Anda di halaman 1dari 11

SUNAN ABU DAWUD

Disusun oleh:

MAWADDAH (230207049)
NABILA SALWA (230307053)
RAUDHATUL HAFIFI (2302070
YUNI SAFIRA NABILA (230207030)
WAHYUNI (230207039)

Dosen pembimbing:

RAHMAT ASHARI,B.A,M.A.

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS UIN AR-RANIRY

1
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas kami ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas selesainya makalah yang berjudul "SUNAN ABU DAWUD".
kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca,Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................................5
A. BIOGRAFI ABU DAWUD.......................................................................................................5
B. SISTEMATIKA PENULISAN SUNAN........................................................................................6
C. PERBEDAAN KITAB ABU DENGAN YANG LAIN.....................................................................7
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SUNAN...............................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................................10
E. KESIMPULAN.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Abu Dawud sulaiman bin al-Asy’ats bin ishaq bin Bisyr bin syaddad bin’ Amr bin Imran
al;Azdi as-Sijistani lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H. 1
Beliau adalah salah satu murid dari imam ahmat bin Hanbal rahimahullah.dan salah satu ahli
hadist yang sangatterkemuka.karya beliau yang terkenal sunan,sebuah kitab hadist dengan
susunan bab figh,ditempatkan oleh para’ulama dibawah kitab sunan an-Nasai,dikarenan hanya
sedikit hadist- hadist dha’if didalamnya.selain kitab sunan yang disusun oleh Imam Abu
Dawud,ada salah satu kitab karya ImamAbu dawyd yang terkenak,yaitu al-Marasil,yaitu kitab-
hadist yang berisi hsditd-hsditd mursal.

Ketika Imam Abu Dawud menyusun kitab sunan-nya beliau ditanya oleh penduduk mekkah
perihal penyusunan kitab sunan tersebut,kemudian beliau menjelaskan dengan cara menulis
sebuah surat (risalah) yang berisikan jawaban atas pertanyaan penduduk makkah tersebut.dalam
risalah inilah beliau menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan bagaimana latar belakang
penulisan,sejarah penulisan,sistematika penulisan,dan isi kitab itu sendiri.

Rislah Imam Abu Dawud ini hanya merupakan sebuah surat yang jauh berbeda dengan kitab-
kitab karangan ulama lainnya ataupun karangan beliau yang lain yang terdiri dari banyak
jilid,sedangkan risalah ini hanya terdiri dari beberapa lembar.dalam risalah ini beliau tidak hanya
menulis jawaban atau bertanyaan penduduk makkah perial kitab sunan,akan tetapi beliau juga
menerapkan bebera isilah-istilah yang beliau gunakan dalam menulis kitab.

1
Abu Dawud as-Sijistani, sunan Abi Dawud,juz 1,(Beirut: Dar al-fikr, 142H/2003M).hlm 9

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI ABU DAWUD


Nama lengkapnya Sulaymân bin al-Ash‘ath bin Ishâk bin Bashîr bin Shadâd al-Sijistani al-
Azdî. Ia dilahirkan pada tahun 817 M/202 H di perkampungan Sijistin dekat Basrah. Sejak kecil,
bakatnya sebagai seorang ilmuan sudah kelihatan karena ia sering bergaul dengan para ulama untuk
menimba ilmu dari mereka. Setelah dewasa, untuk memperdalam pengetahuannya dengan melewat ke
hijaz,syam,mesir,irak,khurasan,dan lain lain.2 Imran al-Azdi seorang leluhur Abu Dawud berperan
aktif dalam kesatuan tentara pendukung khalifah ‘Ali bin Abi Thalib pada pertempuran Siffin. Azdi
adalah sebuah suku besar di Yaman yang merupakan cikal bakal imigran ke Yasrib dan kelak menjadi
inti kelompok Anshar di Madinah. Inisial al-Sijistani di belakang namanya menjadi sebab orang
menduga bahwa Abû Dâwud berdarah keturunan Sijistan, wilayah bagian selatan Afganistan. Bahkan
ada yang mengira Sijistan adalah sebuah daerah terkenal di negeri India bagian selatan. Ibn Hillikan
dan Ibn al-Subki optimis menyatakan bahwa Sijistan adalah sebuah daerah di wilayah Yaman. 3

Setelah menjadi ulama besar, ia diminta amir Basrah untuk bermukim di Basrah menjadi
guru dan menyebar luaskan ilmunya di sana. Sampai akhir hayatnya ia menetap di Bashrah dan wafat
pada tahun 889 M. atau 16 Shawal 275 H. 4 Akibat kepiawaiannya, tidak sedikit para ulama yang
memberikan sanjungan sehingga ia di beri gelar al-Hifz al Tâm, al-‘Ilm al-Wafir, al-Fahm al-Thaqib
fi al-Hadith tentang urusan agama dan kewara’an. al-H{âkim berkata, Abû Dâwud adalah imam ahli
hadis di masanya tanpa rival baik di Mesir, Hijaz, Syam, Irak, maupun Khurasan. 5

Abu Dawud belajar hadis dari sejumblah pakar hadist seperti Ahmad bin hanbal,al-
Qanabi,Abu Amar al-Darir,Muslim bin Ibrahim,Abdullah bin raja,Abu al-Walid al Tayalisi,dan lain
lain,Abu dawud al bukhari dan Muslim pernah sama sama berguru kepada Ahmad bin
Hambal,Uthman bin Abi syaibah dan qutaybah bin Said.adapun muribnya yang terkenal ialah
Muhammad bin isa al thimidhi dan lain lain.

2
Muh}ammad ‘Ajjâj al-Khat}îb, Us}ûl al-H{adîth: ‘Ulûmuh wa Mus} } talah}uh (Kairo: Dâr al-Fikr, 1975), 320
3
Hasjim Abbas, Kodifikasi Hadis dalam Kitab Mu’tabar (Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2003), 61
4
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 36.
5
Muh}ammad Muh}ammad Abû Zahw, al-H{adîth wa al-Muh}addithûn aw ‘Inâyat al-Ummah alIslâmîyah bi al-
Sunnah al-Nabawîyah (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî,1984), 359.

5
Berkat kemahirannya di bidang ilmu hadis, tidak heran kalau para ulama banyak memberikan
sanjungan kepadanya, misalnya al-Dhahabî memberikan komentar bahwa Abû Dâwud adalah Sayyid
al-Huffâz atau penghulu ulama ilmu hadis yang hafal ratusan ribu hadis. Musa bin. Harun juga
berkomentar bahwa Abû Dâwud diciptakan di dunia sebagai seorang ahli hadis dan di akhirat sebagai
seorang penghuni surga.6

Selain mengarang kitab al-Sunan, Abû Dâwud menulis banyak karya, di antranya seperti
Kitâb al-Marâsil, al-Qadar, al-Nâsikh wa al Mansukh, Fada’il al-A‘mâl, al-Zuhd, Dalâ’il al-
Nubuwwah, Ibtida’ al-Wahyi, Masa’il al-Imâm Ah}mad, Risalah fî Wasf Kitab al-Sunan, As’ilah
Ahmad bin Hanbal, al-Ba‘ath wa al-Nusur, Tasmîyat al-Akhwân, al-Du‘a’, al-Tafarrud fi al Sunan,
A‘lam al-Nubuwwah, dan Akhbâr al-Khawarij.7

B. SISTEMATIKA PENULISAN SUNAN


Abû Dâwud adalah orang yang pertama sekali menyusun hadis hadis ahkam dan
meringkasnya menjadi sebuah buku. Ulama hadis pra Abû Dâwud telah mencoba menyusun kitab
hadis yang mereka namai dengan al-Jâmi‘ dan al-Masânid. Namun kitab ini belum layak dijadikan
sebagai standart sebuah sunan, sebab di dalamnya masih terdapat pembahasan yang campur baur baik
mengenai hukum, keutamaankeutamaan aktivitas, kisah, nasihat, adab, dan tafsir. Setelah Abû Dâwud
menyelesaikan karya yang besar ini, ia menyerahkan kepada Ahmad bin Hanbal agar dikoreksi.
Setelah dikoreksi, Ahmad bin Hanbal menilai bahwa buku yang ditulis Abû Dâwud sangat baik dan
berbobot8.

Porsi perhatian Abû Dâwud lebih mengarah ke sektor matn hadis, tepatnya pada bahasa
(redaksi) matn hadis, hal ini sejalan dengan fokus fiqh al-hadîth yang menjadi sasarannya. Sering
dijumpai adanya penyederhanaan terhadap rumusan matn hadis, sebab dipandang akan menyulitkan
pembaca bila ingin menyimpulkan kandungan fikihnya. Di samping pertimbangan tersebut, motif
penyederhanaan (penyingkatan) matn hadis berkait dengan penyajian hadis yang bessangkutan hanya
sebagai saksi penguat bagi unit hadis yang termuat di sub bab yang sama9

Secara metedologis yang membedakan Sunan Abû Dâwud dengan kitab hadis lainnya ialah
bahwa Abû Dâwud tidak memuat hadis sahîh} saja sebagaimana al-Bukhârî dan Muslim melainkan
juga memasukkan hadis hasan dan d}a‘îf yang tidak dipakai oleh ulama hadis yang lain. Namun Abû
Dâwud tetap tidak lupa memberi komentar tentang eksistensi hadis tersebut. 10 Akan tetapi apabila ia
tidak memberi komentar, berarti hadis tersebut dikatakan sahîh sehingga patut dan layak untuk
6
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Anda Utama, 1993), 43-44.
7
Muh}ammad Mus}t}afâ ‘Az}amî, Metodologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin (Bandung: Pustaka Hidayah,
1996),154. Bandingkan Abû Shuhbah, Fî Rih}âb, 108.
8
2Khalîl Ah}mad al-Sahâranfûrî, Badhl al-Majhûd fî H{ill Abî Dâwud, Vol. 1 (Beirut: Dâr alKhutub al-‘Ilmîyah,
t.th), 35.
9
3Abbas, Kodifikasi Hadis, 63.
10
‘Az}amî, Metodologi Kritik Hadis, 155

6
dijadikan hujjah.11 Adapun alasan yang dikemukakan Abû Dâwud sebagaiman yang diperjelas oleh
Ibnu Mandah bahwa perbuatan yang dilakukannya ini persis seperti yang dilakukan Ahmad bin
Hanbal. Artinya apabila dalam suatu bab tidak didapati hadis yang lain, kecuali yang da‘îf, maka
hadis da‘îf ini tetap ia tulis karena menurutnya hadis da‘îf lebih kuat dari pada pendapat seseorang.

Adapun sistematika yang diterapkan Abû Dâwud dapat ditangkap melalui jawaban risâlah-
nya terhadap pernyataan penduduk Mekkah, yaitu apakah hadis yang dimuat Abû Dâwud dalam
setiap bab merupakan hadis paling sahih yang diketahuinya. Ternyata jawaban Abû Dâwud demikian,
akan tetapi pencantuman hadis sahih tersebut didasarkan kepada dua alasan. Pertama, sahih hanya
melalui sanad-nya saja. Kedua, sahih hanya melalui matan-nya.

C. PERBEDAAN KITAB ABU DENGAN YANG LAIN


Kitab Sunan Abu Dawud menduduki urutan pertama di antara kitab sunan yang empat kitab
ini juga merupakan salah satu dari kitab pokok yang dipegangi oleh para ulama dalam menetapkan
suatu hukum, atau hal lain yang ada kaitannya dengan masalah ibadah mu' amalah.Imam al-Hafidl
Abu Sulaiman al-Khathabiy, mengatakan bahwasanya kitab sunan Abu Dawud adalah kitab yang
mulia, kitab yang tak ada tandingannya dalam masalah aryrima) selanjutnya beliau mengatakan
bahwa kitab tersebut telah diterima oleh seluruh ulama Islam.Ibnul A'rabiy mengatakan : apabila
seseorang tidak mempunyai kitab ilmu kecuali Kitabullah dan Kitab sunan Abu Dawud, maka ia tidak
memerlukan lagi kitab-kitab yang lain.Selanjutnya Imam Abu Hamid al-Ghazah mengatakan Sunan
Abu Dawud adalah sudah cukup untuk sebagai pegangan dari seorang Mujtahid.

Demikian pula pujian Imam Nawawi dan Imam Ibnu Qayyim al'Jaury.Koleksi as-Sunan
disaring dari 500.000 hadits yang dipunyai oleh Imam Abu Dawud, diproses selama 35 tahun dan
terakhir dimintakan uji mutu riwayat haditsnya kepada Imam Ahmad bin Hanbal selaku guru beliau.
Sunan Abu Dawud memuat 48.000 inti hadits. Dan apabila dihitung pula bagian-bagian yang diulang
mencapai 5.274 hadits. Koleksi as-Sunan tersusun dalam 35 kitab (udul) dan dikelompokkan kedalam
1.871 sub judul (sub bab).Hadits-hadits yang terdapat dalam kitab as-Sunan disusun sesuai dengan
tertib bab-bab fiqh. Kitab as-Swran pantaslah diperhatikan dan dijadikan sandaran untuk menetapkan
suatu hukum. Sebagian ulama memandang cukup bahwa kitab sunan Abu Dawud itu dibuat pegangan
oleh para Mujtahid. Perlu diingat bahwa tidak semua hadits yang dikolelai oleh Abu Dawud didalam
kitab sunan-Nya berkualitas shahih tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadits hasaru hadits dla'if

11
5Para ulama berbeda berpendapat tentang istilah s}ah}îh} yang di ungkapkan Abû Dâwud. al-Kauthârî
menanggapi bahwa yang dimaksud dengan s}ah}îh} adalah sesuatu yang layak untuk dijadikan h}ujjah dan
i‘tibâr. Lain halnya dengan al-Suyût}î yang menyatakan bahwa istilah s}ah}îh} dalam perspektif Abû Dâwud
menunjukkan bahwa hadis yang berstatus s}ah}îh} itu boleh untuk i‘tibâr namun tidak bias dijadikan h}ujjah.
Z{afar Ah}mad b. Lat}îf al- ‘Uthmânî al-T{ah}ânawî, Qawâ‘id fî ‘Ulûm al-H{adîth (Beirut: Maktabah al-Mat}bu‘ât
alIslâmîyah, 1984), 83.

7
yang terlalu lemah dan hadits yang tidak disepakati oleh para Imam untuk ditinggalkamya.Imam al-
Hafidl Ibnu al-Jauziy telah mengkitik beberapa hadits yang dicantumkan oleh Abu Dawud dalam
kitab sunan-Nya dan pemandangnya sebagai hadits-hadits maudlu' (palsu).

Jumlah hadits tersebut sebanyak sembilan buah hadits.Walaupun demikian disamping Ibnu al
Jauuy dikenal sebagai ulama yang terlalu mudah memvonis 'palsu", namun kritik tersebut telah
ditanggapi dan sekaligus dibantah oleh sebagian ahli hadits, seperti; Jalaluddin as-Suyuthi.

Dan andaikata kita menerima kritik dan yang dilontarkan ibnu Al jauzy tersebut maka sebenarnya
hadis hadits yang dikritik itu sedikit sekali jumlahnya dan hampir tidak ada pengaruhnya terhadap
ribuan hadits yang terkandung di dalam sunan tersebut.as Dalam pada itu Abu qT rhbah sendiri
menyatakan bahwa, hadits-hadits yang dikitik tersebut tidak mengurangi sedikitpun terhadap nilai
Kitab sunan sebagai referensi utama yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.Dari buah
karangarurya yang terkenal itu (as-Sunan) menjadikan Imam Abu Dawud sebagai seorang tokoh yang
mempunyai nama baik, berjasa serta dikagumi oleh para cendekiawan lainnya' Kebanyakan para
ulama hadits memujinya sedemikian tinggi, dan para ulama hadits mengatakan, bahwa kitab Sunan
Abu Dawud menempati urutan pertama diantara kitab-kitab sunan yang empat setelah ash-shahihaiq
atau menempati urutan ketiga dalam jajaran Kutubus Sittah setelah ash-shahihain.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SUNAN


 kelebihan

Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani. Seperti yang
diketahui Imam Abu Dawud sangat rajin dalam mencari ilmu dan berguru kepada para ulama, sifat
dan kepribadian Abu Dawud mencapai derajat tinggi dalam beribadah, kesucian diri, kesalihan dan
wara' yang mana kepribadian tersebut patu dijadikan teladan kepada anak-anak sejak dini. Dalam
masa hidupnya yang merentang 73 tahun, Imam Abu Dawud berhasil mengumpulkan tidak kurang
dari 50 ribu hadis. Semua itu kemudian ditelaah dan diseleksinya sehingga terkumpul sebanyak 4.800
hadis. Hadis-hadis itulah yang terhimpun dalam Sunan-nya. Abu Dawud menyusun kitab tersebut
ketika dirinya bermukim di Baghdad.

Sebagai seorang murid Imam Ahmad. Salah satu kitab besar yg ia tulis adalah Al-Kutani
dalam Ar- Risalahnya menjelaskan, bahwa kitab Sunan adalah kitab yang disusun berdasarkan urutan
bab-bab fiqih dari bab Iman, Taharah, Zakat dan lain- lainnya. Di dalamnya tidak terdapat hadis
mauquf, karena hadis mauquf dalam istilah mereka (ulama hadis) tidak dinamakan as-sunnah. Ibnu al-
Qayyim berkata: “mengingat bahwa kitab sunan karya Abu Daud Sulaiman bin Asy’as al-Sijistaniy
memiliki kedudukan tinggi sebagaimana ditakdirkan demikian oleh Allah, sehingga hakim di

8
kalangan umat Islam dan pemutus bagi pertentangan dan perbedaan pendapat, maka kepada kitab
itulah orang-orang mengharapkan keputusan dan dengan keputusannya, mereka yang mengerti
kebenaran akan merasa puas

. Demikian ini karena Abu Daud dalam kitabnya menghimpun segala macam hadis hukum
dan menyusunnya dengan sistimatika yang baik dan indah, serta melalui proses seleksi ketat di
samping tidak mencantumkan hadis yang diriwayatkan seorang yang tercela (majruh) dan lemah
(dha’if)

BAB III.

9
PENUTUP
E. KESIMPULAN

biografi Nama lengkapnya Sulaymân bin al-Ash‘ath bin Ishâk bin Bashîr bin Shadâd al-
Sijistani al-Azdî. Ia dilahirkan pada tahun 817 M/202 H di perkampungan Sijistin dekat Basrah.
Sejak kecil, bakatnya sebagai seorang ilmuan sudah kelihatan karena ia sering bergaul dengan
para ulama untuk menimba ilmu dari mereka.
Setelah dewasa, untuk memperdalam pengetahuannya dengan melewat ke
hijaz,syam,mesir,irak,khurasan,dan lain lainImran al-Azdi seorang leluhur Abu Dawud berperan
aktif dalam kesatuan tentara pendukung khalifah ‘Ali bin Abi Thalib pada pertempuran Siffin.
Azdi adalah sebuah suku besar di Yaman yang merupakan cikal bakal imigran ke Yasrib dan
kelak menjadi inti kelompok Anshar di Madinah. Inisial al-Sijistani di belakang namanya
menjadi sebab orang menduga bahwa Abû Dâwud berdarah keturunan Sijistan, wilayah bagian
selatan Afganistan. Bahkan ada yang mengira Sijistan adalah sebuah daerah terkenal di negeri
India bagian selatan. Ibn Hillikan dan Ibn al-Subki optimis menyatakan bahwa Sijistan adalah
sebuah daerah di wilayah Yaman.
Setelah menjadi ulama besar, ia diminta amir Basrah untuk bermukim di Basrah menjadi
guru dan menyebar luaskan ilmunya di sana. Sampai akhir hayatnya ia menetap di Bashrah dan
wafat pada tahun 889 M. atau 16 Shawal 275 H.12 Akibat kepiawaiannya, tidak sedikit para ulama
yang memberikan sanjungan sehingga ia di beri gelar al-Hifz al Tâm, al-‘Ilm al-Wafir, al-Fahm
al-Thaqib fi al-Hadith tentang urusan agama dan kewara’an. al-H{âkim berkata, Abû Dâwud
adalah imam ahli hadis di masanya tanpa rival baik di Mesir, Hijaz, Syam, Irak, maupun
Khurasan.

DAFTAR PUSTAKA
12

10
Muhammad Muh}ammad Abû Zahw, al-H{adîth wa al-Muh}addithûn aw ‘Inâyat al-Ummah
alIslâmîyah bi al-Sunnah al-Nabawîyah (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî,1984), 359.

Hasjim Abbas, Kodifikasi Hadis dalam Kitab Mu’tabar (Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2003), 61

Muhammad ‘Ajjâj al-Khat}îb, Us}ûl al-H{adîth: ‘Ulûmuh wa Mus} } talah}uh (Kairo: Dâr al-Fikr,
1975), 320.

Hasjim Abbas, Kodifikasi Hadis dalam Kitab Mu’tabar (Surabaya: Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2003), 61

im Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 36.

Hasjim Abbas, Kodifikasi Hadis dalam Kitab Mu’tabar (Surabaya: Fakultas Ushuluddin

Departemen Agama, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Anda Utama, 1993), 43-44.

Muh}ammad Mus}t}afâ ‘Az}amî, Metodologi Kritik Hadis, terj. A. Yamin (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1996),154. Bandingkan Abû Shuhbah, Fî Rih}âb, 108.

Khalîl Ah}mad al-Sahâranfûrî, Badhl al-Majhûd fî H{ill Abî Dâwud, Vol. 1 (Beirut: Dâr alKhutub
al-‘Ilmîyah, t.th), 35.

11

Anda mungkin juga menyukai