Anda di halaman 1dari 17

KEHUJJAHA

N HADIS
Oleh kelompok 2 :

Alifatul Mujahadah [08044020095]

Dyah Ayu Sekar S. [08040420112]


Kehujjahan Hadis
Ilmu Hadis merupakan salah satu dasar
ilmu yang sangat penting dalam Islam untuk
mempelajari dan memahami hadis dengan baik
dan benar sebagai salah satu sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan
kehujjahan adalah keadaan dari alasan yang
dijadikan sebagai dasar penetapan hukum.
Dengan demikian, kehujjahan hadis adalah
hadis yang dapat dijadikan dasar atau alasan
dalam penetapan hukum (Islam).
Dalil – Dalil Kehujjahan Hadis

A. Firman Allah Swt. dalam surat Ali-Imran ayat 32 yang artinya “Katakanlah: "Ta'atilah Allah
dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
kafir".

B. Salah satu dalil hadits yang disampaikan Rasul, adalah :


“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak akan tersesat selama-lamanya,
selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik).
Fungsi-Fungsi Hadis
Terhadap Al-quran

1 2 3 4
BAYAN AT BAYAN AT BAYAN AT BAYAN
TAQRIR TAFSIR TASYRI’ NASAKH
01 BAYAN AT TAQRIR
Bayan At-Taqrir yang berarti memperkuat isi dari Al-Quran. contoh hadits
yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait perintah berwudhu,
yakni:
“Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima shalat seseorang yang berhadats
sampai ia berwudhu” (HR.Bukhori dan Abu Hurairah)
Hadits diatas mentaqrir dari surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:
‫س ُح ْوا‬ َ ‫ام‬ ْ ‫اغسِ لُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم ِا َل ى ا ْل َم َراف ِِق َو‬
ْ ‫الص َلو ِة َف‬
ّ ‫َيااَ ُّي َهاا َّل ِذ ْينَ اَ َم ُن ْواا َِذاقُ ْم ُت ْم ِا َل ى‬
‫ِب ُر ُء ْوسِ ُك ْم َواَ ْر ُجلَ ُك ْم ِا َلى ا ْل َك ْع َب ْي ِن‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” - (QS.Al-
Maidah:6)
02. BAYAN AT TAFSIR

At-Tafsir adalah memberikan perincian dan penafsiran terhadap ayat-ayat


Al-Quran yang masih mujmal, memberikan taqyid (persyaratan) terhadap
ayat-ayat Al-Quran yang masih mutlaq, dan memberikan taksis (penentuan
khusus) terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih umum.
Contoh, ayat-ayat Al-Quran yang masih mujmal adalah perintah
mengerjakan shalat, puasa, zakat, disyari’atkan jual beli, pernikahan, qiyas,
hudud, dan sebagainya. Ayat-ayat Al-Quran tentang masalah tersebut masih
bersifat mujmal, baik cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syarat,
ataupun halangan-halanganya.
Fungsi hadis sebagai penafsir dibagi menjadi tiga bentuk:
1. Menafsirkan serta memperinci ayat yang bersifat global.
Misalnya Al-qur`an menyatakan perintah shalat dalam surah Al Baqarah /2:110
‫الز َكا َة‬ َّ ‫ۚ َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صاَل َة َوآ ُتوا‬

yang artinya: “Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarkanlah zakat” (Q.S Al
Baqarah /2:110)
Shalat dalam ayat diatas masih bersifat umum, lalu hadits merincinya, misalnya
shalat yang wajib dan sunat. sabda Rasulullah SAW:
Dari Thalhah bin Ubaidillah : bahwasannya telah datang seorang Arab
Baduikepada Rasulullah SAW. dan berkata :“Wahai Rasulullah beritahukan
kepadaku salatapa yang difardukan untukku?” Rasul berkata : “Salat lima waktu,
yang lainnya adalahsunnat” (HR.Bukhari dan Muslim)
2. Memberikan batasan (taqyid) terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih
bersifat muthlaq.
contohnya : hadis Nabi Saw. yang memberikan penjelasan tentang
batasan untuk melakukan pemotongan tangan pencuri, yang di dalam Al-
Quran disebutkan secara muthlaq
‫هّٰللا هّٰللا‬
َ ‫ار َق ُة َفا ْق َط ُع ْٓوا اَ ْي ِد َي ُه َما َج َز ۤا ۢ ًء ِب َما َك‬
ٌ‫س َبا َن َكااًل ِّمنَ ِ َۗو ُ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْيم‬ ِ ‫س‬َّ ‫ار ُق َوال‬
ِ ‫الس‬
َّ ‫َو‬

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan


keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (al-
maidah :38)
3. Mengkhususkan (takshish) ayat-ayat yang bersifat umum (‘am).
contohnya : Q.S. An-Nisa’: 11
 
‫ي أ َ ْول َا ِدـكـ ُْم ۖ ِ ل َّلـــذـك َِر ِم ُثْل َح ِّظ اـل ْأ ُ ْنـثَيَيِْن‬ َّ ‫وصيك ُُم ل‬
‫اــُهـ ِ فـــ‬ ِ ‫ۚ ُ يــ‬
yang artinya “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian
dua orang anak perempuan”.
Kemudian hadits mengkhususkan, di antaranya bahwa keturunan Rasul (anak-
anaknya) tidak mewarisi, sebagaimana yang dijelaskan beliau di dalam
sabdanya:
 
َ ِ ‫ح ُن َم َعـ‬
‫بخاري‬
) ‫ َص َدـ َق ٌة ( رـواـهـ لاــ‬  ‫تــــنَ ُاـهـ‬
‫ث َ َرـْك‬ َ‫اش ُر ْ ا ْـألنـ ِب َيا ِء َالــ ُ ْو‬
‫نــُرـ َمـا‬ ْ ‫َ نــ‬
“Kami seluruh para Nabi, tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah
sedekah”. (H.R. Bukhari).
03 BAYAN AT TASYRI’
Bayan At-tasyri’ ialah sebagai pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran islam yang tidak dijelaskan
dalam Al-Quran, mengkhususkan atau mengecualikan ayat yang bermakna umum
Dalam Alquran, Allah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 3 yang berbunyi:
 
‫ُح ِّر َم ْت َع َل ْي ُك ُم ا ْل َم ْي َت ُة َوال َّد ُم َو َل ْح ُم ا ْل ِخ ْن ِز ْي ِر‬
“Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi”. Kemudian Rasulullah SAW mengecualikan
darah dan bangkai tertentu.
Beliau bersabda:

“Telah dihalalkan kepada kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Yang dimaksud dua macam
bangkai adalah bangkai ikan dan bangkai belalang, sedangkan yang dimaksud dua macam darah
adalah ati dan limpa” (Hadits Riwayat Ahmad, Ibnu Majah dan al-Bayhaqi).
04. BAYAN NASAKH

Kata An-nasakh dari segi bahasa memiliki bermacam-macam arti, yaitu al-itbal (membatalkan) atau
al-ijalah (menghilangkan), atau at-tahwil (memindahkan), atau at-tayir (mengubah)
Contohnya:

‫ِ َوـ‬
‫لــ ٍِارث‬ ‫الــ ِص ّيَ َة‬
‫َ َو‬

“Tidak ada wasiat bagi ahli waris”


Hadits ini menasakh surat QS.Al-Baqarah ayat 180:
 
‫اــمتّ َ ِقيْ َن‬
ُ ‫عـ ْر ِوـف َح ّ ًقـا َعل َى ل‬
ُ ْ ‫بــــ‬
‫ْ َق ِرـبـيْ َن ِ ال َـْم‬ ‫ن ْوـاـ َأل‬
َ ِ ْ ‫لـــالِ َد‬
‫يـــ‬ ‫َخ َ ْي َرـالوـ ِص ّيَ ُة ِ َلْوـ‬ َ‫تـــك‬ ْ ِ‫اــم ُْو ا‬
‫تن َ َر‬ ْ ُ ‫بل َيْك ُْم اِ َذاـ َحـ َضـ َر َاـ َح َد‬
َ ‫كــم ل‬ ‫ُ َ ِت‬
‫كــ َع‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabat secara ma’ruf. (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa” - (QS.Al-Baqarah:180)
Kehujjahan
Sunnah
Fi’liyah
Sunnah filiyah adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada nabi,
sunnah filiyah juga dapat di artikan sebagai sunnah Nabi Saw yang
meliputi segala perbuatan nabi yang diberitakan oleh para sahabat
mengenai soal ibadah melaksanakan shalat, manasik haji dan perbuatan
yang lainnya. Seperti contoh hadis tentang tata cara shalat di atas
kendaraan :

‫يعل َى َ ارــ ِحـل َ ِت ِهـ َح ُيْث‬ ‫اــُهـ َعل َي ْ ِهـ َوـ َسل َّ َم ُ َص‬
َ ّ ‫يـــ ِل‬ َّ ‫اــهـ َصل َّـى ل‬ َِّ ‫اــهـ َ ق َ ـالكـ ََان َرـ ُس ُول ل‬
َِّ ‫بــــ َع ْب ِد ل‬
‫َعْن َجا ِب ِر ْ ِن‬
‫ل ـْل ِقبْلَ َة‬
‫ـستَ ْق َبَ ا‬
‫فـــ‬
ْ ‫نــل َ ا‬
‫اد ـْاـلفَ ِريـَضـ َة َ َز‬ َ ‫فـــا أ َ َر‬
‫ت ِإ َذ‬ َ ‫تـــجـ َ ْه‬
َّ ‫َ َوـ‬

Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah saw. shalat di atas


tunggangannya menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap.
Jika Beliau hendak melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun
lalu shalat menghadap kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim
Fungsi Sunnah yang
menjelaskan hukum di Al
Quran
1. Merinci hukum global yang ada dalam al quran seperti
kewajiban sholat yang ada dalam al quran dan bersifat
global, karena tidak merinci beberapa kali, rakaat, dan
bagaimana tata caranya.
2. Menjelaskan hukum mutlak yang ada dalam al quran
seperti potong tangan orang yang melakukan tindak
pidana pencurian.
3. Mengkhususkan hukum yang bersifat umum dalam al
quran seperti pembagian harta warisan
Kehujjahan sunnah menurut para ulama sepakat mengatakan bahwa sunnah rasul dalam bentuk filiyah, taqririyah dan
qauliyah yang merupakan sumber asli dari sumber hukum syara’ dan menempati posisi kedua setelah al quran. Ada
beberapa alasan yang dikemukakan ulama usul fiqih untuk mendukung hal tersebut antara lain:

1. Al quran surat ali imran ayat 31

ٰ ّ ‫اــُهـ َ َويـ ۡغ ِفـ ۡر َ ـلـــكُمۡ ُذـنُوۡ َبـك ُۡؕ‌مـ َوـل‬


ٌ ‫اــُهـ َغ ُفـو ٌۡر ّ َرـ ِحـيۡم‬ ٰ ّ ‫ح ِب ۡبك ُُم ل‬
ۡ‫فـــب ُِعـوۡ ِنـ ۡى ُ يـــ‬ ٰ ّ ‫تــــ ُّبو َۡن ل‬
‫اــَهـ َ ا ّ َتـ‬ ۡ‫ُ ق ۡـل ِاـ ۡن ُ ن‬
‫كــتُمۡ ُ ِح‬
“Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
 2. Al quran surat al ahzab ayat 21
 
‫كــ ًيۡرـا‬ ٰ ّ ‫اــَهـ َوـالـ َۡيو َۡم اـ ۡل ٰاـ ِخ َر َو َذـك ََر ل‬
‫اــَهـ َ ِث‬ ٰ ّ ‫يــ ُۡجوا ل‬
‫لـــ ۡن كـ ََانَ ر‬ ِٰ ّ ‫ى َرـ ُسو ِۡل ل‬
‫اــهـ اُسۡ َوـ ٌة َح َسنَ ٌة ِ ّ َم‬ ۡ ِ ‫لـــ ۡمـ‬
‫فـــ‬ ُ ‫لـــ كـ ََان َ ك‬
‫َ َقـ ۡد‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah”.
 3. Al quran surat ali imran ayat 31
 
‫فـــتَ ُهـوا‬
‫نـــاكـ ُْم َعن ْ ُهـ َ ا ْنـ‬
‫خ ُذو ُـهـ َوـ َما َ َه‬ُ َ ‫َوـ َما آ َتاكـ ُُم ال ّ َرـ ُس ُول‬
‫فـــ‬
“apa yang di berikan rosul kepadamu maka ambillah dan apa yang dilarang bagimu
maka tingggalkanlah“
Apakah semua perbuatan Rasulullah wajib
diikuti umatnya
1. Perbuatan yang muncul dari Rasulullah sebagai manusia biasa, seperti makan,
minum, duduk dan pakaianya. Perbuatan seperti ini tidak termasuk sunnah
yang wajib diikuti oleh umatnya, karena hal hal ini muncul dari rasul sebagai
manusia biasa dengan tabiatnya. Termasuk dalam hal ini adalah perbuatan
yang ditunjukkan rasul sebagai dari keahlian dan pengalaman hidupnya dalam
persoalan duniawi, seperti dalam perdagangan, pertanian, peperangan atau
masalah pengobatan.
2. Perbuatan yang dilakukan rasulullah dan ada alasan yang menunjukkan
bahwa perbuatan itu khusus untuk dirinya seperti shalat tahajud yang beliau
lakukan setiap malam, mengawani wanita lebih dari empat sekaligus, dan
tidak menerima sedekah dari orang lain. Perbuatan ini khusus untuknya dan
tidak wajib untuk diikuti.
3. Perbuatan yang berkaitan dengan hukum dan alasannya, maka hukumnya
berkisar antara wajib, sunat, haram, makruh, dan boleh. Perbuatan seprti ini
menjadi syariatbagi umat islam.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai