Anda di halaman 1dari 12

‘AUN AL-MA’BUD ‘ALA SYARHI SUNAN ABI DAUD

Dosen Pembimbing:

Ali Imron

Disusun Oleh:

Arraghib Muwafiqun Nizham

NIM. 12530032

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SUNAN KALIJAGA

2015
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian akan hadits bergerak sesuai dengan perkembangan zaman. Pada masa

awal, hadits hanya berupa sebuah kata-kata yang harus dipatuhi, kemudian berkembang

menjadi sebuah perkumpulan hadits yang tertulis, Imam Malik kala itu yang

menciptakan sebuah kitab yang menghimpun ribuan hadits dengan nama Al-Muatho’.

Kemudian bersaaman dengan waktu, kitab-kitab yang menghimpun hadits pun mulai

bermunculan.

Penelitian akan hadits dituntut mengikuti perkemangan agama islam yang

mendunia. Teks-teks hadits yang sulit untuk dipahami, hanya menjadikan kitab-kitab

tersebut sebagai pajangan lemari rumahnya. Tidak berefek, apalagi dampak positif pada

masyarakat awam. Penjelasan atas teks-teks tersebut mulai bermunculan bersamaan

dengan adanya tuntutan tersbut. Sebut saja yang akan kitab bahas kali ini, ‘Aun al-

Ma’bud, yang menjelaskan teks-teks hadits dalam kitab Sunan Abi Daud.

Berikut pertanyaan awal pada bahasan kali ini.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah penulis dari kitab ‘Aun al-Ma’bud ini?

2. Bagaimana gambaran awal pada kitab ini?

3. Bagaimana sistematika penulisan dalam penulisan kitab?

4. Apa metode yang digunakan penulis dalam mensyarahi kitab Sunan Abi Daud?

5. Apa kelebihan dan keurangannya?

1 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


PEMBAHASAN

A. Tentang Penulis

Berbagai polemic muncul tentang siapa sebenarnya yang menulis kitab ‘Aunul

Ma’bud ini.1 Apakah Syariful Haqq – Syeihk Abu 'Abdu Ar-Rahman Syarif al-Haqq bi

Muhammadin Asyraf bin Amir bin 'Ali bin Haidar al-Shadiqiy Aabadiy –2 seperti yang

tertulis dalam cover Kitab ‘Aunul Ma’bud cetakan Beirut dan Baitul Al-Afkar Al-

Dauliyyah, atau sudaranya Syamsul Haqq – Al-‘Allamah al-Muhaqqiq al-Muhaddis

al-Kabir Abu Thayyib Muhammad Syams al-Haq bin Amir Ali bin Maqsud Ali Al-

Shiddiq Al-‘Azhim Abaadi –3 yang tertulis dalam kitab ‘Aunul Ma’bud cetakan lainnya.

Mengambil dari salah satu pendapat yang diperkuat oleh ucapan Syarif al-Haqq

dalam muqaddimah, bahwasanya beliau benar-benar menulis kitab ini, namun tidak

pula menyangkal bahwa Syamsul al-Haqq pun ikut membantu beliau dengan catatan

kaki, dan penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan hadits dan fiqih.4

Terlepas akan hal itu, tak banyak yang dapat dikatakan mengenai Syariful Haqq

ini. Beliau lahir di India dan wafat pada tahun 1301 H / 1892 M.5 Sedangkan Syamsul

Haqq yang memiliki reputasi di bidang keilmuan,6 membuatnya tidak terlalu sulit

dalam menemukan literature mengenai beliau.

1
088121732, Hafizullah, “Manhaj Kitab ‘Aun Al-Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Dawud” Makalah yang yang
dipresentasikan dalam perkuliahan Manahij Muhadditsin yang diselenggarakan oleh Jurusan Konsetrasi Tafsir
Hadits Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negri Imam Bonjol Padang 2013. (hlm. 4)
2
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud, Beirut:
Dar Ibn Hazm, 2005 (hlm. 17)
3
088121732, Hafizullah, “Manhaj Kitab ‘Aun Al-Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Dawud” (hlm. 1)
4
088121732, Hafizullah, “Manhaj Kitab ‘Aun Al-Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Dawud” (hlm. 6)
5
http://ar.wikipedia.org/wiki/%D8%B9%D9%84%D9%85_%D8%B4%D8%B1%D8%AD_%D8%A7%D9%84
%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB
6
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm. 17)

2 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


Syamsul Haqq lahir di India pada tahun 1273 H, dan wafat pada tahun 1319 H.

beliau jug termasuk penggerak Sunnah dan gerakan Salafi. Beliau belajar dari guru

yang ada pada masanya di kampong halamannya. Beliau berulang kali belajar pada

Sayyid Nazir Hussain yang seorang ahli hadits di Delhi. Beliau juga pernah belajar dari

Syeikh Hussein Bin Muhsin al-Anshari sekaligus mengambil sanad darinya. Hingga

pada akhirnya beliau pulang ke kampong halamannya dan melakukan pembelajaran dan

menulis baik tentang al-Qur’an maupun Hadits. Beliau ini termasuk orang yang rela

mengorbankan uangnya demi ilmu pengetahuan.

Diantara murid-murid Syamsul Haqq, terdapat beberapa nama besar

diantaranya. Salah satunya adalah pengarang dari kitab Tuhfatul Ahwazi kitab Syarah

dari Sunan al-Tirmdzi.

Selain dari bantuan terhadap adiknya, Syariful Haqq, Syamsul Haqq juga

memiliki karya besar lainnya seperti Ghayatul Maqsud fi Hali Sunan Abi Daud yang ia

tulis bersama dengan adiknya Syamsul Haqq.7 Selain itu adapula karya lain beliau,

seperti:8

 Ghaniyyat al-Alma’iy Bahst ‘An ‘Iddah Masaail fi al-Hadits

 Hadiyyat al-Laudza’iy bi Nakati al-Tirmidzi

 Tanqihul Masail (majmu’ al-Fatawa lahu)

 Al-Qoulul Mulhiqaq fi Tahqiq Ihktishoru al-Bahaim.

 Dll.

7
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm. 17-
18)
8
088121732, Hafizullah, “Manhaj Kitab ‘Aun Al-Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Dawud” (hlm. 2-3)

3 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


B. Isi Kitab Secara Garis Besar9

“‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud” begitu dikatakan Syariful Haqq

ketika menjelaskan nama dari kitab ini dalam muqaddimah kitab ‘Aunul Ma’bud.

Secara garis besar kitab ini dibuat dalam rangka mensyarahi Kitab Hadits Sunan

Abi Daud, seperti penjelasan yang diutarakan Syariful Haqq dalam muqaddimahnya.

“Sesungguhnya faidah-faidah yang tersebar dan penjelasan yang bermanfaat ini,

beradasarkan hadits-hadits yang terdapat pada Sunan Abi Daud”. Apa yang disebutkan

barusan – faidah-faidah yang tersebar dan penjelasan yang bermanfaat – adalah

kumpulan dari berbagai macam penjelasan yang diambil dari kitab para imam pada

masa itu, mengenai:

“Penguraian terhadap beberapa hal yang dirasa penting, penjelasan mengenai

beberapa kata yang dianggap sulit, dan beberapa keterangan yang disusun.” Berkata

Syariful Haqq dalam muqaddimah kitab ‘Aunul Ma’bud.

“Kumpulan tersebut lantas dihimpun dalam kitab ini dengan menghindari

penjelasan yang panjang dan melebar.” Tambahnya

Beliau – Syariful Haqq – benar-benar mengedepankan keringkasan dalam

penulisan kitab ini, sehingga point-point yang terdapat pada kitab syarah hadits

keumuman, dihilangkan jika dianggap tidak perlu atau dibuat seminimalis mungkin,

seperti:

9
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm. 17)

4 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


“Tidak adanya pembahasan mengenai penilain hadist, kecuali dengan jalan

yang singkat nan ringkas.” Berkata Syariful Haqq dalam muqaddimah kitab ‘Aunul

Ma’bud.

“Tidak adanya penjelasan mengenai perbedaan dalil yang diikuti dalam bentuk

kritikan, kecuali pada bagian-bagian yang memang membutuhkannya.” Lanjutnya.

Maka dapat kita simpulkan, bahwa Syariful Haqq telah membuat sebuah kitab

syarah hadits dari kitab Sunan Abi Daud yang berjudul ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi

Sunan Abi Daud.” Dalam pembuatannya beliau menyusun secara ringkas beberapa hal

yang dirasa penting, dengan menggunkan pendapat para ulama pada masa itu, yang

dikutip dari buku atau kajian yang telah mereka kaji.

C. Sistematika Kitab

Jujur saja, sangat membingungkan ketika menjelaskan bagaimana sistematika

penulisan dalam kitab ‘Aunul Ma’bud ini. Bukan karena sistematikanya yang sulit,

justru secara garis besar model penulisannya mirip dengan kitab Sunan Abi Daud yang

disyarahinya. Namun ketika mempertanyakan detail model penulisan – yang asli – dari

kitab ini, ada beberapa perbedaan yang ditemukan dalam cetakan satu dengan yang

lainnya.

5 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


Misal dari segi dicetak dalam berapa jilid kitab ini sebenarnya tertulis:

Cetakan Beirut:10 Cetakan Baitul Al- Cetakan, … :12

Afkar Al-Dauliyyah:11

Pada cetakan Beirut, terdapat “jilid satu (1-2787)” dan “jilid dua (2788-5274)”,

dimana 5274 adalah jumlah keseluruhan hadits yang terdapat pada kitab Sunan Abi

Daud13. Sedangkan dalam cetakan Baitul Al-Afkar Al-Dauliyyah tidak ditemukan

adanya indikasi tercetak dalam beberapa jilid, atau juz seperti yang terdapat pada

cetakan selanjutnya. “Juz satu” sendiri memungut Kitab al-Thaharah dari bab satu

hingga bab 127, selanjutnya pada “juz dua” dilanjutkan dari bab 128 sampai bab 142

kemudian membuka Kitab al-Shalat. Hingga pada “juz 13” memulai Kitab al-Adab

(setelah menyelesaikan Kitab al-Sunnah) dari bab satu hingga bab 184 yang terdapat

pada “juz 14”14.

10
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (cover)
11
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud, Riyadh:
Baitul Al-Afkar Al-Dauliyyah tt. (cover)
12
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud, tk: tp
tt. (cover)
13
Suryadi, Kitab Sunan Abu Dawud dalam “Studi Kitab Hadits”, Yogyakarta: Teras Press, 2009 (hlm. 93)
14
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud, tk: tp
tt. (juz 1- juz 14)

6 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


Jika tiap cetakan yang berbeda memiliki “versi” masing-masing dalam menjilid

kitab ini, maka wajar jika tiap cetakan pun memiliki sistematika yang berbeda. Hanya

saja walaupun demikian sejatinya mereka tak pernah menghilangkan ke-“Sunan Abi

Daud”-annya. Yakni dari jumah hadits, maupun awal kitab sampai akhir kitab.

Meskipun terkadang terdapat perbedaan antara jumlah bab dalam kitab, ataupun urutan

antara kitab awal dan akhirnya.

D. Metode Pensyarahan

Jika kita klasifikasikan metode pensyarahan dengan tahlili (rinci), maudhu’i

(tematik), ijmali (global), dan muqarrin (perbandingan). Kitab ‘Aunul Ma’bud

cederung menggunakan metode tahlili dalam pensyarahannya. Dimulai dengan

penjelasan bab yang ditulis secara ringkas, sebelum menuliskan hadits.15

Namun terkadang beliau juga tidak mencantumkan penjelasan apapun

mengenai bab tersebut.16

15
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm.
31)
16
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm.
32)

7 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan suatu hadits yang disusul dengan

penulisan syarahnya. Syarah yang terkadandung, seperti yang telah dijelaskan pada sub

bab sebelumnya, berupa uraian para ulama. Namun terkadang beliau sendiri yang

mensyarahinya menggunakan pendapat beliau.17

Pendapat beliau tersebut dapat berupa bantuan harakat, atau berisikan

penjelasan mengenai riwayat lain dimana hadits tersebut dapat ditemukan yang

berpedoman pada al-Mundziri, atau berupa bantuan penjelas secara global.18

Walaupun demikian seringnya beliau lebih memilih mensyarahinya dengan

pendapat para ulama. Pendapat ulama tersebut dapat berupa kualitas suatu rowi.19

Atau berupa penjelasan yang cukup rinci.

17
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm.
32)
18
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm.
1916)
19
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm.
31)

8 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


Atau berupa penjelasan tentang letak kedhaifan, suatu hadits.20

Bagaimanapun, telah dijelaskan oleh Syariful Haqq dalam muqaddimahnya

mengenai apa-apa saja yang terdapat dalam kitab ini. Penysarahan yang dilakukannya

dalam kitab ini mengenai pendapatnya dan pendapat ulama-ulama pada masanya. Baik

berupa penjelasan kata atau kalimat secara umum, penjelasan rowi, penjelasan riwayat,

pensyakalan kata, maupun penunjukkan letak ke-dhaif-an suatu hadits, dilakukan

dengan cara ringkas. Hal ini bukan menunjukkan keglobalan syarahnya, melainkan

kelengkapan syarah yang dibuat secara ringkas.

E. Kelebihan dan Kekurangan

Sebuah ciptaan tidak pernah luput dari kekurangan, namun tidak pernah pula

hampa akan kelebihan. Kitab ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud ini memliki

banyak sekali kelebihan, diantaranya:

 Keringkasan dalam penulisan kitab syarah ini yang diikuti oleh kelengkapan

penjelasan.

 Mudah dipahami oleh orang awam karena jarang di temukan istilah- istilah

keilmuan yang sulit.

20
Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan Abi Daud (hlm.
1916)

9 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


 Memberikan penjelasan mengenai banyak hal dalam satu hadits, namun

tidak menghilangkan keringkasan dari kitab ini.

 Sistematika yang umum dikalangan orang awam, memudahkan bagi mereka

pencarian hadits.

Walaupun demikian banyak kelebihan yang dimiliki kitab ini, beberapa

kekurangan memberikan keritikan, seperti:

 Ketidakkonsistenan dalam menjelaskan suatu hadits.

 Penggunaan kutipan terhadap pendapat ulama, tidak disertai penjelasan

mengenai timbulnya makna tersebut.

 Dalam ranah penelitian kitab ini kurang memberi penjelasan mengenai

beberapa hal dalam hadits yang biasa digunakan dalam penetuan

kesimpulan.

10 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud


DAFTAR PUSTSKA

088121732, Hafizullah, “Manhaj Kitab ‘Aun Al-Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Dawud”

(Makalah yang yang dipresentasikan dalam perkuliahan Manahij Muhadditsin yang

diselenggarakan oleh Jurusan Konsetrasi Tafsir Hadits Program Pasca Sarjana Institut Agama

Islam Negri Imam Bonjol Padang 2013)

Syarif al-Haqq al-‘Adzim Abadi Abu ‘Abdi al-Rahman, ‘Aun al-Ma’bud ‘Ala Syarah Sunan

Abi Daud, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2005)

Abdurrahman, M. pengantar “Studi Kitab Hadits” (Yogyakarta: Teras Press 2009)

http://ar.wikipedia.org/wiki/%D8%B9%D9%84%D9%85_%D8%B4%D8%B1%D8%AD_%

D8%A7%D9%84%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB

11 | ‘Aunul Ma’bud ‘Ala Syarhi Sunan Abi Daud

Anda mungkin juga menyukai