Anda di halaman 1dari 14

MUTLAK DAN MUQAYYAD

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Ushul Fiqih lanjutan”
Dosen pengampuh Prof Dr.Hamzah K, M.HI

Di Susun Oleh
Kelompok 5:
• Winda Rawinta (2103010013)
• Mufidah Mahmud (2103010014)
• Dewi Sarfika Nengsi (2103010015)
Pengertian Mutlak dan muqayyad

 Mutlak
Mutlak ialah lafal-lafal yang menunjukkan kepada pengertian dengan
tidak ada ikatan (batas) yang tersendiri berupa perkataan, seperti
firman Allah SWT:
)3: ‫َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة (المجادله‬
Artinya: maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang hamba sahaya”.
Ini berarti boleh membebaskan hamba sahaya yang tidak mukmin atau
hamba sahaya yang mukmin. Contoh perkataan ‫ َاْيِد يُك ْم‬dalam hal ayat:
)43:‫َفَلْم َتِج ُد ْو ا َم اًء َفَتَيَّم ْو ا َصِع ْيًد ا َطيبًا َفاْمَس ُح ْو ا ِبُو ُجوِهُك ْم َاْيِد يُك ْم (النساء‬
Artinya apabila kamu tidak menemui air, maka bertayamumlah
dengan debu yang suci, maka usapkanlah mukamu dan tanganmu
dengan debu itu.
Pengertian Mutlak dan muqayyad

 Muqayyad
‫َاْلُم َقِّيُد َم اَد َّل َع َلى اْلماِهَيِة ِبَقْيٍد ِم ْن ُقُيْو ِد هَا‬
Artinya muqayyad ialah lafal yang menunjukkan arti yang
sebenarnya, dengan dibatasi oleh suatu hal dari batas-batas tertentu.
Batas-batas tertentu tadi disebut Al-Qaid ‫ القائد‬Jadi Muqayyad ialah suatu
lafal yang menunjukkan atas pengertian yang mempunyai batas tertentu
berupa perkataan. Seperti firman Allah SWT:
)92:‫َو َم ْن َقَتَل ُم ْؤ ِم ًنا َخ َطًأ َفَتْح ِر ْيُر َر َقَبٍة ُم ْؤ ِم َنٍة (اانساء‬
Artinya : dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena bersalah
(hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman”.
Disini tidak sembarangan hamba sahaya yang dibebaskan tetapi
ditentukan, hanyalah hamba sahaya yang beriman.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

Kalau sesuatu soal disebutkan dengan lafal mutlak, dan di tempat


lain dengan lafal muqayyad, maka ada empat kemungkinan:
1. Terus berbeda (sama) hukum dan sebabnya. Dalam hal ini
mutlak harus dibawa kepada muqayyad. Artinya, muqayyad
menjadi penjelasan terhadap mutlak.jadi, kedua lafal tadi
sekalipun berbeda dalam bentuknya namun sama saja sama cara
mengartikannya. Oleh karena itu yang muqayyad merupakan
penjelasan yang mutlaq.
Contoh mutlak:
)‫ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ُم اْلَم ْيَتُة َو الَّد ُم َو َلْح ُم اْلِح ْنِز ْيِر (المائدة‬
Artinya: Diharamkan atasmu bangkai, darah dan daging babi”.
(QS.Al-Maidah:3)
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

Contoh Muqayyad :
‫ُقْل َال َاِج ُد ِفيَم ا ُاْو ِح َي ِاَلَّي ُم َح َّرمًا َع َلى َطاِع ٍم َيْطَع ُم ُه ِاَّال َاْن َيُك وَن َم ْيَتًة َاْو َد مًا َم ْس ُفْو ًح ا َاْو َلْح َم‬
)145:‫ِخ ْنِزْيٍر (األنعام‬
Artinya: “katakanlah: tidaklah aku peroleh di dalam wahyu
yang diturunkan kepadaku, akan sesuatu makanan yang haram
atas orang yang hendak memakannya, kecuali bangkai, darah
yang mengalir atau daging babi”. (QS. AL-an’am: 145).
Kedua ayat tersebut berisi sebab yang sama, yaitu hendak
makan, dan berisi hukum yang sama, yaitu:haramnya darah.
Dengan demikian makan yang diharamkan ialah , darah yang
mengalir sedang darah yang tidak mengalir, seperti hati (liver),
limpa tidak haram.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

2. Berisi hukum yang sama, tetapi berlainan sebabnya.


Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu sebagai berikut:
a. Menurut golongan Syafi’i, mutlak dibawa kepada
muqayyad.
b. Menurut golongan Hanafiyah dan Makiyah, mutlak
tetap pada tempatnya tersendiri, tidak dibawa
kepada muqayyad.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

Contoh mutlak:
‫َو اَّلِذ يَن ُيَظاِهُر ْو َن ِم ْن ِنَس اِئِهْم ُثَّم َيُع ْو ُد وَن ِلَم ا َقاُلوا َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة ِم ْن َقْبِل َاْن َيَتَم اَّسا‬
)3:‫(المجادلة‬
Artinya: orang-orang yang menzihar istrinya
kemudian mereka hendak menarik apa yang mereka
ucapkan maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang
hamba sahaya sebelum keduanya bercampur,( Al-
Mujadalah: 3)
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

Contoh muqayyad :
)92 ‫َو َم ْن َقَتَل ُم ْؤ ِم ًنا َخ َطًأ َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة ُم ْؤ ِم َنٍة (النساء‬
Artinya: barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan
tidak sengaja (karena kekeliruan) maka hendaklah
membebaskan seorang hamba yang mukmin. (QS. An-Nisa’: 92)
Kedua ayat diatas berisi hukum yang sama, yaitu pembebasan
budak, sedang sebab berlainan. Yang satu karena zihar yang lain
karena pembunuhan yang sengaja. Dalam ayat pertama, yang
menjadi sebab seseorang harus memerdekakan budak ialah
karena bersumpah zihar, sedangkan ayat kedua karena
membunuh dengan tidak sengaja. Jadi berbeda dalam
sebabnya.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

3. Berbeda hukum dan sebabnya. Dalam hal ini ini masing-masing mutlak dan
muqayyad tetap pada tempatnya tersendiri. Muqayyad tidak menjadi penjelas
dalam mutlak.
Contoh mutlak:
)38 :‫َو الَّساِرُق َو الَّساِرَقُة َفاْقَطُعو َاْيِدَيُهَم ا (المائدة‬
Artinya : pencuri lelaki dan perempuan potonglah tangannya.
Contoh Muqayyad:
)6:‫َياَاُّيَهااَّلذْيَن َاَم ُنْو ا ِاَذ ا ُقْم ُتْم ِالى الَّص َلوِة ّفاْغ ِس ُلْو ا ُوُجْو َهُك ْم َو َاْيِدَيُك ُم ِالى اْلَم َر اِفِق (المائده‬
Artinya orang mukmin, apabila kamu hendak salat, hendaklah basuh mukamu
dan tanganmu sampai siku”. (QS. AL-Maidah:6)
Dalam pada itu, ada hadis Nabi yang menjelaskan bahwa pemotongan tangan
pencuri sampai pergelangan. Ayat 6 Al-Maidah yang muqayyad tidak bisa menjadi
penjelasan ayat 38 Al-Maidah yang mutlak, karena berlainan sebab, yaitu hendak
salat dan pencurian, dan berlainan pula dalam hukum, yaitu wudlu dan pemotong
tangan. Dalam hal ini hadits Nabi SAW lah yang menjadi penjelasan ayat 38 Al-
Maidah, karena pembicaraannya (sebab dan hukum) sama.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

4. Berbeda hukum, tetapi sebabnya sama. Dalam hal ini masing-masing


mutlak dan muqayyad tetap pada tempatnya tersendiri.
Contoh mutlak:
‫َاَّتَيَّمُم َض ْر َبٌة ِلْلَو ْج ِه َو اْلَيَد ْيِن‬
Artinya: tayamum ialah sesekali mengusap debu untukmuka dan kedua
tangan.
Contoh Muqayyad:
‫)َفاْغ ِس ُلْو ا‬6:‫ُو ُج ْو َهُك ْم َو َايِدَيُك ْم ِاَلى اْلَم َر اِفِق (المائده‬
Artinya : basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku( QS. Al-Maidah:6)
Ayat 6 Al Maidah tersebut yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelasan,
hadis yang mutlak, karena berbeda hukum, yang dibicarakan, yaitu wudhu
pada ayat 6 Al-Maidah, dan tayamum pada hukum meskipun sebabnya
sama yaitu hendak salat atau karena hadas(tidak suci). Tangan bisa
diartikan dari ujung jari sampai pergelangan, atau sampai siku-siku, atau
sampai bahu.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

Jadi hubungan antara mutlaq dengan muqayyad itu ada


empat, yaitu:
a. Persamaan hukum dan sebab, yang mutlaq harus
diikutkan pada yang muqayyad.
b. Persamaan hukum dan berlainan sebab, yang ini
diperselisihkan ulama ushul, apakah yang mutlaq
diikutkan kepada yang muqayyad atau tidak.
c. Perbedaan hukum dan sebab, yang mutlaq boleh
diikutkan dengan muqayyad.
d. Perbedaan hukum dan persamaan sebab, yang mutlaq
juga tidsk boleh diikutkan kepada yang muqayyad.
Kaidah Hukum lafal mutlak dan muqayyad

5. Penggunaan Lafal Mutlaq dan Muqayyad


Jika terpaut suatu tuntutan yang mutlaq dalam suatu
lafal dan muqayyad pada lafal yang lain, yang
digabungkan mutlaq kepada muqayyad, jika keduanya
bersesuaian menurut sebab dan hukumnya. Seperti
hadis tentang kifarat puasa.
)‫ُص ْم َش ْهَر ْيِن ُم تتاِبَع ْيِن (متفق عليه‬
Jika tidak bersesuaian menurut sebab, mutlaq tidak
digabungkan pada muqayyad. Seperti antara kafarat
zhihar dengan kafarat membunuh.
Macam- macam Mutlak dan Muqayad

Mutlak dan Muqayad memiliki bentuk aqliyah dan


sebagai realitas bentukya sebagai berikut ini:
1. Sebab dan hukumnya sama, seperti “puasa”
untuk kafarah sumpah. Lafadz itu dalam qara’ah
mutawatir yang terdapat dalam mushaf dan di
ungkapkan secara mutlak.
2. Sebab sama namun hukum bebeda, seperti kata
“tangan” dalam wudhu dan tayamum.
Membasuh tangan dalam wudhu di batasi
sampai dengan siku
KESIMPULAN

Mutlaq ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa


dibatasi oleh suatu hal yang lain. Sedangkan muqayyad ialah lafal
yang menunjukkan arti yang sebenarnya, dengan dibatasi oleh suatu
hal dari batas-batas tertentu.
Lafal yang mutlaq harus diartikan secara mutlaq dan lafal yang
muqayyad harus diartikan secara muqayyad pula dan tidak boleh
dicampur-adukkan satu dengan lainnya. Maka dengan sendirinya
hukumnya pun berbeda.
Kalau sesuatu soal disebutkan dengan lafal mutlaq, dan di tempat
lain dengan lafal muqayyad, maka ada 4 kemungkinan, yaitu :
1. Terus berbeda (sama) hukum dan sebabnya.
2. Berisi hukum yang sama, tetapi berlainan sebabnya.
3. Berbeda hukum dan sebabnya.
4. Berbeda hukum, tetapi sebabnya sama.

Anda mungkin juga menyukai