Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ SUNAN ABU DAUD”


Dosen : Dr. Ahmad Ghozali, M.A
Mata Kuliah : Manhaj Muhadditsiin

Oleh kelompok 3:

Muhammad Rizky Filardhi : 1931010165

JURUSAN : ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USULUDDIN DAN ILMU AGAMA-


AGAMA
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulilllah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan


hidayahnya, makalah ini dapat kami selesaikan. Shalawat dan salam kepada nabi
Muhammad SAW, pembimbing umat menuju cahaya kebenaran illahi.
Adapun pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk diajukan sebagai
syarat dalam diskusi kelompok pada mata kuliah Manhaj Muhaditsiin, di UIN
RADEN INTAN LAMPUNG dan atas dasar itulah maka kami mengharapkan
semoga makalah ini bisa digunakan sebagai bahan diskusi kelompok sebagaimana
mestinya.
Mengingat isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar
tercapainya tujuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah, baik masalah
individu ataupun masalah kelompok.
Mudah-mudahan makalah ini besar manfaatnya bagi para pembaca dan
khususnya bagi penulis menjadi amal yang sholeh yang bisa menghantarkan
kesuksesan dalam belajar.

Bandar Lampung, 26 Maret 2021

Penyusun

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah kehidupan para ahli hadist sangat penting untuk diketahui


oleh umat islam. Tidak menjadi suatu keharusan mengetahui biografi
seorang ahli hadist, akan tetapi dengan mempelajari sejarah para ahli hadist
akan dapat mengambil manfaat yaitu sebagai motivasi dalam memahami
dan menggali sumber-sumber hukum islam.
Imam Abu Dawud sebagai seorang ahli hadist dalam membentuk
bangunan keilmuan-nya,Imam Abu Dawud melakukan perjalanan
kebeberapa tempat. Imam Abu Dawud banyak menimba ilmu kepada imam-
imam yang terkenal seperti Imam Ahmad bin Hambal, Ishak bin Ibrahim
bin Rahuyah, Ali bin Al-Madiny dan Yahya bin Ma’in, serta beberapa imam
lainnya.
Setelah menjadi seorang ahli hadist, banyak orang-orang yang belajar
kepada Imam Abu Dawud.Diantara murid-muridnya Imam Abu Dawud
adalah Imam Tirmidzi, Imam Nasa’I, Abu Ubaid al-Jury dan Abu Tayib
Ahmad bin Ibrahim Al-Baghdadi dan lain-lainnya. Dalam masa
kehidupannya banyak imam terkemuka yang memuji imam Abu dawud
dalam hal keilmuan-ny dan imam Abu Dawud merupakan imam yang
pendapatnya dijadikan hukum oleh umat islam yang termuat dalam kitabnya
yaitu Sunan Abu Dawud.

1
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1. Riwayat Hidup Abu Daud


Nama lengkap Abu Dawud ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak
bin Basyir bin Syihab bin Amar bin ‘Amran al-Azdi as-Sijistani. Beliau
dilahirkan tahun 202 H di Sijistan dan meninggal dunia pada tanggal 14
Syawwal 275 H dalam usia 73 tahun.1
Ayah beliau yaitu Al-Asy’ats bin Ishak adalah seorang perawi hadist
yang meriwayatkan dari Hamad bin Zaid. Demikian juga saudaranya,
Muhamad bin Al-Asy’ats, termasuk seorang yang menekuni dan menuntut
hadist dan ilmunya, merupakan teman perjalanan Imam abu Dawud dalam
menuntut hadist dari para ulama ahli hadist.2
Sejak kecil Abu Dawud sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul
dengan para ulama untuk menimba ilmunya.Sebelum dewasa, dia sudah
mempersiapkan diri untuk melanglang ke berbagai negeri.Dia belajar hadits
dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar,
Khurasan dan negeri lainnya.
Iman Abu Daud adalah salah satu Imam yang sering berkeliling
mencari hadits ke negeri-negeri Islam yang ditempati para Kibarul
Muhadditsin, beliau mencontoh para syaikhnya terdahulu dalam rangka
menuntut ilmu dan mengejar hadits yang tersebar di berbagai daerah yang
berada di dada orang-orang tsiqat dan amanah. Dengan motivasi dan
semangat yang tinggi serta kecintaan beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu
hadits, maka beliau mengadakan perjalanan (rihlah) dalam mencari ilmu
sebelum genap berusia 18 tahun.

1
Muhamad Alawi Al-Maliki.Ilmu Ushul Hadis, Adnan Qohar (terj) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006 ).277
2
M. Solahudin & Agus Suyadi. Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia. 2009). 240

2
Pengembaraannya ke beberapa negeri itu menunjang dia untuk
mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya.Kemudian hadits itu disaring, lalu
ditulis pada kitab Sunan.Abu Dawud sudah berulang kali mengunjungi
Bagdad. Di kota itu, dia mengajar hadits dan fiqih dengan menggunakan
kitab sunan sebagai buku pegangan. Kitab sunan itu ditunjukkan kepada
ulama hadits terkemuka, Ahmad bin Hanbal. Kemudian Imam Ahmad bin
Hanbal mengatakan bahwa kitab itu sangat bagus.

2.2. Akhlak dan kepribadian Imam Abu Dawud

Abu Dawud adalah salah seorang ulama yang mengamalkan


ilmunya dan mencapai darajat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara’
dan kesalehannya.Ia adalah seorang sosok manusia utama yang patut
diteladani perilaku, ketenangan jiwa dan keperibadiannya.

Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh sebahagian ulama


yang menyatakan:“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam
perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta
keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki’, Waki
menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur
menyerupai Ibrahim an-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia
menyerupai Ibn Mas’ud. Sedangkan Ibn Mas’ud sendiri menyerupai Nabi
SAW dalam sifat-sifat tersebut.”

Sifat dan keperibadian yang mulia seperti ini menunjukkan atas


kesempurnaan keberagamaan, tingkah laku dan akhlak.Abu Dawud
mempunyai pandangan dan falsafah sendiri dalam cara berpakaian. Salah
satu lengan bajunya lebar namun yang satunya lebih kecil dan sempit.
Seseorang yang melihatnya bertanya tentang kenyentrikan ini, ia
menjawab:“Lengan baju yang lebar ini digunakan untuk membawa kitab-

3
kitab, sedang yang satunya lagi tidak diperlukan. Jadi, kalau dibuat lebar,
hanyalah berlebih-lebihan.

2.3. Guru dan Murid Imam Abu Dawud

Abu Daud adalah seorang pembelajar sejati dan tekun. Untuk bisa
meriwayatkan hadis-hadis Rasulullah beliau terbang dan hinggap dari
satu kota kekota yang lain untuk belajar dari para ulama ternama kala itu.
Cukup banyak ulama-ulama yang pernah menjadi guru-gurunya adalah

1. Imam ahmad bin Hanbal


2. Al-Qanaby,
3. Sulaiman bin Harb,
4. Abu Amr Adh-Dhariri,
5. Abu Walid Ath-Thayalisi,
6. Abu Zakariya Yahya bin Ma’in,
7. Abu Khaitsama,
8. Zuhair bin Harb,
9. Ad-Darimi,
10. abu Ustman Said Al-Manshur,
11. Ibnu Abi Syaibah dan ulama lainnya.3

Imam Abu dawud juga memiliki murid yang banyak dari setiap
penjuru, diantara murid-muridnya yang meriwayatkan sunan darinya, yaitu

1. Abu ath-Thayyib Ahmad bin Ibrahîm


2. Al-Asynani al-Baghdadi,
3. Abu Amru Ahmad bin Ali bin Hasan al-Bashri,
4. Abu Sa’id ibnu al-A’rabi,
5. Ali bin al-Hasan bin al-‘Abd al-Anshari,

3
Subhi, As-Shalih.Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2007). 96

4
6. Abu Ali Muhammad bin Ahmad al-Lu’luî,
7. Muhammad bin Bakr bin Dâsah at-Tamar,
8. Abu Usamah Muhammad bin Abdul Malik ar-Ruwats.

2.4. Karya-Karya Imam Abu Dawud

Kitab Sunan Abu Daud itu memuat hadis sebanyak 4,800


buah hadis.Dari sekitar 500.000 hadis yang di pilih dan ditulis dalam kitab
sunanya4. Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadith-
hadith hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai
menyusun kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal
memujinya sebagai kitab yang indah dan baik.

Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadis-


hadis shahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam al-Bukhari
dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadis shahih,
hadis hasan, hadis dha’if yang tidak terlalu lemah dan hadith yang tidak
disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadis-hadis yang sangat
lemah, ia jelaskan kelemahannya.

Abu Daud telah menetapkan ciri dan syarat tertentu dalam menyusun kitab
sunannya yaitu :

1. Didalam kitab sunan tersebut Imam Abu Daud menerangkan hadis dha’if
atau terlalu dha’if. Beliau menerangkan kedudukan sebuah hadis.

2. Manakala hadis yang tidak diterangkan adalah hadis maqbul. Justru


didalam Sunan Abu Daud dikumpulkan berbagai hadis yang terdiri
daripada hadis sahih, hasan dan juga dha’if.

4 M. Solahudin & Agus Suyadi. Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia. 2009). 240.

5
Selama hidupnya Imam Abu Dawud menghasilkan banyak karya,
diantara karya-karyanya adalah :

1. Al-Marasil,
2. Masa’il Al-Imam Ahmad,
3. Al-Nasikh wa Al-Mansukh,
4. Risalah fi Washf Kitab As-Sunan,
5. Al-Zuhud,
6. Ijabat ‘an Shalawat Al-Jurri,
7. As’ilah ‘an Ahmad bin Hanbal,
8. Tasmiyat Al-Ikhwan,
9. Kitab Al-Qadr,
10. Al-Ba’ts wa An-Nusyur,
11. Dala’il An-Nubuwwah,
12. Fadha’il Al-Anshar,
13. Musnad Malik,
14. As-Sunan dan lain-lainya.5

Contoh-contoh hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud:

‫س َل‬َ ‫غ‬ َ ‫س َل َكفَّ ْي ِه ثَالَثًا َو‬ َ َ‫ضأ َ فَغ‬


َّ ‫سلَّ َم بِ َوضُوءٍ فَت ََو‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫سو ُل هللاُ صلى هللا‬ ُ ‫ي َر‬ َ ِ‫ع ِن ْال ِم ْقدَ ِم قَا َل اُت‬
َ
‫س َح بِ َرأْ ِس ِه ُواُذُنَ ْي ِه‬َ ‫ض َوا ْستَ ْنشَقَ ثَالَثًا ثَالَثًا ث ُ َّم َم‬ َ ‫ض َم‬ ْ ‫ع ْي ِه ثَالَثًا ثَالَثًا َم‬
َ ‫س َل ذ َِرا‬َ ‫غ‬َ ‫َوجْ َههُ ثَالَثًا ث ُ َّم‬
)‫(رواه أبوداود وأحمد‬.‫اطنِ ِه َما‬ َ
ِ َ‫ظاه ِِر ِه َما َوب‬

Artinya: Dari Al-Miqdam. Ia berkata,” Rasulullah SAW, telah diberi air berwudu,
lantas beliau berwudu, maka di basuhnya kedua telapak tanganya tiga kali
dan mukanya tiga kali, kemudian membasuh kedua hastanya tiga kali, lalu
berkumur dan dimasukkannya air ke hidung tiga kali, kemudian disapunya

5
M. Solahudin & Agus Suyadi. Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia. 2009). 242

6
kepala dan kedua telinganya bagian luar dan dalam.” (Riwayat Abu Daud
dan Ahmad).6

‫ اِ َّن‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫سو ُل هللاِ صلى هللا‬ ُ ‫اط َمةَ ِب ْنتَ اَ ِبى ُحبَي ٍْش ت ُ ْستَ َح‬
ُ ‫اض فَقَا َل لَ َها َر‬ ِ َ‫شةَ اَ َّن ف‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
.‫ص ِلى‬َ ‫ض ِئ َو‬ َّ ‫صالَةِ فَ ِا َذا َكانَ ْاْلَخ َُر فَت ََو‬
َّ ‫ع ِن ال‬ َ ‫ فَ ِا َذا َكانَ َذلِكَ فَأ َ ْم ِس ِكى‬,‫ف‬ ِ ‫دَ َم ْال َحي‬
ُ ‫ْض دَ ُم اَس َْودُ يُ ْع َر‬
)‫(رواه أبوداود والنسائ‬

Artinya: Dari Aisyah. Sesungguhnya Fatimah binti Abi Hubaisy telah


berdarah penyakit.Rasulullah berkata kepadanya, “Sesungguhnya
darah haid berwarna hitam, dikenal oleh kaum perempuan. Maka
apabila ada darah semacam itu, hendaklah engkau tinggalkan
shalat apabila keadaan darah tidak seperti tiu, hendaklah engkau
berwudu dan shalat.” (Riwayat Abu Daud dan Nasai).7

‫ف‬ َ ‫علَ ْي ِه فَلَ َّما ا ْن‬


َ ‫ص َر‬ َ ‫صالَة ً فَقَ َرأَ فِ ْي َها فَلَ ِب‬
َ ‫س‬ َ ‫صلَّى‬ َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ي صلى هللا‬ َ ‫ع َم َر اَ َّن النَّ ِب‬
ُ ‫ع ِن اب ِْن‬ َ
)‫ (رواه أبوداود‬.‫ى‬ َ ‫صلَّيْتَ َم َعنَا َقا َل نَ َع ْم َقا َل فَ َما َمنَ َعكَ اَ ْن تَفَتَ َح َها‬
َّ ‫ع َل‬ َ َ‫َقا َل ِْل َ ِب ْى أ‬

Artinya: Dari Ibnu Umar, “ Sesungguhnya Nabi SAW, telah membaca


sesuatu ketika shalat, tetapi beliau ragu-ragu pada bacaan itu.
Setelah shalat beliau berkata kepada Umar,” adakah engkau ikut
shalat tadi bersama dengan kami?jawab Umar, Ya, saya ikut.
Rasulullah berkata, mengapa engkau tidak tunjuki saya dalam
bacaan tadi.”(Riwayat Abu daud).8

6
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo. 1994). 27
7
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo. 1994). 45
8
Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo. 1994). 99

7
2.5. Kedudukan Sunan Abu Dawud

Kitab Sunan Abu Daud asalnya dari kumpulan 500.000 hadis yang
kemudiannya ditapis satu-persatu untuk menjadi sebuah
kitab sunan.Sunan Abu Daud ialah sebuah kitab hadis yang sangat penting
kepada umat Islam khususnya para mujtahidin.

Abu Daud hanya menumpukan kepada persoalan-persoalan


fiqh sahaja.Oleh karena itu, sunan Abu Daud merupakan kitab sunan yang
banyak meriwayatkan berkaiatan dengan hukum hakam. Bagi menentukan
kesahihan hadis didalam sunan Abu Daud, para ulama berpendapat
sebagaimana berikut :

1. Jika hadis tersebut terdapat didalam riwayat al-Bukhari atau Muslim maka
hadis tersebut adalah dianggap sahih.
2. Jika tidak terdapat didalam keduanya atau salah satu daripada kedua syeikh
itu, tetapi ada ulama yang mengatakan darajat hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Daud adalah sahih beserta dengan syarat-syarat yang boleh diterima, ia
juga dikatakan hadis sahih. Manakala menurut Ibnu Sollah dan Imam
Nawawi jika hadis tidak terdapat didalam mana-mana kitab sahih maka ia
dianggap hadis hasan.9

Imam Abu Daud dalam menyusun kitabnya mengikut cara atau


urutan bab-bab fikih yang dapat memudahkan pembaca ketika mencari
hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah tertentu. Dalam pembahagian-
pembahagian kitab sunan Abu Daud hanya mengumpul hadis-hadis hukum
kecuali pada beberapa hadis seperti yang terdapat pada kitab ilmu dan adab.
Beliau juga menghindari khabar-khabar, kisah-kisah, dan mau’idah.

9
Muhammad Abu Zahwu, al-Hadis wa al-Muhaddisun, (Beirut: Dar al-Fikr al-‘arabiy, 1984).199

8
2.6. Tingkatan Hadist Dalam Kitab Sunan Abu Daud

Abu Daud dalam menyusun kitab sunannya tidak hanya


memfokuskan hadis-hadis sahih, tetapi juga memasukkan hadis dha’if.
Tingkatan hadis dalam kitab Sunan Abu Daud tersebut dapat diketahui
melalui surat beliau kepada penduduk Makkah ketika menjelaskan isi kitab
sunannya. Penjelasan Abu Daud di dalam kitab sunannya secara garis besar
membahagi hadis kedalam lima tingkatan, iaitu :

1. Hadis Sahih,

adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna


ingatannya, sanadnya bersambung, tidak berillat dan tidak pula janggal.
Hadis ini disebut hadis sahih lizatihi, kerana tingkat kesahihannya tidak
memerlukan hadis lain untuk mengukuhkannya.

2. Ma Yusyabbihahu (yang menyerupai sahih).

Para ulama muhadditsin mengutarakan perbandingan istilah yang


digunakan Abu Daud tersebut dengan istilah yang berlaku bagi para
ulama muhadditsin. Maksud Imam Abu Daud dengan istilah ma
yusyabbahahu adalah hadis sahih lighairihi, kerana hadis tersebut
menyerupai hadis sahih lizatihi, tetapi martabatnya di bawah sahih
lizatihi.

3. Ma Yuqoribuhu (yang mendekati sahih).

Istilah yang digunakan oleh Abu Daud tersebut menurut sebahagian


ulama muhadditsin adalah hadis hasan lizatihi, kerana hadis hasan
lizatihi boleh dinaik taraf menjadi hadis sahih li ghairihi apabila
disokong oleh hadis yang lain. Ibnu Sollah dan Imam al-Nawawi
memberikan definisi hadis hasan menurut istilah Abu Daud sebagai “

9
Hadis yang disebutkan secara mutlak dan tidak ada dalam salah
satu kitab sahih (Bukhari dan Muslim) dan tidak ada di antara ulama
yang menetapkan kesahihannya, bagi yang membezakan antara
hadis sahih dan hasan, maka hadis tersebut adalah hadis hasan
menurut Abu Daud”.

Ibnu Sollah menyatakan bahwa dalam kitab Sunan Abu Daud


tersebut mengandungi banyak hadis hasan. Sebagaimana penjelasan
yang diberikan Abu Daud sendiri ketika menjelaskan isi kitabnya.

4. Wahnun Syadidun (sangat lemah).

Istilah hadis tersebut menurut istilah yang berlaku bagi para ulama
muhadditsin bererti hadis yang sangat dha’if. Namun pada tahap hadis
dha’if ini, Imam Abu Daud memberikan sejumlah penjelasan mengenai
taraf kedha’ifannya dan menurut beliau hadis dha’if tersebut lebih kuat
bila dibandingkan dengan pendapat ulama. Pencantuman hadis dha’if
yang disertai keterangan tahap kedha’ifannya dibolehkan.

5. Shalih (yang tidak dijelaskan).

Para ulama berbeza pendapat dalam mengkategorikan istilah yang


dipakai Abu Daud. Imam al-Nawawi dan Ibnu Sollah menjelaskan
bahawa jika hadis tersebut diriwayatkan dalam salah satu kitab sahih
(Bukhari dan Muslim) maka hadis tersebut adalah sahih, dan jika tidak
diriwayatkan dalam salah satu kitab sahih dan tidak ada ulama yang
menerangkan tentang darjat hadis tersebut, maka hadis tersebut adalah
hadis hasan menurut Imam Abu Daud.

Pendapat tersebut menunjukkan sikap berhati-hati agar tidak


menetapkan kesahihan sesuatu hadis tersebut kerana tidak terdapat di
dalam salah satu kitab sahih dan tidak ada seorang pun di antara para
imam hadis yang menetapkan kesahihannya.

10
2.7. Pendapat Para Imam Tentang Imam Abu Dawud

Di antara pandangan positif para ulama terhadap Sunan Abu Daud tersebut
adalah :

1. Al-Khattabi berkata : “Ketahuilah, kitab Sunan Abu Daud adalah sebuah


kitab yang mulia yang belum pernah disusun oleh sesuatu kitab yang
lain yang menerangkan hadis-hadis hukum sepertinya. Para ulama
menerima baik kitab sunan tersebut, kerana Ia menjadi hakim antara
ulama dan para fuqaha’ yang berlainan mazhab. Kitab itu menjadi
pegangan ulama Irak, Mesir, Moroko, dan negeri lain”

2. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, menyatakan bahawa : “Kitab Sunan Abu


Daud memiliki kedudukan tinggi dalam dunia Islam dan pemberi
keputusan bagi perselisihan pendapat.

3. Ibnu al-‘Arabi, mengatakan: “Apabila seseorang sudah memiliki


kitabullah dan kitab Sunan Abu Daud, maka tidak lagi memerlukan
kitab yang lain”.

4. Imam al-Ghazali berkata: “Kitab Sunan Abu Daud sudah cukup bagi
para mujtahid untuk mengetahui hadis-hadis hukum”.

Di samping ulama-ulama tersebut yang memberikan penilaian baik


atas kelebihan kitab Sunan Abu Daud, ada juga ulama hadis yang
mengkritik kelemahan yang terdapat di dalam kitab Sunan Abu Daud
tersebut.10

10
Muhammad Muhy al-Din Abdul hamid,Sunan Abu Daud I, (Mesir: Maktabah Tijariah kubra, 1950).107

11
Di antara para ulama yang mengkritik itu adalah seperti Ibnu Hajar
al-Asqalani, Imam al-Nawawi dan Ibnu Taimiyah. Kritikan tersebut
meliputi:

1. Tidak adanya penjelasan tentang kualiti sesuatu hadis dan kualiti sanad
(sumber, silsilah dalam hadisnya). Sementara yang lainnya disertai
dengan penjelasan.
2. Adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Hambali dalam hal
bertoleransi terhadap hadis yang dha’if yang mana sebilangan kalangan
ulama yang lain menilai hadis tersebut sebagai dha’if.
3. Kritik juga dilakukan oleh Ibnu al-Jauzi, seorang tokoh ahli hadis
bermazhab Hambali yang telah melakukan penelitian terhadap kitab
Sunan Abu Daud, dan beliau menemukan hadis yang maudhu’ (palsu)
sebanyak sembilan hadis. Namun kritikan tersebut telah dibahas
kembali oleh Jalaluddin al-Suyuti dalam kitabnya al-la’ali al-Masnu’ah
fi Ahadis al-Maudhu’ah dan Ali bin Muhammad bin Iraq al-Kunani di
dalam kitabnya Tanjih al-Syari’ah al-Maudhu’ah. Dalam kitab tersebut
dijelaskan kembali hadis-hadis yang dikritik oleh Ibnu al-Jauzi.

12
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Nama lengkap Abu Dawud ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishak
bin Basyir bin Syihab bin Amar bin ‘Amran al-Azdi as-Sijistani. Beliau
dilahirkan tahun 202 H di Sijistandan meninggal dunia pada tanggal 14
Syawwal 275 H dalam usia 73 tahun. Ayah beliau yaitu Al-Asy’ats bin
Ishak adalah seorang perawi hadist yang meriwayatkan dari Hamad bin
Zaid.

Kepribadian imam abu dawud adalah ilmunya serta mencapai


darajat tinggi dalam ibadah, kesucian diri, wara’
dan kesalehannya.Dalam Sifat-sifat Abu Dawud ini telah diungkapkan oleh
sebahagian ulama yang menyatakan:“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin
Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya
serta keperibadiannya.

Guru-guru Imam Abu Daud seperti Ahmad bin Hanbal, Al-Qanaby,


Sulaiman bin Harb, Abu Amr Adh-Dhariri dan lain-lannya. Demikian juga
di antara murid-murid Imam Abu Daud adalah Abu ath-Thayyib Ahmad bin
Ibrahîm al-Asynânî al-Baghdâdî, Abu Amru Ahmad bin Ali bin Hasan al-
Bashrî, Abu Sa’id ibnu al-A’râbî, Ali bin al-Hasan bin al-‘Abd al-Anshârî,
Abu Ali Muhammad bin Ahmad al-Lu’luî, Muhammad bin Bakr bin Dâsah
at-Tamâr, Abu Usamah Muhammad bin Abdul Malik ar-Ruwâts.

Imam Abu Daud mengumpulkan hadist sebanyak 500.000,


kemudian di pilih dan ditulis sebanyak 4,800 hadist.Adapun karya beliau
diantara karya-karyanya adalah Al-Marasil, masa’il Al-Imam Ahmad, Al-
Nasikh wa Al-Mansukh, Risalah fi Washf Kitab As-Sunan, Al-Zuhud,
Ijabat ‘an Shalawat Al-Jurri, As’ilah ‘an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat Al-

13
Ikhwan, Kitab Al-Qadr, Al-Ba’ts wa An-Nusyur, Dala’il An-Nubuwwah,
Fadha’il Al-Anshar, Musnad Malik, As-Sunan.

Banyak pendapat para imam berpendapat positif dan negatif kepada


Imam Abu daud, namun semua pendapat baik yang negatif maupun yang
positif adalah dinamika dalam keilmua.Karena setiap orang kecerdasannya
berbeda-beda.

3.2. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
makalah tersebut penulis meminta kritik yang membangun dari para
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahwu, Muhammad. al-Hadis wa al-Muhaddisun, Beirut: Dar al-Fikr al-


‘arabiy, 1984.

Abdul hamid, MuhammadMuhy al-Din.Sunan Abu Daud I, Mesir: Maktabah


Tijariah kubra, 1950.

Alawi Al-Maliki, Muhamad. Ilmu Ushul Hadis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


2006.

As-Shalih, Subhi.Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Firdaus,2007.

Muhammad Uwaidhah,Kamil. A’lamu al-Fuqaha’ wa al-Muhaddisin:Abu Daud,


Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1996.

M. Solahudin & Agus Suyadi. Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia. 2009.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo. 1994.

15

Anda mungkin juga menyukai