70 :‫وفضلناهم على كثير ممن خلقنا تفضيال (االسراء‬

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami
angkut mereka di darat dan di lautanKami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan
b. Keyakinan bahwa pluralisme sudah merupakan kehendak
Allah SWT yang tidak akan mengalami perubahan. Sebagai
contoh, dalam kaitannya dengan pluralisme agama, Allah berfirman:
‫ولو شاء ربك آلمن من فى األرض كلهم جميعا افانت تكره الناس حتى يكونوا مؤمنين‬
)99 :‫(يونس‬
“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang
yang ada di muka bumi. Maka apakah kamu (hendak) memaksa
manusia supaya mereka seluruhnya menjadi orang-orang yang
beriman?
c. Umat Islam meyakini bahwa mereka tidak bertanggungjawab
terhadap jalan hidup yang dipilih oleh umat-umat lain.
Kewajiban mereka hanya berdakwah, sementara pilihan antara
iman atau tidak adalah urusan masing-masing pihak dengan
Allah SWT. Allah SWT berfirman:

)29 :‫فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر (الكهف‬


“…maka siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan siapa
yang ingin (kafir), biarlah ia kafir…”
d. prinsip tentang keadilan, selama pihak lain berlaku
sama.Allah SWT berfirman:

)8 :‫وال يجرمنكم شنان قوم على اآلتعدلوا اعدلوا هو اقرب للتقوى (المائدة‬
“…Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa….
PRINSIP TOLERANSI BERAGAMA DALAM ISLAM

1. Kebenaran itu hanya ada pada Islam dan selain Islam adalah bathil. Allah
Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah islam”.(Al-Imran:
19)
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidak
akan diterima (agama itu) dari padanya, dan diakhirat termasuk orang-orang
yang rugi”. (Al-Imran: 85)
2. Kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah didunia ini adalah
pasti dan tidak ada keraguan sedikitpun kepadanya. Dan kebenaran
itu hanya ada di agama Allah Ta’ala.”
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau
termasuk kalangan orang yang bimbang.”( Al- baqarah :147 )
3. Kebenaran Islam telah sempurna sehingga tidak bersandar kepada
apapun yang selainnya untuk kepastiaan kebenarannya, sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku
lengkapi nikmatku atas kalian dan Aku ridhoi islam sebagai agama
kalian”. (Al-Maidah: 3)
4. Kaum mu’minin derajat kemuliaannya dan kehormatannya lebih
tinggi daripada orang-orang kafir (non-muslim) dan lebih tinggi pula
daripada orang-orang yang munafik (ahlul bid’ah) Allah menegaskan
yang artinya “maka janganlan kalian bersikap lemah dan jangan pula
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (Al-Imran: 139)
5. Kaum muslimin dilarang ridho atau bahkan ikut serta dalam segala
bentuk peribadatan dan keyakinan orang-orang kafir dan musyrikin
hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam
firmanNya:
“Katakanlah: wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa
yang kamu sembah dan kalian tidak menyembah apa yang aku
sembah dan aku tidak menyembah apa yang kalian sembah dan
kalian tidak menyembah apa yang aku sembah bagi kalian agama
kalian dan bagiku agamaku”. (Al-Kafirun: 1-6).
6. Kaum muslimin jangan lupa bahwa orang kafir dari kalangan ahlul
kitab dan musyrikin menyimpan dihati mereka kebencian tradisional
terhadap kaum muslimin, khususnya bila kaum muslimin
mengamalkan agamanya. Oleh karena itu kaum muslimin jangan
minder (merasa rendah diri) menampakkan prinsip agamanya diantara
mereka dan jangan sampai mempertimbangkan keterseinggungan
perasaan orang-orang kafir ketika menjalankan dan mengatakan
prinsip agamanya. Demikian pula keadaan orang-orang munafik
(Ahlul Bid’ah) Firman Allah:
“Orang-orang yahudi dan nashrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya jika
kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu”. (Al-Baqarah: 120)
7. kaum muslimin dilarang menyatakan kasih sayang dengan orang-
orang kafir dan munafik yang terang-terangan menyatakan
kebenciannya kepada islam dan muslimin. Allah berfirman :
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah
dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang
menentang Allah dan RasulNya, sekali pun orang-orang itu bapak-
bapak atau anak-anak, saudara-saudara, keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang Allah telah menanaman keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang
daripadanya. Dan dimasukannya mereka kedalam surga yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya. Allah
ridho terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap
(limpahan rahmatnya). Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya golongan Allah-lah itulah golongan yang
beruntung”. (Al-Mujadilah: 22)

Anda mungkin juga menyukai