Anda di halaman 1dari 4

DALIL-DALIL KEHUJJAHAN HADITS DAN FUNGSI

HADITS TERHADAP AL-QUR’AN


Oleh:Marup Pirdaus

1. Dalil Kehujjahan Hadits


Kehujjahan Hadis adalah wajib digunakannya hadis sebagai hujjah atau dasar hukum (al-dalil al-
syar’i). Hadis adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) setelah Alquran. Bagi
orang yang beriman terhadap Alquran sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus
percaya bahwa Hadis juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran
Hadis sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapi juga murtad hukumnya.
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada Hadis karena selain memang di perintahkan oleh
Alquran juga untuk memudahkan dalam menentukan (menghukumi) suatu perkara yang tidak
dibicarakan secara rinci atau sama sekali tidak dibicarakan di dalam Al Qur’an sebagai sumber
hukum utama. Apabila Hadis tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum Muslimin akan
mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar dan ketentuan
zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Alquran dalam hal ini tersebut hanya
berbicara secara global dan umum. Dan yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah
Rasulullah.
Selain itu juga akan mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang
musytarak (multi makna), muhtamal (mengandung makna alternatif) dan sebagainya yang mau
tidak mau memerlukan Sunnah untuk menjelaskannya. Dan apabila penafsiran-penafsiran tersebut
hanya didasarkan kepada pertimbangan rasio (logika) sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran-
tafsiran yang sangat subjektif dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
Ayat - ayat Al-Qur’an sendiri telah cukup menjadi alasan yang pastitentang kebenaran hadis,
sebagai sumber hukum Islam. Al-Qur’an menjelaskan bahwa umat Islam harus kembali kepada Al-
Qur’an dan As-Sunnah, di antarannya adalah sebagai berikut:
1. Setiap Mu’min harus taat kepada Allah dan kepada Rasulullah.(Al-Anfal: 20, Muhammad: 33,
An-Nisa: 59, Ali ‘Imran: 32, al- Mujadalah: 13, an-Nur: 54, al-Maidah: 92).
2. Patuh kepada Rasul berarti patuh dan cinta kepada Allah. (An-Nisa: 80, Ali ‘Imran: 31).
3. Orang yang menyalahi Sunah akan mendapatkan siksa. (Al-Anfal: 13,Al-Mujadilah: 5, An-Nisa:
115)
4.Berhukum terhadap Sunnah adalah tanda orang yang beriman.(An-Nisa: 65)
Yang dimaksud dengan kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan
Hadits yang wajib dijadikan hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syar’i), Hadits adalah sumber
hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang
telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai
hukum,,maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga
merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hu
kum Islam, bukan saja memperoleh dosa,tetapi juga murtad hukumnya.

2. Fungsi Tafsir Hadits Terhadap Al-Qur’an


1. Bayan At-Taqrir
Bayan ta’kid atau disebut juga dengan bayan Taqrir  atau bayan itsbat adalah hadist yang berfungsi

untuk memperkokoh atau memperkuat isi kandungan Al-Qur’an.[2] Dalam hal ini, hadist hanya

berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an,[3] dengan demikia maka kandungan

hukumnya memiliki dua dalil sekaligus yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi.[4]

Diantara contoh bayan ta’kid adalah firman Allah SWT:[5]

ُ َ‫ش ْه َر فَ ْلي‬
....ُ‫ص ْمه‬ َ ْ‫فَ َمن‬
َّ ‫ش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال‬

Karena itu, barang siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia

berpuasa… (Q. S. Al-Baqarah (2): 185)

Ayat Al-Qur’an di atas di ta’kid (di perkuat) oleh hadist Nabi SAW:

‫ارَأ ْيتُ ُم ْوهُ فَـَأ ْف ِط ُر ْوا‬ ُ َ‫ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُم ْوهُ ف‬
َ ‫ص ْو ُم ْواوِإ َذ‬
“Apabila kalian melihat (ru’yat) bulan maka, berpuasalah. Dan begitu pula apabila melihat (ru’yat)

bulan itu maka, berbukalah”(H. R.Muslim)

2. Bayan At-Tafsir
Yang dimaksud dengan Bayan at-Tafsir adalah memberikan rincian dantafsiran ayat-ayat Al-
Qur’an yang mujmal (ringkas/ singkat). Memberikan Taqyid  (persyaratan) ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih mutlaq,dan memberikan takhsis (penentuan khusus) ayat-ayat Al-
Qur’an yang masih umum. Sebagai contohtentang ayat-ayat Al-Qur’an yang masih mujmal adalah
perintah mengerjakan shalat.
Diantara contoh tentang ayat-ayat yang masih mujmal adalah
perintah mengerjakan shalat, puasa, zakat, disyariatkannya jual beli, nikah,qhisash, hudud dan
sebagainya. Ayat-ayat al-Qur’an tentang masalah ini masih bersifat mujmal,
baik mengenai cara mengerjakan, sebab-sebabnya, syarat-syarat,atau halangan-halangannya. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW, melalui haditsnya menafsirkan dan menjelaskan masalah-masalah
tersebut. Sebagai contoh salah satu hadits Nabi Muhammad Saw,yang artinya:
ِ
َ ‫صلُّ ْوا َك َما َر َْأيتُ ُم ْون ْي‬
‫ُأصلِّ ْي‬ َ
“Shalatlah kamu sebagaimana melihatku Shalat.”(H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat,karena dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan
secara rinci.

3. Bayan At-Tasyri

Yang dimaksud dengan bayan tasyri’ adalah ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an

maka dimunculkan hukumnya, baik yang tidak ada sama sekali atau yang diketemukan pokok-

pokoknya (ashl) saja.
Hadist termasuk ke dalam kelompok ini, diantaranya adalah hadist penetapan haramnya

mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara istri dengan bibinya), hukum syuf’ah, hukum

merajam wanita pezinah yang masih perawan, dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak.

Salah satu contoh yang lain adalah hadist tentang hukum zakat fitrah sebagai berikut;

‫صاعًا ِمنْ ش َِعي ٍر َعلَى ُك ِّل ُحـ ٍّر َأ ْو َع ْبـ ٍد‬


َ ‫صاعًا ِمنْ تَ ْم ٍر َأ ْو‬ َ ‫ض زَ كَاةَ ا ْلفِ ْط ِر ِمنْ َر َم‬
ِ ‫ضانَ َعلَى النَّا‬
َ ‫س‬ َ ‫سلَّ َم فَ َر‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َأنَّ َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬

ْ ‫َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَى ِمنْ ا ْل ُم‬


َ‫سلِ ِمين‬

“Bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan

Ramadlan satu sukat (sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-

laki atau perempuan Muslim.” (H. R Muslim)

4. Bayan At- Takhsis

Bayan Takhshis adalah membatasi atau mengkhususkan kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang

bersifat umum.

Sebagai contoh adalah hadist Nabi SAW:


‫ش ْيـًأ‬
َ ‫ث ا ْلقَاتِ ُل ِمنَ ا ْل َم ْقت ُْو ِل‬
ُ ‫الَ يَ ِر‬

“Seorang pembunuh tidak berhak menerima harta warisan” (H. R. Ahmad)

Yang membatasi ayat al-Qur’an an-Nisa 11:

‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ اُأْل ْنثَيَ ْي ِن‬


َّ ِ‫وصي ُك ُم هَّللا ُ ِفي َأ ْواَل ِد ُك ْم ل‬
ِ ُ‫ي‬  
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian

seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan..

5. Bayan At-Taqyid

Bayan Taqyid adalah membatasi ayat yang bersifat mutlak (hakikat kata tampa memandang jumlah

maupun sifatnya) dengan sifat, keadaan atau syarat tertentu.

Contoh ayat Q. S Al-Maidah (5) : 38, yaitu :

َ ‫سا ِرقَةُ فَا ْقطَ ُعوا َأ ْي ِديَ ُه َما َجزَ ا ًء بِ َما َك‬
‫سبَا نَ َكااًل ِمنَ هَّللا‬ َّ ‫ق َوال‬
ُ ‫سا ِر‬
َّ ‫َوال‬
Di batasi dengan hadist:

‫ق ِإاَّل فَ ْي ُر ْب ِع ِد ْينَـا ٍر فَصـَا ِعدًا‬ َّ ‫الَ تُ ْقطَ ُع يَ ُد ال‬


ِ ‫سـا ِر‬
“Tangan pencuri tidak boleh di potong, melainkan pada (pencurian senilai) seperempat dinar

atau lebih.” (H. R. Mutafaq menurut lafadz Muslim )

Anda mungkin juga menyukai