Anda di halaman 1dari 7

PENGENALAN

Mengenal para imam ahlussunnah, atau dengan lebih dekat mereka yang digelar ahli hadis
merupakan perkara penting dalam kehidupan seseorang yang bergelar muslim, hal ini
adalah kerana kita digesa oleh agama untuk berhati-hati dengan siapa kita mengambil
“deen” ini. Kemudian “deen” ini dijaga rapi dengan usaha yang tidak berbelah bahagi oleh
para imam hadis. Mereka berkorban apa sahaja demi menjaga sanad (rantaian perawi) dan
matan (kandungan hadis) yang sesungguhnya sanad dan matan itu termasuk dalam “deen”.
Sungguh tinggi kedudukan para imam ahli hadis ini melalui usaha dan pengorbanan yang
tidak dapat dibandingkan dengan pengorbanan kita pada zaman ini. Para imam hadis
mengumpulkan hadis dengan niat untuk menyampaikan sunnah melalui catatan dan hafalan
mereka. Semoga allah meletakkan mereka pada kedudukan yang tinggi.rasulullah saw
bersabda :
“allah membuat cerah (muka) seorang yang mendengarkan (hadis) dari kami,kemudian
menyampaikannya.” [h.r. ahmad, abu daud]
Kata-kata syaikh rabi’ dalam kitab kecil yang berjudul makanatu ahlil hadis(kedudukan ahli
hadis), beliau berkata:
“sungguh allah subhanahu wa ta'ala telah menjadikan golongannya (ahlul hadis) sebagai
tonggak syariat. Melalui usaha mereka, dia (allah) menghancurkan setiap keburukan bid’ah.
Merekalah kepercayaan allah subhanahu wa ta'ala diantara makhluk-makhluk-nya,
sebagai perantara antara nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan umatnya. Dan
merekalah yang bersungguh-sungguh dalam menjaga millah (dien)-nya. Cahaya mereka
terang, keutamaan mereka merata, tanda-tanda mereka jelas, mazhab mereka unggul,
hujjah mereka tegas”
Terdapat beberapa kitab yang menyatakan berkaitan dengan ilmu hadis. Samaada
kedudukan hadis, rangkaian sanad dan matan dan banyak lagi. Diantara kitab yang berkait
rapat dengan pengumpulan ilmu hadis ialah sunan abu daud yangdikarang oleh imam abu
daud. Di dalam penulisan ini, penulis menjelaskan dengan lebih lanjut berkaitan dengan
imam abu daud secara terperinci. Dijelaskan berkaitan dengan biografi imam abu daud,
rihlah perjalanan beliau dan sebagainya.
ISI
Imam Abu Dawud adalah salah seorang Imam dan tokoh ahli hadits, yang mengumpulkan
sekitar 50,000 hadits lalu memilih dan menuliskan 4,800 di antaranya dalam kitab Sunan
Abu Dawud. Abu Dawud adalah seorang tokoh ahli hadits yang menghafal dan memahami
hadits beserta illatnya. Dia mendapatkan kehormatan dari para ulama, terutama dari
gurunya, Imam Ahmad bin Hanbal.

Abu Dawud dilahirkan tahun 202 H. Di Sijistan. Nama lengkapnya ialah Sulaiman bin al-
Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani. Sejak kecil Abu Dawud
sangat mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba ilmunya.
Sebelum dewasa, dia sudah mempersiapkan diri untuk berhijrah ke pelbagai bagai negeri.
Beliau belajar hadits dari para ulama yang ditemuinya di Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah,
Sagar, Khurasan dan negeri lainnya. Pengembaraannya ke beberapa negeri itu menunjang
beliau untuk mendapatkan hadits sebanyak-banyaknya. Kemudian hadits itu disaring, lalu
ditulis pada kitab Sunan. Abu Dawud sudah berulang kali mengunjungi Bagdad. Di kota itu,
beliau mengajar hadits dan fiqih dengan menggunakan kitab sunan sebagai buku pegangan.
Kitab sunan itu ditunjukkan kepada ulama hadits terkemuka, Ahmad bin Hanbal. Imam
Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa kitab itu sangat bagus.

GURU-GURU BELIAU

Guru Imam Abu Dawud sangatlah hebat, namun beberapa yang paling menonjol adalah:
Ahmad bin Hanbal, al-Qan’abi, Abu Amar ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin raja’,
Abdul Walid at-Tayalisi dan lain--lain. Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abu Syaibah dan
Qutaibah bin sa’id adalah juga guru dari Bukhari dan Muslim.

MURID-MURIDNYA

Abu Isa at-Tirmizi, Abu Abdur Rahman an-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu
Dawud, Abu Awana, Abu Sa’id ai-Arabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim
Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.

SIFAT DAN KEPERIBADIANNYA

Abu Dawud termasuk ulama yang mencapai derajat tinggi dalam beribadah, kesucian diri,
kesalihan dan wara’ yang patut diteladani. Sifat dan kepribadian seperti ini menunjukkan
kesempurnaan beragama, perilaku dan akhlak Abu Dawud. Abu Dawud mempunyai falsafah
tersendiri dalam berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Bila
ada yang bertanya, dia menjawab: "Lengan yang lebar ini untuk membawa kitab, sedang
yang satunya tidak diperlukan. Kalau dia lebar, berarti pemborosan."
Pujian para ulama 

Ketika Abu Dawud menyusun kitab sunan, Ibrahim al-Harbi, seorang Ulama hadits, berkata:
"Hadits telah dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagai-mana besi dilunakkan untuk Nabi
Dawud." Ungkapan itu adalah perumpama-an bagi keistimewaan seorang ahli hadits. Dia
telah mempermudah yang rumit dan mendekatkan yang jauh, serta memudahkan yang
sukar.

Seorang Ulama hadits dan fiqih terkemuka yang bermazhab Hanbali, Abu Bakar al-Khallal,
berkata: "Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’as as-Sijistani adalah Imam terkemuka pada
jamannya, penggali beberapa bidang ilmu sekaligus mengetahui tempatnya, dan tak
seorang pun di masanya dapat menandinginya.

Abu Bakar al-Asbihani dan Abu Bakar bin Sadaqah selalu menyanjung Abu Dawud, dan
mereka memujinya yang belum pernah diberikan kepada siapa pun di masanya.

Mazhab yang diikuti Abu Dawud

Syaikh Abu Ishaq as-Syairazi dalam Tabaqatul Fuqaha menggolong-kan Abu Dawud
sebagai murid Imam Ahmad bin Hanbal. Begitu pula Qadi Abdul Husain Muhammad bin
Qadi Abu Ya’la (wafat tahun 526 H.) Yang termaktub dalam kitab Tabaqatul Hanabilah.
Penilaian ini disebabkan, Imam Ahmad adalah guru Abu Dawud yang istimewa. Ada yang
mengatakan bahwa dia bermazhab Syafi’i.

Memuliakan ilmu dan ulama

Sikap Abu Dawud yang memuliakan ilmu dan ulama ini dapat diketahui dari kisah yang
diceritakan oleh Imam al-Khattabi dari Abu Bakar bin Jabir, pembantu Abu Dawud. Dia
berkata: "Aku bersama Abu Dawud tinggal di Bagdad. Di suatu saat, ketika kami usai
melakukan shalat magrib, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang, lalu kubuka pintu dan seorang
pelayan melaporkan bahwa Amir Abu Ahmad al-Muwaffaq minta ijin untuk masuk. Kemudian
aku memberitahu Abu Dawud dan ia pun mengijinkan, lalu Amir duduk. Kemudian Abu
Dawud bertanya: "Apa yang mendorong Amir ke sini?" Amir pun menjawab "Ada tiga
kepentingan". "Kepentingan apa?" Tanya Abu Dawud. Amir mengatakan: "Sebaiknya anda
tinggal di Basrah, supaya para pelajar dari seluruh dunia belajar kepadamu. Dengan
demikian kota Basrah akan makmur lagi. Karena Basrah telah hancur dan ditinggalkan
orang akibat tragedi Zenji."

Abu Dawud berkata: "itu yang pertama, lalu apa yang kedua?" Amir menjawab: "Hendaknya
anda mau mengajarkan sunan kepada anak-anakku." "Yang ketiga?" tanya Abu Dawud.
"Hendaklah anda membuat majlis tersendiri untuk mengajarkan hadits kepada keluarga
khalifah, sebab mereka enggan duduk bersama orang umum." Abu Dawud menjawab:
"Permintaan ketiga tidak bisa kukabulkan. Sebab derajat manusia itu, baik pejabat terhormat
maupun rakyat jelata, dalam menuntut ilmu dipandang sama." Ibnu Jabir menjelaskan:
"Sejak itu putra-putra khalifah menghadiri majlis taklim, duduk bersama orang umum,
dengan diberi tirai pemisah".

Begitulah seharusnya, ulama tidak mendatangi raja atau penguasa, tetapi merekalah yang
harus mengunjungi ulama. Itulah kesamaan derajat dalam mencari ilmu pengetahuan.
Wafatnya Imam Abu Dawud

Imam Abu Dawud wafat tanggal 16 Syawal 275 H di Basrah. Beliau meninggalkan seorang
putra bernama Abu Bakar Abdullah bin Abu Dawud.

Kitab karangan Abu Dawud;

1. Kitab as-Sunan (Sunan Abu Dawud)


2. Kitab al-Marasil
3. Kitab al-Qadar
4. An-Nasikh Wal Mansukh
5. Fada'ilul a’mal
6. Kitab az-Zuhud
7. Dalailun Nubuwah
8. Ibtida’ul Wahyu
9. Ahbarul Khawarij
PENUTUP
Lampiran
RUJUKAN

 .https://www.google.com/ biografi-imam-abu-dawud-salah-satu-penyusun-kitab-
hadis-utama
 https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.com/2014/10/biografi-imam-abu-dawud.html
 https://www.google.com/www.academia. mam_Abu_Daud

Anda mungkin juga menyukai