ٍ ْ َأوْ َوص، َأوْ تَ ْق ِري ٍْر، َأوْ فِع ٍْل،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن قَوْ ٍل
ف ِ َما ُأ
َ ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي
Adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik ucapan,
perbuatan, persetujuan, maupun sifat.
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik,
maupun kepribadiannya.
Hingga gerak dan diamnya ketika terbangun maupun tertidur juga disebut sebagai hadits. Maka
dari itu pengertian ini juga mencakup setiap keadaan Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi
wasallam menurut para ahli hadits.
Sunnah ( )السنةsecara bahasa berarti As-Siirah Al-Muttaba’ah ( )السيرة المتبعةyang berarti jalan yang
diikuti. Setiap jalan dan perjalanan yang diikuti dinamakan sunnah, baik itu jalan yang baik
maupun jalan yang buruk.
Adapun sunnah menurut istilah para ahli hadits adalah : Segala sesuatu yang dinukil dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik itu ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik,
kepribadian, maupun perjalanan hidup, baik itu sebelum diutus maupun sesudah diutus.
Khabar ( )الخبرsecara bahasa berarti An-Naba’ ( )النبأyang berarti kabar atau berita. Adapun secara
istilah khabar ini semakna dengan hadits sehingga memiliki definisi yang sama dengan hadits.
Namun, menurut pendapat yang lain menyatakan bahwa khabar ini lebih umum dari pada hadits.
Sehingga definisi khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam dan juga kepada selain beliau. Syaikh Utsaimin mengatakan :
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم وَِإلَى َغي ِْر ِه ِ ْال َخبَ ُر َما ُأ
َ ضيْفُ ِإلَى النَّبِ ِّي
Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
juga disandarkan kepada selainnya.
Atsar ( )األثرsecara bahasa berarti Baqiyyatu Asy-Syaii’ ( )بقية الشيءyang berarti sisa dari sesuatu,
atau jejak. Adapun secara istilah, atsar adalah :
Al-Bukhari > Musaddad > Yahya > Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW
Sebuah hadits bisa mempunyai beberapa sanad dengan banyak penutur/perawi bervariasi dalam
lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah. Signifikansi banyak sanad dan
penutur dalam tiap thabaqah sanad hendak menentukan derajat hadits tersebut, hal ini diterangkan
semakin jauh pada klasifikasi hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah :
1. Keutuhan sanadnya
2. Banyaknya
3. Perawi haditsnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Hal ini diterapkan di
dalam mengutip bermacam buku dan ilmu ilmu lainnya. Hendak tetapi mayoritas penerapan sanad
dipergunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga dia cinta sebagai saudaranya apa
yang dia cinta sebagai dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam memahami hadits ialah:
1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
2. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang semakin kuat sanadnya
(apakah mempunyai yang melemahkan atau menguatkan) dan kemudian dengan ayat dalam Al
Quran (apakah mempunyai yang bertolak belakang).
Keberadaan hadits yang telah mewarnai masyarakat dalam berbagai kehidupan juga telah menjadi
bahasan yang menarik dikalangan para penuntut ilmu, peneliti, dan para ahli hadits.
Mereka telah berhasil mendokumentasikan hadits pada masyarakat luas, sehingga munculnya
berbagai kajian-kajian mengenai ilmu hadits dan melahirkan suatu disiplin ilmu baru, yakni
Ulumul hadits.
Ulumul hadits sendiri terdiri dari kata 'ulum dan kata hadits. Kata 'ulum sendiri bentuk jamak dari
kata 'ilmi yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan hadits memiliki makna segala sesuatu yang
disandarkan pada Nabi Muhammad SAW. baik berupa perkataan (qauli), perbuatan (taqriri),
maupun persetujuan dari Nabi.
Dengan demikian ulumul hadits adalah suatu disiplin ilmu yang secara khusus mempelajari dan
membahas mengenai kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan seorang perawi (sanad) dan
lafaz (matan) suatu hadits. Ilmu hadits atau ulumul hadits dibagi menjadi dua, yaitu hadits dirayah
dan hadits riwayah.
Ilmu hadits riwayah berfokus pada pembahasan mengenai periwayatan suatu hadits. Dengan kata
lain, semua proses penukilan atau kutipan yang bersumber dari dari Nabi SAW. merupakan ilmu
hadits riwayah. Namun, ada pula ulama yang memperluas cakupan dari ilmu hadits ini kepada
sesuatu yang disandarkan pada selain Nabi Saw. (sahabat dan tabi'in) (Umara, 2021).
Adapun tujuan utama ilmu hadits riwayah adalah untuk memahami segala ajaran Nabi SAW.
melalui hadits-hadits dan juga merupakan salah satu bentuk untuk menjaga kemurnian sunnah
yang ditinggalkan oleh Nabi Saw,bagi ummatnya.
Sedangkan di sisi lain, ilmu hadits dirayah merupakan suatu disiplin ilmu yang digunakan untuk
mempelajari para periwayat dan apa yang diriwayatkannya mengenai bisa tidaknya suatu hadits
dapat diterima sebagai hadits dari Nabi SAW.
Ilmu hadits ini mempelajari kaidah-kaidah agar suatu hadits dapat diketahui keadaan sanad dan
matannya sesuai atau saling bertentangan untuk dianggap sebagai sebuah hadits.
Dari mempelajari ilmu hadits ini, kita dapat mengetahui perkembangan hadits dan ilmu hadits dari
masa ke masa. Selain itu, kita juga dapat mengetahui rekam jejak ulama terdahulu dalam
mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadits-hadits dari Nabi Saw.
Syarat-Syarat Seorang Perawi Dan Proses Transmisi
Oleh: Alfian Rahman
Karena Tidak semua orang bisa menyampaikan hadits kepada orang lain, Dalam hal ini mayoritas
ulama hadits, ushul, dan fiqh memiliki kesamaan pandangan dalam memberikan syarat dan kriteria
bagi pewarta hadist, yang antara lain:
3) Mengetahui maksud-maksud kata yang ada dalam hadits dan mengetahui arti hadits apabila ia
meriwayatkan dari segi artinya saja ( bil ma’na ).
4) Sifat adil ketika dibicarkan dalam hubungannya dengan periwayatan hadits maka yang
dimaksud adalah, suatu karakter yang terdapat dalam diri seseorang yang selalu mendorongnya
pada melakukan hal-hal yang positif, atau orang yang selalu konsisten dalam kebaikan dan
mempunyai komitmen tinggi terhadap agamanya.
Mayoritas ulama hadis, ulama ushul, dan ulama fikih sepakat bahwa syarat-syarat penyampaian
hadis (Adā’ al-hadīs) sebagai berikut:
2. Baligh (dewasa).
Pengertian dewasa maksudnya dewasa dalam berpikir bukan dalam usia umumnya. Dewasa di sini
diperkiraan berusia belasan tahun yang disebut remaja dalam perkembangan anak. Usia remaja
adalah usia kritis dalam berpikir dan lebih konsisten dalam memelihara hadis. Berbeda usia anak
kecil yang ditakutkan bohong. Anak kecil terkadang suka bohong, karena tidak ada hukuman bagi
anak kecil yang menyimpang. Kecuali jika milieu sosial dan keluarganya terbina baik dengan
pembiasaan kejujuran. Setelah anak dewasa baharu ada penerapan hukum perintah dan larangan.
3. Aqil (berakal).
Syarat berakal sangat penting dalam penyampaian hadis, karena hanya orang berakallah yang
mampu membawa amanah hadis dengan baik. Periwayatan seorang yang tak berakal, kurang akal,
dan orang gila tidak dapat diterima.
4. `Adalah (adil).
Adil adalah suatu sifat pribadi taqwa, menghindari perbuatan dosa (fasik) dan menjaga kehormatan
dirinya (muru’ah). Sebagai indikatornya seorang yang adil dapat dilihat dari kejujurannya,
menjauhi dosa-dosa besar dan kecil, seperti mencuri minum dan lain-lain. Tidak melakukan
perbuatan mubah yang merendahkan kehormatan dirinya, seperti makan di jalanan, kencing berdiri
dan bercanda yang berlebihan.
Lafazh-lafazh periwayatannya:
سمعت: سمعنا
حدثني: حدثنا
اخبرنا: اخبرني
2. Rawi yang belum pasti tentang pertemuan-pertemuannya dengan guru, mungkin mendengar sendiri
dengan langsung, atau tidak mendengar sendiri.
Lafazh-lafazh periwayatannya:
; رويdiriwayatkan oleh,
; حكيdihikayatkan oleh,
; عنdari,
; أنbahwasannya,
DAFTAR PUSTAKA